BAB XIII TEKNIK MOTIVASI

dokumen-dokumen yang mirip
II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

Kebutuhan manusia sebagai sumber motivasi MOTIVASI KERJA. Disusun oleh: Ida Yustina

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH FAKTOR KEPEMIMPINAN, MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. BPR SUKADANA SURAKARTA

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakkan (Steers

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya komunikasi dan teknologi, perusahaan dihadapkan

PSIKOLOGI INDUSTRI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia atau SDM adalah salah satu faktor yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

MOTIVASI. Kemampuan manajer dalam memotivasi, mempengaruhi, mengarahkan dan berkomunikasi dengan bawahan sangat menentukan efektifitas manajer.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat yang terkenal memiliki beberapa

Bab 2 Landasan Teori

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja

BAB II LANDASAN TEORITIS. kegiatan-kegiatan kelompok yang terorganisir dalam usaha-usaha menentukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan demikian dalam menggunakan tenaga kerja perlu adanya insentif yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pimpinan mampu mempengaruhi motivasi kerja SDM-nya agar mereka mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN SIKAP KOOPERATIF KARYAWAN. Skripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Tujuan Motivasi. proses sebagai langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan

BAB II LANDASAN TEORI

Riset Per iila il k O u rgan isas

MOTIVASI, PENGELOLAAN INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI BISNIS. Minggu ke tujuh

Definisi. Motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Heidjachman dan Husnan, 2003:197)

MOTIVASI KONTEN TEORI/ TEORI KEPUASAN

Psikologi Industri & Organisasi

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Tugas utama pihak manajerial adalah memberikan motivasi

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB II LANDASAN PUSTAKA. sesuatu dalam pencapaiaan tujuan yang telah ditetapkan (Manulan, 1981)

BAB II KERANGKA TEORETIS. Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat. Analisis

Bab l. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adanya dorongan dalam diri manusia sebagai usaha untuk memenuhi

Motivasi dan Kepemimpinan

Motif Technopreneur Sukses by: AGB

Komunikasi Organisasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. baik usaha yang dilakukan oleh pemerintahan untuk waktu yang cukup lama tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEKERJA DENGAN KEPUASAN KERJA

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA. Teori-Teori Motivasi

Motivasi : proses yg berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu, ke arah pencapaian sasaran.

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, GAJI, DAN KONDISI KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. ASURANSI KESEHATAN SURAKARTA

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang disebut Teori Dua Faktor atau Two Factor Theory yang terdiri atas: faktor hygiene, yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut tim prima pena (2006:209) intensitas adalah kemampuan, kekuatan atau

Dasar Manajemen dan Kepemimpinan

BAB 1 PENDAHULUAN. dikarenakan sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor penentu berhasil atau

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan jasa pendidikan bagi peserta didik sebagai pelanggannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya manusia sebagai tenaga kerja tidak dapat disangkal lagi, bahwa

BAB II KAJIAN TEORITIS. penggerak. motivasi ini hanya di berikan kepada manusia, khususnya kepada bawahan atau

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernah dilakukan sebelumnya untuk semakin memperkuat kebenaran empiris

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab mempunyai pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Allen (1987; dalam Bangun, 2012), mengungkapkan bahwa betapapun sempurnanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

Bisma, Vol 1, No. 12, April 2017 KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE CABANG PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan kepuasan kerja guru. Kepuasan kerja (job satisfaction) guru merupakan sasaran penting dalam

Bisma, Vol 1, No. 7, Nopember 2016 FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI KERJA PADA PD JAYA HARDWARE DI PONTIANAK

Motivasi penting dikarenakan :

BAB II LANDASAN TEORI

Kata Pengantar. Penulis

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan guna menunjang setiap aktivitas organisasi. Sumber daya manusia

MOTIVASI PERILAKU INDIVIDU DLM ORGANISASI

B A B I P E N D A H U L U A N

TINJAUAN PUSTAKA A. MOTIVASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan

PERANAN MOTIVASI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA

Transkripsi:

