PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

2

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

SITUASI KETENAGAKERJAAN INDONESIA *) FEBRUARI 2005

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN AKREDITASI NASIONAL ( BAN PAUD DAN PNF ) NOMOR: 024/BAN PAUD DAN PNF/AK/2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PAPUA BARAT MARET 2017 MEMBAIK

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN II-2016

BERITA RESMI STATISTIK

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL PROVINSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Jumlah Akomodasi, Kamar, dan Tempat Tidur yang Tersedia pada Hotel Bintang Menurut Provinsi,

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

SURVEI NASIONAL LITERASI DAN INKLUSI KEUANGAN 2016

U r a i a n. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Pendidikan Nonformal dan Informal

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

Tabel Lampiran 39. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Bawang Merah Menurut Propinsi

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2012

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

Estimasi Kesalahan Sampling Riskesdas 2013 (Sampling errors estimation, Riskesdas 2013)

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan.

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan September 2017

2 menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang Pelaksanaan Sistem Perbendahar

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 3 Maret 2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 21 Januari 2016

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

2017, No Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

QS PENGENDALIAN PENCAIRAN DANA BLM PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT TA 2015 Update 25 Februari 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JULI 2017

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

BERITA RESMI STATISTIK

ALOKASI ANGGARAN. No Kode Satuan Kerja/Program/Kegiatan Anggaran (Ribuan Rp) (1) (2) (3) (4) 01 Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN I-2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017

Transkripsi:

No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga (13,11 persen) sudah memiliki telepon rumah, dan 6,6 juta di antaranya merupakan rumahtangga di perkotaan. Sementara itu, sebanyak 11,7 juta rumahtangga (19,96 persen) di Indonesia sudah mempunyai HP dengan jumlah terbesar terdapat di perkotaan, mencapai hampir 9,0 juta rumahtangga. Perbandingan jumlah rumahtangga yang memiliki telepon antara kelompok rumahtangga miskin dan tidak miskin adalah 0,5 juta berbanding 7,2 juta. Sedangkan yang memiliki HP adalah 1,0 juta berbanding 10,7 juta, dan dari 100 rumahtangga miskin terdapat 2 rumahtangga yang memiliki telepon rumah juga HP. Persentase rumahtangga yang mempunyai telepon sebagian besar berasal dari rumahtangga dengan sumber penghasilan sebagai buruh/karyawan, yaitu 4,5 juta rumahtangga (57,87 persen) dari 7,7 juta rumahtangga. Kemudian diikuti oleh rumahtangga dengan sumber penghasilan sebagai pengusaha (33,55 persen) dan penerima pendapatan (8,57 persen). Pola yang sama terlihat pada rumahtangga yang memiliki HP. Sebanyak 59,24 persen yang memiliki HP berasal dari rumahtangga dengan penghasilan utama sebagai buruh/karyawan, 34,08 persen berasal dari rumahtangga dengan sumber penghasilan utama sebagai pengusaha, dan 6,69 persen berasal dari penerima pendapatan. Jumlah rumahtangga yang banyak memiliki telepon adalah Provinsi Jawa Barat (1,653 juta rumahtangga dari total rumahtangga 11,851 juta), diikuti oleh Jawa Timur (1,486 juta dari 10,297 juta rumahtangga) dan DKI Jakarta (0,946 juta dari 2,455 juta total rumahtangga). Secara persentase terhadap total rumahtangga di masing-masing provinsi, Provinsi DKI Jakarta tercatat mempunyai persentase tertinggi rumahtangga yang mempunyai telepon, yakni 38,55 persen, diikuti Provinsi Kepulauan Riau (22,93 persen), Banten (22,23 persen), dan Kalimantan Timur (21,22 persen). Jumlah rumahtangga yang memiliki HP tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat (2,276 juta rumahtangga), diikuti oleh Provinsi Jawa Timur (1,680 juta rumahtangga), Jawa Tengah (1,504 juta rumahtangga), dan DKI Jakarta (1,227 juta rumahtangga). Secara persentase rumahtangga yang memiliki HP tertinggi adalah Kepulauan Riau (53,49 persen), diikuti oleh DKI Jakarta (50,00), DI Yogyakarta (39,14 persen), Kalimantan Timur (36,42 persen), dan Bali (34,13 persen). Sekitar 2,2 juta rumahtangga dari 58,8 juta rumahtangga keseluruhan (3,68 persen) yang memiliki komputer dan 2,0 juta berada di perkotaan. Dari setiap 100 rumahtangga yang memiliki komputer, hanya 27 rumahtangga (sekitar 0,6 juta) yang menggunakannya untuk akses ke internet. Selanjutnya dari 58,8 juta rumahtangga, baru 3,66 persen rumahtangga mengakses internet di warnet, kantor, sekolah, dan tempat lainnya. Berita Resmi Statistik No. 42 / IX / 14 Agustus 2006. 1

