PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: Indah Wulandari A

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH APLIKASI DOLOMIT TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMUPUKAN NITROGEN, FOSFOR DAN KALIUM TANAMAN MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PADA TAHUN PRODUKSI KEEMPAT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

PENGARUH BAHAN STEK DAN PEMUPUKAN TERHADAP PRODUKSI TERUBUK (Saccharum edule Hasskarl) Oleh: Nia Kurniatusolihat A

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penilitan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

PENGARUH PENGGUNAAN ANTI TRANSPIRASI DAN MEDIA TRANSPORTASI TERHADAP MUTU BIBIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) SETELAH TRANSPORTASI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Manggis

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

BAB III BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

Nur Rahmah Fithriyah

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Rumput Raja Sumber: Dokumentasi Penelitian (2012)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

Transkripsi:

PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: Indah Wulandari A34304032 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh: Indah Wulandari A34304032 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

RINGKASAN INDAH WULANDARI. Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi kalsium terhadap getah kuning, penampilan, tekstur dan rasa pada buah manggis. Adapun sumber kalsium yang digunakan dalam percobaan ini adalah dolomit. Penelitian dilakukan di kebun manggis, Leuwiliang, Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, IPB, Bogor pada bulan November 2007 sampai April 2008. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor, yaitu dosis kalsium. Faktor tersebut terdiri dari 4 taraf percobaan, yaitu 0 ton Ca 2+ /ha (kontrol/0 ton dolomit/ha), 2.5 ton Ca 2+ /ha (12.5 ton dolomit/ha), 3.0 ton Ca 2+ /ha (15.0 ton dolomit/ha) dan 3.5 Ca 2+ ton/ha (17.5 ton dolomit/ha), dan diulang sebanyak tiga kali. Dosis kalsium yang diaplikasikan ke tanaman manggis pada penelitian ini diperoleh dari hasil pengukuran ph tanah pada awal penelitian dengan menggunakan metode SMP (Schoemaker, McLean, dan Pratt). Kalsium diaplikasikan di bawah proyeksi tajuk pada daerah perakaran tanaman manggis dan dilakukan sebelum tanaman berbunga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kalsium berpengaruh nyata terhadap penurunan getah kuning pada kulit buah manggis jika dibandingkan kontrol. Hal yang sama juga terjadi pada peubah lainnya dimana ph tanah, kandungan kalsium dalam tanah dan daun akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan dosis kalsium yang diaplikasikan. Meskipun demikian, pemberian kalsium tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan getah kuning pada aril dan komponen kualitas buah manggis lainnya (diameter, bobot, dan kekerasan buah, serta padatan terlarut total, asam tertitrasi total dan nisbah antara keduanya).

LEMBAR PENGESAHAN Judul : PENGARUH APLIKASI KALSIUM TERHADAP GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.). Nama : Indah Wulandari NRP : A34304032 Menyetujui, Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. NIP: 131 284 818 Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP: 131 124 019 Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Januari 1986 di Teluk Jambe, Karawang, Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Sunardi dan Ibu Wahyu Tunggorowati. Penulis memiliki seorang adik lakilaki yang bernama Bayu Sri Ananto. Tahun 1992 penulis memulai studi di SD Negeri Pinayungan I Teluk Jambe, Karawang, lalu melanjutkan studi di SLTP Negeri I Karawang pada tahun 1998. Tiga tahun kemudian, penulis menyelesaikan studi di SMA Negeri I Karawang. Pada tahun 2004, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama menempuh pendidikan di SD, SLTP dan SMA, penulis aktif di kegiatan ekstrakulikuler PRAMUKA dan Palang Merah Remaja (PMR). Setelah menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Karawang dan mengikuti kepanitiaan penyambutan mahasiswa baru Departemen Agronomi dan Hortikultura pada tahun 2006. Tahun 2007, penulis diberi kesempatan oleh pihak kampus, yaitu melalui Kantor Jasa dan Ketenagakerjaan (KJK) IPB, untuk menjadi salah satu peserta Program Early Recruitment yang diadakan oleh Bank Nasional Indonesia (BNI). Tahun 2008, penulis menjadi asisten praktikum Biologi Dasar untuk mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB. Pada tahun yang sama, penulis juga berkesempatan memperoleh beasiswa dari program Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) selama satu tahun. Selain itu, di tahun 2008 juga penulis mengikuti magang kerja di Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB.

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas segala kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul Pengaruh Aplikasi Kalsium terhadap Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Manggis merupakan salah satu komoditi buah unggulan Indonesia tetapi jumlah ekspornya masih terbatas karena kualitas yang dimilikinya tergolong rendah. Keadaan ini sebagian besar diakibatkan oleh getah kuning yang terdapat pada buah tersebut. Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti bagaimana cara mengurangi getah kuning pada buah manggis. Laporan penelitian (skripsi) ini penulis persembahkan khusus kepada kedua orang tua, bapa dan mama, sebagai hadiah untuk semua doa, kasih sayang dan pengorbanan yang telah mereka lakukan sehingga penulis masih dapat tegak berdiri sampai saat ini. Meskipun hal ini tidak dapat membayar setiap tetes keringat dan air mata yang mengiringi langkah mereka, tetapi penulis yakin persembahan ini dapat membuat mereka tersenyum bahagia. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc. atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis mulai dari awal penelitian hingga laporan penelitian ini selesai. 2. Dr. Ir. Sobir, Msi. dan Juang Gema Kartika, SP selaku dosen penguji atas koreksi dan saran yang telah diberikan kepada penulis untuk perbaikan penulisan laporan penelitian ini. 3. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc. atas bimbingan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi di program sarjana Institut Pertanian Bogor. 4. Ir. Dorly, MSc untuk semua bantuan yang telah diberikan selama penelitian ini berlangsung. Terima kasih banyak, Bu!

5. RUSNAS Buah dan Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB atas bantuan yang telah diberikan demi kelancaran penelitian ini. 6. Pak Nanang yang telah bersedia menjadikan kebun manggisnya sebagai bahan percobaan oleh penulis. 7. Keluarga NJ (Mput, Santi, Nia, Indah, Purna, Nopy, Aci, Idha, Mba Ii, Ratna, Fru, Fuji, Dede, April, Rizka dan Gita), terima kasih untuk bantuan, dukungan dan doanya. Kalian bukan hanya sahabatku tetapi juga keluargaku. I will miss you, all. 8. Teman-teman seperjuangku, Putri, Yanti dan Abdi, terima kasih untuk bantuannya. Maaf, sudah banyak merepotkan kalian. 9. Hortiers 41, terima kasih untuk setiap pengalaman seru dan moment berharga yang telah kita lalui bersama selama 4 tahun. Semoga kesuksesan dapat kita raih bersama. Amin. Semangat!!! 10. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu selama penelitian maupun penyelesaian laporan penelitian ini. Penulis berharap semoga laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang memerlukannya. Bogor, Januari 2009 Penulis

DAFTAR ISI Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Manggis... 3 Botani... 4 Syarat Tumbuh... 5 Budidaya... 6 Getah Kuning... 7 Kalsium... 8 Pengapuran... 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat... 11 Bahan dan Alat... 11 Rancangan Percobaan... 11 Pelaksanaan... 12 Pengamatan... 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum... 18 Derajat Keasaman Tanah dan Kandungan Kalsium Tanah... 19 Skoring Getah Kuning... 20 Kandungan Kalsium Kulit Buah dan Daun Manggis... 24 Komponen Kualitas Buah Manggis... 25 Kekerasan, Diameter dan Bobot Buah Manggis... 25 Cita Rasa Buah Manggis... 26 Korelasi... 27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 28 Saran... 28 DAFTAR PUSTAKA... 29 LAMPIRAN... 32

DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap ph Tanah dan Kandungan Kalsium Tanah... 20 2. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Skor Getah Kuning Buah Manggis... 21 3. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Kandungan Kalsium Kulit Buah dan Daun Manggis... 25 4. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Kekerasan, Diamater dan Bobot Buah Manggis... 25 5. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT) dan Nisbah PTT/ATT... 26 Lampiran 1. Korelasi Setiap Peubah yang Diamati... 33 2. Sidik Ragam Derajat Keasaman Tanah sebelum Aplikasi Pengapuran... 34 3. Sidik Ragam Derajat Keasaman Tanah setelah Aplikasi Pengapuran... 34 4. Sidik Ragam Kandungan Kalsium dalam Tanah... 34 5. Sidik Ragam Skoring Getah Kuning pada Kulit Buah Manggis... 34 6. Sidik Ragam Skoring Getah Kuning pada Aril Buah Manggis... 35 7. Sidik Ragam Kandungan Kalsium dalam Kulit Buah Manggis... 35 8. Sidik Ragam Kandungan Kalsium dalam Daun Tanaman Manggis... 35 9. Sidik Ragam Kekerasan Kulit Buah Manggis... 35 10.Sidik Ragam Diameter Buah Manggis... 36 11.Sidik Ragam Bobot Total Buah Manggis... 36 12.Sidik Ragam Bobot Kulit Buah Manggis... 36 13.Sidik Ragam Bobot Aril Buah dan Biji Manggis... 36

14.Sidik Ragam Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Manggis... 37 15.Sidik Ragam Asam Terlarut Total (ATT) Buah Manggis... 37 16.Sidik Ragam Nisbah PTT/ATT Buah Manggis... 37 17.Data Cuaca di Desa Karacak, Leuwiliang, Bogor... 38 18.Kriteria Standar Mutu Buah Manggis... 39

DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Tanaman manggis yang digunakan sebagai bahan percobaan... 18 2. Daun manggis yang terserang penyakit bercak cokelat oleh cendawan Helminthosporium sp. (A) dan bunga manggis yang telah mekar (B)... 19 3. Persentase Layak Tidaknya Buah Manggis untuk Tujuan Ekspor Berdasarkan Skor Getah Kuning pada Kulit Buah... 21 4. Persentase Layak Tidaknya Buah Manggis untuk Tujuan Ekspor Berdasarkan Skor Getah Kuning pada Aril Buah... 22 5. Getah kuning membentuk jalur (A) dan gumpalan (B) pada bagian kulit buah manggis... 23 6. Aril buah bersih dari getah kuning (A) dan aril buah terkena getah kuning (B)... 23 Lampiran 1. Indeks Panen Buah Manggis Berdasarkan Tingkat Kematangan Buah... 40

PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis merupakan salah satu jenis tanaman buah tropis. Buah ini banyak ditemukan di hutan belantara Indonesia sehingga mendapat julukan Mutiara Hutan Belantara. Buah manggis juga dikenal sebagai Queen of Tropical Fruits karena buahnya memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang menarik serta rasa buah yang sangat eksotik (Fatmawati, 2006). Buah manggis saat ini belum menjadi buah primadona Indonesia jika dilihat dari aspek ekonomi karena pertumbuhan dan perkembangannya yang sangat lama, yaitu 8-12 tahun untuk mulai berbuah. Faktor inilah yang mendorong para ahli pomology untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manggis sehingga menjadi buah unggulan nusantara. Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Pertanian (2007), produksi buah manggis mengalami peningkatan sebesar 7 923 ton pada tahun 2006, yaitu dari 64 711 ton di tahun 2005 menjadi 72 634 ton di tahun 2006. Jumlah permintaan konsumen, baik domestik maupun internasional, terhadap buah manggis juga semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2007 total konsumsi buah manggis di Indonesia sebanyak 0.74 kg/kapita/tahun sedangkan pada tahun 2008 meningkat menjadi 0.83 kg/kapita/tahun. Volume ekspor manggis Indonesia hingga bulan Mei tahun 2007 juga telah mencapai 7 411 418 kg dengan tujuan ekspor utama adalah Cina dan Hongkong. Tanaman manggis sebagian besar dibudidayakan dalam sistem pekarangan dengan menggunakan metode yang sangat sederhana. Sistem budidaya ini hanya mengandalkan faktor alam dan pemeliharaannya tidak dilakukan secara intensif. Keadaan inilah yang menyebabkan sebagian besar buah manggis yang dihasilkan memiliki kualitas rendah dimana ukuran, warna dan rasa buahnya tidak seragam serta banyak mengandung getah kuning (Poerwanto, 2007). Menurut Suyanti et al. (1997), buah manggis yang tidak memenuhi persyaratan mutu ekspor mencapai 50% dari total produksinya. Getah kuning yang biasa disebut gamboge merupakan lateks yang dihasilkan di seluruh bagian tanaman manggis. Getah ini dapat menyebar ke

daging dan kulit buah apabila saluran getah kuning pecah akibat perubahan ketersediaan air dan kelembaban tanah yang ekstrim. Pecahnya saluran getah tersebut dapat mempengaruhi penampilan, rasa dan kualitas buah manggis itu sendiri. Kalsium merupakan salah satu unsur penting yang menyusun dinding sel. Ion kalsium dapat memperkuat dinding sel, permukaan pektin dan lamela tengah sehingga struktur dalam sel menjadi lebih kuat. Hal inilah yang menjadi pedoman untuk mengurangi getah kuning pada buah manggis yang disebabkan oleh pecahnya saluran getah kuning akibat struktur dinding sel yang lemah. Menurut Huang et al (2005), pemberian kalsium juga dapat mengurangi pecah buah pada tanaman leci. Penelitian ini dilakukan untuk mengurangi getah kuning pada buah manggis sehingga diperoleh mutu buah yang baik. Pengurangan getah kuning dilakukan dengan cara menambahkan unsur kalsium pada tanaman melalui proses pengapuran dengan dosis tertentu. Kapur yang digunakan sebagai sumber unsur kalsium adalah dolomit. Penambahan kalsium ini diharapkan dapat memperkokoh struktur dinding sel sehingga dapat mengurangi jumlah saluran getah kuning yang pecah jika terjadi perubahan kondisi lingkungan yang sangat ekstrim. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati pengaruh aplikasi penambahan kalsium terhadap getah kuning yang terdapat pada buah manggis. Tujuan Mempelajari pengaruh aplikasi penambahan kalsium terhadap getah kuning, penampilan, tekstur dan rasa pada buah manggis. Hipotesis Aplikasi penambahan kalsium pada tanaman manggis dapat mengurangi getah kuning serta memperbaiki penampilan, tekstur dan rasa pada buah manggis.

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Manggis Manggis (Garcinia mangostana) merupakan salah satu anggota dari famili Gutiferae yang paling banyak dibudidayakan di daerah tropis. Genus Garcinia ini merupakan hasil silangan allotetraploid dari tanaman liar yang biasa tumbuh di hutan-hutan belantara Malaysia, yaitu Garcinia hombroniana dan G. malaccensis. Menurut Verheij (1997), buah yang diperkirakan berasal dari Malaysia ini memiliki nama lokal yang berbeda-beda, seperti Mangosteen (Inggris), Mangoustan (Perancis), Manggis (Indonesia dan Malaysia), Mongkhut (Kamboja), Mangkhud (Laos), Mangkhut (Thailand) dan Cay Mang Cut (Vietnam). Pembudidayaan tanaman manggis tergolong lama sehingga daerah penyebarannya terbatas di Asia Tenggara, yaitu Indonesia sampai New Guinea dan Kepulauan Mindano (Filipina), kemudian ke utara melalui Semenanjung Malaysia ke bagian selatan Thailand, Myanmar, Vietnam dan Kamboja. Dalam dua abad terakhir, tanaman manggis telah menyebar ke Srilanka, India Selatam, Amerika Tengah, Brazil dan Queensland (Australia) namun pengembangannya masih berskala kecil (Verheij, 1997). Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah manggis dengan sentra penanaman tersebar di daerah Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, Sukabumi, Lampung, Kampar, Purwerejo, Blitung, Lahat, Tapanuli Selatan, Limapuluh Kota, Padang Pariaman, Trenggalek, Blitar, dan Banyuwangi. Produksi buah manggis mengalami peningkatan sebesar 7 923 ton pada tahun 2006, yaitu dari 64 711 ton di tahun 2005 menjadi 72 634 ton di tahun 2006. Volume ekspor manggis Indonesia juga mengalami peningkatan yang sangat besar. Tahun 2006, volume ekspor buah manggis Indonesia hanya berkisar 5 697 879 kg dengan nilai ekspor sebesar US$ 3 611 995. Tahun 2007 (hingga bulan Mei), volume dan nilai ekspor manggis Indonesia meningkat menjadi 7 411 418 kg dan US$ 3 805 437 (Deptan, 2007). Adapun negara-negara tujuan ekspor utama manggis Indonesia adalah Cina dan Hongkong. Negara-negara lain yang juga turut mengimpor manggis Indonesia adalah Singapura, Taiwan, Saudi Arabia, Belanda dan Perancis.

Buah manggis dapat dimakan segar atau berupa produk olahan. Buah ini juga dimanfaatkan sebagai bahan baku obat, pewarna makanan atau tekstil, bahan bangunan, kerajinan tangan atau kayu bakar. Dalam 100 g daging buah, buah manggis mengandung air sebanyak 79.2 g, protein 0.5 g, karbohidrat 19.8 g, serat 0.3 g, kalsium 11 g, fosfor 17 mg, besi 0,6 mg, vitamin A 14 IU, vitamin C 66 mg, dan energi 349 kj. Buah ini juga tidak mengandung lemak dan kaya akan zat pektin, tanin, dan rosin (Ashari, 2006). Botani Manggis tergolong dalam tanaman evergreen (pohon) yang tingginya dapat mencapai 6-25 meter. Tanaman ini sebagian besar diperbanyak melalui biji. Pada awal perkecambahan, akar pertama muncul dari satu sisi biji sedangkan calon daun muncul dari sisi lainnya. Perkecambahan dan pertumbuhan semaian tanaman manggis berlangsung sangat lambat. Menurut Verheij (1997), hal ini dikarenakan lemahnya sistem perakaran yang ditandai oleh tidak adanya bulubulu akar pada bibit tanaman manggis dan perkembangan akar lateral yang buruk. Keadaan ini menyulitkan penyerapan air dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman (Ashari, 2006). Tanaman manggis memiliki batang lurus, percabangan simetris, tajuk yang berbentuk piramid dan seluruh bagian tanamannya mengeluarkan getah berwarna kuning apabila terluka. Daun manggis terletak berlawanan dengan tangkai daun yang pendek. Bentuk daunnya oblong atau elips, tebal, lebar dan berwarna hijau kekuningan pada waktu muda dan berwarna hijau tua ketika telah dewasa (tua) serta memiliki pertulangan daun yang jelas (Nakasone and Paul, 1998). Menurut Ashari (2006), bunga manggis berada pada bagian terminal cabang, berkelompok atau terpisah dengan sepal berjumlah 4 helai yang tersusun secara berpasangan. Benang sari pada manggis tidak dapat berkembang sempurna (rudimenter) sehingga pembentukkan dan perkembangan buahnya terjadi secara apomiksis. Putik pada bunga manggis akan terus melekat pada ujung buah meskipun buah telah terbentuk. Buah manggis tergolong buah buni, berbentuk bulat dan berkulit licin. Kulit buah manggis terdiri dari tiga bagian, yaitu eksokarp (bagian terluar),

