BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber Daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. misalnya: usaha kecil (small business),perusahaan kecil (small firm), usaha skala

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

Kekuatan Permintaan dan Penawaran Pasar

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi telah mencakup pada prinsip pengembangan usaha kepada

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan

Tugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan tenaga listrik dalam era globalisasi ini merupakan salah satu

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN ELASTISITAS

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

EKONOMI MIKRO Bab 3 Elastisitas Permintaan dan Penawaran

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

3 KERANGKA PEMIKIRAN

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

Pemanfaatan Potensi Geotermal Sebagai Bentuk Ketahanan Energi di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi permintaan timbul dari perilaku konsumen yaitu karena pendapatan

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan :

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

PERMINTAAN, PENAWARAN DAN KESEIMBANGAN PASAR. Bubba s Ice Cream

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

III KERANGKA PEMIKIRAN

Ilmu Ekonomi /30 September 2012 Ika Atikah, S.Hi, M.H 1 TEORI ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Sembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB V PENUTUP. Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dari analisis berbagai data dan fakta yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. dengan kebutuhan energi yang semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan energi

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

KESEIMBANGAN PASAR (MARKET EQUILIBRIUM)

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan kekuatan permintaan dan penawaran (Waluya, 2003)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

Kebijakan Makro Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan harga minyak tanah tentunya akan berdampak pada kondisi

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

Ekonomi Mikro PERMINTAAN, PENAWARAN DAN EKUILIBRIUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sumber Daya Alam dan Energi dalam pembangunan. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Model ekonomi keseimbangan umum digunakan untuk menganalisis secara

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Energi Sumber Daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya. Sumber Daya Alam dan Energi bisa meliputi semua yang terdapat di bumi baik yang hidup maupun benda mati, berguna bagi manusia, terbatas jumlahnya dan pengusahaannya memenuhi kriteria-kriteria teknologi, ekonomi, sosial dan lingkungan. Sumber Daya Energi terdiri dari sumber daya alam non-hayati mineral patra, yaitu minyak bumi dan gas bumi, mineral lain seperti batubara dan uranium, sumber daya alam energi di luar ait dan minyak/gas bumi, seperti panas bumi, surya, angin, arus laut, pasang surut, panas laut serta sumber daya alam hayati seperti kayu bakar. Energi itu sendiri dapat berupa energi kimiawi, listrik, gelombang, nuklir, mekanis dan panas. 2.2. Jenis Sumber Daya Energi Jenis-jenis Sumber Daya Energi dapat dibedakan atas dua yaitu: 1. Sumber Daya Energi Terbarukan Sumber Daya Energi Terbarukan adalah sumber daya energi yang dapat diperbaharui atau dapat diisi kembali atau tidak terhabiskan (renewable/ replenishable/ non-exhaustible) adalah sumber daya energi yang bisa dihasilkan sumber daya energi yang berkelanjutan. Tenaga surya, angin dan

sistem pasang surut merupakan sumber daya energi yang tidak dapat diperbaharui. 2. Sumber Daya Energi Tidak Terbarukan Sumber Daya Energi yang tidak dapat diperbaharui atau diisi kembali atau terhabiskan (non-renewable/ non- replenishable/ exhaustible) adalah sumber daya energi yang habis sekali pakai. Misalnya: minyak bumi, gas bumi dan batubara. 2.3. Kelangkaan Sumber Daya Energi Makin menipisnya sumber daya energi menimbulkan kekhawatiran mandeknya perekonomian. Dengan menganalogikan industri sebagai penduduk dan batubara sebagai makanan, kenaikan harga batubara akan menghilangkan daya saing di pasar barangbarang manufaktur. Begitu juga isu-isu untuk jenis-jenis sumber daya energi lain, meskipun kecenderungan sumber daya energi tersebut ada yang segera dapat diatasi pada periode berikutnya sejalan dengan berkembangnya teknologi. Usaha manusia untuk menghindari semakin langkanya sumber daya energi telah banyak dilakukan. Usaha tersebut diwujudkan antara lain dalam bentuk subtitusi dalam proses produksi, subtitusi dalam konsumsi dan inovasi teknologi hemat sumber daya energi. Subtitusi dalam produksi dapat dilakukan dengan mengubah kombinasi masukan maupun penggantian masukan dengan subtitusinya. Subtitusi dalam konsumsi antara lain dengan mengganti barang-barang konsumsi tanpa mengubah kualitas/kegunaan konsumsi. Inovasi teknologi untuk memperoleh pemamfaatan sumber daya energi terbesar nampaknya terus mengalami kemajuan. Akan tetapi meskipun usaha-usaha

