penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan

dokumen-dokumen yang mirip
Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

1.1 Latar Belakang Hasalah

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

DAMPAK PERKEMBANGAN INDUSTRI BESAR TERHADAP SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN TEMANGGUNG TUGAS AKHIR. Oleh: RIZKI OKTARINDA L2D

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

Sektor Sektor Pertanian

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

INDUSTRI.

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Dalarn rangka pernbangunan bidang ekonomi, sektor pertanian sangat

DAMPRK PENGEMBANGAN SEKTOW INDUSTRl PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYWH KAB. DATl I1 BEKWSI: ANALISIS DERiVASl TEBEL INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

BAB VII PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bermakana. Peranansektor ini dalam menyerap tenaga kerja tetap menjadi yang

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

SISTEM AGRIBISNIS SUMARDJO. Departemen SOSEK-Faperta IPB. 1. Agribisnis Sebagai Suatu-Sistem

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

1. PENDAHULUAN Perkernbangan perturnbuhan perekonornian lndonesia kurang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR...

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Kata Kunci: investasi, sektor pertanian, input-output.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

I. PENDAHULUAN. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (self balance), ketidakseimbangan regional (disequilibrium), ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

dirnensi kehidupan terrnasuk sektor agribisnis akan sangat berpengaruh pada derajat persaingan pada tingkat lokal, wilayah dan nasional tetapi

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

Transkripsi:

RINGKASAN ANNA SITI NURDJANAH DASRIL. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Produksi Sektor Pertanian dalam Industrialisasi di Indonesia 1971-1990. (Di bawah bimbingan BUNGARAN SARAGIH sebagai ketua, MANGARA TAMBUNAN, NURIMANSYAH HASIBUAN, FAISAL KASRYNO dan BONAR M.SINAGA, masing-rnasing sebagai anggota). Pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi Indonesia sebagai akibat langsung dari proses industrialisasi, antara lain diukur dengan meningkatnya pangsa sektor industri dan menurunnya pangsa sektor pertanian dalarn PDB, kurang diirnbangi dengan perubahan struktur kesernpatan kerja. Keadaan ini tidak terlepas dari kebijaksanaan yang berlaku yaitu kebijaksanaan substitusi irnpor (1971-1985) dan orientasi ekspor (1985-1990). Peranan sektor pertanian cukup penting baik sebagai penghasil bahan rnakanan, bahan rnentah, dan devisa, maupun sebagai pasar bagi hasil industri dan kesempatan kerja. Untuk rnernaharni dan rnernperoleh garnbaran yang jelas tentang produksi sektor pertanian dalarn industrialisasi x

dilakukan dengan menganalisis sumber-sumber pertumbuhan dari sisi permintaan dan perubahan keterkaitan antar sektor baik dalarn periode kebijaksanaan substitusi impor maupun orientasi ekspor. Pembahasan meliputi pertumbuhan output, sumber-sumber perturnbuhan, keterkaitan antar sektor, perubahan struktur produksi sektor pertanian dalam periode 1971-1975, 1975-1980, 1980-1985, 1985-1990. Penelitian dilakukan dengan pendekatan struktural, dimana perubahan komponen permintaan rnerupakan penggerak bagi perturnbuhan dan perubahan struktur produksi. Kebijaksanaan pemerintah mempengaruhi pertumbuhan rnelalui perubahan struktur surnber-sumber pertumbuhan. Keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor bukan pertanian rnerupakan keterkaitan input maupun output dan perubahan teknologi. Oleh karena itu perubahan keterkaitan akan mempengaruhi perubahan permintaan dan alokasi sumber daya dan akhirnya rnempengaruhi pertumbuhan dan perubahan struktur produksi. Tabel Input-Output Indonesia klasifikasi 66 sektor merupakan model dan sekaligus data yang digunakan dalam penelitian ini. Data yang tersedia di Biro Pusat statistik yaitu tabel I-O tahun 1971, 1975, 1980 dan xi

