Foto itu. Foto Dazi bersama dua orang yang telah menyelamatkan hidupnya. Tentang langkah pertama untuk masa lalunya. *** 9 tahun yang lalu, Dazi yang

dokumen-dokumen yang mirip
Puzzle-Puzzle Fiksi. Inilah beberapa kisah kehidupan yang diharapkan. menginspirasi pembaca

"Tapi mimpi itu inspirasi. Aku ragu untuk melangkah tanpa aku tau mimpiku."

PAGI itu Tahir dengan terburu-buru menuju

Yui keluar dari gedung Takamasa Group dengan senyum lebar di wajahnya. Usaha kerasnya ternyata tak sia-sia. Dia diterima berkerja di perusahaan itu

IBU - seorang ibu beranak 1 berumur 30 tahun, berkulit putih, rambut hitam pendek - berjalan menuju sebuah BUKU.

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

Belajar Memahami Drama

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

TUGAS PERANCANGAN FILM KARTUN. Naskah Film Dan Sinopsis. Ber Ibu Seekor KUCING

Ruang Rinduku. Part 1: 1

Fiction. John! Waktunya untuk bangun!

MORIENDO. Terlihat uluran tangan yang melepaskan butiran-butiran yang begitu cemerlang bagaikan kristal ke angkasa

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

2. Gadis yang Dijodohkan

berada dan segera sadar kalau dia tanpa sengaja tertidur di lantai dua. Semua masih sama pada posisinya, sofa-sofa itu masih ada di sana,

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

JUDUL FILM: Aku Belum Mati tapi Tidak Hidup

Oleh: Windra Yuniarsih

Pemilik jiwa yang sepi

KOPI DI CANGKIR PELANGI..

SATU. Plak Srek.. Srek

Suara alunan piano terdengar begitu lembut

ayahku selalu mengajarkan bahwa kita harus selalu menghormati orang yang lebih tua. Ambillah sendiri. Kau kenapa nak? Sepertinya ada masalah?

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

orang tuanya itu selesai. Tak jarang ia akan berlari ke kamarnya di tingkat atas gedung itu atau ke taman pribadi keluarganya di tingkat paling atas.

Yang Mencinta dalam Diam

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Pukul setengah delapan aku mendengar bunyi pintu terbuka. Aku tahu itu pastu Crystal. Segera aku berlari ke depan dan menyambutnya.

hijau tuanya, jam tangannya dan topinya. Ia sempat melihat Widya masih sedang membuat sarapan di dapur dekat kamar mandi. Dan pada saat kembali ke

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Ketika mimpi menjadi sebuah bayangan, aku menanyakan "kapan ini akan terwujud?" Mungkin nanti, ketika aku telah siap dalam segalagalanya

The Coffee Shop Chronicles

Suatu hari, saat liburan semester pertama mereka pergi ke sebuah pantai. Disana mereka menghabiskan waktu hanya bertiga saja. ``Aku mau menuliskan

huh, akhirnya hanya mimpi, ucapnya sambil mengusap dada.

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

BAB 4 METODE PERANCANGAN. Pembagian strategi komunikasi menurut Penulis adalah sebagai berikut :

Pergi Tak Kembali. Oleh: Firmansyah

It s a long story Part I

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

CHAPTER 1. There s nothing left to say but good bye Air Supply

Sarah mengemas barangnya dengan cemberut. Entah yang keberapa. kalinya Dia harus pindah. Dari Jakarta ke Jogja lalu ke Makassar dan kali ini dia

UJIAN TENGAH SEMESTER PERANCANGAN FILM KARTUN

TEKNIK EDITING DALAM FILM BELENGGU

Mata ini sulit terpejam dan pendar-pendar rasa sakit di hati tidak dapat hilang menusuk dan menancap keras.

Satu Hari Bersama Ayah

Bab 1. Kehilangan mimpi

Tak Ada Malaikat di Jakarta

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

Heart 119. Dan aku harap, kita tidak akan pernah bertemu. lagi.