mengatasi kelangkaan sumber daya energi terus diupayakan namun kelangkaan ternyata masih menjadi momok bagi sebagian masyarakat. Perbedaan kondisi tersedianya sumber daya energi akan membatasi pertumbuhan potensial suatu perekonomian sebab kelangkaan sumber daya energi dalam segala bentuknya akan sangat mempengaruhi ruang gerak dalam berproduksi. Pembangunan ekonomi mencakup pengertian yang sangat luas dan tidak hanya sekedar menaikkan pendapatan per kapita per tahun saja, bahkan indikator PNB sebagai, sebagai indikator utama, tidak selalu dapat menggambarkan suksesnya suatu pembangunan. Indikator-indikator yang lain seperti pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin juga menunjukkan keberhassilan pembangunan. Menurut Sukirno, tujuan dari pembangunan ekonomi adalah mencapai kesejahteraan masyarakat yang ditujukan oleh kecenderungan kenaikan pendapatan per kapita dalam jangka panjang. Tujuan pembangunan tidak saja berorientasi pada kemakmuran ekonomi atau peningkatan pendapatan masyarakat, tetapi juga harus menyentuh aspek-aspek non ekonomi. 2.4. Peranan Energi dalam Pembangunan di Indonesia Energi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan bagi tercapainya sasaran pembangunan. Peranan energi untuk pembangunandi Indonesia mencakup dua hal yaitu sebagai sumber dana pembangunan (penerimaan pemerintah) yang berasal dari devisa (ekspor) dan yang utama untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri yang dibutuhkan dalam pembangunan.

a. Peranan energi sebagai sumber penerimaan negara Penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi (penerimaan migas) memberikan sumbangan yang cukup penting dalam perekonomian Indonesia.Walaupun peranan migas dalam hal penerimaan negara relative semakin menurun, namun dalam jangka waktu lima tahun terakhir, rata-rata penerimaan migas masih mencakup yaitu sekitar 30% dari total penerimaan negara. Dimana sektor non-migas lebih mendominasi terutama di sektor pajak. Besarnya penerimaan dari sektor migas dipengaruhi antara lain oleh besarnya tingkat produksi minyak mentah dan kondesat, volume ekspor LNG dan LPG, harga minyak mentah dan biaya produksi. Unsur lain yang juga penting dan mempengaruhi besarnya penerimaan minyak dan gas adalah nilai tukar mata uang (kurs). Rincian penerimaan negara dari sektor migas tahun anggaran 1997/98-2001 dapat dilihat dalam table dibawah ini. Tabel 2.1 Penerimaan Negara dari Minyak dan Gas Bumi Tahun 1997/1998-2001 Penerimaan Penerimaan Minyak dan Gas Kontribusi Tahun Dalam Minyak Gas Pendapatan Jumlah Negeri Bumi Alam Migas 1997/98 112.126,1 22.244,0 8.315,0 30.559,0 27.25% 1998/99 158.042,4 25.957,4 15.410,9 41.368,3 26,10% 1999/2000 a) 201.942,3 38.023,7 20.457,8 58.481,5 29,00% 2000 b) 204.942,3 58.542,9 26.769,6 85.312,5 41,63% 2001 286.844,6 67.855,1 67.855,1 104.192,6 36,32% Sumber: Ditjen Migas/DMB

