HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK AL-ISLAH DESA GENUK KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG 2016 Era Setiawati* Umi Aniroh, S.Kep., Ns., M.Kes **) Abdul Wakhid, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Jiwa **) *) Mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran **) Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Periode anak usia 3-6 tahun disebut dengan pra sekolah. Dimana pada periode prasekolah ini kemampuan berinteraksi sosial anak lebih luas untuk mempersiapkan diri untuk memasuki dunia sekolah. Perkembangan sosial pada anak sangat dipengaruhi oleh proses pola asuh orang tua terhadap anak. Ada 4 pola asuh orang tua yang digunakan untuk mengasuh anak yaitu otoroiter, permisif, demokratis dan mengabaikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola asuh, gambaran perkembangan sosial dan hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial anak prasekolah. Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelasi dan pendekatan waktu cross sectional. Sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik total sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 responden dengan menggunakan analisis data chi-square. Dari hasil penelitian ini pola asuh yang banyak diterapkan oleh orang tua adalah pola asuh demokratis sebanyak 37 orang tua (44,1) dengan perkembangan sosial baik sebanyak 33 (89,2). Dari hasil uji chi-square diperoleh hasil p-value 0,000 < 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial anak prasekolah di TK Al-Islah Desa Genuk Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diharapkan orang tua mengerti jenisjenis pola asuh yang diterapkan dan memperhatikan pola pengasuhan yang baik kepada anak agar tidak terjadi hambatan dalam perkembangan sosial. Kata kunci : Prasekolah, pola asuh, perkembangan sosial Daftar pustaka : 22 (2002-2014) 1
ABSTRACT The period of 3-6 years of age is called pre-school. In this period, child's ability to interact socially is more widely to prepare to enter the school. The children development is influenced by the parenting pattern. There are four parenting patterns in caring for children that is authoritarian, permissive, democratic, and neglect. This study aims to find the correlation between parenting pattern and social development of preschool children at Al- Islah Kindergarten Genuk Village West Ungaran Sub-district Semarang Regency This was a descriptive correlative study with cross sectional approach. The data sampling in this study used total sampling technique. The samples in this study were 84 respondents and the data analysis used chi-square test. The results of this study indicate that the parenting patterns that widely applied by parents is a democratic parenting as many as 37 respondents (44.1%) with good social development of children as many as 33 respondents (89.2%). The results of chi-square test obtained that p-value of 0.000 < 0.05 then Ho is rejected and Ha is accepted, which meaning that there is a correlation between parenting pattern and social development of preschool children at Al-Islah Kindergarten Genuk Village West Ungaran Sub-district Semarang Regency. Based on these results, the parents are expected understand the types of parenting is applied and to notice good parenting pattern for their children in order to avoid retardation in social development. Keywords : Pre-school, parenting pattern, Social development Bibliographies : 22 (2002-2014) PENDAHULUAN Anak prasekolah adalah anak berusia 3-6 tahun yang belum menempuh sekolah dasar (Wong dkk, 2009). Tumbuh kembang anak usia prasekolah mempunyai dampak yang besar terhadap kualitas dimasa depan karena periode prasekolah turut menentukan keberhasilan tumbuh kembang anak. Anak usia prasekolah harus melewati tugas tumbuh kembang inisiatif vs rasa bersalah yang harus berhasil dilewati agar tidak menghambat pencapaian tugas perkembangan selanjutnya (Ericson dalam potter & perry,2005). Menurut Harlimsyah (2007), perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari berbagai aspek antara lain aspek fisik (motorik), emosional, kognitif, dan psikososial (bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungan). Perkembangan psikososial pada anak dimulai dari bayi. Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan masyarakat serta medorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua adalah sosok yang tak bisa lepas dari proses tumbuh kembang anaknya, lebih khususnya ibu. Pola asuh orang tua adalah bagaimana orang tua memerlakukan anak, mendidik, membimbing, dan mendisiplin anak dalam mencapai proses kedewasaan hingga pada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan pada umumnya (Casmani, 2007 dalam buku Septiari 2012). Tingkah laku orang tua sebagai pemimpin kelompok dalam keluarga sangat mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat merangsang perkembangan ciriciri tertentu pada pribadi anak. Orang tua 2
