Bisnis Melawan Suap. Apa hubungan bisnis dengan suap?

dokumen-dokumen yang mirip
09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika

Etika Bisnis. Ritha F. Dalimunthe. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, teknologi telah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk dapat

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia dari masa ke masa terasa semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KARYA ILMIAH ETIKA BISNIS NAMA : SANDEA ANDARKA PUTRA NIM : KELAS : S1.TI.2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

Kode Perilaku VESUVIUS: black 85% PLC: black 60% VESUVIUS: white PLC: black 20% VESUVIUS: white PLC: black 20%

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pedoman Etika dan Perilaku

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

DAFTAR ISI BAB I CODE OF CONDUCT ACE HARDWARE INDONESIA

Pembangunan Integritas Bisnis

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

DEPUTI BIDANG PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

Pola Pemberantasan Korupsi Sistemik

Keynote Speech. Nurhaida Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. transaksi saham yang fair. Transaksi saham yang fair sulit tercapai karena adanya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Prov.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

BAB VI PENUTUP. Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan. Pemerintah Kabupaten Blitar wajib melaksanakan program dan kegiatan

Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek SALINAN

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

PEDOMAN KODE ETIK BPJS KETENAGAKERJAAN

Kode etik bisnis Direvisi Februari 2017

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KODE ETIK PT DUTA INTIDAYA, TBK.

BAB 6 PENUTUP. A. Simpulan

BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEMBERIAN GRATIFIKASI KEPADA PIHAK KETIGA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance ini diharapkan ada regulasi serta aturan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan-persaingan antar perusahaan

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PELAKSANA SEKRETARIAT TETAP BAPERTARUM-PNS

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Norma, Moral, dan Etika dalam Bisnis Global

KEBIJAKAN ANTIKORUPSI

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham, namun juga kepada Stakeholders

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

Independensi Integritas Profesionalisme

BAB I PENDAHULUAN. menolak hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan

Etik UMB. Tindakan Korupsi Dan Penyebabnya. Ari Sulistyanto, S. Sos., M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi berdiri dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk

Lampiran: Pakta Integritas dan Kesanggupan

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB VII KEBIJAKAN ANTI PENIPUAN, KORUPSI, DAN ANTI SUAP

WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR : 7 TAHUN 2016

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

01. KODE ETIK UNTUK KARYAWAN. (Revisi 2, sesuai dengan persetujuan dalam Rapat Dewan Direksi No 1/2014, 12 Januari 2014)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BPPTPM PROV. KEP.BABEL BAB I PENDAHULUAN

KODE ETIK ANGGOTA KOMISI PARIPURNA DAN ANGGOTA BADAN PEKERJA KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN

KEBIJAKAN HADIAH, HIBURAN DAN PEMBERIAN. 1. Untuk Pelanggan, Pemasok, Mitra bisnis dan Pemangku kepentingan Eksternal.

PEDOMAN UMUM PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN I. Pendahuluan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG

KODE ETIK PROFESI MANAJEMEN SDM INDONESIA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA KAB. SUMBAWA

Komite Advokasi Nasional & Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Penanaman Etika Moral Dalam Lingkungan Bisnis untuk Menjadi seorang Businessman Budiman

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia, pada era-era yang lalu tidak luput dari

Transkripsi:

Apa hubungan bisnis dengan suap? Bisnis Melawan Suap Esensi bisnis adalah suatu transaksi barang atau jasa antara paling sedikit dua pihak. Kedua belah pihak melakukan negosiasi untuk menentukan dan mencapai kesepakatan nilai atas barang atau jasa yang diperjual-belikan. Dalam kondisi tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lainnya atau cetiris paribus maka proses negosiasi demikian dianggap murni proses transaksi bisnis. Proses transaksi murni bisnis di atas dapat menyimpang atau menjadi tidak murni lagi bila dalam proses transaksi yang berjalan, khususnya dalam pengambilan keputusan dan pencapaian kesepakatan, diwarnai oleh upaya mempengaruhi ataupun memperoleh manfaat yang tidak transparan dan tidak dapat dipertanggung-jawabkan untuk kepentingan diri atau suatu kelompok. Tindakan demikian membawa dampak yang merugikan konsumen maupun kondisi ekonomi secara makro. Yang menanggung biaya untuk melakukan suap ini para konsumen sehingga pada akhirnya, kemampuan membeli konsumen berkurang. Bisnis dapat melakukan suap untuk memperoleh perlakukan istimewa atau khusus dalam berbagai proses berbisnis seperti percepatan perolehan izin, perolehan tender, pemasokan barang dan jasa, bahkan untuk memperoleh informasi dari dalam ( inside information ) yang menyebabkan persaingan bisnis menjadi tidak sehat. Mengapa bisnis perlu prihatin terhadap praktek suap? Suap merupakan salah satu bentuk korupsi yang hadir di Indonesia dan sudah berada pada taraf yang parah. Suap tidak hanya terjadi dalam hubungan pelaku bisnis dengan instansi pemerintah, tetapi juga dalam hubungan antar-pelaku bisnis sendiri, dan dalam kehidupan sehari-hari. Efek suap dan korupsi terlihat dalam kondisi makro perekonomian Indonesia. Untuk tahun 2004 Indonesia dipersepsikan berada di urutan ke 6 sebagai negara korup dengan indeks persepsi korupsi 2.0. Dampak berupa kebocoran dalam arus dana perekonomian Indonesia tinggi karena sifat perekonomiannya menjadi ekonomi mencari rente (rentseeking). Dana yang seharusnya diperuntukkan untuk baik kesejahteraan masyarakat maupun peningkatan kegiatan ekonomi, khususnya bisnis di Indonesia, hilang dan menjadi milik pribadi. Seperti terlihat dalam bagan gambar bagan 1. Dalam bagan 1 tersebut terlihat bahwa kebocoran dana berupa korupsi tidak hanya terjadi dalam sektor pemerintah atau birokrasi pemerintah saja, tetapi juga dapat terjadi dalam transaksi antar-bisnis atau bisnis-to-bisnis, maupun bisnis dengan pemerintah.

Bagan 1: Kebocoran dalam arus dana perekonomian. PAJAK PROYEK, BELANJA BARANG & JASA PENGHASILAN RESMI PENGHASILAN RESMI PEMERINTAH MASYARAKAT DUNIA USAHA PERMAINAN OKNUM PENGHASILAN FORMAL PENGHASILAN INFORMAL MASUK KANTONG PRIBADI, KELOMPOK, ATAU GOLONGAN DARI 4 TRANSAKSI B 2 B TIDAK KENA PAJAK PAJAK PENGHASILAN KONSUMSI BERLEBIHAN KONSUMSI INVESTASI DAN TABUNGAN PEMBIAYAAN MARK UP BIAYA INVESTASI Seperti terlihat dalam bagan 1, kebocoran arus dana yang berkaitan dengan kegiatan bisnis dapat terjadi di empat titik: 1. Dana pemerintah untuk pemasokan barang dan jasa serta proyek yang dialirkan ke bisnis. 2. Dana bisnis untuk pembayaran pajak, perolehan berbagai izin dan ketentuan lain dari pemerintah. 3. Dana masyarakat untuk investasi yang mengalir ke bisnis dapat dikenakan markup. 4. Dana yang mengalir untuk transaksi antar-bisnis. Efek suap yang utama adalah timbulnya ekonomi biaya tinggi dan berakibat makin tingginya tingkat harga barang dan jasa karena harus menutup biaya yang tidak langsung berkaitan dengan proses produksi barang dan jasa. Konsumen dirugikan. Suap meningkatkan ketidak-pastian karena persaingan pasar menjadi tidak sehat. Keberhasilan bergantung pada kekuatan dan kesanggupan menyisihkan dana untuk suap, bukan peningkatan kualitas produk dan jasa.