Catatan: ii. APBN-P iii. Tahun 2000=April-Desember b. Peranan energi untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri Konsumsi energi Indonesia pada era permulaan industrialisasi tahun 1984 terbesar sebagai berikut: sektor industri 36,4%, sector transportasi 32,51% dan sektor rumah tangga 31,09% dari total energi sebesar 958,26 PJ. Perubahan distribusi konsumsi pada tahun 1997/1998, dimana sektor transportasi menjadi pemakai energi terbesar, dengan pangsa 39,95%. Sektor industri 36,9% dan sektor rumah tangga 23,16% dari total konsumsi 2.369,17 PJ. Salah satu faktor yang menyebabkan perubahan tersebut adalah krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan sebagian besar negara-negara di Asia saat itu. Dari kondisi diatas terlihat bahwa hubungan perekonomian dengan energi sedemikian kuat, peningkatan kegiatan ekonomi biasanya diikuti dengan meningkatnya konsumsi energi. Di Indonesia tercermin dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 7% per tahun mengakibatkan pertumbuhan konsumsi energi meningkat sebesar 10%. Hubungan tersebut dikenal dengan elastisitas energi terhadap kegiatan energi, atau dapat didefenisikan sebagai perubahan pertumbuhan energi sebagai akibat perubahan kegiatan ekonomi. Konsumsi energi sektor industri Perkembangan teknologi turut mempengaruhi pangsa penggunaan sumber energi di sektor industri, dari total 48 PJ yang digunakan tahun 1969, BBM mendominasi pangsa tersebut sebesar 86,76%, disusul gas bumi 5,74%,

listrik 4,81% dan batubara 2,68%. Besarnya konsumsi energi di sektor industri selain disebabkan oleh bermunculnya jenis industri baru, juga disebabkan oleh penggunaan peralatan di sektor industri yang sangat padat energi atau dikenal energi intensive. Konsumsi energi sektor transportasi Pertumbuhan konsumsi energi di sektor transportasi sangat dramatis. Jika di tahun 1969 sebesar 71,02 PJ hampir seluruhnya berasal dari BBM yakni sebesar 97,87% dan sisanya batubara sebesar 2,31%, maka konsumsi energi sektor ini meningkat hampir 13 kali di tahun 1999 menjadi 903,1 PJ. Dari konsumsi energi sebesar itu, BBM mendominasi pasokannya yakni sebesar 99,88%. Sisanya gas bumi yakni sebesar 0,12%. Dapat dilihat bahwa penyediaan bahan bakar sektor transportasi hanya terbatas pada media cair dan gas, terlihat bahwa ketergantungan sektor transportasi sangat tinggi terhadap BBM dan gas. Konsumsi energi sektor rumah tangga Distribusi pemakaian energi di sektor rumah tangga sangat tergantung pada kegiatan rumah tangga. Berdasarkan data Ditjen Migas (DMB), pada tahun 1999 total konsumsi energi sektor rumah tangga sebesar 610,245 PJ, kegiatan memasak mengkonsumsi 64 persennya, penerangan 23%, hiburan 8%, komersil 1% dan lain-lain sebesar 4%. Selain itu berdasarkan jenis energi yang digunakan, minyak tanah merupakan energi yang paling dominan dengan pangsa pasar 70,83%, listrik 23,78% dan LPG 5,31%.

2.5. Listrik Sebagai Sumber Daya Energi Energi listrik merupakan sarana produksi maupun sarana kehidupan sehari-hari yang memegang peranan penting dalam upaya mencapai sasaran pembangunan. Sebagai sarana produksi, tersedianya energi listrik dalam jumlah dan mutu pelayanan yang baik serta yang terjangkau merupakan penggerak utama dan sangat mendorong laju pembangunan di berbagai sektor lain. Pembangunan di berbagai sektor ini penting bagi tercapainya tujuan pembangunan seperti meningkatkan pendapatan nasional, mengubah struktur ekonomi, menciptakan tenaga kerja yang pada gilirannya akan menuntut akan tersedianya energi listrik. Disamping itu, tersedianya energi listrik yang merata. Minyak bumi, gas dan batubara dan panas bumi merupakan sumberdaya energi yang dimanfaatkan untuk memproduksi listrik. Pemanfaatannya sebagai pemasok untuk memproduksi listrik di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Keterbatasan cadangan minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri menyebabkan pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melakukan diversifikasi energi. Untuk sektor Pembangkit Listrik Negara (PLN) bentuk diversifikasi ini telah dapat dirasakan dengan berdirinya pusat-pusat pembangkit listrik tenaga air, gas, maupun panas bumi. Salah satu bentuk energi yang sudah siap untuk digunakan oleh konsumen (energi final), energi listrik merupakan salah satu faktor yang menentukan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional, sehingga perlu diusahakan serasi, selaras dan serempak dengan tahapan pembangunan nasional. Hal ini berarti bahwa sasaran pembangunan ketenagalistrikan harus selalu menunjang setiap tahapan pembangunan nasional baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat maupun dalam mendorong peningkatan ekonomi.