mesokarp (tengah) dan endokarp (bagian dalam). Menurut Verheij (1997), buah manggis pada umumnya berdiameter 4-7 cm dan berwarna lembayung tua ketika matang. Dalam satu buah manggis, paling banyak terdapat 3 biji yang dapat berkembang sempurna. Biji tersebut terbungkus oleh aril yang berwarna putih. Syarat Tumbuh Tanaman manggis merupakan tanaman yang cocok hidup di daerah tropik basah. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada daerah panas namun memiliki kelembaban yang tinggi. Musim panas yang kering dan pendek serta ketersediaan air yang kontinyu berguna untuk mendorong inisiasi pembungaan pada tanaman manggis (Ashari, 2006). Menurut Sidik (2004), tanaman manggis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kelembaban udara sekitar 80% dan kondisi curah hujan tahunan 1 500 2 500 mm/tahun (www.ristek.go.id). Pertumbuhan tanaman manggis lambat pada suhu di bawah 20 0 C, sedangkan batas suhu tertinggi adalah 38 40 0 C. Adapun suhu optimum yang dibutuhkan oleh tanaman manggis berkisar antara 27 0 C 36 0 C dengan naungan 20 50% (Nakasone, 1998). Tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman manggis. Adapun derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman manggis berkisar antara 5-7 (www.ristek.go.id). Menurut Nakasone (1998), tanaman manggis masih dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang berat meskipun sistem perakarannya lemah. Tanaman tersebut tidak mampu beradaptasi terhadap tanah berkapur, aluvial berpasir atau tanah pasir yang hanya mengandung sedikit humus. Tanaman manggis juga dapat bertahan hidup pada kondisi kekurangan air. Pohon manggis dapat tumbuh di daerah dataran rendah sampai di ketinggian di bawah 1 000 meter di atas permukaan laut (m dpl), namun pertumbuhannya menjadi lebih lambat. Pertumbuhan terbaik dapat dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500-600 m dpl (Ashari, 2006).

Budidaya Penanaman manggis dapat dilakukan dengan cara menanam benih pada media tanam yang telah dipersiapkan sebelumnya atau secara langsung mengunakan bibit sambungan. Menurut Ashari (2006), perbanyakan dengan menggunakan biji ini akan menghasilkan turunan yang sifatnya serupa dengan induk (true-to-type). Hal ini diakibatkan oleh sifat biji manggis yang apomiksis di mana pembentukkannya terjadi tanpa melalui penyerbukan antara gamet jantan (serbuk sari) dan gamet betina (putik). Biji yang akan dijadikan benih sebaiknya berukuran besar dan berasal dari panen buah utama pada tanaman induk (Verheij, 1997). Daya kecambah benih manggis sangat lambat sehingga memerlukan pemeliharaan yang intensif. Media tanam yang digunakan dalam pembibitan manggis harus remah dan subur serta mengandung air yang cukup banyak namun tidak tergenang. Menurut Verheij (1997), benih manggis sebaiknya disemaikan di dalam pot (polybag) kemudian dipindahkan ke pot yang lebih besar jika tingginya telah mencapai 60 cm dan memiliki satu atau dua pasang ranting lateral. Pada awal pertumbuhan, tanaman manggis memerlukan naungan dan pengairan yang cukup. Pemberian naungan dapat dilakukan dengan menanam pohon lain di sekitarnya, seperti pohon pisang. Naungan ini berfungsi sebagai pengontrol cahaya yang akan diterima oleh pohon manggis sehingga dapat tumbuh dengan baik. Naungan terus dipertahankan sampai pohon berumur empat tahun kemudian naungan dikurangi secara bertahap (Ashari, 2006). Pemupukan manggis diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas buah manggis yang dihasilkan. Menurut Poerwanto (2004), pemupukan manggis dilakukan secara dua tahap, yaitu pemupukan untuk fase juvenil dan tanaman yang sudah menghasilkan buah. Pupuk yang diberikan kepada tanaman terdiri dari pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik (Urea, SP-36, dan KCl). Tanaman manggis yang masih berumur 4-6 tahun sebaiknya diberikan pupuk urea 200 gram/pohon, SP-36 100 gram/pohon dan KCl 100 gram/pohon. Pupuk kandang juga diberikan dengan dosis 36-40 liter/pohon. Pemupukan pada tanaman manggis yang telah memasuki masa produktif (> 10 tahun) memiliki dosis sepuluh kali lebih besar dibandingkan tanaman pada masa juvenil. Dosis

pupuk yang diberikan tersebut adalah 1 000 gram urea/pohon, 2 500 gram SP-36 dan 1 500 gram KCl/pohon. Pemanenan dilakukan ketika buah mencapai umur 104 110 hari setelah bunga mekar. Pemanenan buah manggis masih dilakukan secara konvensional dengan peralatan yang sederhana, yaitu menggunakan songgok bambu yang diberi keranjang di bagian atasnya (Ashari, 2006). Teknik lain yang biasa digunakan untuk pemanenan buah manggis adalah dengan cara memanjat pohon. Menurut Standar Prosedur Operasional (SPO) komoditi manggis (2004), terdapat 7 tingkat kematangan buah manggis berdasarkan indeks atau tahapannya (tahap 0 tahap 6). Buah yang akan diekspor biasanya dipanen ketika kulit buah masih berwarna merah kecokelatan atau keunguan (tahap 3 dan 4). Hal ini dimaksudkan agar buah tersebut masih layak jual dan dapat dikonsumsi ketika sampai di negara tujuan. Pemanenan buah yang ditujukan untuk pasar domestik dilakukan ketika kulit buah sudah berwarna ungu kemerahan atau ungu kehitaman (tahap 5 dan tahap 6). Getah Kuning Getah kuning atau biasa disebut gamboge merupakan salah satu masalah utama yang terdapat pada buah manggis. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dorly dkk, getah ini dihasilkan di seluruh bagian tanaman manggis yaitu mulai dari akar, batang, daun, bunga, buah dan tangkai buahnya. Pada buah, saluran getah kuning tersebar di eksokarp mesokarp dan endokarp. Getah kuning merupakan panyakit fisiologis yang berkaitan dengan turgoritas dinding sel. Perubahan tekanan turgor tersebut dapat terjadi akibat perubahan lingkungan yang ekstrim sehingga menyebabkan pecahnya dinding sel saluran getah kuning (Syah, 2007). Getah kuning juga dapat muncul akibat proses pemanenan dan penanganan pasca panen yang kurang baik serta tusukan atau gigitan serangga (Ashari, 2006). Menurut Dorly (2008), struktur sekretori getah kuning pada buah manggis berbentuk saluran memanjang dan bercabang yang dikelilingi oleh sel-sel epitelium yang khas. Saluran getah kuning tersebut lebih dikenal dengan sebutan kanal bercabang. Struktur saluran getah kuning yang terdapat pada tangkai buah menyatu dengan saluran yang terdapat pada bagian buahnya.

Menurut Syah (2007), kerusakan yang ditimbulkan oleh getah kuning pada endokarp lebih serius daripada perikarp. Gamboge yang mengotori buah dan masuk ke dalam segmen daging buah akan menyebabkan perubahan warna pada daging buah menjadi transparan (bening) dan memiliki rasa yang pahit. Getah ini juga seringkali menempel pada kulit buah dan membentuk bintik-bintik berwarna kuning (Ashari, 2006). Buah yang telah terkena penyakit fisiologis ini akan menurun kualitasnya sehingga tidak layak untuk diekspor. Kalsium Kalsium merupakan salah satu unsur hara makro yang diperlukan oleh tanaman dan bersifat immobil. Kalsium tersedia pada tanah humid dalam bentuk karbonat, kalsium silikat, dan bahan organik. Menurut Hanafiah (2006), ketersediaan kalsium terkait dengan kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB). Pada umumnya kadar kalsium dalam tanah lebih tinggi dibandingkan dengan ketersediaan magnesium. Penyerapan unsur kalsium oleh tanaman dalam bentuk ion Ca 2+ (Hardjowigeno, 2003). Kalsium diperlukan oleh tanaman untuk membentuk struktur dinding sel yang kuat (Collings, 1955) dan mempertahankan integritas sel-sel karena perannya dalam sintesis kalsium pektat yang merupakan penyusun lamela tengah. Kalsium juga berperan dalam mempertahankan permeabilitas membran, pembentukan dan peningkatan kandungan protein dalam mitokondria serta menghambat pengguguran atau proses penuaan daun (Hanafiah, 2006). Pemberian kalsium juga dapat berpengaruh terhadap pembelahan sel, kekompakan buah, pertumbuhan tanaman (pemanjangan), laju respirasi dan daya simpan buah (Ashari, 2006). Kerusakan yang terjadi pada buah, seperti pecah buah, juga dapat dikurangi dengan memberikan tambahan kalsium pada tanaman. Menurut Hardjowigeno (2003), ketersediaan unsur Ca (kalsium) dalam tanah dapat ditingkatkan dengan memberikan kapur atau pupuk kalsium dengan waktu dan konsentrasi tertentu. Pupuk kalsium yang diberikan pada umumnya berasosiasi dengan unsur lain. Salah satu sumber unsur kalsium adalah dolomit (CaMg(CO 3 ) 2 ) yang mengandung MgO 18-22%, CaO 40% dan sedikit unsur Fe,

