IKLIM ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012



dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN SITUASIONAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan yang penting seperti pabrik, atau suatu organisasi secara keseluruhan.

ORGANISASI INOVATIF. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KINERJA ANGGOTA DPRD KABUPATEN PAMEKASAN Miftahol Arifin ( )

BAB II LANDASAN TEORI

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. Ulrich dalam Novliadin (2007) mengungkapkan bahwa, Kunci sukses

Motivasi penting dikarenakan :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perusahaan jasa merupakan perusahaan yang produk usahanya berupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam maksud dan tujuan perusahaan. Misi tidak akan tercapai tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

PSIKOLOGI INDUSTRI ORGANISASI

LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. 1.1 Latar Belakang Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian 7

KAJIAN PUSTAKA. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

teguhfp.wordpress.com HP : Flexi:

TALENTA BERGANDA KEPEMIMPINAN ORGANISASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Industri Rumah Sakit pada dasarnya adalah kumpulan dari berbagai unit

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan jalan menggunakan sumber-sumber yang telah tersedia

BAB I PENDAHULUAN. oleh kalangan orang banyak, baik dalam organisasi yang kecil maupun dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbulnya tuntutan efisiensi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masukan selama periode tersebut (Dossett dan Greenberg, 1981). a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang akan menghadapi tantangan yang berat. Hal ini terjadi karena dalam

BAB II BAHAN RUJUKAN

2 keberadaannya, secara umum Public Relations adalah semua bentuk komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar, antara suatu organisasi d

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dihasilkan dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian.

II. LANDASAN TEORI. dilaksanakan bila dalam pencapaian suatu tujuan tersebut tidak hanya dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah penelitian dari Purwaningtyas (2008) judul Pengaruh Iklim

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, GAJI, DAN KONDISI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. ASURANSI KESEHATAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bersaing menunjukan yang terbaik, karena yang terbaiklah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. telah ditentukan. Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan

Mohon Anda menjawab pertanyaan ini dengan memberi tanda ( v ) dari pilihan jawaban.

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

1. PENDAHULUAN. Seiring makin meningkatnya pertumbuhan ekonomi akhir-akhir ini di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan yaitu dengan jalan memberikan kompensasi. Salah satu cara manajemen

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadatnya, alamnya yang indah, atraksi wisata serta mempunyai keaneka

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ditahun ini semakin banyak perusahaan-perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bidang pendidikan dilakukan guna memperluas

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam pencapaian tujuan suatu organisasi, dimana sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kehidupan kepada organisasi dan memberikan tujuan. Jadi,

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Absen Guru Tahun Diklat /2013. Presentasi Kehadiran (%) 2010/ / /2013 Keterangan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan tertentu untuk dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan pangsa pasar yang akan dimasuki. Perusahaan

Tugas : e Learning Administrasi Bisnis Nama : Erwin Febrian Nim :

KUALITAS ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, maka segala upaya terus dilakukan untuk menciptakan sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut

Bab 9 Memotivasi & Memimpin Karyawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, agar individu dapat memuaskan kebutuhannya sendiri walaupun

BAB II LANDASAN TEORI. efisien untuk mencapai tujuan tertentu didalam suatu organisasi. Dasar-dasar manajemen adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi dilihat juga dari sikap dan mentalitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. cepat. Iklim usaha yang berubah cepat dan situasi yang berubah-ubah. dipergunakan oleh perusahaan yang mampu mengendalikan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan seefektif mungkin. suatu tujuan perusahaan. Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. agara diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Fungsi MSDM. dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu (Husein, 2002) :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dari analisis data dapat digeneralisasikan pada populasi penelitian. Berdasarakan rumusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya dikarenakan ruang lingkup dan luas perusahaan yang telah meluas

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

Transkripsi:

