Prinsip Kriteria Indikator APPS (Dokumen/ Bukti Pelaksanaan) ya/ tidak 1) Jika tidak/belum, apa alasannya 3) Keterangan 2)

dokumen-dokumen yang mirip
HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DRAFT UNTUK BAHAN DISKUSI Membangun Kebijakan Kerangka Pengaman REDD+ di Indonesia

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Dipublikasikan oleh: Pusat Standardisasi dan Lingkungan (Pustanling) Sekretariat Jenderal, Kementerian Kehutanan

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

Muhammad Zahrul Muttaqin Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

Draft 10 November PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.30/Menhut-II/ /Menhut- II/ TENTANG

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

ASSALAMU ALAIKUM WAR, WAB, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEKALIAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL DI KPHP DAMPELAS TINOMBO PROVINSI SULAWESI TENGAH

Sintesis Pengaman Sosial dan Lingkungan (SES) TFCA Kalimantan

Kajian Hukum Penataan Ruang Berbasiskan Ekosistem dan Peluang Penerapan EU RED (EU Renewable Energy Source Directive)

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PERMEN-KP/2014 TENTANG JEJARING KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

Standard Operating Procedure

KEMAJUAN PENYIAPAN ARSITEKTUR REDD+ INDONESIA: SISTEM INFORMASI SAFEGUARDS (SIS) REDD+ INDONESIA

Pelestarian Ekosistem Sumatera dan Energi Terbarukan (Kebijakan Uni Eropa dan Peraturan Nasional)

PENATAAN RUANG BERBASIS EKOSISTEM DAN PELUANG PENERAPAN EU RED (SATU KAJIAN HUKUM)

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

SINTESA RPI 16 EKONOMI DAN KEBIJAKAN PENGURANGAN EMISI DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI. Koordinator DEDEN DJAENUDIN

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Strategi Nasional REDD+

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2009 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

WORKSHOP PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING KARBON HUTAN:PENGELOLAAN HUTAN BERKELANJUTAN DAN MASYARAKAT SEJAHTERA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

Kebijakan APRIL Group dalam Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Juni 2015

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REVITALISASI KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS UNTUK EKOSISTEM TERPADU RIMBA ASISTEN DEPUTI KAJIAN KEBIJAKAN WILAYAH DAN SEKTOR KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Kalimantan Timur Dipersentasikan Oleh: Dr. Fadjar Pambudhi

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

REDD+: Selayang Pandang

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

PEMANFAATAN JASA KARBON HUTAN DI KAWASAN HUTAN KONSERVASI Operasionalisasi Peran Konservasi kedalam REDD+ di Indonesia

Upaya Menghubungkan Sistem MRV Provinsi ke Tingkat Nasional

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

INTEGRASI MUATAN RTRW DAN RPJM PROPINSI LAMPUNG SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP. Oleh : Zumrodi

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBAGIAN MANFAAT REDD+ DI KAWASAN HUTAN

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

RENCANA KERJA 2015 DAN PENELITIAN INTEGRATIF

Dipublikasikan oleh: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH (RENJA-SKPA) BAPEDAL ACEH TAHUN 2015

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

Kebijakan Bioenergi, Lingkungan Hidup dan Kehutanan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

LOKAKARYA MONITORING DAN PELAPORAN PERMANEN SAMPEL PLOT DI PROPINSI NTB

SUSTAINABILITY STANDARD OPERATING PROCEDURE. Prosedur Penyelesaian Keluhan

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Transkripsi:

PTabel Cara Penilaian Pelaksanaan Safeguards dengan menggunakan Alat Penilai Pelaksanaan Safeguards (APPS) berdasar Keputusan COP-16 dalam Sistem Informasi Safeguards (SIS) REDD+ di Indonesia Prinsip Kriteria Indikator APPS Prinsip 1. Kegiatan REDD+ harus mengikuti peraturan pemerintah dan konvensi/persetujuan internasional yang diratifikasi secara nasional mengikuti, dan harus konsisten dengan tujuan program kehutanan nasional. [PHPL/SVLK: Prasyarat 1.1 1.5; LEI: PrasyaratII.1- II.3; FSC: Prinsip 1; Permenhut No.8/2010] I.I Kegiatan REDD+ harus dikoordinasikan /diatur/dikelola di bawah wewenang lembaga subnasional atau nasional yang tepat dan, bila sesuai, di bawah badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum dan peraturan Indonesia. [PHPL/SVLK: Prasyarat 1.1 1.5; LEI: Prasyarat II.1-II.3] I.2 Kegiatan REDD+ di tingkat nasional dan sub nasional harus mematuhi hukum yang berlaku dan konvensi internasional yang diratifikasi Indonesia. [ PHPL/SVLK: I.I.I Ketersediaan dokumen hukum dan administratif yang membuktikan kewenangan yang jelas untuk kegiatan REDD+, sesuai dengan skala dan implementasinya. I.2.I Ketersediaan dokumen perencanaan, prosedur, dan laporan periodik mengenai implementasi peraturan pemerintah yang relevan. a. Dokumen tentang status hukum (legal entity) penyelenggara. b. Keputusan (legal document) yang mendasari pelaksanaan kegiatan. a.dokumen strategi nasional/ sub-nasional REDD+. b.dokumen perencanaan penanganan perubahan iklim terkait. c.dokumen perencanaan pembangunan terkait. d.rencana kerja dan pengaman (safeguard)-nya. e.sop yang sudah dibangun. f. Laporan: jenis dan periode. 1

Prasyarat 1.1 1.5; LEI: Prasyarat II.1-II.3; FSC: Prinsip 1]. I.3. Kegiatan REDD+ harus sejalan dengan tujuan program kehutanan nasional seperti yang dijelaskan dalam rencana jangka panjang dan strategis dari sektor kehutanan Indonesia. [Permenhut No.49/2011 mengenai I.2.2 Ketersediaan laporan mengenai implementasi konvensi/persetuj uan internasional. I.3.I Kegiatan REDD+ harus sejalan dengan dan mendukung tujuan prioritas pada rencana jangka panjang dan strategis dari sektor kehutanan Indonesia. a.laporan kegiatan yang relevan dengan isu-isu konvensi/ perjanjian internasional. b.laporan-laporan isu di atas pada tingkat provinsi/ kabupaten. Laporan-laporan kegiatan REDD+ yang menunjukkan relevansi dengan/ mendukung tujuan Renstra dan rencana lain di sektor Kehutanan. rencana jangka panjang sektor hutan Indonesia untuk 2011-2030 dan RENSTRA dari Kementerian Kehutanan yang berlaku]. Prinsip 2. Prinsip 2. Kegiatan REDD+ harus berkontribusi pada tata kelola hutan yang transparan dan efektif, dengan mengikuti prinsip 2.I Sesuai dengan skala dan konteks kegiatan REDD+, pengaturan kelembagaan mendukung komunikasi yang baik di antara para 2.I.I Pernyataan jelas dari kebijakan mengenai penyampaian informasi oleh unit yang bertanggung jawab atas a. Ada atau tidaknya kebijakan penyediaan informasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan REDD+ kepada publik. b. Beber contoh implementasi kebijakan tersebut di atas. 2

kedaulatan nasional pihak untuk pengawasan yang efektif dari implementasi prinsip-prinsip tata kelola yang baik. [tingkat situs: PHPL/SVLK: Prasyarat 1.2; LEI: Prasyarat 1.1-1.5]. 2.2 Entitas yang bertanggung jawab untuk kegiatan REDD+ harus mempublikasikan komitmennya untuk tidak menawarkan atau menerima uang suap atau bentuk pun dari korupsi [FSC: Kriteria 1.7], dan harus mengikuti undang-undang anti kegiatan REDD+, sesuai dengan skala dan konteks implementasinya. 2.I.2 Pernyataan yang dengan jelas menguraikan struktur, tugas dan fungsi organisasi dari unit yang bertanggung jawab atas kegiatan REDD+, sesuai dengan skala dan konteks implementasinya. 2.2.I Pernyataan kebijakan anti korupsi yang jelas. Struktur organisasi penanggung jawab REDD+ dan tupoksinya tersedia untuk publik. Komitmen tertulis terhadap anti korupsi tersedia untuk publik. 3

