BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. berorientasi pada tujuan jangka panjang yaitu berkembangnya organisasi yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu ketat, menuntut perusahaan untuk terus membenahi diri melalui pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. inovasi. Perusahaan yang ingin tetap bertahan dalam lingkungan bisnis harus

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB I PENDAHAULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dipengaruhi banyak faktor diantaranya keterampilan atau keahlian yang dimiliki,

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan bisnis di dunia semakin terbuka. Setiap perusahaan harus bersaing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia. Perkembangan suatu bangsa dapat dipengaruhi oleh mutu pendidikan.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemimpin merupakan jabatan yang sangat penting dalam organisasi

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. organisasi, lingkungan kerja, serta kinerja yang dapat mendukung penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI: Perspektif Teoritik dan Metodologi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola dan memanfaatkan sumber daya manusia yang dimiliki sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan seefektif mungkin. suatu tujuan perusahaan. Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dengan semakin pesatnya perkembangan lingkungan bisnis yang terjadi

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. dari beberapa ahli mengenai Kepemimpinan. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang ada di setiap kegiatan organisasi. Organisasi atau perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. indikator yang harus dipenuhi Indonesia agar menjadi negara maju. Salah satunya dengan

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahannya berbentuk Republik dengan kehadiran berbagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran yang merupakan inti dari kegiatan sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting berhasil tidaknya suatu organisasi dalam mencapai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan lingkungan organisasi yang semakin kompleks dan kompetitif,

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Kepemimpinan Transaksional Definisi Gaya kepemimpinan Transaksional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

BAB X KEPEMIMPINAN TRANFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANAN KEPEMIMPINAN. Oleh : Denizia Rizky Kartiko Renardy H Rendy Agung Permana

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 memberikan posisi yang sangat tinggi pada Badan Pemeriksa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I. Pendahuluan. penggerak yang mendorong perubahan organisasi. dikaji dan diteleti, karena paling sering diamati namun merupakan fenomena

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kajian berbagai aspek, baik secara teoritis maupun empiris yang mendasari

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, banyak ditemukan permasalahan yang menyebabkan perusahaan. sebagai sumber dayanya, tujuan perusahaan akan sulit tercapai.

`BAB I PENDAHULUAN. dunia industri dan organisasi menyebabkan psikologi tidak akan pernah kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peran utama dalam menentukan dinamika dari semua sumber yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya non manusia sebagai alat penunjang terselesainya kegiatan perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI. memotivasi pengikut mereka untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. dan paling dominan dalam sebuah organisasi. Manajemen sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Utara bermula

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pekerjaannya. Manusia sebagai tenaga kerja haruslah

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

PENGARUH KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT DAN LIRIS DI SUKOHARJO

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia ini merupakan penggerak utama atas kelancaran jalannya

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin agar tujuan yang akan dicapai dapat terlaksana dengan baik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebab tanpa memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas, mustahil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian suatu proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat. modal, bahan-bahan mentah, tenaga kerja dan waktu.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Organizational Citizenship Behavior (OCB) adalah perilaku individu yang

BAB I PENDAHULUAN Profil Perusahaan PT. Bravo Satria Perkasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga

BAB I PENDAHULUAN. Bab pertama ini berisi pembahasan mengenai latar belakang, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. besar bagi kelangsungan hidup organisasi. Persaingan juga telah menyebabkan

Instrumen Kepemimpinan Transformasional. (Multifactor Leadership Questionnaire-MLQ)

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Agung sebagai salah satu lembaga tinggi negara yang membawahi

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organiasi dalam mengelola,

BAB I PENDAHULUAN. karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dapat mengikuti proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. utama roda pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparatur pemerintah dan

Masih dari hasil penelitian Al-Ababneh (2010), tidak ada gaya kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Kompetensi sumber daya manusia yang baik pasti memerlukan pengelolaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya kelak.