2.6. Peranan Energi Listrik Dalam Pembangunan Listrik membawa peranan penting dalam pembangunan, bahkan tingkat pemakaian listrik telah menjadi salah satu ukuran bagi perkembangan dan kemajuan suatu negara. Aspek-aspek kehidupan manusia dalam masyarakat telah banyak dikuasai oleh listrik; mulai dari kegiatan yang paling kecil sampai kepada yang besar sekalipun. Bagaimana pentingnya peranan listrik dapat ditinjau dari penggunaan nya untuk beberapa bidang antara lain: bidang produksi seperti industri dan pabrik, bidang penelitian dan riset, bidang pertahanan dan keamanan, bidang komunikasi dan media massa, bidang rumah tangga dan lain sebagainya. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peranan listrik dalam pembangunan. Demikian juga halnya untuk perbaikan kesehatan, pendidikan dan sebagainya, peranan listrik ini sangat menentukan. Ini mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan program pembangunan, penyediaan energi listrik harus diutamakan, sehingga dengan demikian dapat membantu bidang-bidang lainnnya. 2.7. Teori Penawaran 2.7.1. Hukum Penawaran Dalam teori ekonomi, penawaran (supply) didefenisikan sebagai hubungan statis yang menunjukkan berapa banyak suatu komoditas yang ditawarkan (untuk dijual) pada suatu tempat dan waktu tertentu pada berbagai tingkat harga, faktor lain tidak berubah. Keinginan para penjual dalam menawarkan barang ada berbagai tingkat harga ditentukan oleh beberapa faktor penting, yaitu:

1. Harga barang itu sendiri 2. Harga-harga barang lain 3. Biaya produksi 4. Organisasi pasar 5. Tingkat teknologi yang digunakan Hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut ditawarkan pada penjual. Hukum penawaran pada dasarnya menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan. 1. Harga barang itu sendiri Harga yang lebih tinggi meningkatkan hampir semua tingkat produksi yang menguntungkan dan menaikkan jumlah penawaran. Jumlah barang yang ditawarkan akan lebih tinggi ketika harga barang tersebut meningkat di pasar. 2. Harga-harga barang lain Barang subtitusi maupun komplementer akan mempengaruhi suatu barang yang dibutuhkan masyarakat. Jika harga barang impor naik masyarakat cenderung untuk membeli barang buatan dalam negeri. Sehingga mendorong produsen dalam negeri untuk menambah produksinya, maka penawaran harga tersebut meningkat.

3. Biaya produksi Jika biaya untuk memperoleh faktor produksi tinggi, maka perusahaan akan rugi, bahkan akan menutup perusahaannya, sehingga barang yang diproduksinya akan menurun. 4. Organisasi pasar Turunnya tarif dan kuota barang luar negeri akan membuka pasar bagi produsen asing dan cenderung meningkatkan penawaran. Jika pasar di monopoli, harga setiap output akan naik. Secara umum pasar persaingan sempurna akan menghasilkan kemungkinan tingkat output paling tinggi pada setiap tingkat harga. 5. Tingkat teknologi yang digunakan Dengan teknologi dapat mengurangi biaya produksi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan mutu produk, dan menciptakan produk baru. Dalam analisa ekonomi, penawaran terhadap suatu barang dan jasa terutama dipengaruhi oleh harga barang atau jasa itu sendiri. Oleh sebab itu, dalam teori penawaran yang akan dianalisa adalah hubungan antara penawaran suatu barang dengan harga barang lain dan faktor teknologi yang diterapkan. Sedangkan faktor-faktor lainnya dianggap tetap (ceteris paribus). Sifat perkaitan antara penawaran terhadap suatu barang dengan harganya tersebut dijelaskan dalam hukum penawaran. Hukum penawaran tersebut pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang berbunyi: Jika harga suatu barang naik, maka penawaran terhadap barang tersebut akan bertambah, sebaliknya jika harga barang tersebut turun,