BAB XIII TEKNIK MOTIVASI Tim LPTP FIA - UB 13.1 Pendahuluan Tantangan : 1. Volume kerja yang meningkat 2. Interaksi manusia yang lebih kompleks 3. Tuntutan pengembangan kemampuan sumber daya insani 4. Tuntutan kebutuhan manusia yang semakin meningkat 13.2 Masalah Bagaimana Menggerakkan : 1. Orang lain 2. Bawahan 3. Kolega 4. Pimpinan 5. Masyarakat Sehingga sadar mereka secara bersama-sama, bersedia berperilaku untuk mencapai tujuan bersama. Dibutuhkan : Pengetahuan Motivasi : Kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan dorongan bagi mereka untuk berperilaku sesuai dengan apa yang kita kehendaki. 13.3 Pengertian Dalam definisi tentang motivasi, biasanya terkandung berbagai keinginan, harapan, kebutuhan, sasaran dan tujuan. Dengan demikian dapat diungkapkan bahwa suatu motif adalah keadaan psikologis yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan. Motif itulah yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindak tanduk seseorang yang selalu dikaitkan dengan pencapaian tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi masing-masing anggota organisasi yang bersangkutan. 113

Berkaitan dengan uraian tersebut, maka Siagian dalam bukunya Teori Motivasi dan Aplikasinya (1989:138) mendefinisikan motivasi sebagai berikut: Motivasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengarahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan --- tenaga dan waktunya menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Gibson at al., (1996:183) dalam analisisnya memberikan satu definisi yang senada tentang motivasi adalah kekuatan yang, mendorong seseorang karyawan sehingga menimbulkan dan mengarahkan perilaku. Motivasi karyawan akan tumbuh berdasarkan kebutuhan atau kepentingan pribadinya, sehingga ia berperilaku atau pekerja untuk memenuhi kebutuhannya yang pada akhirnya memberi kepuasan jiwa dalam pekerjaannya. Selanjutnya Davis dan Newtrom (1995:87) mengatakan para pegawai yang termotivasi adalah mereka yang mengetahui bahwa pekerjaan yang dilakukan membantu mereka mencapai tujuan yang penting. Hersey dan Blanchard (Dalam Dharma dan Sukotjo, 1992:11) lebih menekankan motivasi sebagai kemauan pegawai, menurutnya : Kemauan pegawai diacu dalam hubungannya sebagai kadar kematangan psikologis, yaitu kadar kemauan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu. Pegawai yang tinggi kadar kematangan psikologinya dalam bidang tanggung jawab tertentu memandang tanggung jawab itu sebagai hal yang penting serta memiliki keyakinan diri dan menyukai aspek-aspek pekerjaan dalam bidang, tanggung jawabnya itu. Pegawai dalam kategori ini tidak memerlukan banyak dorongan untuk menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan. Dengan demikian motivasi adalah proses psikoiogis yang terjadi pada diri seseorang yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan. 114

13.4 Faktor-Faktor Motivasi Pada dasarnya motivasi bersumber dari dua faktor, sebagaimana diklasifikasikan oleh Manulang (1985:119) dan Siagian (1989:139). Menurut mereka, faktor-faktor tersebut diklasifikasikan sebagai berikut: a. Motivasi Intrinsik Adalah motivasi yang berasal dari perasaan puas dalam melaksanakan pekerjaan itu sendiri. la merupakan bagian yang langsung dari kandungan kerja. Oleh sebab itu, motivasi intrinsik bersumber dari dalam diri individu. Motivasi ini menghasilkan integrasi dari tujuan-tujuan, baik tujuan organisasi maupun tujuan individu dimana keduanya terpuasi secara serentak. Hai ini tidak lain karena pegawai merasa bertanggung jawab atas hasilnya kerjanya dan merasa tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut secara lebih baik, disamping itu pegawai mempunyai kesadaran akan keberhasilan pelaksanaan dan menaruh kebanggaan dalam pekerjaan atau mendapat pengakuan atas tugas yang telah dilaksanakan dengan baik. Hal ini berarti ia telah mengalami imbalan intrinsik (intern) yang mempunyai efek terbesar terhadap tingkat kepuasan kerja yang akhirnya akan mendorong pada tercapainya keberhasilan organisasi. Pernyataan tersebut ditegaskan pula oleh Hackman at al., (Dalam Stoner, 1986:107) bahwa: Pekerjaan itu sendiri dapat menjadi imbalan intrinsik jika pekerjaan dirancang untuk memenuhi beberapa dari kebutuhan yang lebih tinggi dari karyawan (misalnya kebebasan atau kreativitas), maka ini dapat merupakan pemotivasi dengan sendirinya. Implikasi ini jelas merupakan dasar dari banyak program desain pekerjaan, diantaranya adalah pengayaan/ pemerkayaan pekerjaan (job enrichment). Tetapi, hal ini tergantung pada sejauh mana individu tersebut suka untuk melakukan pekerjaan yang dimaksud. Karena bagaimanapun tercapainya pada efektivitas kerja tergantung pada bagaimana pegawai termotivasi secara internal. b. Motivasi Ekstrinsik Adalah motivasi yang ada kaitannya dengan imbalan atau maslahat yang diterima seseorang sesudah melakukan pekerjaan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik timbul dari luar diri individu. 115