korupsi Indonesia [Undang-Undang Anti Korupsi No. 31/1999; Konvensi Anti Korupsi PBB, diratifikasi oleh Indonesia dengan UU 7/2006; Permenhut No.67/2011; Instruksi Menteri Kehutanan, 2012; Pakta Integritas]. Prinsip 3. Kegiatan REDD+ harus menghormati hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal melalui aksi yang sesuai dengan skala dan konteks implementasinya 3.I Kegiatan REDD+ harus termasuk mengidentifikasi dan menghargai hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal, seperti kepemilikan, akses dan pemanfaatan sumber daya hutan serta jasa ekosistem, dengan intensitas yang meningkat pada skala tingkat subnasional dan tk. [FSC: Kriteria 3.1; PP 28/2009]. 3.I.I Ketersediaan peta dan/atau dokumen pun mengenai masyarakat adat dan masyarakat lokal yang telah diidentifikasi, termasuk hak-hak mereka dalam wilayah kegiatan REDD+. [LEI: S1.3]. 3.I.2 Ketersediaan rencana kerja dan pengaturan untuk mengakomodasi hak maupun aspirasi masyarakat adat dan penduduk lokal dalam memanfaatkan Laporan identifikasi jenis-jenis hak yang ada, pemangku hak (ditunjukkan dalam peta wilayah kerja REDD+), wilayah hak masyarakat adat dan/atau masyarakat lokal. Uraian dari 1.2.1 a yang menyangkut pengaturan pengakuan hak dan aspirasi masyarakat adat dan/atau masyarakat lokal. 4

3.2 Diterapkan pada tingkat tk, kegiatan persin REDD+ harus mencakup proses untuk memperoleh Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (FPIC) dari masyarakat adat dan lokal yang terkena dampak sebelum kegiatan REDD+ dimulai. [SVLK/PHPL: Prerequisite 1.5; FSC Principle 3 and 4]. sumber daya hutan. [LEI: P2.9] 3.2.I Ketersediaan dokumentasi proses konsultasi yang menunjukkan upaya, kesesuaian skala kegiatan dan intensitas kegiatan untuk mendtkan Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (FPIC) dari masyarakat adat dan lokal yang berpotensi terpengaruh oleh kegiatan REDD+. [SVLK/PHPL:Prerequisite 1.5; Laporan pelaksanaan PADIATAPA atas kegiatan-kegiatan yang dilakukan. FSC Principle 3 and 4]. 3.3 Kegiatan REDD+ harus berkontribusi dalam mempertahankan atau memperkuat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat adat dan lokal, dengan berbagi keuntungan secara adil dengan mereka, 3.3.I Kebijakan, rencana dan/atau program tidak boleh berdampak pada marjinalisasi kelompok tertentu dalam masyarakat karena adanya keterbatasan akses dan kendali atas sumber daya alam, Laporan/ dokumen yang menunjukkan tidak ada diskriminasi terhadap kelompok manapun atas akses terhadap sumberdaya alam, kapital dan pengetahuan dalam pelaksanaan REDD+. 5