yang menerapkan pola asuh otoriter (Authotarian) dapat mengakibatkan anak tidak taat, penakut, pasif, tidak memiliki inisiatif, tak dapat merencanakan sesuatu, mudah menyerah, curiga kepada orang lain, menarik diri dalam pergaulan, mudah cemas dan stres. Orang tua yang selalu memperbolehkan anak berbuat apa saja atau cenderung memanjakan (Permisif) dapat menyebabkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, berkuasa, tidak mampu mengontrol diri. Sedangkan orang tua yang menunjukkan sikap pola asuh yang memperhatikan kebutuhan anak, dan mencukupi dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan (Demokratis) dapat menjadikan akan mandiri, memiliki kontrol diri, percaya diri yang kuat, mampu berinteraksi dengan teman sebaya, dapat menghadapi stes, memiliki minat terhadap hal-hal baru, kooperatif, patuh, dan berorientasi pada prestasi (Septiari, 2012). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di TK Al-Islah Ungaran pada 5 oktober 2015 didapatkan data terdapat 84 siswa masing-masing terdiri dari 41 siswa TK A (kecil) dan 43 TK B (besar). Peneliti melakukan wawancara pada 10 ibu dan obsevasi pada anaknya, didapatkan hasil bahwa 4 ibu menerapkan pola asuh otoriter yaitu anak harus menurut pada orang tua, keinginan orang tua harus dituruti dan anak tidak boleh menolak keinginan orang tua, dari pola asuh ibu tersebut terdapat 3 anak yang penakut dan pasif, 1 anak mampu berinteraksi dengan teman dan orang yang baru dikenal. Tiga orang ibu menerapkan pola asuh permisif yaitu dengan menuruti apa yang diinginkan anaknya dan cenderung memanjakan, dari ibu dengan pola asuh tersebut didapatkan 3 anak berperilaku agresif dan suka berkelahi/mendorong temannya, 3 ibu lainnya menggunakan pola asuh demokratis dalam mengasuh anaknya dengan mendorong anak menjadi mandiri namun tetap dalam pengawasan orang tua, dan ibu juga tidak memutuskan keinginan secara sepihak melainkan kesepakatan bersama sang anak, 3 anak yang diterapkan pola asuh ini berperilaku mandiri, kooperatif dalam bermain dengan temannya dan berani berkenalan dengan orang yang baru dikenal dengan mampu menyebutkan nama, berjabat tangan, dan memandang dengan tersenyum. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengungkap hubungan korelasi antar variabel. Desain ini dipilih karena peneliti mencoba untuk menyelidiki hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial pada anak usia pra sekolah di TK Al-Islah Desa Genuk Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional. Pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang pengamatan pada subyeknya dilakukan hanya satu kali pada waktu penelitian. Populasi penelitian ini adalah orang tua anak pra sekolah di TK Al-Islah Ungaran Kabupaten Semarang sejumlah 84 anak dan orang tua. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode Total sampling, yaitu mengambil keseluruhan anggota populasi menjadi sampel pada penelitian (Notoatmodjo, 2010). Maka dapat ditentukan jumlah sampel yang dalam penelitian yaitu sebanyak 84 responden. Alat ukur untuk mengetahui pola asuh berupa kuesioner yang menggunakan skala Likert, dimana pilihannya lebih dari satu. Dalam penelitian kuesioner disusun secara terstruktur dan dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan konsep teoritis dan alat ukur untuk mengetahui perkembangan sosial anak prasekolah adalah modifikasi PKSB-2 skala A (keterampilan sosial) yang didesain oleh Merrel (2003), sesuai dengan usia anak pra sekolah 3-6 tahun (Nurhamidah, 2013). 3
HASIL A. Univariat 1. Pola Asuh Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Asuh di TK Al-Islah Desa Genuk Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Pola asuh Frekuensi Persentase (%) Permisif 18 21,4 Otoriter 21 25,0 Demokratis 37 44,1 Mengabaikan 8 9,5 Total 84 100,0 Tabel 4.1 menunjukkan pola asuh paling banyak adalah kategori demokratis yaitu sejumlah 37 responden (44,1%) dan paling sedikit kategori mengabaikan yaitu sejumlah 8 responden (9,5%). 2. Perkembangan Sosial Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perkembangan Sosial di TK Al-Islah Desa Genuk Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Perkembangan Persentase Frekuensi Sosial (%) Kurang baik 28 33,3 Baik 56 66,7 Total 84 100,0 Tabel 4.2 menunjukkan perkembangan sosial paling banyak adalah kategori baik yaitu sejumlah 56 responden (66,7%) dan paling sedikit kategori kurang baik yaitu sejumlah 28 responden (33,3%). B. Bivariat Tabel 4.