PERENCANAAN ELEMEN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN SNI 1729:2015

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN BIAYA STRUKTUR BAJA NON-PRISMATIS, CASTELLATED BEAM, DAN RANGKA BATANG

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PERBANDINGAN STRESS RATIO DENGAN ELM (EFFECTIVE LENGTH METHOD) DAN DAM (DIRECT ANALYSIS METHOD) BANGUNAN WORKSHOP PADA PROYEK DI CIREBON

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

BAB II STUDI PUSTAKA

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

ANALISIS KOLOM BAJA WF MENURUT TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG ( SNI ) MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL 2002

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

ANALISIS SAMBUNGAN ANTARA RIGID CONNECTION DAN SEMI-RIGID CONNECTION PADA SAMBUNGAN BALOK DAN KOLOM PORTAL BAJA

PENGARUH KELANGSINGAN PORTAL BAJA TERHADAP EFEKTIVITAS DAM (DIRECT ANALYSIS METHOD) DIBANDING METODE LAMA (KL/R) (027S)

KOMPUTERISASI SAMBUNGAN LAS YANG MEMIKUL MOMEN SEBIDANG DENGAN METODE KEKUATAN BATAS BERDASARKAN SPESIFIKASI AISC LRFD 1999

Soal 2. b) Beban hidup : beban merata, w L = 45 kn/m beban terpusat, P L3 = 135 kn P1 P2 P3. B C D 3,8 m 3,8 m 3,8 m 3,8 m

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERHITUNGAN IKATAN ANGIN (TIE ROD BRACING )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA ATAP BAJA CANAI DINGIN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Struktur Baja 2. Kolom

PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BALOK KOLOM DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI

BAB IV ANALISA & HASIL PERANCANGAN. Bab ini menjelaskan mengenai Perancangan dan Perhitungan struktur atas

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

ELEMEN STRUKTUR TARIK

PERHITUNGAN BALOK DENGAN PENGAKU BADAN

Era Baru Perancangan Struktur Baja Berbasis Komputer Memakai Direct Analysis Method (AISC 2010)

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

STUDI KOMPARASI STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL WF TERHADAP PROFIL HSS PADA KOLOM STRUKTUR

DAFTAR NOTASI. = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balok-kolom (mm²) = Luas penampang tiang pancang (mm²)

PENGEMBANGAN SPREADSHEET UNTUK PERHITUNGAN KAPASITAS BAJA CANAI DINGIN DENGAN PENGAKU BERDASARKAN SNI 7971:2013

ABSTRAK. Kata Kunci : Gedung Parkir, Struktur Baja, Dek Baja Gelombang

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

MODUL STRUKTUR BAJA II 4 BATANG TEKAN METODE ASD

BAB II DASAR TEORI. baja yang dipakai adalah Baja Karbon (Carbon Steel) dengan sebutan Baja ASTM

harus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

h 2 h 1 PERHITUNGAN KOLOM LENTUR DUA ARAH (BIAXIAL ) A. DATA BAHAN B. DATA PROFIL BAJA C. DATA KOLOM KOLOM PADA PORTAL BANGUNAN

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

PENGGUNAAN SPREADSHEET DALAM MENENTUKAN KAPASITAS PROFIL BAJA CANAI DINGIN BERDASARKAN SNI 7971:2013

BAB 1 PENDAHULUAN. perhitungan analisis struktur akan dihasilkan gaya-gaya dalam dari struktur baja

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

KATA PENGANTAR. telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya kepada penulis, karena dengan seizin-

PERENCANAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN BERDASARKAN SNI 7971 : 2013 IMMANIAR F. SINAGA. Ir. Sanci Barus, M.T.

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut McComac dan Nelson dalam bukunya yang berjudul Structural

KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.

ANALISIS STABILITAS STRUKTUR BAJA DENGAN PROGRAM MASTAN2

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

ANALISIS CELLULAR BEAM DENGAN METODE PENDEKATAN DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM ANSYS TUGAS AKHIR. Anton Wijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL BIASA DAN PROFIL KASTELA PADA PROYEK GEDUNG PGN DI SURABAYA.

Jenis las Jenis las yang ditentukan dalam peraturan ini adalah las tumpul, sudut, pengisi, atau tersusun.