1985. Untuk memperoleh perkiraan koefisien input tabel 1-0 tahun 1990 digunakan metode RAS. Metode dekomposisi sumber pertumbuhan digunakan untuk mengukur sumbangan sumber-sumber pertumbuhan yang terdiri atas permintaan dalam negeri, perdagangan internasional dan perubahan teknologi. Selanjutnya permintaan dalam negeri dirinci menjadi konsumsi swasta, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan stok, sedangkan perdagangan internasional dirinci menjadi substitusi impor dan perkembangan ekspor. Untuk mengukur keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor lain, baik keterkaitan ke depan maupun ke belakang digunakan matriks Leontief dan matriks kebalikan Leontief. Dalam periode kebijaksanaan substitusi impor pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami masa pertumbuhan tinggi (1971-1980) dan masa pertumbuhan rendah (1980-1985) disertai oleh pertumbuhan sektor pertanian yang relatif stabil. Dari tahun 1971 sampai dengan 1980, perubahan struktur produksi sektor pertanian diukur dengan pangsa subsektor pertanian dalam PDB relatif kecil. Mulai tahun 1985 terjadi perubahan pangsa subsektor pertanian yang ditunjukkan oleh meningkatnya pangsa subsektor peternakan dan perikanan. Dengan demikian telah terjadi perubahan struktur produksi rii

sektor pertanian yang mengarah ke subsektor yang permintaannya relatif lebih elastis. Sumber pertumbuhan sektor pertanian yang paling dominan adalah konsumsi swasta (KS) baik dalam periode 1971-1985 maupun dalam periode 1985-1990, akan tetapi dengan kecendrungan yang semakin menurun. Bagi sub sektor peternakan dan perikanan penurunan sumbangan KS dalam periode 1985-1990 diimbangi dengan peningkatan sumbangan perkembangan ekspor (EE) Pembentukan modal tetap (MT) relatif kecil sumbangannya dalam semua sub sektor dalam kedua periode tersebut, tetapi cenderung meningkat terutama pada sub sektor tamanan bahan makanan dan peternakan. Bagi sub sektor perkebunan dan kehutanan, disamping konsumsi swasta (KS), perkembangan ekspor (EE) memberikan sumbangan yang cukup berarti dalam kedua periode tersebut. Pembentukan modal tetap (MT) pada sub sektor perkebunan relatip kecil sumbangannya terhadap pertumbuhan, sedangkan pada sub sektor kehutanan memberikan sumbangan yang cukup berarti. Sumbangan perdagangan internasional terhadap pertumbuhan sektor pertanian tercermin dalam komponen substitusi impor (SI) dan perkembangan ekspor (EE). Dalam periode 1971-1985 sumbangan substitusi impor (SI) xiii

terhadap pertumbuhan semua sub sektor cenderung meningkat, keadaan ini menggarnbarkan bahwa kebijaksanaan substitusi impor (SI) cukup memacu sektor pertanian mengarah kepada swasembada. Dakam periode 1985-1990 terjadi peningkatan impor disemua sub sektor. Sumbangan perkembangan ekspor (EE) bagi pertumbuhan sub sektor perkebunan dan kehutanan cukup berarti, terutama dalam periode 1971-1980. Dalam periode 1985-1990 terjadi penurunan sumbangan (EE) bagi kedua sub sektor ini. perkembangan ekspor Hal ini antara lain disebabkan kebijaksanaan pernerintah tentang pembatasan ekspor minyak kelapa sawit dan kayu gelondongan. Sumbangan perubahan teknologi (PT) terhadap pertumbuhan sektor pertanian relatif kecil, kecuali bagi sub sektor tanaman bahan makanan dalarn periode 1971-1985, dalam periode tersebut dicapai swasembada beras. Keterkaitan ke belakang maupun ke depan sektor pertanian cenderung rneningkat walaupun masih lemah. Dalarn masa kebijaksanaan orientasi ekspor keterkaitan ke belakang rnaupun ke depan relatif lebih kuat daripada rnasa substitusi impor. Masih lemahnya keterkaitan ke depan merupakan indikasi belum terisinya industri pengolahan hasil pertanian yang lebih hilir. Multiplier kesempatan kerja di sektor pertanian sernakin menurun, xiv

