INTEGRASI MUATAN RTRW DAN RPJM PROPINSI LAMPUNG SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP. Oleh : Zumrodi

Transkripsi

1 INTEGRASI MUATAN RTRW DAN RPJM PROPINSI LAMPUNG SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP Oleh : Zumrodi Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perencanaan Lingkungan Dan Tata Ruang PSMIL UNPAD 2016 Pendahuluan Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sitem Perencanaan Pembangungan Nasional, terdapat empat tahapan perencanaan pembangungan yaitu ; 1) penyusunan rencana; 2) penetapan rencana; 3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan 4) evaluasi rencana. Keempat tahapan tersebut merupakan satu prosedur manajemen perencanaan yang saling terkait dan tidak berdiri sendir. Sistem perencanaan pembangunan nasional didahului dengan penyusuna rencana untuk kemudian ditetapkan dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Rencana pembangunan yang telah ditetapkan selayaknya mengakomodir program/kegiatan/kabijakan dari rencana pembangunan lain yang telah lebih dulu ditetapkan atau secara hierarki lebih tinggi. Keterpaduan rencana pembangunan yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) menjadi hal yang mutlak dilakukan demi pencapaian kualitas pembangunan di suatu kawasan/daerah. Sebagai bagian akhir sebuah perencanaan, dilakukan kegiatan evaluasi yang pada dasarnya merupakan umpan baik dalam tahap perencanaan selanjutnya. Evaluasi tersebut tidak hanya dilakukan terhadap pelaksanaan rencana pembangunan yang telah ditetapkan, akan tetapi juga dilakukan untuk mengetahui kesesuaian perencanaan pembangunan antar masing masing dokumen (dalam hal ini adalah dokumen RTRW dan RPJM). Integrasi muatan dalam kajian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara RTRW dan RPJM Propinsi Lampung. Kajian ini dibatasi untuk sektor lingkungan hidup

2 Metode dan Hasil Metode dalam evaluasi integrasi muatan RTRW dan RPJM Propinsi Lampung dilakukan dengan analisa konsistensi kebijakan/strategi/progam antar kedua dokumen tersebut. Hasil dari komparasi tersebut ditampilkan dalam tabel berikut : Tabel 1. Analisa strategi dan kebijakan penataan ruang 2

3 Tabel 2. Integrasi kebijakan RTRW dan RPJM 3

4 Tabel 3. Analisa rumusan RPJM berikutnya Pembahasan Dalam dokumen RPJM Propinsi Lampung, dinyatakan bahwa visi propinsi lampung adalah Lampung unggul dan Berdaya saing berbasis ekonomi kerakyatan. Dalam bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, visi ini diturunkan menjadi misi ke enam, yaitu Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan. Lebih lanjut misi ke enam ini dijabarkan dengan prioritas pembangunan : a) peningkatan kualitas lingkungan hidup; b) perbaikan pengaturan dan pengelolaan sumber daya alam; dan c) program penanggulangan bencana alam dan perlindungan masyarakat. Propinsi Lampung seperti juga daerah lain di Indonesia, menghadapi permasalahan lingkungan yang rumit. Permasalahan lingkungan ini tergambar dari menurun daya dukung yang ditandai dengan meningkatnya intensitas banjir pada musim hujan, dilain pihak pada 4

5 musim kemarau kekeringan dan keterbatasan ketersediaan air. Sebanyak 55% kawasan hutan propinsi lampung pada tahun 2012 mengalami kerusakan, sementara potensi ekonomi dari produk hutan non kayu, jasa lingkungan dan keanekargaman hayati belum digali secara maksimal. Kerusakan ekosisitem pesisir, kerusakan daerah aliran sungai polusi udara punahnya flora fauna endemik juga menjadi penanda dari kerusakan lingkungan yang telah terjadi. Sesuai dengaan hasil integrasi muatan, jabaran strategi dalam RPJM pada dasarnya sudah sesuai dengan kebijakan yang tertuang dalam RTRW. Dalam RPJM, strategi yang dilakukan adalah Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan yang berkelanjutan, sedangkan dalam RTRW kebijakan yang ditempuh adalah Memelihara dan mewujudkan kelestarian lingkungan hidup serta mengurangi resiko bencana. Secaran umum penjelasan dan jabaran program dari misi RPJM Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan yang berkelanjutan cenderung normatif, belum menyentuh aspek mendasar dalam pelestarian SDA dan lingkungan. Upaya peningkatan kualitas lingkungan cenderung dilakukan secara parsial melalui pemantauan (yang merupakan bagian dari pengelolaan). Identifikasi sumber pencemar pada media air, udara dan tanah terlebih dahulu harus dilakukan untuk merencanakan program peningkatan kualitas lingkungan yang sesuai. Selain itu instrumen perlindungan lingkungan hidup seperti tata ruang, KLHS, amdal, izin lingkungan dan baku mutu lingkungan harus dilakukan secara konsisten demi peningkatan kualitas lingkungan. Kesimpulan 1. Secaram umum RPJMD Propinsi Lampung sudah linear dengan RTRW Propinsi Lampung hal ini terlihat dari kesesuaian beberapa kebijakan dan strategi yang ada. Lebih lanjut kesesuaian ini harus lebih tergambar dari pada pemilihan prioritas perencanaan pembangunan. 2. Sasaran kedua RPJM yaitu Peningkatan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, belum ditindaklanjuti dengan pemilihan program atau kebijakan yang sesuai dalam tingkay SKPD 3. Strategi dalam RTRW melaui Pengoptimalan pemanfaatan sumber daya alam untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup serta mengurangi resiko bencana, tidak diikuti dengan penentuan indikasi program yang relevan, yang akan mempermudah dalam penentuan strategi dan kebijakan dalam RPJM. 5

6 Referensi : Undang undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangungan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Perda Propinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Lampung Tahun 2009 Sampai Dengan Tahun 2029 Perda Propinsi Lampung Nomor 11 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Propinsi Lampung Tahun