PERAN KAMPUS DALAM PENGUATAN DAN PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA

dokumen-dokumen yang mirip
INSTITUSI-INSTITUSI PERLINDUNGAN HAM *

Problem Pelaksanaan dan Penanganan

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

MAKALAH KEBIJAKAN KOMISI YUDISIAL UNTUK PENGADILAN YANG DAPAT DIAKSES

BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN

Profil Lulusan Program Studi Sosiologi FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS UDAYANA LAPORAN

Membangun Karakter Bangsa Melalui Ideologi Pancasila Guna Mewujudkan Lembaga Peradilan Yang Profesional, Berintegritas dan Bernurani

MENGENAL KPMM SUMATERA BARAT

MAKALAH. PUTUSAN HAKIM : (Perspektif Penguatan Demokrasi & HAM)

Birokrasi sebagai ujung tombak pelaksana pelayanan publik mencakup berbagai program pembangunan dan kebijakan pemerintah. Birokrasi harus lebih

PERAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENGATASI GERAKAN RADIKALISME. Oleh: Didik Siswanto, M.Pd 1

PENDIDIKAN PANCASILA (Pendahuluan) Modul 1

MAKALAH MENGKONSTRUKSI TINDAK PIDANA KORUPSI SEBAGAI PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA. Oleh: Dr. M. BUSYRO MUQODDAS, S.H., M.Hum Pimpinan KPK RI

Penghormatan dan Penegakan Hukum dan Hak Asasi Manusia

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

MAKALAH. Negara Hukum, HAM, dan Peran Masyarakat Sipil

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

Mencapai Tujuan Penerapan Sistem Kamar yang Ideal

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

MAKALAH HAM UNTUK STABILITAS POLITIK DAN KEAMANAN SERTA PEMBANGUNAN SOSIAL DAN EKONOMI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

REKONSTRUKSI KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN ANTARA MAHKAMAH AGUNG, MAHKAMAH KONSTITUSI DAN KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA. Oleh: Antikowati, S.H.,M.H.

BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

PENDIDIKAN PANCASILA. Pendahuluan. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc. Teknik Sipil. Modul ke: Fakultas. Program Studi.

KISI -KISI UJIAN SEKOLAH (UTAMA) TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Komitmen Dan Kebersamaan Untuk Memperjuangkan Hak Asasi Manusia diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

PENDIDIKAN PANCASILA PENDAHULUAN LATAR BELAKANG DASAR DAN TUJUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DI PERGURUAN TINGGI.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

PANCASILA DAN EMPAT PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

Oleh: DUSKI SAMAD. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol

METODE PENGAJARAN HUKUM DAN HAM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS CENDERAWASIH JAYAPURA 1

SATUAN ACARA PENGAJARAN. : PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Kode Mata Kuliah : NOP 101 SKS : 2 Waktu Pertemuan : 2/100 jam/menit Pertemuan : 1

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

Hak atas Informasi dalam Bingkai HAM

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011

BAB VI PENUTUP. terkait dengan judul penelitian serta rumusan masalah penelitian. yang telah dibahas dalam bab-bab sebelumnya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAPAT TERPISAH HAKIM ZEKIA

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dunia perguruan tinggi di Indonesia, maka sangatlah logis apabila. maupun jurnal intemasional. Hal ini merupakan salah satu upaya

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Makalah. WORKSHOP Memperkuat Justisiabilitas Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya : Prospek dan Tantangan

Impasialitas Hakim. Suparman Marzuki. Komisi Yudisial Republik Indonesia

Pancasila dalam Makna dan. Aktualisasi

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

REKOMENDASI INDONESIAN JUDICIAL REFORM FORUM 2018

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

GBBP Matakuliah PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) Bersoftskills dan Anti Korupsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/DIKTI/Kep/2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi. korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu,

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 1. Ada peluang yuridis perubahan non-formal konstitusi dalam hal bentuk negara

Memutus Rantai Pelanggaran Kebebasan Beragama Oleh Zainal Abidin

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

MAKALAH KEKUASAAN KEHAKIMAN & PEMBERANTASAN KORUPSI

GUBERNUR MALUKU SAMBUTAN GUBERNUR MALUKU PADA ACARA. PELANTlKAN DAN PENGAMBILAN SUMPAH REKTOR UNIVERSITAS DARUSSALAM AMBON

