BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 pasar pelumas di Indonesia telah terbuka dengan

Pembahasan Materi #5

Rantai Pasokan Global (Global Supply Chains)

Pembahasan Materi #1

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA

Copyright Rani Rumita

PEMASARAN INTERNASIONAL MINGGU PERTAMA BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. FAKULTAS EKONOMI UNIV. IGM

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan pokok dari perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERDAGANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ekonomi nasional. Hasil analisis lingkungan industri menunjukkan bahwa industri

Pertemuan 14 STRATEGI PEMASARAN INTERNASIONAL

Memperkuat Ekspor Pakaian Jadi Indonesia melalui Pelatihan (bagi) UKM tentang Cara Sukses Mengekspor ke Kanada

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. nabati yang bermanfaat dan memiliki keunggulan dibanding minyak nabati

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang tepat dari para pelaku ekonomi. konsumen adalah sebagai pemasok faktor faktor produksi kepada perusahaan

II. TINJAUAN PUSTAKA

konsumen, dan tiap kegiatan menambah nilai pada produk akhir.

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini mendominasi pasar otomotif di Indonesia. Kiprahnya di dunia otomotif

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV LINGKUNGAN DAN BUDAYA ORGANISASI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERDAGANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Konsep Dasar dan Sejarah Singkat Perdagangan Internasional. Pertemuan ke-1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

1 BAB 1 PENDAHULUAN. kompetitif. Banyaknya pemain baru bermunculan yang handal dan kompeten di

I. PENDAHULUAN. Kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature)

DAFTAR LAMPIRAN 1. LAMPIRAN I : KETENTUAN UMUM PEMBUATAN SURAT PERJANJIAN JUAL BELI (SPJB) PUPUK BERSUBSIDI ANTARA PRODUSEN DENGAN DISTRIBUTOR

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barangnya ke pemakai akhir. Perusahaan biasanya bekerja sama dengan perantara untuk

OCCASIONAL PAPER OP/ 1 /2016

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN KUALITAS DAYA SAING UMKM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Peran Saluran Pemasaran

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. (subsidiary) dari PT. Pertamina (Persero). Ada dua sektor yang menjadi target

Paparan Publik Tahunan. Jakarta, 11 Agustus 2015

PERKEMBANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

I. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

1/29/2010 nts/mu/stmikprof

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi pasar bebas telah membuka potensi dagang yang sangat luas,

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.

Pembahasan Materi #2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab 9 KONSEP e SUPPLY CHAIN DALAM SISTEM INFORMASI KORPORAT TERPADU

DAFTAR ISI v. ABSTRAKSI i. KATA PENGANTAR.ii. DAFTAR TABEL...ix. DAFTAR GAMBAR. xii. 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah..

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 053 TAHUN 2006 TENTANG WAJIB DAFTAR PELUMAS YANG DIPASARKAN DI DALAM NEGERI

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I-1

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Industri Perusahaan Ekspor Pembekuan

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

Market Brief Essential Oil Di Jerman. ITPC Hamburg 2016

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHANBATU

PENGEMBANGAN TRADING HOUSE DALAM RANGKA PENINGKATAN EKSPOR NON MIGAS. Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Medan merupakan salah satu anak. perusahaan dari The Coca-Cola Company yang bergerak dalam bidang

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. KESIMPULAN Dari tiga belas faktor yang diteliti ada dua belas (panah biru) faktor saling terkait mendukung perlunya integrasi ke hulu agar perusahaan mendapatkan pasokan yang handal baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Gambar 5..1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Integrasi ke Hulu Dua belas faktor diantaranya adaalah visi ambisius perusahaan, daya Tarik pasar pelumas di Indonesia, dukungan regulasi, kendala kualitas pabrik pelumas lokal, evolusi stagnan pabrik pelumas, kompleksitas pasokan pelumas termasuk untuk impor bahan baku dan pelumas jadi, urgensi investasi 59