?? Sejauh mana pemilikan telepon (rumah) dan HP dalam rumahtangga? Bagaimana gambarannya di perkotaan dan di pedesaan? Dan berapa rata-rata nomor HP yang dimiliki rumahtangga yang mempunyai HP? Dari hasil Susenas 2005, tercatat sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga (13,11 persen) sudah memiliki telepon rumah, dan 6,6 juta di antaranya merupakan rumahtangga di perkotaan. Sementara itu, sebanyak 11,7 juta rumahtangga (19,96 persen) di Indonesia sudah mempunyai HP dengan jumlah terbesar terdapat di perkotaan, mencapai hampir 9,0 juta rumahtangga. Menarik untuk dicatat, bahwa dari setiap 100 rumahtangga, terdapat sebanyak 9 rumahtangga yang memiliki telepon rumah juga HP. Bahkan di perkotaan, terdapat 18 dari setiap 100 rumahtangga memiliki telepon rumah dan HP. Dari 11,7 juta rumahtangga yang memiliki HP, tercatat 7,8 juta (66,31 persen) rumahtangga mempunyai 1 nomor HP. Tetapi ada 5 dari 100 pemilik HP yang memiliki 5 atau lebih nomor. Walaupun demikian, secara rata-rata setiap rumahtangga memiliki 1,9 kartu HP. Tabel-1 Pemilikan Telepon Rumah, HP, dan Komputer, Tahun 2005 Uraian Perkotaan Pedesaan Perkotaan + Pedesaan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah rumahtangga (juta) - seluruhnya 25,460 x 33,304 x 58,764 x - memiliki telepon 6,577 25,83 1,128 3,39 7,705 13,11 - memiliki HP 8,998 35,34 2,731 8,20 11,729 19,96 - memiliki telepon dan HP 4,592 18,04 0,533 1,60 5,125 8,72 - memilki komputer 1,952 7,67 0,209 0,63 2,161 3,68 Jumlah rumahtangga pemilik HP (juta) 8,998 100,0 2,731 100,0 11,729 100,0 - punya 1 nomor HP 5,676 63,08 2,102 76,95 7,777 66,31 - punya 2-4 nomor HP 2,907 32,31 0,454 16,63 3,362 28,66 - punya 5 nomor HP 0,415 4,61 0,175 6,42 0,590 5,03?? Apakah ada hubungan fungsional antara status kemiskinan dan sumber penghasilan utama terhadap tingkat pemilikan telepon dan HP? Perbandingan jumlah rumahtangga yang memiliki telepon antara kelompok rumahtangga miskin dan tidak miskin adalah 0,5 juta berbanding 7,2 juta. Sedangkan yang memiliki HP adalah 1,0 juta berbanding 10,7 juta. Yang menarik adalah, dari 100 rumahtangga miskin terdapat 2 rumahtangga yang memiliki telepon rumah juga HP. Persentase rumahtangga yang mempunyai telepon sebagian besar berasal dari rumahtangga dengan sumber penghasilan sebagai buruh/karyawan. Tercatat sebanyak 4,5 2 Berita Resmi Statistik No. 42 / IX / 14 Agustus 2006