IKLIM ORGANISASI Sebuah mesin memiliki batas kapasitas yang tidak dapat dilampaui berapapun besaran jumlah energi yang diberikan pada alat itu. Mesin hanya dapat menghasilkan produk dalam batas yang telah ditentukan dan tidak dapat lebih, sementara manusia dapat menghasilkan produktivitas yang tidak terbatas melalui gagasan-gagasan kreatif dan inovatif yang lebih baik. Dengan perilaku organisasi harapan akan dihasilkan prestasi yang lebih baik dapat dicapai dengan memotivasi dan menggerakkan para pekerja, tidak seperti lazimnya menggerakkan sebuah mesin mekanik. Pikiran dan perasaan manusia didorong untuk lebih kreatif yang dipicu oleh motivasi-positif dapat bergerak secara unik dan menyeluruh, yang tidak serupa dengan cara bekerjanya energi fisik dalam mesin. Kemampuan manusia tidak terbatas sepanjang mereka termotivasi untuk menggunakan potensinya menghasilkan gagasan baru yang lebih baik, yaitu dengan bekerja lebih pintar dan tidak selalu harus berkerja dengan lebih keras. Oleh karena itu kita perlu melihat perubahan perilaku organisasi yang dikelola dalam sistem organisasi secara menyeluruh. Dengan demikian, apa yang diperlukan dalam organisasi adalah memperkaya keseluruhan sistem sosio-teknis secara bertahap agar sesuai dengan kebutuhan dan harapan manusia didalam organisasi tersebut. Tidak semua organisasi membutuhkan kadar partisipasi, komunikasi terbuka atau kondisi lain yang sama dengan organisasi sejenis lainnya agar menjadi lebih efektif. Perilaku organisasi yang paling efektif cenderung bervariasi sesuai dengan kekhasan lingkungan organisasi yang bersangkutan secara menyeluruh. Prinsipnya baik organisasi yang stabil maupun yang berubah-ubah memerlukan lingkungan yang lebih manusiawi. Dalam hal ini, faktor lingkungan dapat merupakan pengaruh yang paling signifikan terhadap para pekerja tentang bagaimana cara mereka berfikir dan merasakan. Oleh karena itu seorang pemimpin tidak hanya mengandalkan pertimbangannya kepada aspek mikromotivasi internal semata, melainkan juga harus menerapkan fungsi makromotivasi eksternal. Dalam hal ini seorang pemimpin perlu juga berfokus pada kondisi lingkungan diluar organisasi yang mempengaruhi prestasi kerja, yang disebut sebagai faktor makromotivasi tersebut, baik yang berkenaan dengan undang-undang dan peraturan pemerintah, organisasi serikat pekerja, maupun persepsi masyarakat umum tentang makna status, prestasi dan upah kerja. Dengan adanya dua faktor, yaitu lingkungan mikromotivasi dan