maka penawaran terhadap barang tersebut akan berkurang (asumsi ceteris paribus/halhal lain dianggap tetap) 2.7.2. Skedul Penawaran (Supply Schedule) Cara untuk menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan pada suatu tingkat harga dapat dilakukan dengan membuat skedul penawaran. Skedul penawaran merupakan tabulasi angka-angka yang menunjukkan jumlah barang atau jasa yang ditawarkan pada berbagai tingkat harga. Contoh skedul penawaran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Skedul Penawaran Barang X Harga Barang X Jumlah yang ditawarkan A Rp.4,- 1 B Rp.5,- 2 C Rp.6,- 3 D Rp.7,- 4 E Rp.8,- 5 F Rp.9,- 6 Dari skedul penawaran barang X tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin naik harga barang X, maka jumlah barang X yang ditawarkan akan semakin bertambah banyak. Jadi, sifat hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta adalah searah. 2.7.3. Kurva Penawaran Cara lain untuk menggambarkan hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta adalah dengan menggunakan kurva penawaran.

Harga Barang 7 6 5 4 3 2 1 0 4 5 6 7 8 9 Jumlah barang X yang ditawarkan Sx Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa slope atau kemiringan kurva penawaran adalah positif, artinya bahwa hubungan antara harga barang X dan jumlah barang X yang ditawarkan adalah searah. Jadi, jika harga barang barang naik maka jumlah barang x yang ditawarkan akan bertambah, dan sebaliknya jika harga barang X turun, maka jumlah barang X yang ditawarkan akan berkurang. 2.7.4. Fungsi Penawaran Selain skedul penawaran dan kurva penawaran, hubungan antara harga dan jumlah barang dapat diterangkan melalui sebuah fungsi penawaran. Fungsi penawaran pada dasarnya menunjukkan hubungan secara matematis antara harga dan jumlah barang yang diminta. Jika dalam kurva penawaran diatas kita hanya dapat menggambarkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang ditawarkan (dalam satu kurva), maka dalam fungsi penawaran kita dapat menggambarkan hubungan antara beberapa variabel yang dapat mempengaruhi jumlah barang yang ditawarkan seperti harga barang lain (barang komplementer), biaya produksi, organisasi pasar, tingkat teknologi dan sebagainya. Bentuk fungsi penawaran yang sederhana dapat dituliskan sebagai berikut:

Dimana: Qsx = ƒ (Px) Qsx Px = jumlah barang X yang ditawarkan = harga barang X Fungsi diatas dapat dijelaskan bahwa besar kecilnya jumlah barang X yang ditawarkan akan tergantung dari harga barang itu sendiri (asumsi ceteris paribus). Contoh fungsi penawaran: Qsx = 3 + Px. Menurut fungsi penawaran ini, jika harga X = Rp.1,- maka jumlah barang X yang ditawarkan = 4, jika harga barang X naik menjadi Rp.2,- maka penawarannya akan naik menjadi 5 dan seterusnya seperti yang diperlihatkan dalam skedul dan kurva penawaran diatas. Dalam prakteknya, hal-hal yang dianggap tetap atau ceteris paribus justru mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap jumlah barang yang ditawarkan. Oleh karena itu dapat kita tuliskan perluasan fungsi penawaran tersebut menjadi: Qsx = ƒ (Px,Py,B,O,T,F) Dimana: Qsx Px Py B O T F = jumlah barang x yang ditawarkan = harga barang X = harga barang lain (barang subtitusi,barang komplementer) = biaya operasional = organisasi pasar = teknologi = faktor khusus lainnya

