BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang


BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik responden yang mempengaruhi tekanan darah. rentang tahun dan lansia akhir pada rentang tahun.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI WANITA USIA TAHUN DI PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

Karakteristik Umum Responden

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, baik dari segi case-finding maupun penatalaksanaan. hipertensi tidak mempunya keluhan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan usia banyak terjadi proses pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. beban yang luar biasa secara global pula.menurut Lawes et al., disability-adjusted life years (DALY) terkait dengan tekanan darah

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007). Penyakit ini menjadi salah satu masalah utama dalam ranah kesehatan masyarakat di Indonesia maupun dunia. Diperkirakan, sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025, dari jumlah total 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini (Ardiansyah, 2012). Data penelitian Departemen Kesehatan RI tahun 2009 menunjukkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya pengobatan hipertensi, disertai kurangnya sarana dan prasarana penanggulangan hipertensi. Berdasarkan Data Litbangkes 2010 disebutkan bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.

Data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo kasus hipertensi pada tahun 2011 sebanyak 5.433 kasus. Pada tahun 2012 mengalami peningkatan tiga kali lipat dan pada tahun 2013 kasus hipertensi mengalami penurunan. Yang mana selama tiga tahun tersebut hipertensi berada di urutan pertama dari penyakit tidak menular. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo tahun 2012 hipertensi berada diurutan keempat dari sepuluh penyakit menonjol setelah Common Cold/Nasofaringitis Akut, influenza, dan dermatitis kontak allergi. Jumlah kasus hipertensi tersebut mencapai 9.693 kasus. Dan pada tahun 2013 kasus hipertensi berada diurutan ke dua setelah ISPA. Data Puskesmas Limboto Barat, hipertensi berada di urutan ketiga setelah ISPA dan dermatitis, yakni 752 kasus dari 10 penyakit menonjol di tahun 2013. Suiraoka (2012) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kejadian hipertensi terbagi menjadi dua bagian yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang tidak dapat dikontrol. Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan. Dari beberapa sumber kepustakaan yang diperoleh penulis, faktor-faktor tersebut yaitu konsumsi lemak berlebihan, kurang olahraga, kegemukan (obesitas), konsumsi garam berlebih, merokok, mengonsumsi alkohol, dan stress. Sedangkan faktor yang tidak dapat dikontrol yaitu keturunan (genetika), jenis kelamin, dan umur. Konsumsi lemak jenuh berlebih dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah meningkat (Haryono dan Setianingsih, 2013).

Pernyataan tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian Irza pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung, Sumatera Barat, pada tahun 2009, didapatkan P Value = 0,000 yang berarti terdapat hubungan antara variabel tingkat konsumsi lemak dengan kondisi tekanan darah subjek dan OR=8,743, yang berarti orang mengkonsumsi lemak secara berlebihan berpeluang 8,743 kali untuk menderita hipertensi. Obesitas merupakan faktor risiko terjadinya hipertensi. Penelitian Rahayu (2012) pada masyarakat RW 01 Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan menunjukkan adanya hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi dengan P = 0,000 dan nilai OR = 8,449, artinya subjek penelitian obesitas mempunyai peluang 8,449 kali menderita hipertensi dibandingkan subjek penelitian yang tidak obesitas. Haryono dan Setianingsih (2013) mengemukakan bahwa kurangnya aktifitas fisik menaikkan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri. Hasil penelitian Zuraidah pada masyarakat di Kecamatan Kemuning Kota Palembang tahun 2012 menunjukkan adanya hubungan kurangnya aktifitas dengan kejadian hipertensi dengan nilai P = 0,034 dan OR = 0,49. Berbeda dengan hasil penelitian Rahayu (2012) pada masyarakat RW 01 Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan didapatkan nilai P=0,823 dan nilai OR=0,782 kurang dari satu. Nilai ini menunjukkan bahwa