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

Sambungan diperlukan jika

Komponen Struktur Tarik

EVALUASI STRESS RATIO DENGAN METODE PANJANG EFEKTIF DAN METODE PERENCANAAN LANGSUNG PADA PORTAL GABLE

DESAIN BATANG TEKAN PROFIL C GANDA BERPELAT KOPEL

Pengenalan SNI 1729:2015. Bambang Suryoatmono Pelatihan Kompetensi MSTB JTSL FT UGM Magelang 18 November 2015

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tekan Pertemuan - 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka (framed structure), di mana elemen elemennya kemungkinan

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

MODUL 4 STRUKTUR BAJA 1. S e s i 1 Batang Tekan (Compression Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB 1 PENDAHULUAN...1

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Balok Lentur Pertemuan - 6

KAJIAN STRESS RATIO PADA DIRECT ANALYSIS METHOD DAN EFFECTIVE LENGTH METHOD SESUAI DENGAN AISC 2010

TUGAS AKHIR PERANCANGAN BANGUNAN KUBAH (DOME) MENGGUNAKAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BATANG BAJA (TRUSS STRUCTURE)

Universitas Sumatera Utara

PENGEMBANGAN TABEL BAJA UNTUK PROFIL GANDA SEBAGAI ALAT BANTU DESAIN KOMPONEN STRUKTUR BAJA

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

PERANCANGAN STRUKTUR KUBAH GEODESIK BAJA SEBAGAI HUNIAN SEMI PERMANEN KORBAN BENCANA ALAM. Oleh : CHRISTIANTO CHANDRA KUSUMA NPM :

STRUKTUR BAJA 1 KONSTRUKSI BAJA 1

ALAT BANTU DESAIN INTERAKTIF ELEMEN STRUKTUR BAJA

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

PERHITUNGAN BEBAN DAN TEGANGAN KRITIS PADA KOLOM KOMPOSIT BAJA - BETON

ANALISIS TINGGI LUBANG BAJA KASTILASI DENGAN PENGAKU BADAN PADA PROFIL BAJA IWF 500 X 200

PERBANDINGAN STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN STRUKTUR BAJA DARI ELEMEN BALOK KOLOM DITINJAU DARI SEGI BIAYA PADA BANGUNAN RUMAH TOKO 3 LANTAI

xxv = Kekuatan momen nominal untuk lentur terhadap sumbu y untuk aksial tekan yang nol = Momen puntir arah y

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODE PERANCANGAN

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

A. IDEALISASI STRUKTUR RANGKA ATAP (TRUSS)

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Eksentrisitas dari pembebanan tekan pada kolom atau telapak pondasi

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

Transkripsi:

PERENCANAAN ELEMEN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN SNI 1729:2015 Fendy Phiegiarto 1, Julio Esra Tjanniadi 2, Hasan Santoso 3, Ima Muljati 4 ABSTRAK : Peraturan untuk perencanaan stuktur baja di Indonesia saat ini masih menggunakan SNI 03-1729-2002 yang cukup tertinggal dibanding mancanegara. Peraturan SNI yang terbaru telah dipublikasikan yaitu SNI 1729:2015 yang mengacu kepada AISC 2010. Pada SNI 1729:2015, terdapat metode desain yang baru yaitu Direct Analysis Method (DAM) sebagai alternatif dari Effective Length Method (ELM) yang telah digunakan selama ini. Dengan adanya SNI 1729:2015 yang akan digunakan sebagai peraturan di masa yang akan datang, maka dibutuhkan panduan desain sehingga masyarakat mudah untuk menerapkannya. Tujuan dari tugas akhir ini adalah membuat contoh-contoh perhitungan elemen yang menerima tarik, tekan, lentur, geser, kombinasi gaya dan torsi, sambungan, dan membandingkan penerapan Direct Analysis Method (DAM) dan Effective Length Method (ELM) pada struktur sederhana 2D secara LRFD berdasarkan SNI 1729:2015. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman bagi perencana untuk mendesain suatu struktur baja berdasarkan SNI 1729:2015. KATA KUNCI : SNI 1729:2015, Direct Analysis Method, Effective Length Method 1. PENDAHULUAN Saat ini, SNI 03-1729-2002 mengenai Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung masih digunakan di Indonesia. Ini membuat peraturan SNI baja relatif tertinggal dibandingkan dari mancanegara. Peraturan SNI yang terbaru telah dipublikasikan yaitu SNI 1729:2015 yang mengacu kepada AISC 2010. Dalam SNI 1729:2015, terdapat metode desain yang baru yaitu Direct Analysis Method (DAM) sebagai alternatif dari Effective Length Method (ELM) yang telah digunakan selama ini. SNI 1729:2015 ini merupakan peraturan yang baru dalam perencanaan struktur baja dan belum ada contoh-contoh desain, sehingga untuk aplikasinya diperlukan panduan desain agar dapat diterapkan untuk masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan memberikan contoh-contoh aplikasi desain elemen struktur baja serta membandingkan penerapan Direct Analysis Method (DAM) dan Effective Length Method (ELM) pada struktur sederhana 2D secara LRFD berdasarkan SNI 1729:2015. Contoh-contoh perhitungan elemen struktur baja dapat dilihat pada Phiegiarto dan Tjanniadi (2015). Makalah ini hanya memberikan ringkasan pasal-pasal yang berubah dalam SNI 1729:2015 dibandingkan SNI sebelumnya. 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, fendyphie@ymail.com 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, julio_esra@yahoo.com 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Krsiten Petra, hasan@petra.ac.id 4 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, imuljati@petra.ac.id 1