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinannya. Pembahasan tentang kepuasan kerja karyawan tidak bisa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. regresi linier berganda yang dilaksanakan mengenai pengaruh pelaksanaan gaya

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Ada pengaruh positif dan signifikan gaya kepemimpinan kepala sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang pesat membawa dampak pada persaingan usaha yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada dengan arah strategis organisasi. Arah strategis organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Patricia Dhiana Paramita *)

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. perusahaan sektor publik. Salah satu perusahaan sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Kinerja 1. Pengertian Efektivitas (efectiveness) secara umum dapat diartikan melakukan sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan berkaitan dengan tepat tidaknya pemilihan sesuatu sehingga mampu mencapai sasaran yang diinginkan. Istilah efektivitas sering digunakan dalam lingkungan organisasi atau perusahaan yakni untuk menggambarkan tepat tidaknya sasaran yang dipilih perusahaan tersebut. Efektivitas tersebut dapat dilihat dari manfaat atau keuntungan dari sesuatu yang dipilih untuk kepentingan organisasi atau perusahaan. Efektivitas juga sering digunakan untuk mengukur keberhasilan yang dicapai oleh organisasi atau perusahaan terkait dengan program-progam yang direncanakan. Pengelolaan sebuah organisasi atau perusahaan dikatakan berhasil apabila sasaran atau tujuan yang ditetapkan mampu dilaksanakan dan memberikan kegunaan bagi perusahaan tersebut. Ukuran dari efektivitas dapat dinilai dengan cara membandingkan pencapaian tujuan dari suatu aktivitas yang dilakukan dan bukan mengenai biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas tersebut (Danim, 2004). 10

11 Istilah efektivitas dalam ruang lingkup organisasi atau perusahaan biasanya dikaitkan dengan pelaksanaan program yang ditetapkan atau kegiatankegiatan yang dilakukan perusahaan untuk memajukan dan mengembangkan organisasi atau perusahaan tersebut. Untuk melaksanakan program atau kegiatan ini harus didukung dengan sumber daya manusia yang memadai yakni kemampuan, keahlian, dan ketrampilan. Efektif tidaknya suatu program yang dilaksanakan dinilai dari kemampuan sumber daya manusia yang menjalankannya dibandingkan dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan. Penilaian semacam ini bertujuan untuk mengukur kinerja sumber daya manusia. Kinerja sumber daya manusia dikatakan baik apabila hasil yang diperoleh sesuai dengan yang ditetapkan. Itu berarti sumber daya manusia telah mampu menjalankan program atau aktivitas yang tepat dan dapat dikatakan kinerjanya sudah efektif (Soeprihanto, 2001). Sebaliknya, buruknya kinerja sumber daya manusia ditunjukkan dengan ketidakmampuannya melaksanakan suatu program sesuai dengan yang telah ditetapkan. Hal itu menggambarkan kinerja yang kurang efektif karena tidak mampu melakukan sesuatu berdasarkan kriteria yang diinginkan. Pendapat lain dikemukakan Robbins (2003) yang mengatakan efektivitas berkaitan dengan kemampuan untuk memilih atau melakukan sesuatu yang paling sesuai atau tepat dan mampu memberikan manfaat secara langsung. Ukuran penilaian yang digunakan adalah tepat tidaknya organisasi atau

12 perusahaan menjalankan segala sesuatu misalnya pelaksanaan program atau aktivitas. Efektivitas kinerja diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memilih sasaran yang tepat sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dari awal. Pendapat ini didukung Danim (2004) yang mengatakan efektivitas kinerja kelompok, berkaitan dengan kemampuan anggota-anggota untuk memilih atau melakukan sesuatu yang tepat demi kepentingan bersama. Efektivitas kinerja akan meningkat apabila seseorang memiliki keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan tuntutan kerja. Efektivitas kinerja individu dapat diukur dari keterampilan kerja, peningkatan prestasi, kemampuan untuk beradaptasi, dan mampu menghadapi perubahan (Bass dan Daft, 1989). Timpe (2001) mengungkapkan kinerja yang baik dari individu akan menggambarkan kinerja organisasi, kinerja individu sangat mempengaruhi kinerja organisasi atau perusahaan. Kinerja organisasi menjadi buruk apabila individu berkemampuan rendah dan upaya pengembangan keterampilan dan keahliannya juga rendah. Sebaliknya, kinerja yang baik dari seseorang akan mampu meningkatkan kinerja organisasi atau perusahaan. Dari definisi-definisi tersebut, maka efektivitas kinerja dapat dijelaskan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu yang tepat didasarkan pada tujuan yang telah ditetapkan atau direncanakan. Pelaksanaan suatu program sesuai dengan tujuan yang direncanakan menunjukkan efektivitas program tersebut dapat terlaksana dengan baik. Sebaliknya, ketidaksesuaian pelaksanaan program