Mn, dan P. Sumber lain yang juga biasa digunakan adalah kapur kalsit (CaCO 3 ) dan kapur bakar (CaO). Pengapuran Pengapuran merupakan usaha yang dilakukan dalam rangka meningkatkan ph tanah sampai batas tertentu (Manik, 2003). Menurut Soepardi (1983), pengapuran dapat didefinisikan sebagai upaya penambahan bahan amelioran yang mengandung Ca dan Mg ke dalam tanah guna meningkatkan ph sehingga kondisinya optimum untuk pertanaman. Pengapuran juga berpengaruh terhadap sifat fisik (meningkatkan granulasi), kimia (menurunkan kelarutan Fe dan Al serta meningkatkan KB) dan biologi tanah (merangsang aktivitas mikroorganisme) serta memperbaiki pembentukan bintil-bintil akar (Hardjowigeno, 2003). Derajat keasaman yang rendah menyebabkan tanah menjadi tidak subur dan pertumbuhan akar tanaman terganggu sehingga penyerapan hara oleh tanaman tersebut terhambat (Sanchez, 1992). Ketersediaan unsur hara optimum pada ph tanah 6-6,5 (netral). Menurut Hanafiah (2005), pengapuran harus dilakukan dengan empat tepat, yaitu tepat dosis, cara, waktu dan kondisi. Pengapuran yang dilakukan dengan tepat dapat meningkatkan ketersediaan P, Ca, Mg, dan Mo serta mengurangi keracunan yang diakibatkan oleh Fe, Mn, dan Al (Hardjowigeno, 2003). Pengapuran juga sebaiknya dilakukan berulang-ulang terutama di daerah yang mempunyai curah hujan tinggi. Jumlah kapur yang diperlukan atau ditambahkan ke dalam tanah ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ph tanah. Jika nilai ph rendah, maka tanah tersebut memerlukan lebih banyak kapur. Menurut Hardjowigeno (2003), tekstur dan kadar bahan organik tanah menentukan kapasitas adsorpsi dan besarnya daya penyangga tanah. Semakin halus tanah dan banyaknya kandungan bahan organik, maka daya penyangganya akan semakin besar sehingga diperlukan lebih banyak kapur. Mutu kapur dan jenis tanaman juga menentukan jumlah kapur yang diperlukan untuk proses pengapuran.

Proses pengapuran terdiri dari tiga tahapan. Tahap pertama kapur melarut karena hidrolisis, kemudian larutan kapur tersebut mengalami disosiasi. Tahap terakhir, ion Ca + beraksi menggantikan ion H + (Ashari, 2006). Tahap I : CaO (kapur) + H 2 O Ca(OH) 2 Tahap II : Ca(OH) 2 Ca 2+ + 2OH - H Ca Ca 2+ + Misel 2H + + Misel Ca H Tahap III : 2H + + 2OH - 2H 2 O

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2007 sampai April 2008 yang bertempat di kebun manggis, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang. Analisis kuantitatif dan kualitatif dilakukan di Laboratorium Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) IPB, sedangkan analisis ph tanah dan kandungan kalsium dalam tanah, daun dan kulit buah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, IPB, Bogor. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah manggis yang berasal dari Desa Karacak, Leuwiliang, Bogor. Bahan lainnya adalah kapur dolomit yang diperoleh dari toko S.K. Tani, Leuwiliang, Bogor, larutan natrium hidroksida (NaOH) 0.1 N, asam oksalat, indikator penalphtalein (PP) dan akuades. Alat yang digunakan terdiri dari cangkul, timbangan, ember, pisau, jangka sorong, hand penetrometer, hand refraktometer, pipet, spatula, labu takar, erlenmeyer, corong, kertas saring, buret dan gelas piala. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor, yaitu dosis kalsium. Faktor tersebut terdiri dari 4 taraf percobaan, yaitu 0 ton Ca 2+ /ha (kontrol/0 ton dolomit/ha), 2.5 ton Ca 2+ /ha (12.5 ton dolomit/ha), 3.0 ton Ca 2+ /ha (15.0 ton dolomit/ha) dan 3.5 Ca 2+ ton/ha (17.5 ton dolomit/ha). Taraf percobaan tersebut diperoleh dari hasil pengukuran ph tanah menggunakan metode SMP (Schoemaker, McLean, dan Pratt) pada awal percobaan, kemudian dikonversikan ke dalam satuan ion Ca 2+ yang terkandung pada dolomit yang akan digunakan (ion Ca 2+ = 20%). Penelitian ini dilakukan dengan 3 ulangan dan setiap ulangannya terdiri dari 3 pohon. Jadi, jumlah keseluruhan tanaman manggis yang dibutuhkan adalah 36 pohon. Adapun pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan secara acak (random).

Model matematika yang digunakan sebagai analisis statistik dalam penelitian ini adalah: Y ij = µ + i + j + ij Keterangan: Y ij = Nilai pengamatan pada perlakuan aplikasi dolomit ke-i terhadap ulangan ke-j µ = Nilai rataan umum i j = Pengaruh perlakuan aplikasi dolomit ke-i = Pengaruh kelompok ke-j ij = Pengaruh galat pada perlakuan aplikasi dolomit ke-i terhadap kelompok ke-j i = 1, 2, 3 ; j = 1, 2, 3 Data dianalisis menggunakan uji F jika hasilnya berbeda nyata akan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Pelaksanaan 1. Persiapan tanaman Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman yang akan memasuki musim berbuah. Jumlah tanaman yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 36 unit tanaman. 2. Pembersihan gulma Gulma yang terdapat di sekitar tanaman dibersihkan untuk menghindari penggunaan dolomit oleh gulma tersebut (tidak tepat sasaran). Jika hal ini tidak dilakukan, maka dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan unsur kalsium yang berasal dari kapur dolomit yang akan diaplikasikan ke tanaman. 3. Aplikasi kalsium Aplikasi kalsium pada penelitian ini dilakukan melalui proses pengapuran dengan menggunakan kapur dolomit. Pengapuran tersebut dilakukan di seluruh permukaan tanah di bawah proyeksi tajuk tanaman manggis. Dolomit yang diaplikasikan sebagai sumber kalsium tersebut kemudian dibalik posisinya menggunakan cangkul (dolomit tertutup tanah). Hal ini dimaksudkan agar tanaman lebih mudah menyerap unsur kalsium dari tanah dan menghindari

pencucian dolomit oleh air hujan. Aplikasi dolomit ini dilakukan sebelum tanaman berbunga. 4. Pelabelan buah Pelabelan dilakukan terhadap bunga yang baru muncul setelah aplikasi pengapuran tanaman. Pelabelan ini bertujuan untuk menentukan buah yang akan digunakan untuk pengamatan. 5. Pemanenan buah Buah dipanen ketika telah memenuhi syarat umur pemanenan. Buah yang dipanen umumnya berumur 105-114 hari setelah anthesis (bunga mekar). Pengamatan Pengamatan Kuantitatif 1. Diameter buah (cm) Diameter buah diukur pada awal pengamatan, yaitu sesudah buah dipanen. Pengukuran ini dilakukan menggunakan jangka sorong dengan arah horizontal melingkari buah (diameter transversal). 2. Bobot buah (gram) Bobot buah diukur dengan menggunakan timbangan digital. Pengukuran ini meliputi bobot buah secara keseluruhan, bobot kulit dan bobot aril (daging buah) manggis beserta bijinya. 3. Kekerasan kulit buah (kg/det) Kekerasan kulit buah diukur dengan menggunakan hand penetrometer. Pengukuran tersebut meliputi bagian ujung, tengah, dan pangkal buah. Pengukuran kekerasan kulit buah dilakukan dengan menusukkan jarum hand penetromeneter pada kulit buah manggis. Kekerasan buah kemudian dapat dilihat pada skala yang tertera dalam alat hand penetrometer. 4. Padatan terlarut total (% brix) Beberapa sampel buah diambil dari masing-masing perlakuan kemudian daging buah dari sampel tersebut diukur padatan terlarut totalnya (PTT) dengan menggunakan alat hand refraktometer. Pengukuran PTT ini dilakukan dengan cara memberikan 1 tetes cairan buah manggis pada lensa pembaca hand refraktometer. Setiap akan melakukan pengukuran, lensa tersebut

terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan akuades kemudian dikeringkan dengan tisu. Angka yang muncul pada layar hand refraktometer merupakan PTT yang terdapat di dalam buah manggis. 5. Asam tertitrasi total (%) Kandungan asam tertitrasi total (ATT) dalam buah manggis diukur dengan menggunakan metode titrasi NaOH. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan kadar ATT buah yaitu: Daging buah manggis Haluskan Timbang 10 gram pasta buah Masukkan ke dalam labu takar 100 ml Tambahkan akuades sampai volume larutan 100 ml Saring Ambil 25 ml hasil filtrasi Masukkan ke dalam erlenmeyer Tambahkan 2 tetes indikator phenalptalein (PP) Titrasi menggunakan NaOH 0.1 N Catat volume NaOH yang terpakai untuk titrasi