2. PEMBAHASAN Dilakukan proses identifikasi antara SNI 03-1729-2002 yang memiliki perbedaan dengan SNI 1729:2015. Proses perbandingan akan terbatas pada bab-bab yang dibahas pada SNI 03-1729-2002 dan SNI 1729:2015, serta pada pasal-pasal dimana SNI 03-1729-2002 tidak membahas namun SNI 1729:2015 membahas pasal tersebut, diantaranya yaitu : 1) Load and Resistance Factor Design (LRFD) Pada kedua peraturan menggunakan rumus yang sama, yaitu: R u ϕr n (SNI 1729:2015 B3-1) R u = kekuatan perlu menggunakan kombinasi beban LRFD R n = kekuatan nominal ϕ = faktor ketahanan ϕr n = kekuatan desain 2) Desain Komponen Struktur untuk Tarik Pada kedua peraturan untuk menghitung kekuatan tarik nominal (P n) menggunakan rumus dan faktor ketahanan (ϕ t) yang sama. Untuk menghitung luas penampang bersih, terdapat perubahan ketentuan seperti yang terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Luas Penampang Bersih 1. Pasal 17.3.6 Diameter nominal dari suatu lubang yang sudah jadi, harus 2 mm lebih besar dari Pasal B4.3b Dalam penghitungan luas neto untuk tarik dan geser, lebar lubang baut harus diambil diameter nominal baut untuk suatu baut yang sebesar 1 16 in. (2 mm) lebih besar dari diameternya tidak melebihi 24 mm, dan dimensi nominal dari lubang. maksimum 3 mm lebih besar untuk baut dengan diameter lebih besar, kecuali untuk lubang pada pelat landas. 3) Desain Komponen Struktur untuk Tekan Pada kedua peraturan untuk menghitung kekuatan tekan nominal (P n) menggunakan rumus yang sama. Akan tetapi, pada perhitungan tegangan kritis (F cr) terdapat perubahan ketentuan dan faktor ketahanannya (ϕ c) berbeda seperti yang terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Tegangan Kritis (Fcr) dan Faktor Ketahanan (ϕc) 1. Pasal 7.6.2 Pasal E3, E4, dan E7 Untuk penampang yang mempunyai Komponen Struktur Tanpa Elemen perbandingan lebar terhadap tebalnya lebih Langsing kecil daripada nilai λ r pada Tabel 7.5-1, maka kekuatan tekan nominal sebagai berikut : ϕ c Tekuk Lentur = 0.90 λ c = 1 π L k r f y E F cr = f y ω ϕ c = 0.85 (SNI 03-1729-2002 7.6-2) (SNI 03-1729-2002 7.6-4) untuk λ c < 0.25 maka ω = 1 (SNI 03-1729-2002 7.6-5a) Tegangan kritis, F cr, yang ditentukan sebagai berikut : (a) Bila KL r 4.71 E F y (atau F y F e 2.25) F cr = [0.658 Fy Fe]F y (SNI 1729:2015 E3-2 ) 2