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Sosial Anak Usia Pra Sekolah di TK Al- Islah Desa Genuk Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang Pola Asuh Orang Tua Permisif Otoriter Demokratis Mengabaikan Perkembangan Sosial Kurang Total Baik baik f % f % f % 11 61,1 7 38,9 18 100 8 38,1 13 61,9 21 100 4 10,8 33 89,2 37 100 5 62,5 3 37,5 8 100 Total 28 33,3 56 66,7 84 100 Responden dengan perkembangan sosial kurang baik dan pola asuh orang tua kategori permisif (61,1%) lebih banyak daripada responden dengan pola asuh mengabaikan (62,5%), otoriter (38,1%) dan demokratis (10,8%). PEMBAHASAN 1. Gambaran pola asuh orang tua prasekolah di TK Al-Islah Desa Genuk Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Berdasarkan hasi penelitian pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa banyak yang menerapkan pola asuh demokratis yaitu sebanyak 37 (44,1%). Perilaku demokratis yang diterapkan orang tua dapat dilihat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan oleh peneliti yang sebagian besar responden menyatakan bahwa mereka selalu menanyaksn sebab anaknya menangis (15,9%), menghadapi sikap anak yang kurang baik dengan kelembutan (22,2%), menghargai pendapat anak keika mengambil keputusan (23,1%), memberikan penghargaan kepada anak yang bersikap baik (22,2%), dan selalu p val ue 0,0 00 4
mengkomunikasikan peraturan secara jelas dan baik (16,6%). Pola asuh demokratis ini dianjurkan bagi orang tua dalam membimbing anaknya karena pola asuh demokratis ini pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Pola asuh ini bersikap raional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap berlebihan yang melampaui anak. Orang tua tipe ini juga memberkan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat (Godam, 2008). Menurut Swewart dan Koch (1983) dalam tarmuji 2002), bahwa orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban dan hak antara orang tua dan anak. Secara bertahap orang tua memberikan tanggung jawab bagi anak-anaknya terhaap segala sesuatu yang diperbuatnya sampai mereka dewasa. Dari hasil penelitiannya, Baumid dan Black dalam Tarmuji (2002), menuliskan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua demokratis yang menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakan-tindakan mandiri membuat keputusan sendiri yang berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab. 2. Gambaran perkembangan sosial anak prasekolah di TK Al-Islah Desa Genuk Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Hasil dari penelitian diketahui bahwa perkembangan sosial pada anak prasekolah di TK Al-Islah Ungaran Kabupaten Semarang memiliki perkembangan sosial yang cukup baik sebanyak 56 responden (66,7%), sedangkan untuk perkembangan sosial kurang baik sebanyak 28 responden (33,3%). Tugas perkembangan sosial yang harus dicapai anak prasekolah antara lain bermain dengan teman sebaya, memakai dan melepaskan pakaian sendiri, belajar mematuhi aturan-aturan. Di usia ini anak seharusnya sudah terampil berinteraksi dengan teman sebayanya. Peran peer group mulai terlihat penting. Jika anak di rentang usia ini masih soliter atau asyik dengan dunianya sendiri, khususnya bagi anak usia 4 tahun ke atas, berarti dia mengalami keterhambatan dalam perkembangan sosial. Namun, bila sebatas suka bersikap bossy dan tak mau sharing, hal itu bisa dikelompokkan sebagai keterlambatan ringan. Bila anak prasekolah bersikap individualis, dapat dikatakan anak tersebut tingkat keterhambatan perkembangan sosial berat. Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, baik orangtua, sanak keluarga, orang dewasa lainnya atau teman sebayanya. Apabila lingkungan sosial tersebut memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap perkembangan anak secara positif, maka anak akan dapat mencapai perkembangan sosialnya secara matang. Namun, apabila lingkungan sosial itu kurang kondusif, seperti perlakuan orangtua yang kasar, sering memarahi, acuh tak acuh, tidak memberikan bimbingan, teladan, pengajaran atau pembiasaan terhadap anak dalam menerapkan norma-norma, baik agama maupun tatakrama/budi pekerti, cenderung menampilkan perilaku maladjusment, seperti : bersifat minder, senang mendominasi orang lain, bersifat egois, senang mengisolasi diri/menyendiri, kurang memiliki perasaan tenggang rasa, kurang memperdulikan norma dalam berperilaku. Pada saat anak bertambah besar mereka lebih memperluas pergaulannya dengan teman-teman sebaya, tetangga, dan teman sekolah. 5