Berdasarkan metode tersebut, asam tertitrasi total dalam buah dapat diketahui setelah dihitung menggunakan rumus: ATT = ml NaOH x N NaOH x fp x 64 x 100% mg contoh Keterangan: ml NaOH = volume NaOH yang terpakai pada titrasi N NaOH = normalitas NaOH (0.1 N) fp = faktor pengenceran (100/25) 64 = faktor asam dominan mg contoh = 10 000 mg 6. Analisis kandungan kalsium dalam tanah, kulit buah, dan daun manggis Analisis kandungan kalsium dilakukan pada beberapa sampel tanah, buah dan daun yang mewakili masing-masing perlakuan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Spectromoter) yang terdapat pada Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan, IPB, Bogor. Adapun cara pengerjaannya berbeda-beda untuk setiap peubah yang dianalisis. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam analisis kandungan kalsium dalam tanah adalah mencampurkan 2 gram sampel tanah dengan 40 ml NH 4 OAC ph 7. Kedua campuran tersebut diaduk hingga rata kemudian disaring menggunakan kertas saring. Hasil filtrasi sebanyak 1 ml dicampur dengan 8 ml akuades dan 1 ml NH 4 OAC. Campuran tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan alat AAS untuk mengetahui kandungan kalsiumnya. Proses pengerjaan analisis kandungan kalsium pada kulit buah sama dengan daun manggis. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah mengabukan 1 gram sampel kering. Proses pengabuan dilakukan dengan cara memasukkan sampel tersebut ke dalam tanur yang bersuhu tinggi. Abu yang terbentuk kemudian dicampur dengan 10 tetes HCl pekat lalu disimpan di hot plat sampai kering. Bahan yang diperoleh dari proses pengeringan tersebut kemudian ditambahkan 10 ml HCl 1 N. Campuran tersebut disaring hingga diperoleh filtrat dengan volume tertentu. Filtrat tersebut dipipet sebanyak 1 ml

lalu dicampurkan dengan 10 ml HCl 1 N dan akuades hingga volume campuran mencapai 50 ml. Hasil pencampuran tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan alat AAS. 7. Pengukuran ph tanah Pengukuran ph tanah dilakukan dengan menggunakan phmeter. Pengukuran ini dilakukan sebelum aplikasi dolomit dan sesudah panen buah manggis. Pegukuran ph tanah sebelum aplikasi dolomit dilakukan untuk mengetahui dosis dolomit yang perlu ditambahkan pada tanaman manggis. Metode yang digunakan dalam hal ini adalah SMP (Schoemaker, McLean, dan Pratt) dimana sampel tanah terlebih dahulu dikocok menggunakan aquades kemudian phnya diukur menggunakan phmeter. Kemudian tambahkan larutan SMP buffer ke dalam larutan yang sama, kocok campuran tersebut lalu ukur kembali phnya. Berdasarkan ph dalam larutan SMP buffer ini dapat diketahui jumlah kebutuhan kapur yang perlu ditambahkan pada suatu area penanaman manggis. Pengukuran ph tanah setelah panen buah dilakukan dengan metode yang lebih sederhana (H 2 O). Dalam metode ini, sampel tanah dicampur dengan aquades lalu kocok hingga benar-benar tercampur rata. Setelah itu, ph tanah diukur menggunakan phmeter. Pengamatan kualitatif Pengamatan kaluitatif yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengukuran tingkat pencemaran getah kuning pada buah manggis, baik pada bagian kulit maupun aril buahnya. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan skoring, seperti yang telah dilakukan pada penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut Kartika (2004), skoring getah kuning pada kulit dan daging buah (aril) manggis adalah sebagai berikut: a) Getah kuning pada kulit buah Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning. Skor 2 : baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. Skor 3 : cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah.

Skor 4 : buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah. Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi kusam. b) Getah kuning pada daging buah Skor 1 : baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik diantara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah. Skor 2 : baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung. Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah satu juring atau diantara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit. Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit. Skor 5 : buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring, diantara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna daging buah menjadi bening.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan di daerah dengan ketinggian lebih dari 490 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis yang dijadikan tempat penelitian ini sebagian besar berupa terasering karena daerahnya berbentuk lereng-lereng. Tanaman manggis ditanam dengan jarak tanam sekitar 3x3 m. Tanaman manggis tersebut tumbuh dengan baik karena tanaman ternaungi oleh tanaman durian dan melinjo yang tumbuh di sekitarnya. Gambar 1. Tanaman manggis yang digunakan sebagai bahan percobaan Selama penelitian berlangsung, data iklim yang tercatat oleh Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor, menunjukkan bahwa suhu rata-rata bulanan di sekitar tempat penelitian adalah 25.1 0 C dan kelembaban udara rata-rata 86.2%. Adapun curah hujannya adalah 210 mm/bulan dengan hari hujan mencapai 74 hari. Menurut Sidik (2004), tanaman manggis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kelembaban udara sekitar 80% dan kondisi curah hujan tahunan 1 500 2 500 mm/tahun (www.ristek.go.id). Adapun suhu yang dibutuhkan oleh tanaman manggis berkisar antara 25 0 C 35 0 C (Ashari, 2006). Struktur tanah yang menjadi tempat tumbuhnya tanaman manggis ini lebih didominasi oleh struktur liat. Derajat keasaman tanah di area penanaman juga sangat tinggi (asam). Selain itu, tanah menjadi sangat lengket dan licin dalam kondisi basah terutama setelah terguyur air hujan.

Hama yang banyak ditemukan pada tanaman manggis selama penelitian berlangsung adalah semut (Formica sp.). Semut-semut tersebut tidak terlalu mempengaruhi produktivitas tanaman manggis, namun keberadaanya cukup mengganggu selama proses pemanenan, distribusi buah bahkan saat akan dikonsumsi. Adapun penyakit yang paling sering muncul adalah bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Helminthosporium sp. dan Pestalotia flagisettula. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh Helminthosporium sp. yaitu munculnya bercak berwarna cokelat pada daun sedangkan P. flagisettula bercak berwarna kelabu pada bagian tengah daun. A B Gambar 2. Daun manggis yang terserang penyakit bercak cokelat oleh cendawan Helminthosporium sp. (A) dan bunga manggis yang telah mekar (B) Derajat Keasaman Tanah dan Kandungan Kalsium Tanah Pemberian kalsium secara nyata dapat meningkatkan ph tanah dibandingkan kontrol. Tanaman manggis yang diberi penambahan unsur kalsium dengan dosis 3.5 ton Ca 2+ /ha mengalami peningkatan ph tanah tertinggi meskipun hasilnya tidak signifikan dengan perlakuan pemberian dosis kalsium 2.5 dan 3.0 ton Ca 2+ /ha. Derajat keasaman tanah yang menurun ini diharapkan dapat meningkatkan kesuburan tanah serta memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Selain itu, menurut Hardjowigeno (2003), peningkatan ph tanah juga dapat meningkatkan kadar bahan organik dalam tanah. Menurut Hakim dalam Nyakpa (1988), perbaikan sifat-sifat tanah dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar menjadi lebih baik. Dengan demikian, penyerapan air dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya akan semakin baik pula.

Tabel 1. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap ph Tanah dan Kandungan Kalsium Tanah ph tanah (H 2 O) Ca tanah Perlakuan Dosis Kalsium Sebelum Sesudah (mek/100g) dikapur dikapur 0 ton Ca 2+ /ha 4.43 4.77b 2.5c 2.5 ton Ca 2+ /ha 4.73 5.87a 13.1b 3.0 ton Ca 2+ /ha 4.57 6.20a 29.2a 3.5 ton Ca 2+ /ha 4.47 6.53a 32.4a Uji F tn * ** Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% (*) dan 1% (**) tn : tidak berbeda nyata Hasil analisis kalsium tanah pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa kandungan unsur hara tersebut berbeda sangat nyata antara perlakuan kontrol dengan perlakuan pemberian kalsium pada berbagai dosis. Antara perlakuan pemberian dosis kalsium juga menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Peningkatan kalsium tanah tertinggi terdapat pada perlakuan dosis kalsium 3.5 ton Ca 2+ /ha meskipun tidak signifikan dengan dosis 3.0 ton Ca 2+ /ha, sedangkan kandungan kalsium tanah terendah terdapat pada perlakuan kontrol. Menurut Hardjowigeno (2003), ketersediaan unsur kalsium dalam tanah dapat ditingkatkan dengan memberikan kapur atau pupuk kalsium. Unsur kalsium yang terdapat pada tanah ini nantinya akan diserap oleh tanaman kemudian digunakan dalam pembentukan struktur dan permeabilitas membran serta aktivator beberapa enzim, salah satunya adalah enzim -amilase. Skoring Getah Kuning Skoring getah kuning pada kulit buah (Tabel 3) menunjukkan hasil yang berbeda nyata antara perlakuan kontrol (0 ton Ca 2+ /ha) dengan pemberian kalsium dengan dosis 3.5 ton Ca 2+ /ha. Tanaman manggis yang tidak diberi penambahan kalsium akan menghasilkan buah dengan tingkat keparahan getah kuning yang tinggi meskipun hasilnya tidak signifikan dengan pemberian kalsium dosis 2.5 dan 3.0 ton Ca 2+ /ha. Getah kuning yang terdapat pada kulit buah dapat saja