TANTANGAN DAN HARAPAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

PENGARUSUTAMAAN HAM DALAM PELAYANAN PUBLIK DI POLRES METRO JAKARTA UTARA

HAK ASASI MANUSIA DALAM PUTUSAN HAKIM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

RAKYAT REPUBLIK INDONESI

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma teknologi komunikasi dan informatika telah menjadikan

Alokasi Waktu. Sumber Belajar

Transkripsi:

PERAN KAMPUS DALAM PENGUATAN DAN PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA I. Revitalisasi Peran Kampus Komunitas kampus memiliki fungsi ganda atau multi fungsi. Selain sebagai pusat ilmu dimana mahasiswa bersama dosen menggali, menganalisis, mensistesakan antar sejumlah teori, atau antar teori dengan temuan-temuan faktual empiris untuk kepentingan kritik teori, dan bilamana perlu mendekonstruksi fondasi filsafat maupun ideologi ilmu positif baku, kampus juga memiliki peran sebagai center of civilization dan center for leaders development. Dalam kapasitasnya sebagai arena dan wahana menyemai atau mengembangkan pemimpin, kampus memiliki peran spesifik. Pemimpin secara sederhana dinisbatkan sebagai seseorang yang memiliki kemampuan pengaruh dan kekuatan melakukan perubahan. Dalam konteks kampus sebagai pusat peradaban, adalah merupakan komitmen dan tugas dosen bersama mahasiswa menjadikan komunitas kampus sebagai pusat mendidik dan mengembangkan pemimpin yang ilmuwan. Yakni suatu sosok pemimpin yang memiliki keinsyafan dan kemampuan memimpinkan ilmunya pada masyarakat bangsa dan dunia. Jika tidak salah mengasumsikan, selama ini peran-peran akademisi dan sarjana di dalam ruang-ruang publik, terutama pada birokrasi negara dan pemerintah belum menunjukkan suatu karakter tertentu. Yakni karakter sarjana yang memiliki sifat kritis, berfikir radikal, sistemik, integral dan transformatifkonstruktif. Jika di kampus mereka menerima sejumlah teori dan berfikir akademis, maka sejauh mana kebijakan-kebijakan umum birokrasi negara dan pemerintah telah mencerminkan karakter akademis. Yakni karakter yang menuntut pada sikap yang ketat untuk mendasarkan pada kaedah-kaedah ilmu, M.Busyro Muqoddas (Komisi Yudisial) Disampaikan dalam Seminar Status dan Kondisi Penegakan, Perlindungan dan Pemenuhan HAM di Indonesia oleh Pusham2 se Indonesia dengan NCHR, 14 Maret 2009 di Yogyakarta. 1

yang menuntut adanya sifat ilmiah pada setiap kebijakan yang akan dirumuskan dan diterapkannnya. Jika menilik sejumlah besar kasus-kasus korupsi yang tersebar di 23 propinsi maupun yang terjadi di jajaran pemerintah, legislatif, yudikatif, dan seluruh jajaran penegak hukum, maupun korupsi dalam bentuk kebijakan negara yang sengaja untuk membuka peluang korupsi, semua ini telah menegaskan bahwa kampus mengalami kegagalan dalam melahirkan sejumlah pemimpin yang berintegritas ilmiah. Di bidang penegakan hukum, praktek jual beli BAP, surat dakwaan, buktibukti ( penyembunyian alat-alat bukti dokumenter, saksi-saksi kunci, tidak dikoreknya kebenaran materiel terhadap saksi dalam kasus korupsi dan pelanggaran HAM) hingga jual beli putusan hakim_yang populer dengan mafia peradilan_menegaskan pula bahwa dunia fakultas hukum telah melahirkan sejumlah besar penegak hukum yang melakukan praktek pelecehan dan penodaan atas nilai-nilai hukum dan HAM. Demikian juga dalam proses legislasi dan pembuatan kebijakan publik yang tidak sedikit mengandung muatan pelanggaran HAM di dalamnya. Problem mendasar pada fakultas hukum pada umumnya masih berkisar pada persoalan SDM Dosen, perpustakaan, pusat riset, pusat advokasi hukum dan HAM serta kurikulum. Struktur kurikulum ilmu hukum masih belum jelas pijakan mazhab epistemologi dan aksiologinya. Teks-teks kuno yang legistik (legisme) positivistik sementara masih dipilih sebagai rujukan klasik tanpa kritik filsafati dan ideologis. Doktrin kuno telah dikonstruksikan sejak semester awal dan kehilangan konteks sosial. Ilmu hukum telah mengalami ketidakjelasan paradigmanya. Meminjam perspektif paradigmanya Thoma Kuhn, pada dasarnya realitas sosial diperlukan untuk dikonstruksikan oleh mode of inquiry untuk menghasilkan mode of knowing tertentu. Imanuel Kant menyebutnya dengan skema konseptual, dan Marx menyebutnya sebagai ideologi. Pertanyaannya, apakah ada model paradigma ilmu hukum produk Konsorsium Ilmu Hukum atau fakultas hukum tertentu yang memenuhi kebutuhan untuk demistifikasi doktrin-doktrin ilmu 2