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada sebagian besar anak prasekolah tersebut sudah menunjukkan perkembangan sosial yang baik. Anak-anak prasekolah tersebut sudah mampu belajar menaati peraturan yang ada pada sekolah maupun keluarga. 3. Hubungan antara Pola Asuh Keluarga dengan Perkembangan Sosial Anak Prasekolah di TK Al- Islah Desa Genuk Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Dari hasil analisa data yang diuji statistik dengan chi-squre diperoleh taraf signifikan 0,000 < 0,05 dan X 2 hitung sebesar 19,701 lebih besar dari X 2 tabel sebesar 7,815. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak yang berarti ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial anak usia prasekolah di TK Al-Islah Ungaran Kabupaten Semarang. Dari penelitian ini didapatkan bahwa pola asuh keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak yaitu; lingkungan sosial dan herediter dimana lingkungan sosial meliputi; lingkungan anak dengan orangtua, lingkungan anak dengan teman sebaya, lingkungan anak dengan keluarga, dan lingkungan anak dengan masyarakat. Sedangkan faktor herediter meliputi fisik dan psikis. Baumrind dalam Santrock (2007) mengidentifikasi empat gaya asuh yang berbeda-beda, yaitu authoritarian, permissive, authoritative dan uninvolved, yang masing-masing berimplikasi terhadap perkembangan sosial anak dengan teman sebayanya dan orang dewasa. Masing-masing dari keempat gaya asuh tersebut mencerminkan perbedaan dalam nilai dan pola perilaku asuh yang dipraktekkan orangtua dalam mengasuh anaknya. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perkembangan sosial yang baik lebih banyak pada responden dengan pola asuh demokratis (89, %) dibandingkan dengan pola asuh otoriter (61,9%), pola asuh mengabaikan (37,5%) dan pola asuh permisif (38,9%). Dari bahasan diatas kita dapat menyimpulkan bahwa seberapa besar peranan yang dimainkan oleh orangtua didalam membantu perkembangan kompetensi sosial anaknya itu terkait dengan jenis gaya asuh yang dipraktekkannya didalam mengasuh anaknya itu. Didalam mengasuh anak sebagaimana halnya didalam upayaupaya lain tidak ada satu cara yang selalu baik untuk segala hal. Namun demikian, adalah aman untuk mengatakan bahwa gaya asuh otoritatif lebih baik dari pada gaya asuh yang lainnya didalam memfasilitasi perkembangan sosial pada anak, baik didalam lingkungan keluarga maupun kelompok teman sebayanya. Menurut Mussen yang dikutip Narhantaka (2005), menyatakan bahwa taraf atau tinggi rendahnya perintah atau aturan yang berlaku dalam keluarga akan mempengaruhi kondisi psikologis anak. Menurut Tracy (2010) Pola asuh permisif merupakan pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apapun yang dilakukan anak diperbolehkan, biasanya orang tua memberikan pengawasan yang sangat longgar, memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat sehingga seringkali disukai anak-anak. Pada pola 6
pengasuhan permisif anak cenderung hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang seperti apa. Pola Asuh ini akan menghasilkan anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan bersosialisasi yang buruk, kontrol diri yang buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, manja, kurang mandiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial baik ketika masih kecil maupun sudah dewasa (Soejiningsih, 2005). Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang tidak bahagia, paranoid (selalu berada dalam ketakutan), mudah sedih dan tertekan, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan orang tua otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup (Hurlock, 2005). Sedangkan pola pengasuhan mengabaikan yaitu dimana orang tua kurang atau bahkan sama sekali tidak mempedulikan perkembangan psikis anak. Anak dibiarkan berkembang sendiri, orang tua juga lebih memprioritaskan kepentingannya sendiri dari pada kepentingan anak. Keterbatasan Peneliti Keterbatasan dalam penelitian ini adalah Tidak diperhatikannya faktorfaktor lain yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak yaitu faktor hereditas yang meliputi fisik dan psikis dan faktor lingkungan lain (lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat). Sehingga belum diketahui secara jelas mana yang lebih dominan dalam mempengaruhi perkembangan sosial anak. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pola asuh paling banyak adalah kategori demokratis yaitu sejumlah 37 responden (44,1%) dan paling sedikit kategori mengabaikan yaitu sejumlah 8 responden (9,5%). 2. Perkembangan sosial paling banyak adalah kategori baik yaitu sejumlah 56 responden (66,7%) dan paling sedikit kategori kurang baik yaitu sejumlah 28 responden (33,3%). 3. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial anak usia pra sekolah di TK Al-Islah Desa Genuk Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang (p value 0,000 0,05). DAFTAR PUSTAKA Harlimsyah. (2007). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Yogyakarta : Pustaka Belajar Hurlock, E.B. (2006). Perkembangan. Jakarta :Erlangga Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nurhamidah. (2013). Pengaruh metode bercerita terhadap ketrampilan soaial anak usia prasekolah. Yogyakarta Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan Edisi 4, Buku Kedokteran. Yogyakarta : EGC Septiari, Bety Bea. (2012). Mencetak Balita Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta : Nuha Medika Soetjiningsih. (2005). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Kencana Prenanda Media Group Wong, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC 7