PERAN DAN POLA KERJASAMA. SAING INDUSTRI DAERAH[ Tulus Tambunan Kadin Indonesia, 2008

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN DAN POLA KERJASAMA KADIN DALAM PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI DAERAH 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia, 2008

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Visi 2030 & Roadmap 2010 Industri Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi

BAHAN KULIAH DAN TUGAS

MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

Menggenjot UMKM dan Pasar Domestik Sebagai Tantangan di MEA Oleh: Mauled Moelyono 2

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PROGRAM KERJA 2009 & RENCANA KERJA 2010 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PEREKONOMIAN INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertekstilan merupakan industri yang cukup banyak. menghasilkan devisa bagi negara. Tahun 2003 devisa ekspor yang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERDAGANGAN

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB 22 PENINGKATAN KEMAMPUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

PENGEMBANGAN CLUSTER EKONOMI DI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI PERSIAPAN PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

POINTERS MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Dialog Energi Media Indonesia Indonesia & Diversifikasi Energi Menentukan Kebijakan Energi Indonesia 14 April 2015

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

PEMBINAAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH MELALUI PENERAPAN STANDAR NASIONAL INDONESIA. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Analisis Perkembangan Industri

Ringkasan Bahan Menteri Perindustrian Pada Seminar Menumbuhkan Ekonomi Kerakyatan untuk Memenangkan MEA I. Gambaran Umum Industri Kecil dan Menengah

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Kebijakan Pengembangan SDM, Iptek dan Budaya Maritim dalam Mendukung Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA BREAKFAST MEETING PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI NASIONAL JUMAT, 10 JUNI 2011

REVIEW PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh bidang konstruksi pada suatu negara cukup besar. Bidang

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

PIDATO UTAMA MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA

PERAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DALAM MENDORONG INOVASI PRODUK DI INDUSTRI PULP DAN KERTAS

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

Uraian Diskusi Keadilan Ekonomi IGJ Edisi April/I/2018

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CAPAIAN KINERJA PERDAGANGAN 2015 & PROYEKSI 2016

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

IV.C.6. Urusan Pilihan Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI MANUFAKTUR Sekilas Tentang Perusahaan Manufaktur

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

MEMBANGUN INDUSTRI YANG UTUH & MANDIRI. Oleh: Djoko Santoso (Rektor Institut Teknologi Bandung)

SAMBUTAN Pada Acara FORUM EKONOMI JAWA BARAT. Bandung, 8 Juni 2013

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

Kursus pelatihan untuk pembuat kebijakan tentang produktivitas dan kondisi kerja UKM RENCANA AKSI STRATEGIS ASEAN UNTUK PENGEMBANGAN UKM

Transkripsi:

PERAN DAN POLA KERJASAMA KADIN DALAM PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI DAERAH[ Tulus Tambunan Kadin Indonesia, 2008

Visi 2030 dan Roadmap 2010 Kadin mengenai Industri Nasional (1) Empat klaster industri unggulan pendongkrak pertumbuhan ekonomi di atas 7%: - industri tekstil dan produk tekstil (TPT), sepatu dan alas kaki -industri elektronika dan komponen elektronika -industri i otomotif tif dan komponen otomotif tif -industri perkapalan (2) Tiga klaster industri unggulan peningkatan daya tarik investasi dan daya saing bangsa -industri pengembang infrastruktur, seperti: industri pembangkit sumber energi, industri telekomunikasi, pengembang jalan tol, konstruksi, k industri i semen, baja dan keramik -industri barang modal dan mesin perkakas -industri petrokimia hulu/antara, termasuk industri pupuk

(3) Tiga klaster industri unggulan penggerak penciptaan lapangan kerja dan penurunan jumlah orang miskin: -industri pengolahan hasil laut & kemaritiman -industri pengolahan hasil pertanian, peternakan, kehutanan dan perkebunan, termasuk industri i makanan dan minuman -industri berbasis tradisi dan budaya, utamanya industri Jamu, kerajinan kulit-rotan dan kayu (permebelan), rokok kretek, batik dan tenun ikat

Peran Kadin Pasal 7 (bab IV) mengenai fungsi dan kegiatan, khususnya butir-butir berikut ini: (a)penyampaian informasi i mengenai permasalahan dan perkembangan perekonomian dunia, yang dapat berpengaruh terhadap kehidupan ekonomin dan dunia usaha nasional, kepada pemerintah dan para pengusaha; (b) penyaluran aspirasi i dan kepentingan para pengusaha di bidang perdagangan, perindustrian, dan jasa dalam rangka keikutsertaannya dalam pembangunan di bidang ekonomi; dan (c) penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan kegiatan-kegiatan lain yang bermanfaat dalam rangka pembinaan dan pengembangan kemampuan pengusaha Indonesia.