pabrik pelumas, peningkatan tuntutan layanan pasar, pasar kaptif pasar kaptif genuine oil yang hanya bisa dilayani pabrik domestik, keterbatasan pabrik pelumas pihak ke tiga perusahaan dan pandangan pelaku bisnis pelumas yang menyatakan bahwa pasokan yang handal baik dari segi kuantitas dan kualitas merupakan syarat utama untuk perkembangan bisnisnya mendorong pelaku bisnis pelumas di Indonesia untuk melakukan integrasi ke hulu. V.2. SARAN Perusahaan yang mempunyai bisnis pelumas di Indonesia direkomendasikan agar dapat menjaga kehandalan pasokan pelumasnya baik dari segi kuantitas maupun kualitas agar dapat bersaing dan tumbuh dengan baik. Untuk menjaga kehandalan pasokan para pelaku bisnis pelumas yang belum mempunyai tempat produksi pelumas perlu mempertimbangkan untuk mempunyai pabrik pelumas sendiri. Hal ini dikarenakan pasokan pelumas impor dan pasokan pabrik pelumas pihak ke tiga tidak bisa diandalkan untuk menjadi metode pasokan jangka panjang. Perusahaan yang melakukan integrasi ke hulu akan berubah rantai nilai perusahaannya yaitu dengan masuknya aktifitas produksi ke dalam rantai nilai perusahaan. Faktor produksi ini sebelumnya berada pada rantai nilai pemasok. Oleh karena itu biaya produksi bisa dikendalikan di dalam perusahaan sendiri sehingga akan lebih efisien. Hal ini dikarenakan tidak diperlukannya tempat penyimpanan barang yang terpisah, tidak diperlukannya fee produksi, mengurangi 60

duplikasi tenaga kerja dan lainnya. Gambar 5.2 menjelaskan pemindahan aktifitas produksi dari pemasok ke dalam aktivitas pengadaan pelumas dalam perusahaan. Gambar 5.2 Pemindahan Aktivitas Produksi Aktifitas, biaya dan keuntungan pemasok Pengadaan Bahan Baku Rantai Nilai Pemasok Penyimpanan Bahan Baku Proses Produksi Penyimpanan dan pengiriman Fee Produksi Rantai Nilai Perusahaan Pengadaan Pelumas Distribusi Pelumas Penjualan dan Pemasaran Pelayanan Keuntungan Integrasi ke hulu akan mengubah model bisnis perusahaan yaitu akan menciptakan mitra bisnis baru seperti mitra pemasok bahan baku, peralatan produksi, penyimpanan barang, angkutan dan lainnya. Selain itu juga menambah aktifitas kunci perusahaan berupa aktifitas produksi, pengadaan dan impor bahan baku, aktifitas kontrol kualitas, perijinan dan lainnya, dari yang sebelumnya hanya berupa aktiftas penjualan menjadi terintegrasi dengan aktifitas produksi. Gambar 5.3 menunjukan model bisnis perusahaan sebelum integrasi dan gambar 5.4 menunjukkan model bisnis perusahaan setelah melakukan integrasi ke hulu. Dapat dilihat bahwa ada perbedaan (huruf dengan arsiran kuning) di setiap blok dengan berbagai tambahan aktivitas setelah perusahaan melakukan integrasi ke hulu. 61

Gambar 5.3 Model Bisnis Perusahaan Sebelum Integrasi Patner Aktivitas Nilai Preposisi Hubungan Segmen Pemasok pelumas jadi dan pabrik pelumas lokal dan regulator atau Impor produk jadi, pemasaran dan penjualan Sumber Sumber pelumas jadi Struktur Biaya Biaya penjualan, pemasaran, distribusi, penyimpanan produk jadi, biaya layanan purna jual Keunggulan product dan layanan purna jual Kontrak pembelian, diskon kuantitas Saluran Distributor, agen Aliran Omset Keuntungan penjualan Industry dan otomotif dalam negeri Patner Pemasok bahan pelumas, kemasan dll dan OEM peralatan pabrik, regulator atau Gambar 5.4 Model Bisnis Perusahaan Setelah Integrasi ke Hulu Aktivitas Impor bahan baku, pembelian bahan lainnya, produksi, kontrol kualitas, manajemen logistik, pemasaran & penjualan Sumber Sumber bahan baku dan kemasan Struktur Biaya Biaya produksi, biaya penjualan, pemasaran, distribusi, penyimpanan bahan baku dan produk jadi, biaya layanan purna jual Nilai Preposisi Kehandalan produksi dan pasokan, keunggulan kualitas product & layanan produksi purna jual Hubungan Kontrak pembelian, kontrak produksi, ekspor, diskon kuantitas Saluran Eksportir, distributor, agen Segmen Perusahaan pelumas lain, ekspor, industry dan otomotif dalam negeri Aliran Omset Keuntungan Produksi & keuntungan layanan (misal gudang& manajemen/orang)& keuntungan penjualan Integrasi ke hulu juga mengubah sumber-sumber utama perusahaan dari hanya membeli atau mendatangkan produk jadi menjadi membeli bahan baku, kemasan, desain label, menjadikan produk jadi yang bervariasi. Perusahaan mempunyai kemampuan untuk memperkaya penawaran produk yang lebih bervariasi baik dari jenis produk dan kemasan yang diperlukan dan menambah pelayan pelayanan produksi pelumas dan penyediaan bahan baku pelumas. 62