13 dengan tujuan yang ditetapkan memperlihatkan program yang dilaksanakan belum efektif. 2. Aspek-aspek efektivitas kinerja Adapun aspek-aspek yang dinilai berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam sebuah organisasi atau perusahaan menurut Daft (1989) adalah meliputi sebagai berikut: a. Keterampilan kerja Keterampilan menunjukkan kemampuan dan keahlian karyawan yang mendukung pelaksanaan tugas. Keterampilan merupakan bekal karyawan dalam menjalankan pekerjaannya. Ketrampilan karyawan mencakup kemampuan, pengetahuan, kecakapan interpersonal, dan kecakapan teknis. Keterampilan dapat dipelajari secara formal atau dengan cara belajar sendiri tergantung dengan kebutuhan. Seorang karyawan yang memiliki keterampilan rendah akan mengalami banyak hambatan dalam menjalankan pekerjaannya sehingga kinerjanya menjadi kurang efektif. Sebaliknya, karyawan yang memiliki keterampilan tinggi akan mampu menjalankan pekerjaannya dengan baik sehingga kinerjanya dapat dinilai efektif. Keterampilan kerja dapat dilihat dari cara seseorang untuk menangani sebuah pekerjaan. Setiap pekerjaan membutuhkan keterampilan yang memadai sehingga seseorang tidak akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Keterampilan yang memadai akan dapat meningkatkan kinerja seseorang karena tingkat kesalahan-kesalahan seseorang dalam menjalankan pekerjaan yang ditangani akan semakin rendah.

14 b. Peningkatan prestasi kerja Prestasi kerja merupakan salah satu tolak ukur yang dapat digunakan untuk menilai kinerja seseorang ataupun organisasi. Prestasi kerja individu menyangkut kemampuan ataupun keberhasilan seseorang menjalankan pekerjaannya sesuai dengan yang diharapkan atau bahkan melebihi baik darisegi kualitas maupun kuantitas. Hasil kerja seseorang yang semakin baik mencerminkan prestasi kerja yang semakin tinggi dan hal itu menggambarkan suatu kinerja yang efektif. Sebaliknya, hasil kerja yang buruk mencerminkan prestasi kerja rendah dan menggambarkan kinerja yang kurang efektif. Peningkatan prestasi kerja merupakan salah satu ukuran untuk menilai efektif tidaknya kinerja seseorang. c. Kemampuan berkompetisi Dalam dunia kerja, kompetisi merupakan salah satu hal yang penting. Kompetisi yang dimaksud dilakukan secara positif misalnya bekerja lebih baik dari orang lain. Kompetisi semacam ini sifatnya positif dan tidak merugikan pihak lain. Setiap orang diharapkan mampu berkompetisi secara sehat karena akan dapat memotivasi setiap karyawan untuk memberikan hasil yang terbaik. Karyawan yang mampu berkompetisi selalu berusaha untuk meningkatkan hasil kerjaannya dari waktu ke waktu. Kemampuan berkompetisi ini dapat dilihat dari sikap kerja pantang menyerah, aktif, berani menjalankan tugastugas baru.