2.7.5. Pergeseran Kurva Penawaran Pergeseran kurva penawaran menunjukan adanya perubahan penawaran terhadap suatu barang yang disebabkan oleh perubahan faktor faktor diluar harga barang itu sendiri. Faktor faktor tersebut misalnya; harga barang itu sendiri, harga barang lain, biaya produksi, organisasi pasar dan tingkat teknologi yang digunakan. Pergeseran perubahan yang menaikkan kuantitas yang bersedia diproduksi pada tingkat harga tertentu akan menggeser kurva penawaran ke kanan, sebaliknya setiap perubahan yang menurunkan kuantitas yang bersedia ditawarkan oleh penjual pada tingkat harga tertentu akan menggeser kurva penawaran ke kiri. Pada gambar diatas ditunjukkan terjadinya pergeseran kurva penawaran ke kanan,yaitu dari S 1 bergeser S x1, yang berarti adanya pertambahan dalam penawaran barang x. Terjadinya pertambahan penawaran barang x tersebut belum tentu disebabkan oleh turunnya harga barang x itu sendiri, akan tetapi dapat pula disebabkan oleh adanya perubahan faktor faktor diluar harga barang itu sendiri. Seperti pergeseran titik A pada A 1 pada kurva penawaran S x1, yaitu pada harga Rp.9,- penawaran bertambah 1 menjadi 4,

walaupun harga tidak berubah. Jadi penawaran dapat bertambah atau berkurang walaupun harga barang itu sendiri tetap. 2.7.6. Elastisitas Penawaran a. Pengertian Elastisitas Penawaran Secara teori, hukum penawaran menyatakan bahwa kenaikan harga suatu barang akan menaikan kuantitas yang ditawarkan. Elastisitas harga dari penawaran (price elasticity of supply) mengukur seberapa banyak kuantitas yang ditawarkaan ata suatu barang mengikuti perubahan harga barang tersebut. Penawaran atas suatu barang dikatakan elastis jika perubahan harga menyebabkan perubahan yang cukup besar pada kuantitas yang ditawarkan. Sebaliknya, penawaran dikatakan tidak elastis atau inelastis apabila kuantitas yang ditawarkan itu sedikit saja berubah ketika harganya berubah. Elastisitas penawaran terhadap harga ditentukan oleh fleksibilitas penjual dalam mengubah kuantitas barang yang mereka produksi. Sebagai contoh, penawaran sebidang tanah di tepi pantai bersifat inelastis, karena tanah ditepi pantai tidak bisa dibuat semau penjual. Sedangkan barang barang manufaktur seperti mobil, buku, atau televisi memiliki penawaran yang elastis karena pemilik pabrik bisa menambah jam kerja atau pegawai untuk memacu produksinya jika harga naik. Di sebagian besar pasar, determinan kunci elastisitas harga dari penawaran adalah rentang waktu yang ada. Penawaran dalam jangka panjang cenderung lebih elastis atau mudah berubah ketimbang penawaran dalam jangka pendek. Ini mudah dipahami karena dalam jangka pendek para produsen akan kesulitan menambah atau mengurangi kuantitas produksinya. Dengan demikian, kuantitas yang ditawarkan dalam jangka pendek tidaklah

terlalu peka terhadap perubahan harga. Seandainya rentang waktunya panjang, para pengusaha akan dapat membangun pabrik baru atau menutup pabrik. Selain itu, perusahaan baru dapat memasuki pasar ataau perusahaan lama juga mungkin ditutup. Itu berarti dalam jangka panjang, kuantitas yang ditawarkan bersifat peka/elastis terhadap perubahan harga. b. Menghitung Elastisitas Harga Dari Penawaran Para Ekonom menghitung elastisitas harga dari penawaraaan sebagai persentase perubahan kuantitas yang ditawarkan dibagi persentase perubahan harga. E s = persentase perubahan jumlah barang yang ditawarkan persentase perubahan harga Elastisitas ini dapat diukur dengan cara sebagai berikut : 1. Jika elastisitas > 1, maka dengan turunnya harga, jumlah pengeluaran uang untuk barang tersebut akan naik, atau dilihat dari sudut penjual, penerimaan hasil penjualan naik. 2. Jika elastisitas < 1, maka dengan turunnya harga, jumlah pengeluaran untuk barang tersebut akan turun. 3. Jika elastisitas = 1, maka dengan turunnya harga, jumlah pengeluaran untuk barang tersebut akan tetap. b. Faktor faktor yang mempengaruhi elastisitas Penawaran Dua faktor dapat dianggap sebagai faktor yang sangat penting di dalam menentukan elastisitas penawaran, yaaitu sifat dari perubahan ongkos produksi, dan jangka waktu dimana penawaran tersebut dianalisis.