Tabel 2. Perbandingan Tegangan Kritis (Fcr) dan Faktor Ketahanan (ϕc) (Sambungan) 1.43 untuk 0.25 < λ c < 1.2 maka ω = 1.6 0.67λ c (b) Bila KL > 4.71 E (atau F y > 2.25) r F y F e (SNI 03-1729-2002 7.6-5b) 2 F untuk λ c 1.2 maka ω = 1.25λ cr = 0.877F e (SNI 1729:2015 E3-3) c (SNI 03-1729-2002 7.6-5c) λ c = parameter kelangsingan kolom L k = k cl k c = faktor panjang tekuk, ditetapkan sesuai dengan Pasal 7.6.3 f y = tegangan leleh material, MPa L = panjang teoritis kolom, mm Untuk penampang yang mempunyai perbandingan lebar terhadap tebalnya lebih besar daripada nilai λ r pada Tabel 7.5-1, maka analisis kekuatan dan kekakuannya dilakukan secara tersendiri dengan mengacu pada metode-metode analisis yang rasional. F e = tegangan tekuk kritis elastis yang ditentukan sesuai dengan Persamaan E3-4, ksi (MPa) F e = π2 E (SNI 1729:2015 E3-4) ( KL r )2 Tekuk Torsi dan Tekuk Torsi-Lentur dari Komponen Struktur Tanpa Elemen Langsing Tegangan efektif, F cr, dijelaskan pada Pasal E7. Komponen Struktur dengan Elemen Langsing Tegangan kritis, F cr, akan ditentukan sebagai berikut : (a) Bila KL r 4.71 E QF y (atau QF y F e 2.25) QFy F cr = Q[0.658 Fe ] F y (b) Bila KL r F cr = 0.877F e (SNI 1729:2015 E7-2) E > 4.71 (atau QF y > 2.25) QFy F e (SNI 1729:2015 E7-3) F e = tegangan tekuk elastis, dihitung dengan menggunakan Persamaan E3-4 untuk komponen struktur simetris ganda, ksi (MPa) Q = faktor reduksi bersih yang meng-hitung untuk semua elemen tekan langsing; = 1.0 untuk komponen struktur tanpa elemen langsing untuk elemen dalam tekan merata = Q sq a untuk komponen struktur dengan penampang elemen langsing untuk elemen dalam tekan merata. Faktor reduksi, Q s, untuk elemen langsing tidak diperkaku dijelaskan pada Pasal E7.1. Faktor reduksi, Q a, untuk elemen diperkaku langsing dijelaskan pada Pasal E7.2. 4) Desain Komponen Struktur untuk Lentur Untuk menghitung kekuatan lentur nominal (M n), terdapat perubahan ketentuan seperti yang terlihat pada Tabel 3. 3