15 d. Kemampuan beradaptasi Adaptasi menunjukkan kemampuan karyawan menyesuaikan diri dengan situasi dan lingkungan kerja yang sering mengalami perubahan baik lingkungan kerja seperti rekan-rekan kerja maupun sarana dan prasarana yang digunakan. Karyawan yang memiliki kemampuan beradaptasi tinggi dapat dengan mudah menjalankan pekerjaan di lokasi yang baru. Sebaliknya, karyawan yang kemampuan beradaptasinya rendah akan mengalami banyak kendala di lingkungan kerja yang baru seperti kesulitan berkomunikasi dengan rekan kerja baru, sulit beradaptasi dengan sarana dan prasarana di lokasi baru. Kemampuan beradaptasi karyawan dapat dilihat dari sikap yang lebih tenang, fleksibel, dan menguasai pekerjaan. Seseorang yang mampu beradaptasi dengan cepat dapat meningkatkan hasil pekerjaannya sehingga kinerjanya menjadi efektif. e. Daya tahan terhadap perubahan Lingkungan kerja umumnya sering mengalami perubahan misalnya faktor cuaca, iklim, suhu udara. Sehubungan dengan itu, seorang karyawan diharapkan memiliki daya tahan terhadap perubahan tersebut. Untuk mampu terhadap perubahan, setiap karyawan harus memiliki kekuatan fisik. Karyawan yang memiliki daya tahan terhadap perubahan tidak akan mengganggu pekerjaannya sehingga kinerjanya menjadi efektif. Sebaliknya, seseorang yang tidak memiliki daya tahan terhadap perubahan akan mengalami kesulitan untuk menjalankan pekerjaannya sehingga kinerjanya menjadi kurang efektif.

16 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Kinerja Efektivitas kinerja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Danim (2004) efektivitas kinerja dipengaruhi oleh interaksi antar-sesama yang mencakup hal-hal berikut: a. Gaya kepemimpinan, dapat mempengaruhi efektivitas kinerja di antaranya: otoriter, demokratis, pseudo demokratis, situasional, paternalistis, orientasi pemusatan, dan lain-lain. b. Ketergantungan, dapat mempengaruhi efektivitas kinerja misalnya: ketergantungan penuh, ketergantungan sebagian, ketergantungan situasional, dan tidak ada ketergantungan. c. Hubungan persahabatan dapat mempengaruhi efektivitas kinerja misalnya: kaku, longgar, situasional, berpusat pada seseorang, dan berpusat secara kombinasi. d. Kultur dapat mempengaruhi efektivitas kinerja seperti: menghambat dan menunjang. e. Kemampuan dasar setiap orang untuk berinteraksi misalnya ada yang cepat dan ada yang lambat, situasional, dan tidak berinteraksi sama sekali. f. Sistem nilai dapat mempengaruhi efektivitas nilai misalnya: terbuka, tertutup, dan prasangka. Soeprihanto (2001) mengatakan efektivitas kinerja berkaitan erat dengan prestasi kerja seseorang. Efektivitas kinerja dan prestasi tidak hanya dinilai dari hasil secara fisik tetapi juga mencakup pelaksanaan kerja secara keseluruhan

17 yang meliputi kemampuan kerja, hubungan kerja, disiplin kerja, prakarsa dan kepemimpinan. Kemampuan individu untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang ditetapkan merupakan salah satu indikator kinerja yang efektif dan prestasi yang tinggi. Perencanaan efektivitas kinerja dan prestasi didahului dengan perencanaan cara mencapainya dan menetapkan tujuan yang akan dicapai. Fungsi pengorganisasian menjelaskan tanggung jawab dan wewenang individu dalam organisasi sedangkan fungsi pengarahan menjelaskan panduan pencapaian hasil dalam bentuk interaksi yang lebih berorientasi pada psikologi individu dalam organisasi. Sementara fungsi pengendalian menjelaskan kemampuan individu untuk menjamin konsistensi hasil aktual dengan yang telah direncanakan. Gibson (1996) menambahkan kemampuan mengelola individu dalam organisasi secara efektif merupakan kunci peningkatan efektivitas kinerja. Pendapat lain dikemukakan Kuswadi (2004) yang mengatakan efektivitas kinerja merupakan kesesuaian antara kompetensi individu dengan persyaratan kerja atau kebutuhan tugas yang diharapkan organisasi (competencies and job demands). Keterbatasan kompetensi individu dapat menghambat pelaksanaan pekerjaan atau tugas-tugas seseorang. Ketidakmampuan seseorang mencapai sasaran atau tujuan yang ditetapkan mencerminkan kinerja individu yang kurang baik.