juta rumahtangga dari 7,7 juta rumahtangga yang mempunyai telepon (57,87 persen) berasal dari rumahtangga kelompok ini. Kemudian diikuti oleh rumahtangga dengan sumber penghasilan sebagai pengusaha (33,55 persen) dan penerima pendapatan (8,57 persen). Pola yang sama terlihat pada rumahtangga yang memiliki HP. Sebanyak 59,24 persen yang memiliki HP berasal dari rumahtangga dengan penghasilan utama sebagai buruh/karyawan, 34,08 persen berasal dari rumahtangga dengan sumber penghasilan utama sebagai pengusaha, dan 6,69 persen berasal dari penerima pendapatan. Menurut wilayah perkotaan dan pedesaan, polanya menunjukkan hal yang sama. Persentase rumahtangga yang memiliki telepon dan HP sebagian besar berasal dari rumahtangga yang mempunyai sumber penghasilan utama sebagai buruh/ karyawan. Gambar-1 Persentase Rumahtangga yang Memiliki Telepon Menurut Sumber Penghasilan Utama Rumahtangga 100% 80% 60% 40% 20% Pengusaha Buruh / karyawan Penerima pendapatan 0% Perkotaan Pedesaan Total Gambar-2 Persentase Rumahtangga yang Memiliki HP Menurut Sumber Penghasilan Utama Rumahtangga 100% 80% 60% 40% 20% Pengusaha Buruh / karyawan Penerima pendapatan 0% Perkotaan Pedesaan Total Berita Resmi Statistik No. 42 / IX / 14 Agustus 2006. 3

?? Bagaimana gambaran pemilikan komputer dalam rumahtangga? Dan sejauh mana penggunaannya untuk akses ke internet? Dari Tabel-1 sebelumnya terlihat, bahwa hanya sekitar 2,2 juta rumahtangga dari 58,8 juta rumahtangga keseluruhan (3,68 persen) yang memiliki komputer. Dan dari 2,0 juta rumahtangga yang memiliki komputer merupakan rumahtangga di perkotaan. Walaupun demikian dari setiap 100 rumahtangga yang memiliki komputer, hanya 27 rumahtangga (sekitar 0,6 juta) yang menggunakannya untuk akses ke internet.?? Sejauh mana akses internet di luar rumah yang dilakukan oleh anggota rumahtangga? Dan di mana akses internet dilakukan? Di warnet, hanya 1,56 persen rumahtangga yang akses ke internet, di kantor/ sekolah 1,81 persen, dan di tempat lainnya hanya 0,29 persen dari seluruh rumahtangga. Khusus akses internet di warnet, 87,65 persen dilakukan oleh rumahtangga perkotaan. Dan dari 100 rumahtangga di perkotaan, tercatat 3 rumahtangga melakukan akses internet di warnet. Gambar-3 Persentase Rumahtangga yang Akses Internet di Luar Rumah 4 3,5 Perkotaan Pedesaan 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Warnet Kantor / Sekolah Lainnya?? Bagaimana perbandingan pemilikan telepon dan HP menurut provinsi? Secara absolut, jumlah rumahtangga yang banyak memiliki telepon adalah Provinsi Jawa Barat (1,653 juta rumahtangga dari total rumahtangga 11,851 juta), diikuti oleh Jawa Timur (1,486 juta dari 10,297 juta rumahtangga) dan DKI Jakarta (0,946 juta dari 2,455 juta total rumahtangga). Di provinsi Jawa Tengah yang jumlah rumahtangganya sebesar 8,639 juta (terpaut sekitar 1,5 juta dari Jawa Timur) hanya terdapat 0,603 juta 4 Berita Resmi Statistik No. 42 / IX / 14 Agustus 2006