makromotivasi yang mempengaruhi motivasi kerja maka efektivitas kedua faktor tersebut perlu ditingkatkan untuk memicu motivasi kerja yang tinggi. Jika kondisi lingkungan kerja tidak kondusif terhadap prestasi kerja yang lebih baik, maka mikromotivasi internal dapat cenderung melemah, sekalipun kondisi kerja di internal para pekerja menyenangkan dan demikian juga sebaliknya. Tentu saja perhatian terhadap aspek manusia dalam dunia kerja tidak perlu menjadi terlalu berlebihan sehingga mengabaikan tujuan yang lebih utama. Perilaku organisasi yang efektif dapat membantu pencapaian tujuan orrganisasi bukan dengan cara menggantikannnya. Dengan demikian perilaku organisasi yang efektif adalah mengakui sistem sosial dimana banyak jenis kebutuhan manusia dilayani dengan banyak cara. Filosofinya adalah dengan menyadari perilaku organisasi sebagai pendorong yang berorientasi kepada sumberdaya manusia dengan cara memperbaiki lingkungan manusia dan membantu para pekerja didalamnya untuk mengembangkan potensi sesungguhnya. Namun demikian, perlu diwaspadai bahwa apa yang kita ketahui dan fahami tentang perilaku organisasi tidak dipergunakan untuk memanipulasi para pekerja. Oleh karena itu dalam mengelola para pekerja para pemimpin perlu memiliki etika dan integritas moral yang tinggi agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Tanpa adanya etika dalam kepemimpinan, pengetahuan canggih tentang perilaku manusia dapat menjadi sarana yang berbahaya yang bisa disalahgunakan. Dengan demikan kepemimpinan dengan etika adalah adanya tanggung jawab sosial serta terjalinnya komunikasi terbuka guna mencapai kemaslahatan bersama. Apabila seorang pekerja memahami apa yang sedang terjadi dan memiliki kebebasan substansial untuk melakukan pilihannya sendiri, maka mereka boleh dikatakan tidak sedang dimanipulasi. Akan tetapi apabila secara tidak sadar mereka diarahkan dalam situasi yang tidak bebas memilih, mereka boleh dikatakan sedang dimanipulasi. Namun sebaliknya apabila para pemimpin secara etikal tidak didukung oleh para pekerja, maka proses memotivasi secara tulus menjadi kecil untuk berhasil. Oleh karena itu dalam memotivasi para pekerja agar tidak terjalin hubungan yang inter-manipulatif, para atasan perlu mengkaitkan faktor-faktor prestasi dan produktivitas yang ingin dicapai dengan faktor yang terkandung didalam kepuasan kerja. Sebagaimana dimaklumi, ketika para pekerja bergabung dalam suatu organisasi, mereka membawa seperangkat kebutuhan, keinginan, hasrat, dan pengalaman masa lalu yang menyatu dan membentuk apa yang disebut dengan harapan kerja. Dengan demikian, kepuasan kerja adalah kesesuaian antara harapan kerja dengan imbalan yang diperoleh dari pekerjaan, karenanya kepuasan kerja juga berkaitan erat dengan teori keadilan dan kontrak psikologis. Kepuasan kerja memiliki

banyak dimensi, disatu pihak dapat mewakili sikap secara menyeluruh atau hanya mengacu pada bagian tertentu saja pada lingkup pekerjaan seseorang. Bisa saja kepuasan seorang pekerja tinggi terhadap promosi yang dia dapatkan, namun ia bisa saja tidak puas terhadap jadwal cuti dan liburannya. Sebagai muatan dari sekumpulan perasaan, kepuasan kerja lebih bersifat dinamis dan dapat menurun secepat timbulnya, yang mengharuskan para atasan memperhartikannya setiap saat, dengan mempertimbangkan bahwa pada dasarnya kepuasan kerja merupakan bagian dari kepuasan hidup. Sifat lingkungan seseorang diluar pekerjaan mempengaruhi perasaan seseorang didalam pekerjaan, sebaliknya pekerjaan merupakan bagian penting bagi kehidupan yang pada gilirannya kepuasan kerja akan mempengaruhi kepuasan hidup seseorang. Dalam hal ini kita pun tidak boleh cepat mengambil kesimpulan yang sederhana, yaitu berasumsi bahwa kepuasan kerja yang tinggi selalu akan menimbulkan prestasi kerja yang tinggi pula. Dari beberapa bukti empiris ternyata pekerja dengan kepuasan kerja yang tinggi tetap menunjukkan variasi tingkat produktivitas dari tingkatan yang tinggi, sedang, dan rendah, hal ini terus sinambung mempertahankan tingkat prestasi yang menimbulkan kepuasan kerja bagi mereka. Oleh karena itu, kesimpulan sederhana bahwa kepuasan menimbulkan prestasi kerja perlu dikesampingkan terlebih dahulu. Yang terjadi justru sebaliknya, yakni bahwa prestasi kerja yang tinggi dapat mempengaruhi timbulnya kepuasan kerja yang tinggi pula. Dengan asumsi bahwa prestasi yang lebih baik secara lazim akan menimbulkan imbalan ekonomi, sosial, dan psikologis yang lebih baik pula. Apabila imbalan itu dipandang pantas dan adil, maka akan timbul kepuasan yang lebih besar karena para pekerja merasa bahwa mereka menerima imbalan yang sesuai dengan prestasi kerjanya. Sebaliknya apabila imbalan dipandang tidak sesuai dengan tingkat prestasi kerjanya, maka ketidakpuasan cenderung muncul, akibatnya terdapat lingkaran hubungan yang terus menerus antara prestasi kerja dan kepuasan kerja. Yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah kepuasan kerja para atasan atau manajer sebagai pengambil keputusan, baik dalam upaya mencegah maupun dalam hal menanggulangi berbagai masalah para pekerja. Para atasan atau manajer juga memiliki kebutuhan manusiawi sama halnya dengan para pekerja dibawahnya. Malah dampaknya bisa menjadi lebih luas, yaitu jika mereka dihinggapi ketidakpuasan maka pengaruh tersebut dapat menyebar keseluruh departemen dikarenakan rentang kendali manajemen mereka yang luas. Perasaan mereka mungkin merembes kedalam lingkungan masyarakat pekerja melalui keluarga dan hubungan kemasyarakatan lainnya diluar organisasi. Oleh karena itu, iklim yang