Tabel 3. Perbandingan Kekuatan Lentur Nominal (Mn) 1. Kekuatan lentur nominal (M n) dihitung dengan rumus yang selalu sama untuk semua jenis profil berdasarkan tekuk lokal (penampang kompak, tidak kompak, dan langsing) dan tekuk lateral (panjang bentang). Kekuatan lentur nominal (M n) sudah dibagibagi per pasal tergantung pada jenis profil (profil I, siku, kanal, HSS) dan kekompakan profil (kompak, tidak kompak, langsing). Pada kedua peraturan, faktor ketahanan (ϕ b) yang digunakan sama. Untuk perhitungan faktor modifikasi tekuk torsi-lateral (C b) pada komponen struktur simetris tunggal dan simetris ganda, kedua peraturan menggunakan rumus yang sama akan tetapi pada SNI 1729:2015 tidak ada lagi batasan untuk hasil perhitungan C b. 5) Desain Komponen Struktur untuk Geser Pada kedua peraturan, untuk menghitung kekuatan geser nominal (V n) dan faktor ketahanan (ϕ v) sama. Akan tetapi, pada SNI 1729:2015 terdapat ketentuan tambahan pada C v yaitu : Untuk badan komponen struktur profil I canai panas dengan h 2.24 E : t w F y ϕ v = 1.00 C v = 1.0 (SNI 1729:2015 G2-2) A w = luas dari badan, tinggi keseluruhan dikalikan dengan ketebalan badan, dt w, in. 2 (mm 2 ) C v = koefisien geser badan 6) Desain Komponen Struktur Untuk Kombinasi Gaya dan Torsi Pada kedua peraturan untuk menghitung interaksi pada komponen struktur simetris ganda dan tunggal yang menahan lentur dan gaya aksial menggunakan rumus yang sama. Akan tetapi, pada SNI 1729:2015 terdapat ketentuan tambahan yaitu HSS yang menahan kombinasi gaya torsi, geser, lentur, dan aksial yang tidak terdapat pada SNI 03-1729-2002. 7) Desain Sambungan Untuk menghitung desain sambungan las dan baut, terdapat perubahan ketentuan seperti yang terlihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4. Perbandingan Desain Sambungan Las 1. Pada desain sambungan las tumpul, untuk Pada desain sambungan las tumpul, untuk menghitung kekuatan desain (ϕr n) terbatas menghitung kekuatan desain (ϕr n) diperjelas pada jenis gaya yang terjadi yaitu akibat gaya dengan disediakan pada Tabel J2.5. normal dan akibat gaya geser. 2. Pada desain sambungan las sudut, untuk menghitung kekuatan desain (ϕr n) menurut Pasal 13.5.3.10 : ϕ fr nw = 0.75t t(0.6f uw) (las) (SNI 03-1729-2002 13.5-3a) ϕ fr nw = 0.75t t(0.6f u) (bahan dasar) (SNI 03-1729-2002 13.5-3b) ϕ f = faktor reduksi kekuatan saat fraktur (0.75) f uw = tegangan tarik putus logam las, MPa Pada desain sambungan las sudut, untuk menghitung kekuatan desain (ϕr n) menurut Pasal J2.4 : R n = F nwa we (SNI 1729:2015 J2-4) ϕ = 0.75 F nw = 0.60F EXX(1.0 + 0.50 sin 1,5 θ) (SNI 1729:2015 J2-5) F EXX = kekuatan klasifikasi logam pengisi, ksi (MPa) 4

Tabel 4. Perbandingan Desain Sambungan Las (Sambungan) f u = tegangan tarik putus bahan dasar, MPa θ = sudut pembebanan yang diukur dari t t = tebal rencana las, mm sumbu longitudinal las, derajat 3. Ukuran minimum las sudut ditentukan dari tebal bagian paling tebal yang tersambung. Ukuran minimum las sudut ditentukan dari tebal bagian paling tipis yang tersambung. Tabel 5. Perbandingan Desain Sambungan Baut 1. Pada desain sambungan baut, untuk menghitung kekuatan geser dan tarik desain (ϕr n) menggunakan rumus yang berbeda. Baut dalam geser menurut Pasal 13.2.2.1 : V d = ϕ fv n = ϕ f r 1 f b u A b (SNI 03-1729-2002 13.2-2) menurut Pasal J3.6 : R n = F na b ϕ = 0.75 Baut dalam tarik menurut Pasal 13.2.2.2 : T d = ϕ ft n = ϕ f 0.75 f b u A b (SNI 03-1729-2002 13.2-3) r 1 = 0.5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser r 1 = 0.4 untuk baut dengan ulir pada bidang geser ϕ f = 0.75 adalah faktor reduksi kekuatan untuk fraktur f u b = tegangan tarik putus baut A b = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir Pada desain sambungan baut, untuk menghitung kekuatan geser dan tarik desain menggunakan rumus yang sama (ϕr n) (SNI 1729:2015 J3-1) A b = luas tubuh baut tidak berulir nominal atau bagian berulir, in. 2 (mm 2 ) F n = tegangan tarik nominal, F nt, atau tegangan geser, F nw dari Tabel J3.2, ksi (MPa) 2. Pada desain sambungan baut, untuk menghitung kombinasi gaya tarik dan geser dalam sambungan tipe tumpuan menurut Pasal 13.2.2.3 : f uv = V u na b r 1ϕ f f u b m (SNI 03-1729-2002 13.2-4) T d = ϕ ft n = ϕ f f t A b T u n (SNI 03-1729-2002 13.2-5) f t r 2f uv f 2 (SNI 03-1729-2002 13.2-6) n = jumlah baut m = jumlah bidang geser untuk baut mutu tinggi : f 1 = 807 MPa, f 2 = 621 MPa r 2 = 1.9 untuk baut dengan ulir pada bidang geser r 2 = 1.5 untuk baut tanpa ulir pada bidang geser untuk baut mutu normal : f 1 = 410 MPa, f 2 = 310 MPa r 2 = 1.9 3. Ukuran jarak tepi minimum baut ditentukan dari tepi dipotong dengan tangan, mesin, atau bukan hasil potongan. Pada desain sambungan baut, untuk menghitung kombinasi gaya tarik dan geser dalam sambungan tipe tumpuan menurut Pasal J3.7 : R n = F nta b (SNI 1729:2015 J3-2) ϕ = 0.75 F nt = tegangan tarik nominal yang dimodifikasi mencakup efek tegangan geser, ksi (MPa) F nt = 1.3F nt - F nt f rv F nt φf nv (SNI 1729:2015 J3-3a) F nt = tegangan tarik nominal dari Tabel J3.2, ksi (MPa) = tegangan geser dari Tabel J3.2, F nv f rv ksi (MPa) = tegangan geser yang diperlukan menggunakan kombinasi beban, ksi (MPa) Ukuran jarak tepi minimum baut ditentukan diameter baut pada Tabel J3.4M. 5