tidak terdapat kecenderungan subjek penelitian yang tidak berolahraga rutin lebih berisiko menderita hipertensi daripada subjek penelitian yang berolahraga rutin. Konsumsi garam berlebih juga dapat meningkatkan tekanan darah. Penelitian oleh Suharmadji, dkk. (2010) pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Bangkinang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kejadian hipertensi dengan asupan garam, hal ini dibuktikan dengan P value = 0,002 dan nilai OR = 17,143. Suharmadji, dkk menjelaskan hasil penelitian mereka bahwa responden dengan asupan garam 6 gram berisiko 17,143 kali terserang hipertensi dari pada responden dengan asupan garam <6 gram. Faktor berikutnya adalah merokok dan mengkonsumsi alkohol. Hasil penelitian Suharmadji, dkk (2010) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kejadian hipertensi dengan kebiasaan merokok dengan P value = 0,001, dan nilai OR = 1,34. Suiraoka (2012) mengemukakan bahwa nikotin yang terdapat dalam rokok selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah, nikotin juga menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh darah. Mengkonsumsi alkohol juga dapat meningkatkan sintesis katekholamin yang memicu kenaikan tekanan darah. Menurut Bustan (2007), mengkonsumsi alkohol lebih dari 3 kali perhari merupakan faktor risiko dari hipertensi. Stress juga dapat memicu tekanan darah tinggi. Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf simpatis (saraf yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stress berkepanjangan mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi (Suiraoka, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Hasirungun (2002) dalam Sarasaty (2011)

terhadap lansia di kota Depok didapatkan adanya hubungan yang bermakna antara stress dan hipertensi. Lansia yang mengalami stress tinggi sebesar 70,9%, stress sedang sebesar 65,2% dan stress rendah sebesar 38,5% terhadap hipertensi. Stress tinggi berpeluang 3,89 kali dan stress sedang berpeluang 2,99 kali terhadap hipertensi dibandingkan dengan stress rendah. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin menurut Haryono dan Setianingsih (2013) hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause. Hasil penelitian Rahayu (2012) menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada pria yaitu 31,2% sedangkan pada perempuan 34,8%. Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang menderita hipertensi juga semakin besar (Suiraoka, 2012). Hasil penelitian Sigarlaki (2006) di Desa Bocor, Kecamatan Bulus pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah didapatkan prevalensi hipertensi pada usia 20-40 tahun sebesar 1,96%, usia 41-55 tahun 1,96%, dan pada usia 56-77 tahun sebesar 8,82%. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis serta pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua (Suiraoka, 2012). Selain usia dan jenis kelamin, faktor yang tidak dapat dikontrol yaitu Keturunan (genetik). Menurut Haryono dan Setianingsih (2013) individu dengan orang tua hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita

hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Hasil penelitian Rahayu (2012) hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi (P = 0,157) dan hasil analisis diperoleh nilai OR = 2,067. Nilai ini menunjukkan bahwa subjek penelitian yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi mempunyai peluang 2,067 kali. Berbeda dengan hasil penelitian Kartikasari (2012) yang menunjukkan adanya hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi hal ini dibuktikan dengan nilai (P = 0,000) dan nilai OR = 16,588. Yang berarti orang yang memiliki riwayat keluarga hipertensi berpeluang 16,588 kali untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang beberapa faktor risiko penyakit hipertensi. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas data diidentifikasi masalah sebagai berikut Kasus Hipertensi di Puskesmas Limboto Barat cukup tinggi. Kasus Hipertensi berada di urutan ketiga setelah ISPA dan dermatitis, yakni 752 kasus dari 10 penyakit menonjol di tahun 2013. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengangkat permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada hubungan faktor risiko hipertensi dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Limboto Barat?.

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor risiko penyakit hipertensi dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Limboto Barat. 1.4.2 Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui hubungan umur dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Limboto Barat. 2) Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Limboto Barat. 3) Untuk mengetahui hubungan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Limboto Barat. 4) Untuk mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi natrium dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Limboto Barat. 5) Untuk mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi lemak dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Limboto Barat. 6) Untuk mengetahui hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Limboto Barat.

1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut. 1.5.1 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfat sebagai bahan masukan sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor risiko yang menyebabkan penyakit hipertensi. 1.5.2 Manfaat praktis 1) Bagi Puskesmas diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan angka kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Limboto Barat dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat. 2) Bagi Pasien/masyarakat, agar dapat menambah wawasan tentang faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi sehingga dapat menghindari faktor pencetus hipertensi. 3) Bagi institusi diharapkan penelitian ini dijadikan informasi dan acuan tambahan untuk penelitian selanjutnya oleh mahasiswa/mahasiswi Universitas Negeri Gorontalo. 4) Bagi peneliti, yakni dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit hipertensi dan merupakan pengalaman dalam membuat penelitian ilmiah.