Tresno Bapak. Saya menghabiskan hari pertama untuk keliling kota bersama Big Bro, maklum

Then, something unexpected happened.

Terdengar suara ayam berkokok yang menandakan hari sudah mulai pagi, aku pun bangun untuk siap-siap berangkat sekolah. Nama ku Dinda aryani aku masih

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

sudah rapi kembali setelah dicukur. Ruangan-ruangan didalam bangunan ini sangat

BAHAGIAN B. Dari SOALAN 24 hingga SOALAN 41, tulis jawapan kamu dalam tempat kosong yang disediakan dalam Kertas Soalan ini.

Suzy melangkahkan kaki memasuki lift gedung tempatnya bekerja. Beberapa orang wanita yang tidak ia kenal akrab mengikutinya dari belakang.

Aku selalu suka sebuah pertemuan, karena buat ku pertemuan adalah awal dari kisah yang mungkin bisa dikenang atau untuk dibuang.

A. Rita. Penerbit. Karya Cinta

Mengapa hidupku jadi seperti ini Tuhan? Aku takkan bisa menikmati kebebasanku seperti dulu lagi.

Masa Kecil Tanpa Tangisan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

kenapa bar ini bernama CLOS E. Spasi sebelum huruf E itu Aku tahu kenapa, kata perempuan itu. Aku punya cerita menarik untuk anda.

Tema 1. Keluarga yang Rukun

LUCKY_PP UNTUKMU. Yang Bukan Siapa-Siapa. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Hari masih pagi di saat pertama kalinya Reandra mulai masuk sekolah setelah dua minggu lamanya libur kenaikan kelas. Hari ini adalah hari yang

semoga hujan turun tepat waktu

Butterfly in the Winter

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa

TUGAS PENYUNTINGAN DIGITAL II BREAKDOWN NASKAH : BELENGGU Dosen Pengampu : Ranang Agung S., S.Pd., M.S.n

Di Unduh dari : Bukupaket.com

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa.

Bab 1. Awal Perjuangan

Getar Rasa... Ada getar rasa yang hadir entah datang dari mana

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

DIMENSI CERMIN. Laudya. Suara Mama terdengar dari bawah. Laudya masih asyik meneka n-nekan tombol keyboard.

Sepasang Sayap Malaikat

ROSE PAPPER AND BLOODY LILY Part 1

Apa Aku Bukan. Manusia?

Hengky. book. Teguh Tahan Terpa KISAH NYATA

SINOPSIS MENGGAPAI CINTA PANDANGAN PERTAMA

Ariesty Kartika. Kerangka Jiwa

Kisahhorror. Fiksi Horror #1: A Midnight Story. Penerbit Dark Tales Inc.

Pertama Kali Aku Mengenalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 1 Universitas Kristen Maranatha

gemetar ketika dibacanya setiap kata di dalam surat itu berulang kali. Untukmu, Luna yang tercinta...

BAB 4 KONSEP DESAIN Premise Pria tua yang kehilangan kepercayaannya bertemu dengan seseorang yang akan mengubah hidupnya selamanya.

PERANG BERUJUNG MAKAN BUAH SIMALAKAMA

Mr Knight, tadi Mr. Boyd menelepon untuk membuat janji temu di hari Jumat jam 2 siang. Apakah saya ada janji di hari itu?

Anam Rufisa. Catatan Anak Kelinci. Penerbit. Ana Monica Rufisa

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di

Pagi itu, Roni beranjak dari tempat tidur.

"INSECT POLITICS" By Anju Based on a Short Story "RANDEVU" Draft 2

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Matahari dan Kehidupan Kita

"ne..cheonmaneyo" jawab Yunho mewakili DBSK sambil sedikit membungkuk.