termasuk untuk generasi yang akan datang. S1.3]. [FSC: Prinsip 4; LEI: modal maupun pengetahuan. [KLHS/AMDAL: Permen LH 09/2011, KLHS Nilai Keadilan 3.3.2 Mekanisme yang terdokumentasi atas distribusi keuntungan yang adil di antara masyarakat adat dan penduduk lokal yang terpengaruh, serta bukti implementasi yang bisa ditunjukkan. [SVLK/PHPL: Dokumen yang menginformasikan penyediaan manfaat bagi masyarakat, seperti namun tidak terbatas pada: - Peningkatan ksitas - Peningkatan kelembagaan - Peningkatan manfaat ekonomis SDA - Kinerja karbon - dll. 3.4 Kegiatan REDD+ harus mengenali pengetahuan tradisional dan memberi kompensasi atas pemanfaatan pengetahuan tersebut secara komersial. 3.6 & 4.8; LEI: S.2.2]. [FSC: Kriteria 3.4.1 Ketersediaan mekanisme atau prosedur untuk pemberian kompensasi atas pemanfaatan komersial atas pengetahuan tradisional Bentuk dan nilai kompensasi atas penggunaan pengetahuan lokal, jika ada, dalam pelaksanaan kegiatan REDD+. Prinsip 4. Kegiatan REDD+ harus secara proaktif dan transparan mengidentifikasi para 4.I Entitas yang bertanggung jawab untuk kegiatan REDD+ akan 4.I.I Ketersediaan dari rekaman/catatan dari masalah/keluhan, a. Daftar hadir (untuk para pihak saja). b. Daftar pihak terkait. c. Daftar undangan. d. Daftar pengunjung. 6

pihak yang relevan dan melibatkan mereka dalam proses perencanaan dan pemantauannya berkoordinasi dengan pihak yang berwenang yang sesuai untuk mengidentifikasi para pihak yang relevan, dan kemudian melibatkan para pihak ini dalam seluruh proses perencanaan, dan memastikan bahwa proses tersebut disetujui/diketahui oleh para para pihak. [PHPL/SVLK: Prasyarat 1.1; KLHS/AMDAL: Permen LH 09/2011, Prinsip 6 termasuk proses penyelesaiannya. 4.I.2 Bukti yang terdokumentasi bahwa mekanisme resolusi yang berfungsi tetap berlaku. [SVLK/PHPL: 4.4]. 4.I.3 Bukti dari penggunaan aktif prosedur atau mekanisme yang layak untuk menyelesaikan konflik dan [LEI: S1.4]. masalah. a. MoU/agreement. b. Foto kegiatan pelibatan para pihak. c. Notulensi/ MoM. d. Dokumentasi kegiatan pelibatan para pihak. e. Kerangka acuan proses pelibatan para pihak. f. Panduan (misal: PERDA) tentang pelibatan para pihak. a. Laporan kegiatan REDD+, peta para pihak terkait. b. Dokumentasi usulan para pihak dalam proses perencanaan. dalam Partisipasi]. 4.2 Diterapkan pada tingkat tk, kegiatan REDD+ harus memiliki prosedur atau mekanisme untuk menyelesaikan masalah/keluhan dan perselisihan. [SVLK/PHPL: 4.4]. 4.2.I Ketersediaan dari rekaman/catatan dari masalah/keluhan, termasuk proses penyelesaiannya. 4.2.2 Bukti yang terdokumentasi a. Dokumen/surat laporan keluhan para pihak (penekanan pada availibility of grievance mechanism). b. Bukti pertemuan/ foto penanganan keluhan. c. Berita Acara penerimaan keluhan. a. SOP penyelesaian keluhan/ konflik. b. Pelaksanaan SOP penyelesaian 7