berasal dari tetesan getah pada bagian tanaman manggis lainnya yang terluka dan letaknya berada di atas buah manggis tersebut. Tabel 2. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Skor Getah Kuning Buah Manggis Getah Kuning Perlakuan Dosis Kalsium Kulit Buah Aril Buah 0 ton Ca 2+ /ha 3.72a 1.54 2.5 ton Ca 2+ /ha 2.83ab 1.43 3.0 ton Ca 2+ /ha 2.81ab 1.42 3.5 ton Ca 2+ /ha 1.87b 1.30 Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5% Berdasaran Tabel 2 juga dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian kalsium melalui pengapuran tidak berbeda nyata terhadap getah kuning untuk setiap perlakuan. Hal ini dikarenakan getah kuning pada kontrol sudah tergolong rendah. Selain itu, getah kuning pada aril buah memang jarang ditemukan karena getah kuning yang terdapat pada saluran kanal bercabang akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya umur buah manggis. Getah kuning pada aril lebih banyak terjadi akibat rusaknya saluran getah kuning ketika buah masih muda. Gambar 3. Persentase Layak Tidaknya Buah Manggis untuk Tujuan Ekspor Berdasarkan Skor Getah Kuning pada Kulit Buah Diagram di atas merupakan gambaran mengenai buah layak ekspor dan tidak layak ekspor yang dikelompokkan berdasarkan skoring getah kuning pada kulit buah manggis. Skor 1 hingga skor 3 masih digolongkan sebagai buah yang layak ekspor sedangkan skor 4 dan 5 sudah tidak layak ekspor. Berdasarkan

gambar tersebut, dapat diketahui bahwa pada perlakuan kontrol, jumlah buah yang layak untuk diekspor berjumlah 33.33%. Hal ini jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah buah yang tidak layak ekspor, yaitu sebesar 66.67%. Namun pada perlakuan aplikasi kalsium dengan dosis 2.5 3.5 ton Ca 2+ /ha, jumlah buah layak ekspor lebih banyak dibandingkan dengan buah tidak layak ekspor. Pada perlakuan 3.5 ton Ca 2+ /ha, persentase jumlah buah layak ekspor (93.33%) jauh lebih banyak dibandingkan dengan buah tidak layak ekspor (6.67%). Gambar 4. Persentase Layak Tidaknya Buah Manggis untuk Tujuan Ekspor Berdasarkan Skor Getah Kuning pada Aril Buah Pengelompokkan layak tidaknya buah manggis untuk tujuan ekspor juga dapat dilihat dari skoring getah kuning pada bagian aril buahnya. Buah layak ekspor memiliki skor getah kuning 1 2, sedangkan buah yang tidak ekspor memiliki skor 3 5. Pada Gambar 4, dapat diketahui bahwa masing-masing perlakuan memiliki jumlah buah layak ekspor yang jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan buah yang tidak layak ekspor. Buah layak ekspor pada masing-masing perlakuan umumnya memiliki persentase jumlah buah yang hampir sama, yaitu antara 80% 93%, sedangkan buah yang tidak layak ekspor berkisar antara 6% 19%. Menurut Ashari (2006), getah kuning yang keluar dan mengotori bagian kulit buah terjadi akibat pecahnya dinding saluran getah kuning. Saluran getah kuning tersebut pecah karena struktur dinding selnya lemah. Pemberian unsur kalsium melalui pengapuran ini akan meningkatkan sintesis kalsium pektat yang berperan dalam pembentukan lamela tengah dinding sel (Nyakpa, 1988). Dengan demikian, struktur dinding sel akan menjadi lebih kokoh sehingga sel tidak mudah pecah apabila terjadi pemuaian akibat imbibisi atau stres air. Jika keadaan ini

dapat tercapai, maka getah kuning tidak mudah mengotori buah, baik di kulit maupun aril buah manggis. Gambar 5. Getah kuning membentuk jalur (A) dan gumpalan (B) pada bagian kulit buah manggis Menurut Syah (2007), munculnya getah kuning tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu kandungan kalsium dalam buah, tetapi juga kondisi lingkungan tumbuh tanaman. Selain dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam tanaman, keberadaan getah kuning pada buah manggis juga dipengaruhi oleh serangan hama dan benturan ketika proses pemanenan (Ashari, 2006). Berdasarkan data cuaca yang terdapat pada Tabel Lampiran 17, curah hujan di tempat penelitian terjadi secara merata setiap bulannya dengan intensitas hari hujan yang hampir sama. Hal ini berarti bahwa semakin stabil ketersediaan air di dalam tanaman maka tingkat cemaran getah kuning pada buah manggis akan semakin berkurang. A B A B Gambar 6. Aril buah bersih dari getah kuning (A) dan aril buah terkena getah kuning (B)

Kandungan Kalsium Kulit Buah dan Daun Manggis Kandungan kalsium pada kulit buah manggis tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan. Hal ini dimungkinkan karena kebutuhan unsur tersebut telah terpenuhi sehingga pemberian kalsium dengan jumlah berapapun tidak berpengaruh terhadap kandungan kalsium pada kulit buah. Hasil analisis kandungan kalsium pada kulit buah juga dipengaruhi oleh cara analisisnya dimana analisis kandungan kalsium pada kulit buah tidak dibedakan berdasarkan masingmasing bagian kulit buahnya (eksokarp, mesokarp dan endokarp). Hal ini diduga turut mempengaruhi hasil analisis kandungan kalsium pada kulit buah secara keseluruhan. Analisis kandungan kalsium pada bagian daun manggis menunjukkan hasil yang berbeda dengan kulit buah. Pemberian dolomit sebagai salah satu sumber unsur kalsium cenderung dapat meningkatkan kandungan kalsium daun manggis secara nyata dibandingkan perlakuan kontrol. Aplikasi pemberian kalsium dengan dosis 3.0 ton Ca 2+ /ha dan 3.5 ton Ca 2+ /ha mempunyai kandungan kalsium tertinggi pada daun, yaitu 1.80%. Adapun kandungan kalsium terendah terdapat pada perlakuan kontrol, yaitu 1.23%. Kalsium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Ca 2+. Kandungan kalsium pada daun lebih banyak dibandingkan dengan kulit buah. Hal ini dikarenakan ion kalsium yang diserap oleh tanaman terlebih dahulu ditranslokasikan ke daun kemudian baru dilanjutkan ke buah. Menurut Nyakpa (1988), banyaknya kalsium pada daun juga dipengaruhi oleh proses transpirasi dimana pergerakan ion kalsium terjadi bersamaan dengan gerakan air (aliran massa). Semakin tinggi laju transpirasi daun pada suatu tanaman maka kandungan klasium pada daunnya juga akan tinggi pula. Selain itu, letak buah manggis terhadap daun yang berupa tipe terminal juga turut mempengaruhi banyaknya unsur kalsium yang dapat diserap oleh buah itu sendiri.

Tabel 3. Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalisum terhadap Kandungan Kalsium pada Kulit Buah dan Daun Manggis Kandungan Kalsium (%) Perlakuan Dosis Kalsium Kulit Buah Daun 0 ton Ca 2+ /ha 0.18 1.23b 2.5 ton Ca 2+ /ha 0.13 1.58ab 3.0 ton Ca 2+ /ha 0.15 1.79a 3.5 ton Ca 2+ /ha 0.17 1.80a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 10% Komponen Kualitas Buah Manggis Kekerasan, Diameter dan Bobot Buah Manggis Hasil pengukuran yang terdapat pada Tabel 4 menunjukkan bahwa setiap perlakuan aplikasi kalsium tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah. Menurut Qanytah (2004), kulit buah manggis dapat mengeras karena hilangnya cairan akibat proses penguapan. Hal ini menyebabkan sel menciut sehingga ruang antar sel semakin meyempit dan pektin akan berikatan satu sama lain. Pengukuran diameter buah juga menunjukkan hasil yang tidak nyata untuk setiap perlakuannya. Tabel 4 menunjukkan bahwa semakin besar diameter buah maka bobot totalnya akan semakin besar pula. Hal ini terjadi karena adanya penambahan luas dan volume buah dimana diameter buah yang semakin besar diharapkan akan menghasilkan edibel portion (bagian dapat dimakan) yang semakin banyak pula. Tabel 4. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Kekerasan, Diamater dan Bobot Buah Manggis Perlakuan Dosis Kekerasan Diameter Bobot Buah (gram) Kalsium Kulit (kg) (cm) Total Kulit Aril dan Biji 0 ton Ca 2+ /ha 0.84 5.61 84.87 58.23 26.64 2.5 ton Ca 2+ /ha 0.85 5.79 94.85 65.52 29.30 3.0 ton Ca 2+ /ha 0.86 5.90 98.66 70.13 28.52 3.5 ton Ca 2+ /ha 0.82 5.46 83.44 57.66 26.20 Uji F tn tn tn tn tn