d. Sifat Perubahan Ongkos Produksi Bagaimana ongkos produksi akan berubah sekiranya harus dilakukan pertambahan produksi, sangat besar pengaruhnya kepada elastisitas penawaran. Penawaran tidak elastis apabila kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan dengan mengeluaarkan biaya yang sangat tinggi. Tetapi kalau penawaran dapat ditambah dengan mengeluarkan biaya tambahan yang tidak terlalu besar, penawaran akan bersifat elastis. Apakah ongkos produksi akan meningkat dengan cepat sekali atau akan mengalami pertambahan yang sedikit saja, apabila produksi ditambah, tergantung kepada banyak faktor. Salah satu faktor yang penting adalah sampai dimana tingkat penggunaan kapasitas perusahaan. Apabila kapasitasnya telah mencapai tingakt yang tinggi, investasi baru haruslah dilakukan untuk menambah produksi. Dalam keadaan ini kurva penawaran akan menjadi tidak elastis. Penawaran juga bersifat tidak elastis apabila faktor faktor produksi yang diperlukan untuk menaikkan produksi sangat sukar utuk diperoleh. 2.8. Jangka Waktu Analisis Di dalam menganalisis pengaruh waktu kepada elastisitas penawaraan, biasanya dibedakan tiga jenis waktu,yaitu : masa amat singkat, jangka pendek daan jangka panjang. 2.8.1. Masa amat singkat Yang dimaksudkan dengan masa amat singkat adalah jangka waktu dimana para penjual tidak dapat menambah penawarannya. Dengan demikian penawarannya bersifat tidak elastis sempurna. Keadaan ini ditunjukan dalam gambar. Misalkan pada mulanya

jumlah barang yang diperjualbelikan adalah Q.Seterusnya misalkan oleh karena sesuatu sebab kenaikan permintaan berlaku, yaitu dari DD menjai D 1 D 1.Dalam masa yang sangat singkat jumlah barang tidak dapat ditambah, maka harga mengalami kenaikan yang sangat tinggi, yaitu dari P menjadi P 1. 1. Jangka Pendek Di dalam jangka pendek kapasitas alat alat produksi yang ada tidak dapat ditambah. Tetapi setiap perusahaan masih dapat menaikkan produksi dengan kapasitas yang tersedia itu dengan cara menggunakan faktor faktor produksi, termasuk barang modal secara lebih intensif. Antara lain caranya ialah memperpanjang jam kerja, memperbaiki manajemen memproduksi, menggunakan tenaga kerja dengan lebih efektif dan sebagainya. Usaha ini akan dapat menambah produksi dari barang yang ditawarkan, keadaan ini ditunjukkan dalam gambar. Karena produksi dapat ditambah dari Q menjadi Q 1 maka kenaikan permintaan dari DD menjadi D 1 D 1 tidak banyak menaikkan harga. 2. Jangka Panjang Produksi dan jumlah barang yang ditawarkan dapat dengan mudah ditambah dalam jangka panjang. Oleh karenanya penawaran bersifat elastis, yaitu seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Dapat dilihat bahwa barang yang diperjualbelikan bertambah sebesar QQ 1 karena permintaan bertambah dari DD menjadi D 1 D 1. Pertambahan ini adalah jauh lebih besar dari pertambahan dalam jangka pendek. Oleh karena pertambahan penawaran yang cukup besar tersebut, kenaikan harga dari P menjai P 1 adalah lebih kecil daripada dalam keadaan jangka waktu amat singkat dan jangka pendek.