Pasal 9 mengenai fungsi (bab IV mengenai fungsi, tugas pokok k dan etika bisnis) i yang menyatakan sebagai berikut: Kadin berfungsi sebagai wadah dan wahana komunikasi, i informasi, i representasi, konsultasi, fasilitasi dan advokasi pengusaha Indonesia, antara para pengusaha Indonesia dan pemerintah, dan antara para pengusaha Indonesia dan para pengusaha asing, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah perdagangan, g perindustrian, dan jasa dalam arti luas yang mencakup seluruh kegiatan ekonomi, dalam rangka membentuk iklim usaha yang bersih, transparan dan profesional, serta mewujudkan sinergi seluruh potensi ekonomi nasional.

Pasal 10 mengenai tugas pokok Kadin, diantaranya yang sangat penting adalah: (a) memfasilitasi penciptaan sinergi antara pengusaha Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan sumber daya; (b) melaksanakan komunikasi, konsultasi dan advokasi dengan pemerintah dalam rangka mewakili kepentingan dunia usaha; (c) mewakili dunia usaha dalam berbagai forum penentuan kebijaksanaan ekonomi.

Enam langkah strategis dan riil yang disarankan Kadin: 1) Dukungan Insentif fiskal dan pendanaan bagi Peningkatan Investasi dan Daya Saing Industri melalui pembenahan dan modernisasi sarana-prasarana, seperti : Pembangkit Listrik dan Sumber Energi Lainnya, Industri Telekomunikasi, Pengembangan Jalan Tol, Konstruksi, Industri Semen, Baja dan Keramik, Industri Barang Modal dan Mesin Perkakas. 2) Dukungan Finansial i bagi Industri Pengolahan Hasil Laut dan Kemaritiman, melalui integrasi antara Pengembangan Klaster Industri Pengolahan Hasil Laut dengan Program Peningkatan Produktivitas Nelayan dan Program Peningkatan Kestabilan Feedstock. Hal ini terkait dengan : Pengembangan Kawasan/Zona Penangkapan Ikan, Klaster Pelabuhan dan Tempat Pelelangan ikan yang menyediakan fasilitas cold storage, SPBU penyedia solar dan bahan bakar bersubsidi bagi perahu nelayan. Pengembangan kapasitas Laboratorium Uji Produk Perikanan di sentra- sentra produksi. Pengembangan Pusat Benih Unggul dan Sentra Produksi Pakan Ikan Budi Daya. Pemberdayaan Industri Perkapalan Dalam Negeri untuk program motorisasi perahu nelayan dan pengembangan Armada Kapal Penangkap Ikan Nasional.

3) A. Dukungan prioritas kebijakan ekonomi bagi terwujudnya kemampuan Pengolahan Hasil Pertanian dan Perkebunan di dalam negeri, melalui integrasi antara Klaster Industri Pengolahan Hasil Pertanian dan Perkebunan dengan Program Peningkatan dan Kestabilan Feedstock yang berkualitas tinggi. B. Dukungan Peningkatan Kepastian Hukum dan Jaminan Keamanan untuk Pengembangan Hutan Tanaman Industri serta Pencegahan Illegal Logging, g, bagi terwujudnya integrasi Industri Kehutanan (Pengolahan Kayu, Pulp & Kertas dan Industri Mebel) dengan jaminan Feedstock Hal ini juga terkait dengan Program Peningkatan Produktivitas Lahan, Penggunaan Benih Unggul, Pupuk Majemuk dan Pupuk Nutrisi, Pembenahan Infrastruktur Irigasi dan Skema Pembiayaan Pertanian.