Hasil pengukuran bobot buah yang meliputi bobot total, kulit serta aril dan biji juga menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan ketersediaan unsur kalsium dalam tanah tidak memberikan pengaruh terhadap pembentukan dinding sel. Keadaan tersebut dapat saja dikarenakan setiap buah pada masing-masing perlakuan memiliki kemampuan yang sama dalam penggunaaan ion Ca 2+ sebagai komponen penyusun lamela tengah pada dinding sel. Menurut Nyakpa (1988), meskipun kalsium merupakan bahan penyusun lamela tengah, namun tidak berarti bahwa lamela tengah mempunyai komposisi kalsium pektat. Cita Rasa Buah Manggis Pengaruh pemberian kalsium pada berbagai dosis tidak berbeda nyata terhadap padatan terlarut total, asam tertitrasi total maupun nisbah antara keduanya. Hal ini berarti bahwa penambahan unsur kalsium pada buah yang diberikan melalui aplikasi dolomit tidak berpengaruh terhadap kandungan padatan terlarut total, asam tertitrasi total dan nisbah PTT/ATT buah tersebut. Padatan terlarut total yang terdapat pada buah manggis berkisar antara 20.30 20.46 brix, sedangkan asam terlarut totalnya sebanyak 0.33 0.37 %. Nisbah PTT/ATT yang terukur pada penelitian ini adalah 54 63. Tabel 5. Nilai Rataan Pengaruh Pemberian Berbagai Dosis Kalsium terhadap Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT) dan Nisbah PTT/ATT Perlakuan Dosis Kalsium PTT (brix) ATT (%) PTT/ATT 0 ton Ca 2+ /ha 20.46 0.542 38.62 2.5 ton Ca 2+ /ha 20.43 0.584 36.27 3.0 ton Ca 2+ /ha 20.33 0.595 34.41 3.5 ton Ca 2+ /ha 20.30 0.597 33.88 Uji F tn tn tn Menurut Santoso dan Purwoko (1995), padatan terlarut total dapat digunakan sebagai indikator tingkat kemanisan pada buah. Hal ini dikarenakan gula merupakan komponen utama bahan padat yang terlarut. Pengukuran asam

tertitrasi total bertujuan untuk mengetahui kandungan asam organik pada buah. Menurut Lodh dan Pantastico (1986), keasaman tertitrasi meningkat sampai batas maksimum ketika mencapai puncak perkembangan. Kemudian, asam organik menurun selama proses pemasakan karena telah direspirasikan atau diubah menjadi gula (Santoso dan Purwoko, 1995). Nisbah PTT/ATT menggambarkan cita rasa yang dimiliki oleh suatu buah. Semakin tinggi perbandingan PTT/ATT maka mutu buah untuk dikonsumsi akan semakin baik pula (Singleton dan Gortner, 1965 dalam Lodh dan Pantastico, 1986). Korelasi Hasil uji korelasi pada Tabel Lampiran 1 menunjukkan bahwa sebagian besar peubah yang diamati dalam penelitian ini tidak berkorelasi satu sama lain. Peubah ph tanah sesudah dikapur berkorelasi positif dengan kandungan kalsium dalam daun (r = 0.984). Kandungan kalsium tanah juga berkorelasi positif terhadap kandungan kalsium daun (r = 0.966). Peubah lain yang juga menunjukkan korelasi positif adalah diameter buah terhadap bobot total dan bobot kulit buah serta bobot total buah terhadap bobot kulit buahnya. Adapun kandungan kalsium tanah berkorelasi negatif terhadap padatan terlarut total dan nisbah PTT/ATTnya. Asam total tertitrasi buah manggis juga menunjukkan korelasi yang negatif terhadap nisbah PTT/ATTnya. Peubah yang berkorelasi positif menunjukkan bahwa semakin tinggi kenaikan nilai suatu peubah, maka nilai peubah lainnya akan semakin tinggi pula. Jika hasil uji korelasi suatu peubah bernilai negatif, maka hal itu berarrti bahwa penaikan nilai suatu peubah akan diikuti dengan penurunan nilai peubah lain yang dipengaruhinya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bebrapa kesimpulan, antara lain: 1. Aplikasi kalsium dosis 3.5 ton Ca 2+ /ha (17.5 ton/ha) berpengaruh nyata terhadap penurunan getah kuning pada kulit buah manggis jika dibandingkan kontrol. 2. Seluruh perlakuan dosis kalsium tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan getah kaning pada aril buah manggis. 3. Perlakuan dosis kalsium secara keseluruhan tidak mempengaruhi komponen kualitas buah manggis lainnya, seperti kekerasan, diameter, bobot buah, padatan terlarut total, asam tertitrasi total dan nisbah PTT/ATT buah manggis. 4. Pemberian kalsium berpengaruh nyata terhadap peningkatan ph tanah, kandungan kalsium tanah dan daun jika dibandingkan dengan kontrol. 5. Peubah ph tanah sesudah dikapur berkorelasi positif dengan kandungan kalsium dalam daun, sedangkan kandungan kalsium tanah berkorelasi negatif terhadap padatan terlarut total dan nisbah PTT/ATTnya. Saran 1. Dosis aplikasi kalsium yang terdapat pada penelitian ini, yaitu 2.5 3.5 ton Ca 2+ /ha (12.5 17.5 ton/ha), dapat digunakan untuk pengapuran tanaman manggis apabila ph tanah di sekitar area penanaman berkisar antara 4-5. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis kalsium yang tepat untuk pengapuran tanaman manggis pada lokasi penanaman dan kondisi cuaca yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA Ali, S. A. 1999. Uji penggunaan kapur dan pupuk hijau pada tanah ultisols: evaluasi sifat fisiko-kimia. Agrista. 3(2):89-95. Argo, W. R. And J. A. Biernbaum. The effect of lime, irrigation-water source, and water-soluble fertilizer on root-zone ph, electrical condustivity, and macronutrient management of container root media with Impatiens. J. Amer. Soc. Hort. Sci. 121:350-592. Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 635 hal. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2000. Manggis (Garcinia mangostana L.). http://www.deptan.go.id [6 Maret 2007]. ---------. 2008. Manggis (Garcinia mangostana L.). http://www.ristek.go.id [6 Maret 2007]. Collings, G. H. 1955. Commercial Fertilizer. Fifth Edition. MC. Graw-Hill Book Company, Inc. New York. 617 p. Denisen, E. L. 1958. Principle of Horticulture. New York. The Macmillan Company. 509 p. Dorly. 2006. Studi Struktur Sekretori dan Biokimia Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana). Proposal Penelitian. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 27 hal. [tidak dipublikasikan] ---------. 2008. Studi Struktur Sekretori dan Fitokimia Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana). Makalah Seminar. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 11 hal. [tidak dipublikasikan] Fatmawati, F. 2006. Pengaruh Teras, Pupuk Kandang dan Kapur terhadap Pertumbuhan Vegetatif, Produktivitas dan Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana). Skripsi. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. 360 hal. Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo. Jakarta. 286 hal. Hidayat, R. 2004. Kajian pola translokasi asimilat pada beberapa umur tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) muda. Agrosains. 6(1):20-25. http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=2 [8 Agustus 2008].

Huang, X, et al.. 2005. An overview of calcium s role in lychee fruit cracking, p. 231-240. In: Chomchalow N. dan Sukhvibul N., (Eds.). Proceeding of The II nd International Symposium on Lychee, Longan, Rambutan, and Other Sapindaceae Plants. ISHS. Belgium. Ignatieff, V. and H. J. Page. Efficient Use of Fertilizer. Italy. FAO. 367 p. Kartika, J. G. 2004. Studi Pertumbuhan Buah, Gejala Getah Kuning dan Burik pada Buah Manggis (Garcinia mangostana). Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lodh, S. B. dan Er. B. Pantastico. 1986. Perubahan-perubahan fisikokimiawi selama pertumbuhan organ-organ penimbun, hal 64-87. Dalam: Er. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Manik, T. B. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang, Kapur, dan Perendaman Benih dengan Ethrel terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) pada Tanah Podzolik Merah Kuning. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mursyada, A. 2002. Pengaruh Nisbah Amonium dan Nitrat serta Konsentrasi Kalsium terhadap Produksi dan Kualitas Buah Tomat. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Nakasone, H. Y. and R. E. Paul. 1998. Tropical Fruits. 1 st International. USA. 444 p. Edition. CAB Nyakpa, M. Y., dkk. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung. 258 hal. Poerwanto, R. 2003. Pengelolaan Tanah dan Pemupuukan Kebun Buah-buahan. Bahan Kuliah Budidaya Buah. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 42 hal. --------. 2004. Standar Prosedur Operasional (SPO) Manggis Kabupaten Purworejo. Direktorat Tanaman Buah, Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian. Jakarta. 98 hal. --------. 2007. Budidaya Buah-buahan. Bahan Kuliah. Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 20 hal. Qanytah. 2004. Kajian Perubahan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan Perlakuan Precooling dan Penggunaan GA3 selama Penyimpanan. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Sanchez, P. A. 1992. Pengelolaan Tanah Tropika. Ganesha Press ITB. Bandung.