Apa yang dimaksud dengan bisnis melawan suap itu? Secara umum bisnis melawan suap dapat dilihat sebagai suatu gerakan yang mengadvokasi perubahan pola transaksi bisnis. Beralih dari pola transaksi yang menyimpang dan menyalah-gunakan wewenang dalam pengambilan keputusan;- tetapi jamak dilakukan di Indonesia-; ke arah pola transaksi bisnis yang sehat. Yang dimaksud dengan pola transaksi bisnis yang sehat disini adalah transaksi dengan persaingan atas dasar kekuatan kompetisi dalam kualitas dan harga barang atau jasa secara murni. Transaksi demikian tidak mengubah kekuatan uang dan barang menjadi kekuasaan yang mempengaruhi pengambilan keputusan untuk kepentingan bisnis atau diri sendiri. Kekuatan menkonversikan uang atau barang ke dalam bentuk kekuasaan tidak merefleksikan keunggulan bersaing barang atau jasa suatu perusahaan tetapi merefleksikan kemampuan mengalihkan dan menyalah-gunakan kekuasaan. Kotak 1:Esensi Bisnis Melawan Suap BISNIS MELAWAN SUAP = Advokasi Perubahan Pola Transaksi: Transaksi tidak sehat Transaksi Sehat Transformasi Budaya Perusahaan Proses peralihan pola transaksi bisnis kini ke arah transaksi yang sehat merupakan upaya untuk menegakkan persaingan antar-bisnis menurut keunggulan kompetitif ataupun komparatif. Bisnis melawan suap merupakan kumpulan upaya yang dilakukan bisnis atau perusahaan untuk menegakkan persaingan sehat ini. Bagaimana melakukan peralihan pola transaksi bisnis ke arah yang sehat? Untuk dapat melakukan peralihan pola transaksi bisnis ke arah yang sehat ini diperlukan upaya bisnis atau perusahaan untuk melakukan transformasi budaya perusahaan. Transformasi budaya berarti menanamkan nilai-nilai dan norma budaya perusahaan yang mengharamkan (1) penggunaan kekuatan uang atau barang untuk memperoleh perlakukan istimewa atau khusus, dan (2) mengalahkan pesaing dengan cara-cara yang tidak sehat. Upaya perusahaan untuk mengurangi biaya-biaya yang tidak memberi nilai tambah dan membebani konsumen termasuk pula dalam upaya transformasi budaya. Penggunaan uang atau barang untuk mempengaruhi pengambilan keputusan yang berat sebelah dan tidak adil ( fair ), tidak dapat transparan ( transparency ), tidak dapat memenuhi standard pertanggung-gugatan ( accountability ), dan tidak dapat dipertanggung-jawabkan kepada publik ( responsibility ) tidak dapat ditolerir karena melumpuhkan integritas bisnis dalam masyarakat. Upaya-upaya menghentikan tindakan yang tidak terpuji ini pada gilirannya dapat mengembalikan kondisi arus dana perekonomian Indonesia tanpa kebocoran seperti terlihat dalam bagan 2.

Bagan 2: Arus dana dalam Perekonomian yang baik. PAJAK PROYEK, BELANJA BARANG & JASA PENGHASILAN PENGHASILAN PEMERINTAH MASYARAKAT DUNIA USAHA PAJAK PENGHASILAN KONSUMSI INVESTASI DAN TABUNGAN PEMBIAYAAN Apa yang digambarkan dalam bagan 2 memperlihatkan hilangnya ekonomi biaya tinggi dan menggambarkan ekonomi yang efisien dimana daya beli konsumen dapat meningkat karena harga barang dan jasa sesuai dengan kondisi ekuilibirum ekonomi tanpa menambahkan biaya atau menaikkan biaya secara yang tidak wajar ( mark-up ). Apa yang dimaksud dengan suap? Penyuapan didefinisikan oleh Transparency Internasional sebagai: Kotak 2: Definisi Suap SUAP penawaran atau penerimaan hadiah, pinjaman, pembayaran, imbalan, atau keuntungan lainnya, yang ditujukan kepada atau diterima dari siapa pun sebagai bujukan untuk melakukan sesuatu yang tidak wajar, tidak syah atau pelanggaran kepercayaan, dalam tindakan berbisnis 1. Tindakan suap merupakan upaya mempengaruhi untuk melakukan sesuatu yang tidak wajar dan tidak syah. Yang dimaksud dengan tidak wajar dan tidak syah adalah bilamana terjadi konversi dana atau barang yang diberikan menjadi kekuasaan untuk mengambil keputusan yang bersifat tidak adil dan tidak transparan. 1) terjemahan dari An offer or receipt of any gift, loan, fee, reward or other advantage to or from any person as an inducement to do something wich is dishonest, illegal or a breach of trust, in the conduct of the enterprise s business Transparency International)