hukum agar tercapai dialektika antara teks dengan konteks?. Ataukah yang berjalan di kampus hukum selama ini berjalan dari teks ke teks? Bagaimana menafsirkan teks ketika bangunan dasarnya telah kehilangan relefensi dengan konteks sosial budaya yang sangat pesat perubahan dan dinamikanya?. Barangkali inilah problem internal kampus hukum selama ini. Dalam konteks agenda penguatan dan perlindungan HAM soalnya adalah, dimana nilai-nilai dan norma-norma HAM ditempatkan dalam struktur kurikulum ilmu hukum kita?. Berdiri sebagai mata kuliah sendiri atau diintegrasikan ke dalam setiap mata kuliah, atau kedua-duanya?. II. Potret riset putusan hakim yang bermuatan HAM Bertitik tolak dari kesadaran akademis bahwa empirisitas sosial merupakan sumber ilmu pengetahuan dan berfaedah untuk keperluan kritik atas teks dalam belantara doktrin-doktrin hukum, maka sjeumlah Pusham di beberapa PTN dan PTS bekerjasama dengan Komisi Yudisial telah melakukan riset atas 80 putusan hakim. Riset yang di fasilitasi oleh NCHR ini bervokus pada putusan hakim yang bermuatan HAM. Riset di dasarkan pada masalah : Pertama, apakah putusan hakim telah didasarkan pada pertimbangan hukum materiil yang benar dan tepat?.kedua, apakah putusan hakim dihasilkan dari proses persidangan yang fair, adil, transparan sesuai dengan hukum formil(hukum acara) yang berlaku?. Ketiga, apakah putusan hakim mendasarkan pada prinsip-prinsip hukum dan doktrindoktrin hukum? Keempat, apakah putusan hakim telah mencerminkan penghormatan, perlindungan dan penegakan HAM? Kasus korupsi, illegal logging, women traficking, peradilan anak dan narkoba yang menjadi vokus riset telah menghasilkan indikasi menarik. Walaupun belum bisa disimpulkan pada tahap final, terdapat indikasi pelanggaran HAM sipol dan ekosob pada sejumlah kasus di atas. Dalam kasus korupsi, selain sejumlah terdakwa dibebaskan dengan argumen hukum yang tidak reasonable secara yuridis, terdapat putusan voorwaardelijke. Mantan anggota DPRD Jateng memperoleh putusan ini dan dikuatkan di tingkat kasasi. Sebagian kasus BLBI 3