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Transkripsi:

Namaku Dazi Awalnya gelap, basah dan lelah namun harus terus melangkah. Kemana? Tidak ada yang pernah tau. Mencoba mengikuti alur bersama deretan tiang untuk terus bertahan. Tidak pernah ada jawaban. Tidak ada yang bisa ia ingat apa yang terjadi sebelum 1 jam yang lalu? Kemana perginya semua itu? Hilang? Tidak ada seorangpun yang dapat ditanya? Lenyap tanpa jejak. Hanya satu hal yang ia ingat, namanya adalah Dazi. Berhari hari kehilangan ingatan tanpa tujuan. Dazi bertahan di sebuah Mall tidak terpakai. Sepi dan sunyi. Kosong? 2 tahun yang lalu terjadi kebakaran besar di Mall itu. Tidak ada yang menempatinya lagi dengan kondisi Mall yang tidak memungkinkan untuk bisa diperbaiki, hanya sekumpulan gelandangan yang mencoba bertahan hidup dikerasnya dunia tanpa pekerjaan di tempat itu.

Mereka yang bertahan hidup bagaikan sekumpulan kanibal, tidak pandang bulu, anak kecil maupun orang tua, tidak pandang kasih sayang, wanita maupun pria. Keegoisan terbesar di dalamnya. Berebut makanan tanpa saling berbagi. Memukuli mereka bagi yang lemah. Tidak peduli di depan mata mereka seseorang sedang sekarat kelaparan, yang penting diri sendirilah yang terpenuhi. Kembali lagi ingatan mengerikan 9 tahun yang lalu mengganggu pada setiap mimpi Dazi. Matanya memerah, badannya memberat, lemas, tidak karuan. Ia mengusap wajahnya yang masih setengah sadar. Menggapai gelas di sisi meja kasur. Tangannya bergetar lemah, tidak sengaja menyandung gelas sebelum ia berhasil menggapai dengan jemarinya. Air tumpah berlinang membasahi lantai kamar. Berantakan. Perlahan air mengaliri dari sela sela garis lantai membasahi buku buku bersama kertas foto yang berserakan. Ahh sial. Ia memaksakan diri untuk bangun mengamankan foto dan buku yang mulai basah. Mengibas ngibas buku bersamaan dengan foto.

Foto itu. Foto Dazi bersama dua orang yang telah menyelamatkan hidupnya. Tentang langkah pertama untuk masa lalunya. 9 tahun yang lalu, Dazi yang masih berumur sekitar 10 tahun melangkah tertatih tatih, lelah dan kelaparan. Perut yang selalu berseru mengemis minta makan adalah kendala utama pada masa itu. Tiba tiba saja suara itu terdengar, suara itu, suara yang menyelamatkan hidupnya, suara yang dapat melihat kehidupannya. Ibu Rika memanggil. Ia dulu masih sangat muda dan cantik sekali. Seseorang yang memiliki kebaikan luar biasa. Pemilik rumah makan kecil kecilan. Ia memanggil Dazi saat itu. Nak, aku sering sekali melihatmu di sekitaran, kamu tampak kacau sekali, dimana orang tuamu? Dialog pertama Ibu Rika pertama kali bertemu. Dazi hanya menggeleng menunduk. Jika pertanyaan itu tidak pernah sampai, bagaimana jadinya Dazi sekarang. Ibu Rika membawa Dazi ke dalam rumah makan kecilnya. Ia memberikan sepiring nasi dan ikan. Jika saat itu Dazi langsung melahapnya mungkin ia tidak akan pernah sedekat sekarang

dengan Ibu Rika. Namun yang ia lakukan hanya menggelengkan kepala berkata Jendela warung Ibu kotor, setelah makan ini bolehkah aku mengelapnya? Dialog pertama Dazi padanya. Ibu Rika tersenyum manis. Hari itu Dazi dipekerjakan oleh Ibu Rika di warungnya. Tidak perlu dibayar dengan uang dan setumpuk logam karena bukan itu yang Dazi inginkan. Cukup dua piring nasi tanpa lauk saja cukup. Apa Ibu Rika tega hanya memberi itu? Tidak. Percayalah, dia wanita yang sungguh baik. Hari hari itu telah berlalu, Ibu Rika semakin mempercayai Dazi yang bekerja sangat giat. Tidak memasak ataupun memegang keuangan. Hanya menyapu, cuci piring, dan membersihkan setiap jendela. Apa hubungan itu terjadi seperti majikan dan pembantunya? Tidak. Ibu Rika jauh berbeda. Ia seperti Ibu. Ia memberikan kesempatan Dazi untuk bercerita, memberikan kesempatan Dazi untuk belajar hal hal baik, dan ia memberikan kesempatan Dazi untuk melakukan hal hal baru untuk menambah pengetahuannya selama kegiatan itu positif. Setahun pertemuan dengan Ibu Rika berlalu terasa cepat, terlalu cepat hinggal hal yang tidak