Perubahan ini juga akan mengakibatkan semakin kompleksnya hubungan dengan konsumen dan produsen yang sebelumnya hanya melakukan kegiatan penjualan produk jadi menjadi ditambah dengan jual beli bahan dasar pelumas dan pemberian jasa pelayanan produksi. Perubahan ini juga akan mengakibatkan terciptanya segmen pasar baru seperti genuine oil dan merek-merek pelumas lain (prívate label), disamping juga akan menciptakan hubungan baru dengan para pemasok bahan baku. Tabel 5.1 di bawah merupakan matrik yang merangkum perubahan aktivitas perusahaan sebelum dan sesudah melakukan intregasi. Tabel 5.1 Matrik Perubahan Aktivitas Sebelum dan Sesudah Integrasi ke Hulu Komponen Model Bisnis Sebelum Integrasi Setelah Integrasi Patner Aktivitas Pemasok pelumas jadi & pabrik pelumas lokal dan regulator atau Impor produk jadi, pemasaran & penjualan Pemasok bahan pelumas, kemasan dll dan OEM peralatan pabrik, regulator atau Impor bahan baku, pembelian bahan lainnya, produksi, control kualitas, manajemen logistik, pemasaran dan penjualan Sumber Sumber pelumas jadi Sumber bahan baku dan kemasan Nilai Preposisi Keunggulan product & layanan purna jual Hubungan Kontrak pembelian, diskon kuantitas Kehandalan produksi dan pasokan, keunggulan kualitas product & layanan produksi purna jual Kontrak pembelian, kontrak produksi, ekspor, diskon kuantitas Saluran Distributor, agen Eksportir, distributor, agen Segmen Industry dan otomotif dalam negeri Struktur Biaya Biaya penjualan, pemasaran, distribusi, penyimpanan produk jadi, biaya layanan purna jual Perusahaan pelumas lain, ekspor, industry dan otomotif dalam negeri Biaya produksi, penjualan, pemasaran, distribusi, penyimpanan bahan baku dan produk jadi, biaya layanan purna jual Aliran Omset Keuntungan penjualan Keuntungan produksi dan keuntungan layanan (misal gudang dan manajemen/orang) dan keuntungan penjualan 63

Perusahaan yang melakukan integrasi ke hulu struktur biaya dalam perusahaannya akan berubah karena ada perubahan dalam aktivitas kunci perusahaan dari hanya aktivitas penjualan ditambah dengan adanya aktivitas produksi dimana memerlukan berbagai pasokan bahan baku, penyimpanan berbagai bahan baku, pemeliharaan alat produksi dan lainnya. Biaya produksi dapat dikendalikan oleh perusahaan sendiri sehingga akan lebih efisien akan tetapi dengan panjangnya rantai nilai perusahaan dimulai dari penyediaan bahan baku untuk proses produksi akan menambah beban biaya terutama biaya penyimpanan baik untuk penyimpanan bahan baku dan produk jadi dan meningkatnya biaya bunga bank. Keuntungan lain dari memiliki pabrik pelumas selain untuk menjaga kehandalan pasokan adalah dapat menambah portfolio bisnis, mendapat akses pasokan ke OEM, dapat menjadi tempat produksi perusahaan lain dan perusahaan juga bisa menggunakan kelebihan kapasitas produksi untuk keperluan ekspor. 64