bahwa mekanisme resolusi yang berfungsi tetap berlaku. [SVLK/PHPL: 4.4]. keluhan/ konflik. c. Notulensi. Prinsip 5. Konservasi Keanekaragaman Hayati, Jasa Sosial dan Jasa Lingkungan. Kegiatan REDD+ harus mengembangkan strategi efektif untuk mempertahankan, menjaga, dan mengembalikan keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem untuk manfaat sosial dan lingkungan 5.I Kegiatan REDD+ harus mencakup identifikasi dan penilaian dampak potensial dari aktivitas terhadap jasa sosial dan lingkungan. Penilaian harus dilakukan mengikuti skala dan intensitas dari aktivitas supaya mencukupi untuk dt memutuskan langkah-langkah konservasi yang 4.2.3 Bukti dari penggunaan aktif prosedur atau mekanisme yang layak untuk menyelesaikan konflik dan [LEI: S1. masalah. 5.I.I Ketersediaan laporan mengenai penilaian dampak pada jasa sosial dan lingkungan 5.I.2 Rencana tata kelola dan pemantauan untuk mempertahankan jasa sosial dan lingkungan harus [SVLK/PHPL: E3- tersedia. a. Berita Acara penyelesaian keluhan/konflik. b. Laporan penyelesaian keluhan/konflik. c. Rujukan/referensi atas proses mediasi (jika ada) terkait resolusi konflik. a. Laporan AMDAL/RKL-RPL. b. Tabel komparasi sebelumsesudah pelaksanaan kegiatan. c. Laporan survei tentang bagaimana dengan adanya REDD+ dt meningkatkan taraf hidup masyarakat, dengan tetap menjaga kelestarian hutan setempat. d. Laporan KLHS (sesuai skala kegiatan). a. Laporan pemantauan terkait manfaat sosial dan lingkungan. b. Laporan pelaksanaan mitigasi dampak negatif. c. Rekomendasi dan tindak lanjut hasil a. dan b. 8

perlu dilakukan. [FSC: Kriteria 6.2; (Permen LH AMDAL No.8/2006; Pedoman 4-3.5; LEI: E.2.8; FSC: P9 pada HCV]. Penyusunan AMDAL, Lampiran I No.7c point i)]. 5.2 Kegiatan REDD+ harus mencakup identifikasi dan penilaian dampak terhadap keanekaragaman hayati dan mengembangkan strategi untuk mengimplementasi kan pengelolaan keanekaragaman hayati untuk memastikan konservasi dan perlindungannya. [SVLK/PHPL: E3-4-3.5; LEI: E.2.8; FSC: Prinsip 9 pada HCV]. 5.2.I Rekaman/catatan dari spesies yang terancam punah, langka, mengancam, dan endemik harus tersedia. 5.2.2 Ketersediaan rencana pengelolaan keanekaragaman hayati. 5.2.3 Bukti implementasi yang konsisten dari rencana pengelolaan keanekaragaman hayati. 5.2.4 Bukti dari penginderaan jarak jauh bahwa unit REDD+ telah a. Daftar keanekaragaman hayati. b. Laporan survey keanekaragaman hayati. c. Data spesies endemik dan langka berdasar hasil survey (b). d. Dokumentasi/publikasi/peta sebaran flora dan fauna berdasar (b). Dokumen rencana pengelolaan keanekaragaman hayati. a. Laporan periodik pelaksanaan pengelolaan keanekaragaman hayati. b. Dokumentasi sosialisasi mengenai keanekaragaman hayati. c. Dokumen/ laporan evaluasi. a. Peta perubahan tutupan hutan yang sesuai dengan peraturan/ pedoman yang berlaku. b. Laporan hasil analisis penginderaan jauh yang 9

mencegah konversi hutan alam seperti yang diatur dalam peraturan pemerintah Indonesia. [Permenhut No. 5/2010; FSC: Kriteria 6.9]. menunjukkan bahwa kegiatan REDD+ tidak menyebabkan konversi hutan alam/ primer. Prinsip 6. Resiko balik. Kegiatan REDD+ harus mengurangi resiko balik melalui cara yang sesuai dengan skala dan konteks, dengan penekanan pada tindakan subnasional dan inisiatif kebijakan tingkat nasional. 6.I Tergantung pada skala dan konteks, kegiatan REDD+ harus menetapkan resiko dari ancaman internal maupun eksternal untuk cadangan karbon dan pemeliharaan hutan, dan mengembangkan rencana mitigasi untuk mengatasinya 6.2 Kegiatan REDD+ harus mencakup pemantauan periodik terhadap ancaman dan 6.I.I Ketersediaan dari penilaian resiko untuk tk atau wilayah kegiatan REDD+, yang meliputi penilaian terhadap resiko kebakaran hutan, perambahan, penebangan ilegal, dan dampak eksternal lainnya. 6.I.2 Ketersediaan dari rencana mitigasi resiko yang terkait untuk mengatasi resiko balik yang besar. 6.2.I Ketersediaan laporan pemantauan tahunan yang menunjang Laporan kajian resiko/ancaman terjadinya gangguan illegal logging, perambahan, kebakaran dan lain-lainnya. a. Rencana mitigasi gangguan illegal logging, perambahan, kebakaran dan lain-lainnya. b. Laporan kegiatan mitigasi gangguan illegal logging, perambahan, kebakaran dan lain-lainnya. a. Laporan tahunan hasil pemantauan kegiatan mitigasi ancaman yang sudah diidentifikasi. b. Peta pemantauan (time series) ancaman yang teridentifikasi. 10