18 B. Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam pencapaian kinerja organisasi. Kepemimpinan digunakan untuk mengarahkan individu-individu pada tujuan organisasi. Suatu organisasi yang dijalankan tanpa kepemimpinan akan mengalami kelemahan dan kesulitan untuk mencapai tujuan. Kesulitan tersebut timbul karena tidak ada pihak yang menghubungkan tujuan individu dengan organisasi (Reksohadiprodjo dan Handoko, 2001). Kepemimpinan didefinisikan Gitosudarmo dan Sudita (2000) sebagai suatu proses yang mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok untuk mencapai tujuan. Dari definisi tersebut tampak bahwa kepemimpinan bukan menunjuk pada orang melainkan proses, sedangkan orang yang menjalankan kepemimpinan adalah pemimpin. Dari berbagai definisi kepemimpinan tersebut menunjukkan adanya perbedaan persepsi di antara para ahli dalam memaknai kepemimpinan. Namun perbedaan tersebut tidak mengaburkan makna kepemimpinan, karena setiap ahli memiliki sudut pandang yang berbeda. Makna kepemimpinan dapat disimpulkan sebagai proses yang dijalankan pemimpin untuk mempengaruhi, mengarahkan, mengkoordinasikan, dan mengendalikan orang lain demi mencapai tujuan tertentu. Seorang pemimpin umumnya memiliki kemampuan lebih baik dan pengalaman lebih banyak dibandingkan anggota-anggotanya.

19 2. Gaya Kepemimpinan Transformasional Menurut Burns (dalam Yukl 2010 ) Kepemimpinan transformasional menyerukan nilai-nilai moral dari pada pengikut dalam upayanya untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang masalah etis dan untuk memobilisasi energi dan sumber daya mereka untuk mereformasi institusi. Sedangkan menurut O Leary (2001), Kepemimpinan transformasional adalah gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang manajer bila ia ingin suatu kelompok melebarkan batas dan memiliki kinerja atau mencapai serangkaian sasaran organisasi yang sepenuhnya baru. Bass (1985) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang berlangsung melebihi dari sekedar pertukaran atau imbalan bagi kinerja yang ditampilkan oleh pengikut tetapi lebih didasarkan pada kepercayaan dan komitmen (Jung dan Avolio, 1999 dalam Sunarsih 2001). Kepemimpinan transformasional menurut Gibson (1996) merupakan kemampuan seorang pemimpin memberikan inspirasi dan motivasi pada bawahannya untuk mencapai hasil lebih baik dari yang direncanakan. Penerapan gaya kepemimpinan ini lebih menekankan pada proses perubahan persepsi, sikap, dan perilaku bawahan ke arah peningkatan pengetahuan, wawasan dan kemampuan dalam menjalankan organisasi Barling (1996). Penekanan pada proses perubahan tersebut tidak hanya dimaksudkan untuk menghadapi kondisi saat ini saja tetapi juga masa yang akan datang.