disangka sangka ia mengenalkan Dazi dengan orang yang sungguh luar biasa, orang yang mengajarkannya banyak hal. Paman Yosef. Seseorang dari kantor surat kabar berambut gimbal dengan kaca mata tebal. Entah apa yang ia lihat dari Dazi, tiba tiba saja menghampirinya tanpa dasar apa apa berkata Bekerjalah denganku... kamu punya potensi luar biasa. Dialog pertama Paman Yosef yang selalu ia ingat di masa itu. Ibu Rika sedikit terkejut perlahan mengangguk, tidak mengusir, hanya saja ia paham bahwa kerja di surat kabar lebih baik dari pada di rumah makan. Banyak berita, ilmu dan pengetahuan yang bisa didapat tanpa disadari. Dazi menggeleng, tidak mau karena tidak mengerti. Ia menoleh ke arah Ibu Rika. Ibu Rika hanya mengangguk dan tersenyum. Sehari setelah pertemuan itu. Dazi akhirnya tau manfaat apa yang bisa ia peroleh nanti setelah mendapatkan penjelasan panjang dari Ibu Rika semalam. Dazi setuju. Setelah sepenuhnya sadar Dazi segera membersihkan bekas air minum di lantai tadi. Setelah selesai segera saja ke kamar mandi,

bersiap siap harus ke kantor surat kabar. Harus menutup dan mengunci kantor itu hari ini. menutup? Pada siang bolong seperti ini? Beberapa menit setelah selesai bersiap siap, ia menggapai tas kecil bersama kunci pintu rumah di genggamannya. Melangkah cepat keluar, mengunci pintu, kembali melangkah di pinggir jalan. Seperti biasa hari hari selalu tampak cerah, matahari menyorot terang, menyilaukan setiap pupil yang mencoba menantangnya. Kantor tidak jauh dari rumah, cukup berjalan sekitar setengah jam atau menaiki kendaraan umum sekitar 10 menit saja mungkin sudah sampai. 9 tahun yang lalu setelah penawaran itu akhirnya Dazi ikut dengan Paman Yosef untuk bekerja di surat kabar, ia ditempatkan sebagai penjual koran di suatu tempat, kemudian jika edisi mingguan keluar ia menjadi kurir kepada setiap langganan surat kabar, dan terkadang kala jika di waktu senggang Dazi ikut bantu bantu pegawai Paman Yosef, mempelajari proses pembuatan surat kabar dan membaca setiap informasi yang akan dimuat.

Tidak lupa Dazi sering berkunjung ke restoran milik ibu Rika untuk membantu berbagai macam hal di restorannya. Ibu Rika sudah menjadi orang tua angkatnya sendiri. Ia selalu bercerita banyak hal ini itu tentang hari hari yang dijalaninya. Sampai akhirnya kabar dari menteri kebudayaan dan pendidikan tentang pengajuan Dazi untuk bersekolahpun turun. Ia mendapatkan kesempatan bersekolah bersamaan dengan beasiswa yang dimulai dari kelas 3 SD. Paman Yosefpun mendapatkan sebuah apresiasi telah berperan penting untuk masyarakat dalam pekerjaannya sebagai pembuka wawasan ilmu pengetahuan umum dalam pekerjaannya. Ia mendapatkan sejumlah uang dan sertifikat sebagai bentuk penghargaannya. Uang itu disumbangkan untuk membeli sebuah Ruko kecil dipinggir jalan untuk dijadikan tempat tinggal Dazi. Banyak sekali yang terjadi semenjak 9 tahun yang lalu. Dazi yang dulu masih anak kecil hilang ingatan sekarang sudah menjadi seorang anak remaja yang beranjak dewasa. Ia duduk di bangku kelas 3 SMA. Ketika SD ia adalah anak yang berprestasi, selalu menjadi teladan teman