4) Restrukturisasi, Modernisasi dan Pendalaman Struktur Industri Padat Modal dan Teknologi. Modernisasikan ik mesin/peralatan produksi Industri Tekstil dan Produk Tekstil. Kembangankan Industri Komponen dan Pendukung (Supporting Industries) Elektronika dan Otomotif. Diperlukan Insentif-insentif insentif untuk Investasi yang berorientasi pada pengembangan Industri Komponen dan Supporting Industry, modernisasi permesinan dan peningkatan kandungan teknologi produk. Misal : modernisasi permesinan untuk Industri Tekstil dan Produk Tekstil, perpindahan Teknologi dari Analog ke Digital untuk Industri Elektronika yang diikuti dengan Pengembangan Industri Komponen dan Supporting Industry. Pengembangan basis global value chain untuk Industri Otomotif.

5) Reorientasi Pendekatan Hubungan Dagang Bilateral, Regional dan Multilateral serta Penguatan Jaring-Jaring Pengaman Pasar Domestik untuk Menciptakan Persaingan yang Adil bagi Pertumbuhan Industri Dalam Negeri Lebih selektif dalam liberalisasi perdagangan internasional dengan memperhatikan kondisi objektif industri i dalam negeri, terutama t faktor-faktor f eksternal yang menghadang perkembangan dunia usaha. Merekomendasikan agar Pemerintah melakukan Langkah-langkah Proaktif untuk mengatur pola kompetisi pasar domestik. Perlindungan Pasar Domestik dari penetrasi barang ilegal (selundupan, barang palsu/tiruan), produk impor yang tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia, Barang-barang g Bekas yang Membahayakan Kesehatan dan Lingkungan.

6) Reorientasi Kebijakan Ekspor Produk Bahan Mentah MIGAS dan Non MIGAS. Laksanakan proses shifting kebijakan ekspor bahan mentah, menjadi kebijakan ekspor produk bernilai tambah tinggi melalui proses produksi di dalam negeri Kembangkan klaster Petrokimia terintegrasi yang terdiri dari jejaring j Industri Pengolah Crude Oil (Refineries) dan Gas Alam dengan industri Olefin, Aromatik dan Pupuk serta Industri Hilir seperti Tekstil, Plastik sebagai bahan baku Industri Komponen Elektronika, Otomotif, Perkapalan dan Industri Packaging. Bangun industri Bio-Fuel berbasis CPO dan Etanol untuk sustainability sumber energi bagi masa depan industri

Kekuatan Daya Saing Industri Daerah Penguasaan teknologi dan know-how; SDM (pekerja, manajer, insinyur, saintis) dengan kualitas tinggi, dan memiliki etos kerja, kreativitas dan motivasi yang tinggi, dan inovatif; Tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi dalam proses produksi; Kualitas serta mutu yang baik dari barang yang dihasilkan; ilk Promosi yang luas dan agresif; Sistem manajemen dan struktur organisasi yang baik; Pelayanan teknikel maupun non-teknikel yang baik (service after sale); Adanya skala ekonomis dalam proses produksi; Modal dan sarana serta prasarana lainnya yang cukup; Memiliki jaringan bisnis di dalam dan terutama di luar negeri yang baik; proses produksi yang dilakukan dengan sistem just in time; tingkat entrepreneurship yang tinggi, yakni seorang pengusaha yang sangat inovatif, inventif, kreatif dan memiliki visi yang luas mengenai produknya dan lingkungan sekitar usahanya (ekonomi, sosial, politik, dll.), dan bagaimana cara yang tepat (efisien dan efektif) dalam menghadapi persaingan yang ketat di pasar global. Birokrasi yang efisien dan kondusif bagi pengembangan usaha.

Tabel 1: Peringkat Indeks Daya Saing Global (GCI) Indonesia No 2007-2008 2006-2007 2005-2006 1 AS Swiss AS 2 3 Swiss Denmark Finlandia Sweden Finlandia Denmark 4 5 Sweden Jerman Denmark Singapura gp Swiss Singapura gp 6 7 Finlandia Singapura gp AS Jepang Jerman Sweden 8 9 Jepang Inggris Jerman Belanda Taiwan, China Inggris 10 Belanda Inggris Jepang Indonesia Indonesia Indonesia (69) (54) (50)

Gambar 1: Tiga Kelompok Faktor Utama Penentu Daya Saing Negara versi M. Porter

Tabel 2: Tiga Sub-indeks dari GCI Indonesia Periode Persyaratan Efisiensi Inovasi dasar 2006-007 2007-008008 68 82 50 37 41 34