8) Desain Stabilitas Effective Length Method (ELM) adalah metode yang digunakan untuk memperhitungkan pengaruh portal keseluruhan melalui perilaku kolom secara individu (Ivanfebraja dan Teruna, 2012). Pada SNI 03-1729-2002, pengaruh P-Δ dihitung dengan analisis orde pertama. Untuk memperhitungkan efek orde kedua, struktur dianalisis menjadi struktur bergoyang dan tidak bergoyang (Setiady, Kusumastuti, dan Ediansjah, 2012). Nilai G suatu komponen struktur pada rangka portal dapat ditentukan sebagai berikut : G = (I L ) c ( I L ) b (SNI 03-1729-2002 7.6-6) I c = momen inersia kolom (mm 4 ) L c = panjang kolom (mm) I b = momen inersia balok (mm 4 ) L b = panjang balok (mm) Direct Analysis Method (DAM) adalah metode yang digunakan untuk mengatasi keterbatasan analisis struktur elastik yang tidak bisa memperhitungkan stabilitas secara langsung (Ivanfebraja dan Teruna, 2012). Pengaruh dari efek orde kedua sudah diperhitungkan secara langsung sewaktu analisis struktur. Pembebanan pada struktur dapat ditentukan lebih teliti karena pengaruh ketidaksempurnaan geometri dan reduksi kekakuan telah diperhitungkan selama proses analisis struktur (Dewobroto, 2011). Ketidaksempurnaan geometri dapat diperhitungkan melalui penggunaan beban notional. Sedangkan efek inelastisitas diakomodasi dengan melakukan reduksi kekakuan pada komponen struktur. Metode DAM ini tidak membutuhkan perhitungan faktor-k (k = 1) dalam menghitung kuat rencana tekan komponen (Setiady, Kusumastuti, dan Ediansjah, 2012). Beban notional (N i) diperhitungkan bedasarkan beban gravitasi (Y i) yang bekerja pada tiap tingkat dari struktur. Besarnya beban notional ini dapat dihitung sebagai berikut : N i = 0.002αY i (SNI 1729:2015 C2-1) α = 1.0 N i = beban notional yang digunakan pada level i, kips (N) Y i = beban gravitasi yang digunakan pada level i dari kombinasi beban, yang sesuai, kips (N) Nilai faktor penambah, τ b, ditentukan sebagai berikut : (a) Bila αp r/p y 0.5 τ b = 1.0 (SNI 1729:2015 C2-2a) (b) Bila αp r/p y > 0.5 τ b = 4(αP r/ P y)[1- αp r/ P y] (SNI 1729:2015 C2-2b) α = 1.0 P r = kekuatan tekan aksial perlu yang menggunakan kombinasi beban P y = kekuatan leleh aksial (= F ya g), kips (N) Untuk membandingkan metode antara ELM dengan DAM, maka dibuat penelitian pada struktur sederhana 2D dengan dengan panjang bentang 5 m dan tinggi 3 m yang memikul beban merata vertikal : q D = 20 kn/m dan q L = 40 kn/m, serta beban merata horizontal : q W = 5 kn/m. Gambar 1 menunjukkan beban-beban untuk analisis ELM sedangkan Gambar 2 menunjukkan beban-beban untuk analisis DAM. Balok menggunakan profil WF 400.200.8.13 dan kolom menggunakan profil WF 450.200.9.14. Diperiksa apakah kolom BD mampu menahan beban tersebut dengan membandingkan cara Effective Length Method dan Direct Analysis Method. (F y = 240 MPa dan F u = 370 Mpa). 6