dengan kerugian negara Rp 2,2 triliun, hukuman di tingkat kasasi 1 th 6 bulan. Rombongan anggota DPRD Sumbar, pada kelompok pertama di hukum tingkat kasasi. Sedang pada kelompok kedua bebas. Kasus korupsi dengan kerugian negara Rp 47 miliar, dihukum 20 th di tingkat kasasi, dan kerugian negara Rp 67 miliar dihukum 15 th di PN Blitar. Pada kasus peradilan anak, terjadi proses penahanan bersama dengan tahanan dewasa di rutan dengan proses persidangan yang melanggar aturan hukum yang berlaku. Sejumlah terdakwa yang mengalam masa penahanan melebihi dari ketentuan undang-undang. Dapat ditambahkan pula sejumlah besar terdakwa dalam kasus pelanggaran HAM berat Timor Timur, Tanjungpriok dan Abepur yang dibebaskan, telah menambah daftar adanya problem penghormatan dan perlindungan HAM dalam proses peradilan. Temuan hasil riset menjelaskan bahwa karangka berfikir hakim yang legistik positivistik dengan tidak memperhitungkan dampak pelanggaran HAM pada terdakwa dan masyarakat sebagai victim masif dalam kasus korupsi dan illegal logging, menggambarkan bahwa masih terbatasnya kapasitas penegak hukum di bidang HAM, apakah pada tataran teori, nilai, norma dan kovenan internasional termasuk yang telah diratifikasi oleh Indonesia. Namun ada problem lain yakni rendahnya political will. Sementara kalangan kampus kalah sigap dan responsif di banding dengan LSM-LSM yang berhikmat pada penegakan HAM. Hasil sementara riset akan dianalisis lebih dalam sebagai temuan empiris praktek penegakan hukum pada kasus-kasus yang berdimensi HAM dan akan disajikan dalam bentuk buku. Diharapkan buku ini bersifat komplementer atas buku ajar HAM dan sekaligus sebagai upaya membangun dan memperkuat tradisi riset putusan hakim bagi komunitas kampus hukum dan pada sisi lain sebagai kritik akademis bagi jajaran penegak hukum. III. Rekomendasi Ilmu Hukum dalam perspektif pengembangan teori kedepan yang bermuatan HAM, perlu diletakkan dalam kerangka pendekatan yang menjawab pada 4

kebutuhan mensintesakan antara doktrin hukum dengan nilai-nilai dan normanorma HAM. Selain riset yang masih diperlukan sebagai aktivitas akademis jangka panjang, diperlukan perspektif pemikiran yang mampu menjawab pada kebutuhan terjalinnya dialektika akademis yuridis antara komunitas akademisi hukum dengan praktisi HAM dan penegak hukum. Dirasakannya aktivitas riset putusan hakim yang berdimensi HAM sebagai kebutuhan memperkaya bagi pengembangan teori hukum oleh para periset di beberapa Pusham, Komisi Yudisial kiranya akan melanjutkan riset ini untuk ke depan. Pelibatan mahasiswa pada aktivitas riset yang dipimpin oleh dosen senior perlu dijadikan kebijakan akademis. Faedahnya adalah untuk menngenalkan sejak dini mahasiswa pada teori dan praktek penegakan HAM dalam proses peradilan. Kebijakan ini merupakan langkah pengkaderan aktivis hukum sekaligus sebagai aktivis HAM. Dalam tahap berikutnya, pendidikan hukum, HAM dan demokrasi perlu dijadikan wacana nasional. Tradisi kampus yang syarat dengan dialektika antara teori dengan praktek, antara teks dengan konteks, antara ideologi dengan empirisitas penegakan ideologi hukum, akan menemukan substansi permasalahan yang dapat diolah bagi kepentingan kritik dan pengembangan paradigma ilmu hukum. Yakni paradigma ilmu hukum yang mampu menjawab dan mensolusi kebutuhan masyarakat bangsa dan antar bangsa yang memerlukan jalinan dan jaringan aktivitas pendukung bagi penguatan dan perlindungan HAM. Keberadaan hakim yang tersebar di daerah propinsi tingkat I dan daerah tingkat II dimana kampus berada, menjadi peluang besar dan bermasa depan bagi kampus untuk lebih konkrit mengembangkan peran kontribusi akademisnya. Mengintegrasikan dan mensinergikan secara sistemik dan terpogram kebutuhan penegakan hukum dan HAM bagi jajaran penegak hukum dengan jajaran kampus hukum, merupakan salah satu kebijakan umum Komisi Yudisial. Tujuannya adalah untuk terintegrasikannya peran lembaga negara ( Komisi Yudisial) secara egaliter dan ilegant dengan komunitas kampus hukum dan LSM sebagai elemen dan pilar Civil Society. Agaknya, kehadiran NCHR masih 5

diperlukan untuk agenda ini sebagai bentuk sinergisitas ilmiah yang diperlukan dalam era global yang semakin mendekatkan kebutuhan antar bangsa dalam perspektif HAM 6