2.9. Indeks Harga Energi Angka indeks dirancang untuk mengukur besarnya perubahan ekonomi dari waktu ke waktu. Indeks harga adalah sebuah dinormalkan rata-rata dari harga untuk kelas tertentu dari barang atau jasa di daerah tertentu, selama interval waktu tertentu. Ini merupakan statistik yang dirancang untuk membantu untuk membandingkan bagaimana harga ini, diambil secara keseluruhan, berbeda antara periode waktu atau lokasi geografis. Indeks harga memiliki beberapa potensi penggunaan. Secara umum indeks dapat dikatakan untuk mengukur perekonomian tingkat harga atau biaya hidup. Indeks harga yang lebih sempit dapat membantu produsen dengan rencana bisnis dan investasi. Karena

mereka bekerja dengan cara yang sama untuk persentase mereka membuat perubahan tersebut lebih mudah untuk membandingkan. Indeks harga adalah ukuran memperkirakan harga rata-rata barang-barang konsumsi dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga. Indeks harga mengukur perubahan harga konstan barang dan jasa dari satu periode ke depan dalam wilayah yang sama (kota, daerah, atau bangsa). Ditentukan dengan mengukur harga grup standar barang yang dimaksudkan untuk mewakili pasar konsumen perkotaan. Indeks tersebut biasanya dihitung tahunan, atau kuartalan di beberapa negara, sebagai rata-rata tertimbang sub-indeks untuk berbagai komponen pengeluaran konsumen, seperti makanan, perumahan, sandang, masing-masing yang pada gilirannya rata-rata tertimbang sub-sub - indeks. Indeks akan menunjukkan bagaimana pengeluaran konsumen harus bergerak untuk mengimbangi perubahan harga sehingga memungkinkan konsumen untuk mempertahankan standar hidup yang konstan. Perhitungan indeks harga berdasarkan harga barang dapat dibagi menjadi dua jenis indeks, yaitu: 1. Indeks Harga Laspeyre 2. Indeks Harga Paasche Kedua perhitungan indeks harga ini mempunyai perbedaan pada harga periode komoditinya. Indeks Harga Laspeyre menggunakan harga periode dasar sedangkan Indeks Harga Paasche menggunakan harga periode akhir. Perhitungan indeks harga energi dilakukan oleh lembaga statistik nasional, dalam hal ini adalah BPS (Badan Pusat Statistik).

2.10. BBM (Bahan Bakar Minyak) Bahan Bakar Minyak adalah salah satu jenis bahan bakar. Merupakan kewajiban pemerintah untuk menjamin ketersediaan dan kelancaran pendistribusian bahan bakar minyak sebagai komoditas vital dan menguasai hajat hidup orang banyak di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Kewajiban tersebut diamanatkan oleh Pasal 33 UUD 1945. Ketentuan Pasal 28 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang mengatur bahwa harga BBM dan Gas Bumi diserahkan kepada mekanisme persaingan usaha, telah dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi No.002/PUU-I/2003 karena bertentangan dengan Pasal 33 UUD 1945, khususnya ayat (2) dan ayat (3). Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi merupakan kekayaan alam yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi untuk kemakmuran rakyat secara langsung diimplementasikan dengan penyediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) murah dengan adanya subsidi BBM yang merupakan Pengeluaran Rutin Negara. Seiring kewajiban Pemerintah untuk menjamin ketersediaan BBM, maka bagi BPK melakukan pemeriksaan atas subsidi BBM merupakan tugas yang harus dilaksanakan sesuai amanat Pasal 23 E ayat (1) UUD 1945 yaitu untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab atas keuangan negara, dimana subsidi BBM sebagai pengeluaran negara menjadi salah satu bagian daripadanya. Ada beberapa jenis BBM yang dikenal di Indonesia, di antaranya adalah: Minyak Tanah Tumah Tangga Minyak Tanah Industri

Pertamax Pertamax Plus Premium Bio Premium Bio Solar Pertamina DEX Solar Transportasi Solar Industri Minyak Diesel Minyak Bakar (MFO) Avtur Avgas