20 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa definisi kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada kontrak sosial, mempengaruhi dan mengarahkan bawahan dengan menempatkannya sebagai mitra kerja. Penempatan tersebut berarti bahwa bawahan juga memiliki tanggung jawab dan kesempatan yang sama untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja organisasi. 1. Aspek-Aspek Gaya Kepemimpinan Transformasional Aspek-aspek gaya kepemimpinan transformasional merupakan indikator yang menunjukkan cara pemimpin dalam memotivasi kinerja bawahannya. Menurut Bass (1985), aspek -aspek pembentuk gaya kepemimpinan transformasional adalah kharismatik (charisma), perhatian pada individu (individual consideration), perangsangan intelektual (intellectual stimulation), dan motivasi inspirasional (inspirational motivation). Keempat aspek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kharismatik (charisma) Aspek ini menunjukkan kewibawaan seorang pemimpin dalam mengarahkan dan memotivasi bawahannya. Pemimpin kharismatik merupakan pemimpin yang mampu menjadi panutan bagi bawahannya. Pemimpin kharismatik berusaha melibatkan kekuatan emosional dalam mempengaruhi bawahannya.

21 b. Perhatian pada individu (individual consideration) Dalam kepemimpinan transformasional, bawahan selalu dilibatkan secara langsung dalam setiap masalah organisasi yang sedang dihadapi. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin transformasional memiliki perhatian sekaligus memberikan kesempatan pada bawahan untuk mengembangkan diri dan berperan aktif dalam memajukan organisasi. Perhatian dan kesempatan yang diberikan dapat mendukung dan memperkuat kinerja bawahan. c. Perangsangan intelektual (intellectual stimulation) Aspek ini menjelaskan usaha pemimpin meningkatkan kesadaran bawahan untuk terlibat dalam pengelolaan organisasi sehingga dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi secara bersama. Segala permasalahan organisasi akan dianalisis dari berbagai sudut pandang yang melibatkan pemimpin dan bawahan secara langsung. Dalam proses tersebut, pemimpin memberikan kesempatan dan kebebasan yang sama kepada bawahan untuk mengemukakan pendapat sesuai dengan perspektif dan pola pikirnya. d. Motivasi inspirasional (inspirational motivation) Aspek ini menjelaskan kemampuan pemimpin memotivasi bawahannya dengan memberikan penjelasan mengenai gagasan dan pandangan kerjanya melalui contoh pengalaman. Hal ini dimaksudkan agar bawahan dapat memperoleh gambaran mengenai nilai-nilai kerja yang positif dan model perilaku yang tepat. Gambaran tersebut membantu bawahan memahami makna dan manfaat dari tugas-tugas yang akan dijalaninya. Pemimpin transformasional

22 yang lebih menekankan pada kontrak sosial memiliki banyak cara untuk memotivasi bawahannya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa aspek-aspek pembentuk gaya kepemimpinan transformasional memiliki sumbangan yang positif dalam meningkatkan motivasi bawahan. Hal ini disebabkan aspek-aspek pembentuk gaya kepemimpinan ini lebih menekankan pemusatan perhatian terhadap potensi bawahan yang dapat dikembangkan guna menunjang pencapaian prestasi yang lebih baik. Selain itu juga didukung dengan kesediaan pemimpin untuk memberikan penghargaan yang tinggi atas kinerja bawahan sehingga dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja. B. Kerangka Berpikir Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Bass tentang gaya kepemimpinan tranformasioanal dan teori dari Daft tentang efektivitas kinerja. Kinerja menurut Daft (1989) adalah kema mpuan mencapai hasil kerja maksimal. Kinerja dikatakan efektif apabila proses kegiatannya mampu mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dari definisi tersebut maka efektivitas kinerja dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencapai hasil kerja maksimal sesuai dengan tujuan dan sasaran kerja yang telah ditetapkan. Kinerja yang efektif merupakan faktor penting dalam upaya pengembangan suatu perusahaan. Selain itu kinerja juga berperan penting