menggabungkan faktor mikromotivasi internal dan makromotivasi eksternal yang terintegrasi ke dalam sistem organisasi menjadi sangat penting. Sebenarnya dalam istilah iklim organisasi didalamnya terkandung pula pengertian sebuah konsep sistem organisasi yang dinamis. Walaupun kita tidak dapat melihat dan menyentuh iklim organisasi, kehadirannya bagaikan udara didalam ruangan yang mengitari dan mempengaruhi segala sesuatu yang terjadi didalam organisasi. Begitu juga secara timbal balik, iklim organisasi dipengaruhi oleh hampir semua hal yang terjadi di dalam suatu organisasi. Masing-masing organisasi memiliki budaya, tradisi dan suatu metoda penanggulangan sendiri yang secara umum dan keseluruhan menciptakan iklim organisasi. Sebagai gambaran nyata, bisa saja sebagian organisasi nampak sibuk dan efisien, sementara yang lainnya nampak terkesan santai dan permisif. Dalam hal ini, suatu organisasi dapat saja merekrut dan mempertahankan orang-orang yang sesuai dengan iklim organisasi untuk mempertahankan tingkat dan pola iklimnya agar berjalan sinambung dan langgeng. Begitu juga sebaliknya, seorang pekerja dapat memilih iklim organisasi yang disukainya sebagaimana seseorang memilih iklim geografis tertentu, seperti pantai, pegunungan, atau padang pasir dalam hal mana mereka memilih iklim organisasi yang disukai. Iklim organisasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan kerja para pekerja didalam organisasi, baik posisinya sebagai atasan maupun bawahan. Iklim organisasi akan mempengaruhi hal tersebut dengan memberi harapan terhadap para pekerja akan konsekuensi yang akan timbul dari berbagai keputusan yang diambil. Dalam hal ini para pekerja mengharapkan imbalan dan kepuasan atau bahkan merasa frustrasi atas dasar persepsi mereka terhadap iklim organisasinya. Maka iklim organisasi yang sehat adalah sebuah rencana jangka panjang yang melihat dan mempersepsi iklim organisasi sebagai aset organisasi. Sebagai contoh pendisiplinan yang tidak bijaksana dapat menjadi sumber tekanan bagi para pekerja yang pada gilirannya memang bisa saja menghasilkan prestasi kerja yang lebih baik secara temporer, namun secara jangka panjang dapat mengorbankan iklim organisasi secara keseluruhan. Iklim organisasi dapat bergerak pada suatu garis yang kontinum beranjak dari yang paling menyenangkan, ketingkat yang netral sampai ketingkat yang paling tidak menyenangkan. Baik atasan maupun para pekerja menginginkan iklim yang lebih menyenangkan untuk memicu prestasi dan kepuasan kerja mereka. Beberapa faktor sebagai menyumbang terhadap pembentukan iklim organisasi yang menyenangkan diantaranya adalah, pertama, bahwa iklim organisasi