Pada perhitungan kuat struktur nominal, baik digunakan analisis struktur dengan cara Effective Length Method (ELM) maupun Direct Analysis Method (DAM) tetap memakai prosedur seperti biasa seperti yang tertera di atas dari desain komponen struktur untuk tekan sampai desain komponen struktur untuk kombinasi gaya dan torsi. Kecuali pada kelangsingan batang (KL/r) untuk Direct Analysis Method (DAM) diambil K = 1 serta pada analisis struktur dimasukan beban nominal yang sudah dihitung. Gambar 3 dan Gambar 4 menunjukkan diagram momen hasil analisis sedangkan Gambar 5 dan Gambar 6 menunjukkan gaya reaksi perletakan hasil analisis. Gambar 1. Model Pembebanan untuk Analisis ELM Gambar 2. Model Pembebanan untuk Analisis DAM Gambar 3. Diagram Momen ELM Hasil Analisis dengan SAP2000 Gambar 4. Diagram Momen DAM Hasil Analisis dengan SAP2000 Gambar 5. Gaya Reaksi Perletakan ELM Hasil Analisis dengan SAP2000 Gambar 6. Gaya Reaksi Perletakan DAM Hasil Analisis dengan SAP2000 7

Pada akhir perhitungan, diperoleh interaksi : Cara Effective Length Method (ELM) P r + 8 P c 9 (M rx + M ry ) 1.0 M cx M cy 167.34 + 8 670.30 9 (121.39 362.93 + 0) 1.0 0.250 + 8 (0.334 + 0) 1.0 9 0.547 1.0 (OK) Cara Direct Analysis Method (DAM) P r + ( M rx + M ry ) 1.0 2P c M cx M cy 224.26 + 2 x 1792.85 (151.52 362.93 + 0) 1.0 0.063 + (0.417 + 0) 1.0 0.480 1.0 (OK 3. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan : 1) Secara umum, peraturan SNI 03-1729-2002 dan SNI 1729:2015 memiliki banyak perbedaan terutama pada desain komponen struktur untuk tekan, lentur, dan sambungan. Selain itu, terdapat metode desain baru pada SNI 1729:2015 yaitu Direct Analysis Method (DAM). 2) Perbedaan rasio kuat kolom antara ELM dan DAM adalah 6.7 %. Ini menunjukkan bahwa rancangan kolom dengan cara DAM menghasilkan kapasitas profil yang lebih besar dibandingkan rancangan kolom dengan cara ELM sehingga profil yang digunakan dapat lebih hemat. 4. DAFTAR REFERENSI American Institute of Steel Construction. (2010). ANSI/AISC 360-10: An American National Standard: Spesification for Structural Steel Buildings, Chicago, Illinois. Badan Standarisasi Nasional. (2015). Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural: SNI 1729:2015, Jakarta, Indonesia. Departemen Pekerjaan Umum. (2002). Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung: SNI 03-1729-2002, Jakarta, Indonesia. Dewobroto, W. (2011). Era Baru Perancangan Struktur Baja Berbasis Komputer Memakai Direct Analysis Method (AISC 2010). Seminar Nasional HAKI, Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, 26-27 Juli 2011. Ivanfebraja dan Teruna, D. R. (2012). Kajian Stress Ratio pada Direct Analysis Method dan Effective Length Method Sesuai dengan AISC 2010. Paper, Universitas Sumatera Utara, Medan. Phiegiarto, F. dan Tjanniadi, J.E. (2015). Perencanaan Elemen Struktur Baja Berdasarkan SNI 1729:2015. Skripsi, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Setiady, F., Kusumastuti, D. dan Ediansjah. (2012). Evaluasi Pengunaan Metode SNI-2002 dan Direct Analysis Method dengan Advanced Analysis dalam Analisis Efek Orde Kedua. Paper, Institut Teknologi Bandung, Bandung. 8