rumahtangga yang memiliki telepon. Jumlah ini hanya sedikit lebih tinggi dari jumlah rumahtangga yang memiliki telepon di Provinsi Banten. Secara persentase terhadap total rumahtangga di masing-masing provinsi, Provinsi DKI Jakarta tercatat mempunyai persentase tertinggi rumahtangga yang mempunyai telepon, yakni 38,55 persen, diikuti Provinsi Kepulauan Riau (22,93 persen), Banten (22,23 persen), dan Kalimantan Timur (21,22 persen). Provinsi dengan jumlah rumahtangga yang memiliki telepon terendah adalah Nusa Tenggara Timur (4,17 persen). Seperti halnya pemilikan telepon, jumlah rumahtangga yang memiliki HP tertinggi terdapat di Provinsi Jawa Barat (2,276 juta rumahtangga), diikuti oleh Provinsi Jawa Timur (1,680 juta rumahtangga), Jawa Tengah (1,504 juta rumahtangga), dan DKI Jakarta (1,227 juta rumahtangga). Sedangkan yang terendah (kurang dari 100 ribu rumahtangga) terdapat Bengkulu, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara dan Papua. Walaupun demikian, secara persentase rumahtangga yang memiliki HP tertinggi adalah Kepulauan Riau (53,94 persen), diikuti oleh DKI Jakarta (50,00), DI Yogyakarta (39,14 persen), Kalimantan Timur (36,42 persen) dan Bali (34,13 persen). Provinsi lainnya berkisar antara 5,39 persen (Nusa Tenggara Timur) dan 27,67 persen (Riau). Berita Resmi Statistik No. 42 / IX / 14 Agustus 2006. 5

Tabel-2 Jumlah dan Persentase Rumahtangga yang Memiliki Telepon dan HP Propinsi Jumlah rt (juta) Memiliki Telepon Jumlah rt % (juta) Memiliki HP Jumlah rt % (juta) Sumatera Utara 2,870 0,370 12,89 0,601 20,93 Sumatera Barat 1,157 0,154 13,28 0,235 20,26 Riau 1,169 0,118 10,11 0,324 27,67 Jambi 0,686 0,057 8,32 0,118 17,18 Sumatera Selatan 1,724 0,159 9,23 0,270 15,64 Bengkulu 0,421 0,030 7,13 0,052 12,38 Lampung 1,840 0,131 7,10 0,210 11,41 Kep. Bangka Belitung 0,231 0,018 7,91 0,059 25,57 Kep. Riau 0,338 0,078 22,93 0,182 53,94 DKI Jakarta 2,455 0,946 38,55 1,227 50,00 Jawa Barat 11,851 1,653 13,95 2,276 19,20 Jawa Tengah 8,639 0,603 6,98 1,505 17,42 D.I. Yogyakarta 1,018 0,134 13,14 0,398 39,14 Jawa Timur 10,297 1,486 14,43 1,680 16,32 Banten 2,504 0,557 22,23 0,636 25,40 Bali 0,908 0,156 17,14 0,310 34,13 Nusa Tenggara Barat 1,303 0,059 4,54 0,145 11,14 Nusa Tenggara Timur 0,897 0,037 4,17 0,048 5,39 Kalimantan Barat 1,062 0,091 8,55 0,169 15,92 Kalimantan Tengah 0,601 0,053 8,77 0,079 13,17 Kalimantan Selatan 1,043 0,111 10,62 0,255 24,42 Kalimantan Timur 0,751 0,159 21,22 0,273 36,42 Sulawesi Utara 0,629 0,100 15,83 0,114 18,15 Sulawesi Tengah 0,601 0,038 6,36 0,056 9,26 Sulawesi Selatan 2,059 0,253 12,29 0,315 15,31 Sulawesi Tenggara 0,507 0,033 6,57 0,049 9,63 Gorontalo 0,255 0,017 6,66 0,025 9,61 Maluku 0,261 0,028 10,81 0,025 9,71 Maluku Utara 0,162 0,014 8,70 0,017 10,48 Papua 0,523 0,063 12,00 0,077 14,71 JUMLAH 58,762 7,706 13,11 11,730 19,96 6 Berita Resmi Statistik No. 42 / IX / 14 Agustus 2006