dianggap menyenangkan apabila para pekerja diberi kesempatan melakukan sesuatu yang bermanfaat yang menimbulkan perasaan berharga dan diakui. Kedua, bahwa iklim organisasi dianggap menyenangkan apabila para pekerja diberi pekerjaan yang menantang yang secara intrinsik memuaskan. Ketiga, bahwa iklim organisasi dianggap menyenangkan jika para pekerja diberi tanggung jawab dan kesempatan yang lebih leluasa untuk mencapai keberhasilan. Keempat, bahwa iklim organisasi dianggap menyenangkan apabila pendapat para pekerja didengar dan mereka diperlakukan sebagai orang yang bernilai dan bermartabat. Dengan demikian iklim organisasi adalah konsep sistem yang mencerminkan keseluruhan gaya hidup suatu organisasi, yang apabila hal itu dikelola dan ditingkatkan dengan baik kedalam suatu rencana jangka panjang kemungkinan besar tercapai peningkatan prestasi kerja yang dapat diukur. Iklim organisasi dapat juga diartikan sebagai falsafah dan tujuan para pekerja yang saling bekerja sama sehingga terciptanya iklim organisasi tersebut. Filsafat dan tujuan para pekerja yang secara fungsional diterapkan dalam kepemimpinan yang berjalan melalui alur organisasi formal dan informal, dimana organisasi formal dan informal menyediakan struktur untuk mengikat organisasi menjadi suatu tim kerja. Implementasi dalam kaitan hubungan kepemimpinan dan interaksi kerja antara atasan dan bawahan dapat dituangkan kedalam kesepakatan kontrak tujuan dan sasaran kerja tertentu bagi para bawahan yang pada gilirannya dapat dilakukan melalui negosiasi serta disepakatinya gaya kepemimpinan yang diinginkan untuk membantu bawahan mencapai sasaran kerja. Dalam bidang-bidang dimana bawahan pernah berpengalaman dan berhasil mencapai sasaran prestasi kerja yang serupa, maka kontrak kepemimpinan yang dinegosiasikan adalah memberikan kewenangan dan tanggung jawab agar bawahan dapat bekerja mandiri. Dalam hal ini peranan atasan lebih terfokus untuk memastikan tersedianya sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan serta mengkoordinasikan kinerja yang berada dibawah supervisinya. Begitu juga sebaliknya yang berkaitan dengan tujuan lain, dimana bawahan belum memiliki pengalaman dan prestasi kerja dalam mengerjakan tugas baru, antara bawahan dan atasan dapat dinegosiasikan struktur, arahan, dan supervisi yang lebih signifikan agar bawahan memahami tugas tersebut dengan baik. Apabila bawahan tidak mencapai sasaran yang telah ditetapkan atau juga atasan tidak menerapkan gaya kepemimpinan yang disepakati, maka hal ini akan menjadi bagian dari bahan evaluasi bagi kedua belah pihak. Dengan diterapkannya konsep interaksi kepemimpinan ini dalam kegiatan sehari-hari, maka secara terstruktur dan terus-menerus mereka terpicu untuk mencari cara-cara baru agar tercapai suatu titik optimum kepuasan kerja sebagai

hasil interaksi gaya kepemimpinan atasan dan harapan bawahan sehingga tercipta suasana iklim organisasi yang kondusif bagi pencapaian prestasi dan kepuasan kerja. Sebagai penutup dari perbincangan ini, sudah sejauh manakah pengetahuan yang berkenaan dengan perilaku organisasi, mampu membekali kita dalam upaya membangun world class organization? Jakarta, 14 Maret 2012 Faisal Afiff