hal ini menunjukkan produkstivitas tenaga kerja semakin meningkat. Penurunan multiplier kesempatan kerja paling tajam terjadi di sub sektor tanaman bahan makanan. Diduga di subsektor ini terdapat pengangguran tak kentara yang cukup besar pada masa yang lalu. Meningkatnya pertumbuhan sub sektor dalam lingkup sektor pertanian kurang merangsang sektor bukan pertanian untuk berkembang melalui transaksi domestik, oleh karena masih terdapat ketergantungan kepada komponen impor bagi sektor bukan pertanian. Hal ini terlihat dari impor bahan baku yang cukup besar. Keadaan ini menunjukkan bahwa periode kebijaksanaan substitusi impor kurang mencerminkan periode persiapan memperkuat perekonomian dalam negeri untuk mampu bersaing di pasar internasional. Tingkat pertumbuhan sektor industri relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sektor pertanian dalam kedua periode tersebut. Dihubungkan dengan sumber-sumber pertumbuhan di kedua sektor ini ternyata pertumbuhan sektor pertanian didominasi oleh konsumsi swasta (KS), sedangkan sektor industri didominasi oleh empat sumber perturnbuhan yang relatif sama kuat yaitu konsumsi swasta (KS), pembentukan modal tetap (MT), perkembangan ekspor (EE) dan perubahan teknologi (PT).

Walaupun kecenderungan divesrsifikasi ekspor komoditi pertanian kurang berarti, akan tetapi diversifikasi ekspor hasil industri non migas berkembang cepat mulai tahun 1980, terutama industri pengolahan hasil pertanian. Industri pengolahan hasil pertanian berpotensi untuk dikembangkan dalam menarik peranan pertanian dalam industrialisasi, karena beberapa aspek yang menguntungkan sektor pertanian yaitu tenaga kerja, pasar bagi komoditi pertanian, kemampuan ekspor, impor yang relatif kecil. Dikemukakan implikasi kebijaksanaan sebagai berikut: Perubahan struktur produksi sektor pertanian dalam proses industrialisasi kurang berarti. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan sektor pertanian yang semula cepat kemudian melamban. Walaupun demikian terjadi suatu fenomena kesenjangan kesempatan kerja, nilai tambah, investasi dan perubahan teknologi. Oleh karena itu kebijaksanaan yang mendesak di masa yang akan datang adalah lebih menajamkan sasaran pembangunan kepada peningkatan investasi dan perubahan teknologi di sektor pertanian. Analisis terhadap aspek keterkaitan antara industri pengolahan hasil pertanian dengan sektor pertanian, penyerapan tenaga kerja, potensi dalam pengembangan xvi

perdagangan internasional, industri pengolahan hasil pertanian dapat diandalkan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Mengingat bahwa sumber pertumbuhan utama sektor pertanian maupun industri pengolahan hasil pertanian didominasi oleh konsumsi swasta (KS), maka nampak bahwa pertumbuhan ekonomi dihela oleh permintaan, sedangkan permintaan ditentukan oleh pendapatan. peningkatan pandapatan dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengembangkan industri di pedesaan dan pengolahan industri hasil pertanian. Untuk mengurangi kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja, perlu mendorong pertumbuhan industri pengolahan hasil pertanian. Kebijaksanaan substitusi impor disatu pihak mengakibatkan harga input sektor pertanian relatif mahal, dilain pihak harga output sektor pertanian menjadi relatif murah, sehingga nilai tukar petani cenderung turun. Keadaan ini secara lang sung dan tidak langsung memperlambat investasi yang berakibat memperlambat pertumbuhan sektor pertanian. Oleh karena itu kebijaksanaan pasca substitusi impor selayaknya adalah deregulasi di sektor pertanian yang serempak xvii

dengan sektor-sektor lain yang berkaitan dengan sektor pertanian. Kebijaksanaan untuk mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian yang lebih hilir seyogyanya berorientasi kepada pasar domestik maupun internasional. Diperlukan adanya kebijaksanaan yang mendorong usaha atau kegiatan di luar sektor pertanian yang lebih padat karya, yaitu industri pengolahan hasil pertanian di daerah pedesaan. Untuk menarik industri pengolahan hasil pertanian berada di pedesaan. Daerah pedesaan harus dilengkapi dengan prasarana yang memadai, meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan pertanian yang cenderung menyempit berkaitan dengan perubahan teknologi. Perubahan teknologi dihadapkan kepada permintaan yang inelastis akan menekan harga. 01eh karena itu perubahan teknologi diarahkan kepada komoditi atau sub sektor dimana permintaannya lebih elastis, bila mungkin yang berorientasi ke pasar internasional. xvi.ii