Tabel 3: Empat Sub-indeks dari Persyaratan Dasar, Indonesia Periode Kelembagaan Infrastruktur Stabilitas Kesehatan & ekonomi makro pendidikan primer 2006-007 007 52 89 57 72 2007-008 63 91 89 78

Tabel 4: Empat Sub-indeks dari Penggerak Efisiensi, i i Indonesia Periode Pendidikan Efisiensi pasar Kesiapan Luas pasar tinggi & teknologi pelatihan 2006-07 53 27 72-2007-08 65 -pasar barang: 23 75 15 -pasar buruh: 31 -pasar keuangan: 50 (kecanggihan)

Tabel 5: Dua Sub-indeks dari Inovasi, Indonesia Periode Kecanggihan Bisnis Inovasi 2006-07 2007-08 42 33 37 41

Gambar 2: Kapasitas untuk Inovasi Kambodia 113 Filipina 60 Thailand 56 Indonesia 51 Vietnam 41 Singapura Malaysia 23 22 Jerman 1 0 20 40 60 80 100 120

Gambar 3: Kualitas dari Lembaga R&D Kambodia 118 Vietnam 94 Filipina 85 Thailand 45 Indonesia 28 Malaysia 17 Singapura 13 Swiss 1 0 20 40 60 80 100 120 140

Gambar 4: Pengeluaran Perusahaan untuk R&D Kambodia 66 Vietnam 57 Filipina 53 Thailand 43 Indonesia 27 Malaysia Singapura 10 11 Swiss 1 0 10 20 30 40 50 60 70

Gambar 5: Kerjasama antara Universitas dan Perusahaan Kambodia 93 Vietnam 78 Filipina 67 Indonesia 64 Thailand 28 Malaysia 16 Singapura 7 AS 1 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Gambar 6: Kemampuan perusahaan menyerap teknologi Kambodia 102 Indonesia 67 Filipina 52 Vietnam Thailand 44 46 Malaysia 15 Singapura 9 Iceland 1 0 20 40 60 80 100 120

Gambar 7: Ketersediaan teknologi baru Kambodia 104 Vietnam 84 Filipina 58 Indonesia 51 Thailand 41 Malaysia 22 Singapura 12 Sweden 1 0 20 40 60 80 100 120

Gambar 8: Hak Kekayaan Indonesia Kambodia 111 115 Vietnam 79 Filipina 75 Thailand 50 Malaysia 23 Singapura 5 Jerman 1 0 20 40 60 80 100 120 140

Gambar 9: Perlindungan Kekayaan Intelektual Kambodia 112 Vietnam 101 Filipina 90 Indonesia 87 Thailand 44 Malaysia 25 Singapura 5 Jerman 1 0 20 40 60 80 100 120

Gambar 10: Kepercayaan Masyarakat terhadap Pejabat Kambodia 112 Filipina 119 Kambodia 67 Indonesia Thailand 60 63 Vietnam 52 Malaysia 18 Singapura 1 0 20 40 60 80 100 120 140

Gambar 11: Kemandirian Judisial Kambodia 118 Indonesia 98 Filipina 85 Vietnam 73 Thailand 43 Malaysia 30 Singapura 19 Jerman 1 0 20 40 60 80 100 120 140

Gambar 12: Masalah-masalah utama dalam melakukan bisnis di Indonesia, 2006-2007

Gambar 13: Masalah-masalah utama dalam melakukan bisnis di Indonesia, 2007-2008 0 5 10 15 20 Kriminal & pencurian 0.5 Etik kerja TK buruk Pajak terlalu besar Pemerintah yang tidak stabil 1.8 2 2.2 Regulasi uang asing Korupsi 3.7 4.2 Inflasi Keterbatasan tenaga kerja terdidik 5.5 5.6 Regulasi perpajakan tidak kondusif 8 Peraturan ketenaga kerjaan yang restriktif 8.5 Kebijakan tidak stabil Akses terbatas untuk pendanaan 10.7 10.8 Birokrasi tidak efisien 16.1 Infrastruktur buruk 20.5

Gambar 14: Kualitas Infrastruktur Indonesia Filipina 102 101 Vietnam 90 Kambodia 83 Thailand 28 Malaysia 18 Singapura 3 Swiss 1 0 20 40 60 80 100 120