Walaupun suap merupakan suatu tindakan transaksi tetapi tidak dapat dianggap sebagai transaksi bisnis. Transaksi suap ditandai oleh keterlibatan paling tidak dua orang di mana paling sedikit salah seorang bertindak atas kewenangan mewakili perusahaan atau sebagai agen dari perusahaan. Bila agen dari perusahaan tidak melaporkan atau menyerahkan dana atau barang yang diterima dari pihak yang bertransaksi kepada prinsipal, maka yang bersangkutan melakukan tindakan yang tidak transparan, tidak wajar dan tidak syah. Perusahaan sebagai prinsipal dapat menganggap telah terjadi pelanggaran kepercayaan maupun wewenang. Baik pihak pemberi maupun pihak penerima suap terlibat dalam tindakan suap. Pihak pemberi dianggap berupaya mempengaruhi pihak penerima untuk melakukan tindakan tidak etis yaitu menyalah-gunakan wewenangnya. Pihak penerima melakukan tindakan tidak etis karena tidak memberikannya pada prinsipal dan diambil sebagai hak miliknya sendiri. Suap merupakan tindakan yang bukan saja tidak mengikuti kaidah etika bisnis tetapi juga memiliki implikasi hukum, khususnya bila suap dilakukan pada pegawai negeri atau pejabat negara sebagaimana tertuang dalam naskah Undang-undang 20/2001 Tentang Tindak Pidana Korupsi. Hal penting apa yang perlu diperhatikan Bisnis untuk dapat prihatin terhadap suap? Perusahaan harus memahami terlebih dahulu pada tataran mana suatu perusahaan secara langsung dapat memiliki kendali atau kontrol penuh terhadap tindakan bisnis. Pada tataran mana perusahaan perlu bekerja sama dengan perusahaan lainnya untuk menciptakan komunitas bisnis yang bebas suap atau menjadi islands of integrity.pada tataran mana perusahaan tidak memiliki kontrol penuh dan memerlukan kerja-sama dan menerapkan aliansi strategis dengan komponen masyarakat lain yang prihatin pada kondisi suap. Ini dapat selanjutnya dilihat dalam bagan 3. Bagan 3: Jenis-jenis Lingkungan yang dihadapi Bisnis: ALIANSI STRATEGIS JEJARINGAN ANTAR BISNIS Internal Perusahaan : struktur-sistem-prosedurbudaya - kondisi SDM PEMBENAHAN BUDAYA ORGANISASI Lingkungan pasar : bisnis dengan bisnis Lingkungan non pasar : legislaif, eksekutif, judikatif, budaya masyarakat permisif, dan struktur sosial masyarakat yang timpang Dalam bagan 3 terlihat bahwa apa yang sangat dapat dikontrol perusahaan adalah pada tataran lingkungan internal perusahaan sendiri yaitu proses-proses business