Santoso, B. B. dan B. S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project. 187 hal. Sidik, P. 2004. Kualitas Buah manggis (Garcinia mangostana) dari Lima Lokasi Sentra Produksi di Pulau Jawa. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 35 hal. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suyanti, R dan Sjaifullah. 1997. Karakteristik sifat fisik dan kimia buah manggis dari beberapa cara panen. J. Hort. 6(5):493-507. Syah, M. J. A dkk. 2007. Teknologi Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis. SINAR TANI, Edisi 31 Januari 6 Februari 2007. Verheij, E. W. M. 1997. Garcinia mangostana, hal 220-225. Dalam: E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (Eds.). PROSEA Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2, buah-buahan yang dapat dimakan. Wahjudin, U. M. 2006. Pengaruh pemberian kapur dan kompos sisa tanaman terhadap aluminium dapat ditukar dan produksi tanaman kedelai pada tanah Vertic Hapludult dari Gajrug, Banten. Bul. Agron. 34(3):141-147. White, P. J. and M. R. Broadley. 2003. Calcium in plants. Ann. Bot. 92:487-511.

LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1. Korelasi Setiap Peubah yang Diamati Peubah ph Tanah Sudah Dikapur Kalsium Tanah 0.945 Kalsium Tanah Kalsium Daun 0.984* 0.966* Diameter Bobot Total Bobot Kulit PTT ATT Bobot Total 0.247 0.178 0.970* Bobot Kulit 0.295 0.257 0.958* 0.993** PTT -0.891-0.986* 0.145-0.004-0.133 ATT 0.985 0.912 0.179 0.407 0.448-0.835 PTT/ATT -0.947-0.970* -0.208-0.409-0.478 0.921-0.957* Keterangan: PTT : Padatan terlarut total ATT : Asam total tertitrasi * : Berkorelasi nyata pada taraf 5% ** : Berkorelasi nyata pada taraf 1%

Tabel Lampiran 2. Sidik Ragam Derajat Keasaman Tanah sebelum Aplikasi Pengapuran SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 0.3350 0.1675 1.34 tn 0.331 Perlakuan 3 0.1633 0.0544 0.43 tn 0.736 Galat 6 0.7517 Umum 11 1.2500 kk = 7.78% Tabel Lampiran 3. Sidik Ragam Derajat Keasaman Tanah setelah Aplikasi Pengapuran SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 1.0017 0.5008 1.77 tn 0.248 Perlakuan 3 5.2892 1.7631 6.23* 0.028 Galat 6 1.6983 Umum 11 7.9892 kk = 9.11% Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Kandungan Kalsium dalam Tanah SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 38.3549 19.1774 0.70 tn 0.532 Perlakuan 3 1769.4160 589.8053 21.63** 0.001 Galat 6 163.6084 Umum 11 1971.3793 kk = 27.03% Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Skoring Getah Kuning pada Kulit Buah Manggis SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 0.3399 0.1699 0.48 tn 0.641 Perlakuan 3 5.1811 1.7270 4.86* 0.048 Galat 6 2.1303 Umum 11 7.6513 kk = 21.21%

Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Skoring Getah Kuning pada Aril Buah Manggis SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 0.0163 0.0082 0.18 tn 0.838 Perlakuan 3 0.0923 0.0308 0.69 tn 0.591 Galat 6 0.2678 Umum 11 0.3764 kk = 14.64% Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Kandungan Kalsium dalam Kulit Buah Manggis SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 0.0006 0.0003 0.26 tn 0.780 Perlakuan 3 0.0047 0.0016 1.35 tn 0.343 Galat 6 0.0069 Umum 11 0.0122 kk = 21.58% Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Kandungan Kalsium dalam Daun Tanaman Manggis SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 0.1338 0.0669 0.99 tn 0.425 Perlakuan 3 0.6333 0.2111 3.12 cn 0.110 Galat 6 0.4059 Umum 11 1.1730 kk = 16.26% Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Kekerasan Kulit Buah Manggis SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 0.0010 0.0005 1.93 tn 0.225 Perlakuan 3 0.0018 0.0006 2.44 tn 0.162 Galat 6 0.0015 Umum 11 0.0043 kk = 1.87%

Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Diameter Buah Manggis SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 0.1032 0.0516 0.42 tn 0.676 Perlakuan 3 0.3417 0.1139 0.92 tn 0.484 Galat 6 0.7393 Umum 11 1.1843 kk = 6.17% Tabel Lampiran 11. Sidik Ragam Bobot Total Buah Manggis SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 209.32 104.66 0.68 tn 0.544 Perlakuan 3 500.98 166.99 1.08 tn 0.427 Galat 6 929.23 Umum 11 1639.52 kk = 13.76 % Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Bobot Kulit Buah Manggis SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 91.38 45.69 0.64 tn 0.558 Perlakuan 3 325.35 108.45 1.53 tn 0.301 Galat 6 426.13 Umum 11 842.85 kk = 13.40% Tabel Lampiran 13. Sidik Ragam Bobot Aril Buah dan Biji Manggis SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 22.91 11.46 0.62 tn 0.568 Perlakuan 3 19.87 6.62 0.36 tn 0.784 Galat 6 110.34 Umum 11 153.12 kk = 15.50%

Tabel Lampiran 14. Sidik Ragam Padatan Terlarut Total (PTT) Buah Manggis SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 0.3037 0.1519 0.70 tn 0.533 Perlakuan 3 0.0530 0.0177 0.08 tn 0.968 Galat 6 1.3024 Umum 11 1.6591 kk = 2.29% Tabel Lampiran 15. Sidik Ragam Asam Terlarut Total (ATT) Buah Manggis SK db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 0.0020 0.0010 1.00 tn 0.421 Perlakuan 3 0.0045 0.0015 1.48 tn 0.312 Galat 6 0.0060 Umum 11 0.0125 kk = 8.83% Tabel Lampiran 16. Sidik Ragam Nisbah PTT/ATT Buah Manggis SK Db JK KT F Hitung Pr > F Ulangan 2 50.1982 25.0991 1.23 tn 0.358 Perlakuan 3 144.6196 48.2065 2.35 tn 0.171 Galat 6 122.9216 Umum 11 317.7394 kk = 7.92% Keterangan: SK : Sumber Keragaman db : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadrat KT : Kuadrat Tengah kk : Koefisien Keragaman * : Berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5% ** : Berbeda nyata pada uji DMRT taraf 1% tn : Tidak berbeda nyata

Tabel Lampiran 17. Data Cuaca di Desa Karacak, Leuwiliang, Bogor Tahun Bulan Suhu ( 0 C) Kelembaban (%) Curah Hujan (mm) Hari Hujan 2007 November 25.0 81 116 12 Desember 25.3 89 211 19 2008 Januari 25.7 84 241 10 Februari 24.4 90 201 15 Maret 25.1 87 281 18 April 25.5 83 257 16 Mei 25.8 82 175 14 Jumlah 176.80 596.00 1 482.00 104.00 Rata-rata 25.26 85.14 211.71 14.86 Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor

Tabel Lampiran 18. Kriteria Standar Mutu Buah Manggis Klasifikasi dan standar mutu buah manggis yang tercantum dalam Standar Nasional Indonesia (SNI 01 3211-1992) terdiri dari 3 jenis mutu, yaitu mutu super, mutu I, dan mutu II. Karakteristik Mutu Super Mutu I Mutu II Keseragaman Seragam seragam seragam Diameter > 65 mm 55 65 mm < 55 mm Tingkat Kesegaran segar segar segar Warna Kulit hijau kemerahan merah muda mengkilat Jumlah Buah Cacat atau Busuk 0% 0% 0% Tangkai dan Kelopak utuh utuh utuh Kadar Kotoran (b/b) 0% 0% 0% Serangga Hidup atau Mati tidak ada tidak ada tidak ada Warna Daging Buah putih bersih putih bersih putih bersih Sumber: www.iptek.net.id (11 Agustus 2008)

Lampiran 19. Indeks Panen Buah Manggis Berdasarkan Tingkat Kematangan Buah Tahap 0 Ciri : Warna buah kuning kehijauan, kulit buah masih banyak mengandung getah dan buah belum siap dipetik. Tahap 1 Ciri: Warna kulit buah hijau kekuningan, buah belum tua dan getah masih banyak. Isi buah masih sulit dipisahkan dari kulit. Buah belum siap dipanen. Tahap 2 Ciri: Warna kulit buah kuning kemerahan dengan bercak merah hampir merata. Buah hampir tua dan getah mulai berkurang. Isi buah masih sulit dipisahkan dari kulit. Tahap 3 Ciri :Warna kulit buah merah kecoklatan. Kulit buah masih bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari kulit. Buah disarankan dapat dipetik untuk tujuan ekspor.

Tahap 4 Ciri :Warna kulit buah merah keunguan. Kulit buah masih sedikit bergetah. Isi buah sudah dapat dipisahkan dari kulit dan buah dapat dikonsumsi.buah dapat dipetik untuk tujuan ekspor. Tahap 5 Ciri :Warna kulit buah ungu kemerahan. Buah mulai masak dan siap dikonsumsi. Getah telah hilang dan isi buah mudah dilepaskan. Buah lebih sesuai untuk pasar domestik Tahap 6 Ciri :Warna kulit buah unggu kehitaman. Buah sudah masak. Buah sesuai untuk pasar domestik dan siap dikonsumsi Sumber: Standar Operasional Prosedur (SOP) Komoditi Manggis di Kabupaten Purworejo (Poerwanto, 2004)