Prinsip 7. Pengurangan perpindahan emisi. Mengakui bahwa monitoring dan pengurangan emisi dari perpindahan merupakan tanggung jawab sub-nasional (KPH, kabupaten, provinsi) dan pemerintah nasional, maka kegiatan REDD+ harus mengimplementasikan pengelolaan yang adaptif untuk mengurangi pembalikan. 7.I Sesuai dengan skala dan konteks, kegiatan REDD+ harus mencakup strategi untuk mengurangi perpindahan emisi dalam batas nasional. penilaian periodik terhadap resiko pembalikan, dan merekomendasika n langkah-langkah pengelolaan adaptif untuk mitigasi jika diperlukan. 6.2.2 Bukti dari pengelolaan aktif terhadap ancaman pembalikan, disesuaikan dengan rekomendasi yang muncul dari pemantauan tahunan. 7.I.I Ketersediaan dokumentasi penilaian dan analisis tentang jenis perpindahan emisi yang mungkin terjadi di luar kegiatan REDD+ dalam batas nasional. 7.I.2 Tersedianya dokumentasi c. Dokumen/ laporan evaluasi. a. Rencana adaptasi sesuai hasil monitoring. b. Dokumen/ laporan evaluasi. a. Baseline terkait area yang boleh/tidak boleh dikonversi. b. Kajian perubahan tataguna lahan dan penyebab deforestasi dan degradasi hutan. c. Laporan kajian resiko/ancaman terjadinya pengalihan emisi keluar batas kegiatan REDD+. a. Merujuk 1.2.1. a,b,c,d: Dokumen tentang REL/RL dan target pengurangan atau 11

mencakup strategi untuk mengurangi perpindahan emisi dan mendukung pemantauan subnasional dan nasional 7.2 Sesuai dengan skala dan konteks, pemantauan berkala terkait dengan emisi dari hutan dan perubahan stok karbon di wilayah kegiatan REDD+ dilaksanakan, dan harus mencakup pemantauan upaya dan hasil dalam mengurangi perpindahan emisi. strategi untuk pengurangan emisi, di bawah skenario realistis, yang menghindari perpindahan emisi di luar kegiatan REDD+ dalam batas nasional. 7.2.I Ketersediaan laporan pemantauan tahunan yang terkait dengan emisi dari hutan dan perubahan stok karbon, untuk wilayah kegiatan REDD+ dan pencegahan emisi atau peningkatan stok karbon. b. Dokumen rencana penanganan pengalihan emisi berdasar 7.1.1 c. a. Dokumen Sistem Monitoring Hutan Nasional dan Subnasional. b. Dokumen MRV. c. Analisis hasil MRV yang menunjukkan penanganan pengalihan emisi (emission displacement). Catatan : 1) diisi Y bila dokumen/ bukti tersedia, dan T bila dokumen/ bukti tidak tersedia Diisi nama/ judul dokumen dan uraian singkat tentang isinya 3) Diisi dengan alas an atau kesulitan / kendala meng informasi dan dokumen/bukti tidak tersedia 12