perusahaan melalui transformasi budaya perusahaan atau korporasi agar selaras dan konsisten dengan proses bisnis bersih suap. Pada tataran lingkungan pasar, perusahaan dapat bekerja sama dengan perusahaan lain dan komponen pasar lainnya untuk melaksanakan regulasi sendiri atau selfregulation. Pada tataran lingkungan non-pasar atau lingkungan luas ekonomi, sosial politik dan budaya kaitan antar berbagai faktor kompleks dan karenanya perusahaan perlu bekerja sama dan mengembangkan aliansi strategis dengan berbagai komponen masyarakat maupun pemerintahan untuk dapat menangani masalah suap sebagai salah satu bentuk korupsi. Bagaimana bisnis dapat mengawali keprihatinannya pada suap? Dari tiga tataran di atas, bisnis dapat mengawali keprihatinannya pada suap dengan menata kondisi internal perusahaan yang sepenuhnya dapat dikendalikan oleh perusahaan sendiri. Setelah itu perusahaan dapat berperan-serta secara aktif pada tataran lingkungan pasar untuk melakukan regulasi sendiri antar-bisnis agar komunitas bisnis bersih dari suap melalui jejaring antar-bisnis. Bersamaan dengan upaya peran-serta aktif antar-bisnis, perusahaan dapat mengupayakan kerja sama dengan berbagai komponen masyarakat dan pemerintahan melakukan kegiatan anti suap (Bagan 4) Bagan 4: Prioritas Kegiatan Bisnis Melawan Suap Fokus 1: Internal perusahaan Fokus 2: Jejaring antar bisnis Mengapa Fokus 1 menjadi prioritas? Fokus 3: Kerja-sama dengan institusi Dalam masyarakat dan pemerintah Pembenahan pada kondisi internal perusahaan di satu sisi dapat secara penuh dikontrol oleh perusahaan sendiri. Di sisi lain, menunjukkan pada publik bahwa lebih baik menjadi teladan dengan berangkat dari mebenahi diri atau perusahaan sendiri terlebih dahulu daripada mencela dan memandang negatif tindakan pihak lain. Pembenahan pada kondisi internal perusahaan juga menunjukkan sikap positif dengan semangat dapat melakukannya atau can do spirit. Sasaran utama dari upaya membenahi kondisi internal perusahaan ditujukan agar perusahaan melakukan transformasi citra perusahaan yang hanya dapat dicapai melalui transformasi atau perubahan fundamental budaya perusahaan atau korporasi. Transformasi ini berarti berubahnya mindset yaitu cara berfikir, merasa dan bertindak dari semua jajaran dan pegawai suatu perusahaan. Faktor-faktor kunci agar ini dapat berhasil dilakukan terdiri dari:

Kotak 3: Faktor Kunci Transformasi Budaya Faktor Kunci Keberhasilan Transformasi Budaya Perusahaan 1. Komitmen Penuh dan Berlanjut dari Pucuk Pimpinan 2. Visi Perusahaan yang Tepat dan Jelas 3. Strategi Perusahaan yang Selaras dan Sejalan dengan Visi Bisnis Melawan Suap 4. Sumber Daya Manusia yang Handal dan Memiliki Integritas Diri Transformasi budaya perusahaan atau korporasi untuk menciptakan iklim etis ( ethical climates ) yang kondusif untuk menerapkan bisnis tanpa suap, menuntut perubahan pada empat komponen utama perusahaan yang saling terkait yaitu: (1) struktur, (2) sistem, (3) prosedur, dan (4) sumber daya manusia perusahaan, sebagaimana terlihat dalam bagan 5. Bagan 5: Komponen Perubahan Budaya Perusahaan: PROSEDUR Budaya Organisasi Sumber Daya Manusia STRUKTUR SISTEM Agar staf dan karyawan suatu perusahaan dapat menunjang tindakan bisnis melawan suap, budaya perusahaan harus pula kondusif sehingga pegawai tidak memiliki keraguan apapun dan dengan mantap mengambil keputusan untuk mengambil tindakan bisnis yang melawan suap. Ini juga berarti bahwa kualitas sumber daya manusia perusahaan harus memiliki integritas tinggi, yaitu selaras ujaran dan perbuatan ( walk the talk ) atau tidak munafik. Tahap apa saja yang perlu dilaksanakan bisnis untuk menata kondisi internal perusahaan? Pada tahap pra-pembenahan internal perusahaan perlu mempelajari kerangka kerja bisnis melawan suap yang menunjukkan unsur-unsur yang penting untuk dibenahi. Ini penting dilakukan agar perusahaan dapat memahami luasan cakupan pembenahan yang perlu dilakukan ketika melakukan komitmen terhadap upaya melawan suap. Setelah memahami kerangka kerja bisnis melawan suap maka proses proses yang terlihat dalam kotak 4 dapat dilakukan:

Kotak 4: Proses Transformasi Budaya Perusahaan Proses Transformasi Budaya Perusahaan 1. Memperoleh komitmen penuh dan serius dari jajaran direksi (Board of Directors). 2. Melakukan diagnosis kondisi budaya perusahaan. 3. Menyelaraskan nilai-nilai inti atau credo, visi dan misi sesuai prinsip bisnis melawan suap, 4. Menentukan prinsip-prinsip bisnis melawan suap apa yang akan diterapkan. 5. Mengintegrasikan prinsip-prinsip bisnis melawan suap sebagai bagian prinsipprinsip etika bisnis termasuk kode prilaku ( codes of conduct ). 6. Menetapkan strategi untuk menerapkan prinsip-prinsip bisnis melawan suap 7. Menata manajemen sumber daya manusia yang bersifat terpadu, 8. Menentukan struktur sebagai suatu proses organisasi ( process organization ) sehingga dapat menunjang penciptaan iklim etis ( ethical climates ) dalam perusahaan 9..Membenahi sistem dan prosedur organisasi atau aturan prilaku ( rules of conduct ) yang memungkinkan proses-proses bisnis dapat berlandaskan prinsip keadilan, akuntabel, bertanggung-jawab, dan transparan. 10. Menciptakan sistem kendali internal (internal control system) dan sistem informasi manajemen yang melakukan pemantauan ( monitoring ) terhadap penerapan prinsip-prinsip bisnis tanpa suap. 11. Menegakkan kepedulian sosial perusahaan ( corporate social responsibility ). 12. Melakukan proses sosialisasi di dalam perusahaan agar internalisasi nilai-nilai budaya perusahaan yang mengacu pada bisnis tanpa suap diterapkan dalam kegiatan bisnis sehari-hari pegawai. Selain itu proses sosialisasi juga dilakukan di luar perusahaan untuk menunjukkan pada pihak pemangku kepentingan ( stakeholders ) bahwa perusahaan serius menerapkan upaya melawan suap. Keseluruhan kegiatan pembenahan yang harus dilakukan mencakup kegiatan yang terlihat dalam bagan alir kegiatan di bawah ini. Dalam bagan 6, tahap kegiatan (3a) yaitu penentuan Nilai Inti, Visi dan Misi serta tahap kegiatan (3b) penentuan prinsip-prinsip dan kode prilaku bisnis melawan suap, dan tahap kegiatan (3c) penetapan strategi bisnis melawan suap dapat dilakukan bersamaan. Hal yang sama berlaku bagi tahapan kegiatan (5a) pembenahan struktur, (5b) penetapan sistem dan prosedur, dan (5c) pembenahan sistem kendali internal dan sistem informasi manajemen. Untuk tahap kegiatan (7) proses sosialisasi, masukan diperoleh dari semua tahapan kegiatan (3) dan (5). Kegiatan sosialisasi itu sendiri berkaitan erat dan terintegrasi dengan tahap kegiatan (4) yaitu manajemen sumber daya manusia, dan (6) kepedulian sosial perusahaan.

Bagan 6: Bagan Alir Kegiatan membenahi kondisi internal perusahaan agar peduli terhadap suap. Pra-pembenahan Komitmen pimpinan (1) Diagnosis (2) P RO Nilai Inti,Visi,Misi (3a) Prinsip-prinsip (3b) Strategi (3c) Sumber Daya Manusia (4) Struktur (5a) Sistem dan Prosedur (5b) Sistem Kendali Internal dan Sistem Informasi Mgt. (5c) Kepedulian Sosial Perusahaan (6)