temannya. Namun prestasinya menurun ketika SMA kelas 1. Paman Yosef yang telah ia anggap orang tuanya sendiri mengalami kecelakaan pesawat dalam perjalanan pulang dari luar negeri. Dazi mengalami tekanan yang sangat kuat, ia selalu mencari setiap informasi tentang kecelakaan tersebut dan menunggu Paman Yosef pulang. Namun hingga akhirnya berita yang sangat akurat menyatakan bahwa ia tidak ditemukan dan dipastikan telah tewas dikarenakan hilangnya pesawat terbang di tengah Samudera Pasifik. Mendengar informasi itu ia tidak percaya,sangat sedih, putus asa dan tidak bisa menerima. Belum lagi kantor surat kabar menjadi sangat berantakan karena kurangnya koordinasi seperti yang dilakukan Paman Yosef. Kekacauanpun terjadi terus menerus hingga membuat prestasi Dazi terus turun. Kantor surat kabarpun dipegang oleh teman dekat Yosef namun tidak sebaik koordinasinya, dalam waktu singkat kantor surat kabarpun mengalami banyak hutang, deadline yang tidak terkendali dan kasus korupsi terjadi secara diam diam hingga akhirnya kantor itupun mengalami kebangkrutan dan para pegawainya pindah ke

kantor surat kabar lain. Kantor surat kabar itupun tutup. Trek suara gembok dikunci pada pintu besi kantor surat kabar oleh Dazi. Ia berjalan beberapa langkah dari tempat itu dan kembali menengok kantor pertama dimana ia bekerja. Catnya sudah memudar, di sisi pojok kantor tumbuh lumut karena lembab. Beberapa poster informasi di dinding kantor masih tertempel namun tidak seluruhnya utuh, berantakan, sobek dan tulisan luntur karena sudah terlalu lama menempel, mungkin semenjak kejadian pesawat itu. terimakasih Paman, maafkan aku tidak bisa menjadi seseorang yang bisa meneruskan tempat yang kau banggakan ini, aku tau ini adalah suatu hal yang sangat penting bagimu begitu pula denganku, kau memberiku hidup namun aku membalasnya seperti ini, tidak bisa menjaga apa yang kau ciptakan sepanjang hidupmu itu. Ucap Dazi meratap gedung kantor surat kabar tiga tingkat yang terlihat usang. Siap disita oleh bank dan perusahaan besar kapan saja.

Ia membalikan badan lemas pulang menuju rumahnya. Rumah? Lebih tepatnya ruko kecil yang dibelikan Paman Yosef saat itu. Melangkah dalam lamunan tidak terasa sudah sampai depan ruko sekaligus rumah Dazi. Ia membuka pintu belakang dan masuk ke dalamnya. Tidak luas dan tidak juga sempit, 7 x 8 meter, tampak kasur pendek untuk satu orang di bawah pojok kiri, meja kecil hanya setinggi 50cm diletakan di sisi kasur, terdapat buku buku berserakan di tengah ruangan, dan sebuah galon kecil di pojok dekat dinding. Di ujung dinding terbuat dari pintu geser besi yang lebar, seperti pintu garasi selayaknya ruko, tidak pernah dibuka, dibiarkan seperti dinding. Di dinding lainnya terdapat banyak sekali tempelan telmpelan korang yang menurut Dazi itu adalah berita yang sangat penting dan yang terakhir hampir seluruh ruangannya beralaskan karpet coklat. Ia tidak memanfaatkan Ruko sebagai tempat berbisnis ataupun tempat yang selayaknya ruko namun ia menjadikannya seperti rmah kecil untuk tempat tinggal. Ia menyalakan lampu dan melentangkan badan di kasur, menghela nafas panjang.