23 sebagai dasar pengambilan keputusan dalam kaitannya dengan pendayagunaan karyawan dan proses persiapan perilaku masa depan. Secara umum kinerja diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil kerja secara maksimal. Dari makna tersebut, maka efektivitas kinerja dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang mencapai hasil kerja maksimal sesuai dengan tujuan dan sasaran kerja yang telah ditetapkan. Efektivitas kinerja dalam konteks organisasi atau perusahaan berkaitan dengan kemampuan organisasi melakukan atau memilih sesuatu yang dapat memberikan keuntungan sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Sebuah organisasi atau perusahaan akan memiliki kinerja yang efektif, jika setiap komponen yang ada di dalamnya mampu bekerjasama untuk melakukan program yang telah ditetapkan. Sebuah organisasi yang tidak terkoordinasi secara baik, tidak akan mampu mencapai efektivitas kinerja karena setiap bagian masing-masing memiliki kepentingan yang berbeda Ekvall dan Arvonen (1994). Efektivitas kinerja dalam konteks individu menyangkut kemampuan seseorang melakukan sesuatu yang tepat sesuai dengan tujuan atau sasaran yang ditetapkan dalam organisasi atau perusahaan didasarkan pada keahlian dan keterampilan yang dimiliki Gibson et. al (1996). Efektivitas kinerja individu akan meningkat apabila seseorang memiliki ketrampilan dan keahlian yang sesuai dengan tuntutan kerja. Pendapat senada dikemukakan Bass (Daft, 1989) yang mengatakan efektivitas kinerja individu dapat diukur dari keterampilan

24 kerja, peningkatan prestasi, kemampuan untuk beradaptasi, dan mampu menghadapi perubahan. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan seorang pemimpin mengarahkan karyawan dalam perusahaan secara efektif menjadi kunci dari keberhasilan pencapaian efektivitas kinerja. Terwujudnya kinerja dalam perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh iklim perusahaan melalui gaya kepemimpinan yang diterapkan. Efektif tidaknya kinerja karyawan dalam perusahaan dapat diketahui dengan melakukan penilaian. Penilaian kinerja secara umum bertujuan untuk mengetahui kemampuan dan keterampilan karyawan dalam melaksanakan tugas secara cepat dan tepat sesuai dengan target kerja yang telah ditentukan. Penilaian kinerja sekaligus merupakan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian kinerja yang efektif. Di samping itu juga bermanfaat sebagai dasar penganalisisan pekerjaan untuk meningkatkan efektivitas kinerja yang sudah dicapai. Kinerja menjadi ukuran keberhasilan suatu perusahaan dalam pengelolaan dan pencapaian tujuan. Semakin baik kinerja mengindikasikan bahwa perusahaan telah dikelola dengan baik dan mampu mencapai tujuannya. Sebaliknya, semakin buruk kinerja karyawan mengindikasikan bahwa pengelolaan perusahaan belum berjalan dengan baik dan belum mampu mencapai tujuannya. Menurut Bass (1989) Konsep kepemimpinan dikembangkan sebagai suatu gaya kepemimpinan yang mampu menumbuhkan sikap percaya, menghargai, mengagumi, loyalitas dan motivasi kerja pada bawahan. Gaya

25 kepemimpinan transformasional lebih menekankan pada sistem desentralisasi yang berarti melibatkan karyawan secara aktif dalam penentuan tujuan dan proses pengambilan keputusan. Penerapan gaya kepemimpinan ini lebih mampu meningkatkan efektivitas kinerja karyawan, karena pemimpin transformasional berusaha untuk mengembangkan pengetahuan dan kompetensi karyawan. Pemimpin transformasional memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada karyawan yang menjadi bawahannya untuk melaksanakan tugas sesuai dengan pola pikirnya dengan tetap mengarah pada pencapaian tujuan perusahaan. Pemimpin dengan gaya ini selalu memberikan motivasi kerja pada karyawan agar mampu mencapai hasil kerja yang baik sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Gaya kepemimpinan ini cenderung lebih fleksibel dalam menyiasati perubahan dan perkembangan kondisi lingkungan perusahaan. Kemampuannya dalam mempengaruhi dan mengarahkan karyawan untuk terlibat aktif mencerminkan figur seorang pemimpin yang mandiri, kreatif, dan adil. D. Hipotesis Berdasarkan uraian dalam kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan antara gaya kepemimpinan transformasional dengan efektivitas kinerja karyawan akademik UIN Suska Riau.