Yang termasuk di dalam motivasi ini antara lain adalah kebijaksanaan dan administrasi perusahaan, kondisi pekerjaan, hubungan kerja, status, gaji, rasa aman. Menurut Manulang dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (1985: 119) menyatakan bahwa jika perusahaan menyediakan kondisi-kondisi kerja, upah tunjangan atau keselamatan kerja yang tidak mencukupi, maka ia akan mendapat kesulitan dalam menarik karyawankaryawan yang baik dan perputaran, kemangkiran serta keluhan-keluhan akan meningkat. Dari kedua faktor di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik merupakan faktor-faktor mutlak bagi iklim motivasi yang sehat. Karena itu : 1. Mengamati dan memahami tingkah laku bawahan 2. Mencari dan menentukan sebab-sebab tingkah laku bawahan 3. Memperhitungkan, Mengawasi dan mengarahkan serta menggerakkan tingkah laku bawahan Rangsangan Seseorang dengan dorongan Intrinsik Entrinsik - Pengaruh pimpinan - Kolega - Pihak lain - Kepribadian - Sikap - Pengalaman - Pendidikan - Cita-cita Alternatif Perilaku Penentuan Perilaku Perilaku 116

Penampilan : Seseorang yang didorong adanya suatu motivasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 1. Tinggi motivasi, rendah kemampuan Penampilan yang rendah 2. Kemampuan rendah Motivasi rendah Penampilan rendah 3. Penampilan tinggi = Motivasi tinggi Motivasi 1. Dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang, 2. Untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan 13.5 Teori Motivasi Sebagaimana uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis mencoba menyajikan tiga buah teori yang berkaitan langsung dengan tugas pekerjaan karyawan. Teori ini merupakan pendukung dari teori kepuasan kerja yang memusatkan perhatian pada faktor-faktor dalam diri karyawan dimana mereka termotivasi secara internal dalam lingkungan kerjanya. Hal ini berdasarkan pemikiran bahwa dalam struktur organisasi yang semakin mapan dimana tuntutan kebutuhan semakin berkembang, terdapat kecenderungan bahwa dalam masyarakat industri dewasa ini, kebutuhan sebagian besar telah terpenuhi sehingga yang lebih dibutuhkan saat ini adalah kepuasan akan terpenuhinya kebutuhan akan aktualisasi diri. Sebagaimana ditulis oleh Fraser (1985:45) bahwa Sesungguhnya hanya dalam masyarakat dimana kebutuhan akan golongan yang lebih rendah telah sebagian besar terpenuhi, orang boleh mengharapkan terpenuhinya kepuasan akan golongan yang lebih tinggi. A. Teori Dua - Faktor F. Herzberg Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg, seorang ahli psikolog dan konsultan. Dalam usahanya mengembangkan teorinya, ia melakukan penelitian terhadap 200 akuntan dan ahli mesin, dengan mana diketemukan bahwa apabila para pekerja merasa puas dengan pekerjaannya, kepuasan itu didasarkan pada faktor--faktor yang sifatnya intrinsik seperti keberhasilan mencapai sesuatu, pengakuan yang diperoleh, sifat pekerjaan yang dilakukan, 117

rasa tanggung jawab, kemajuan dalam karir dan pertumbuhan profesional dan intelektual yang dialami seseorang. Herzberg menyebut faktor ini sebagai faktor pemuas (Satisfiers) atau motivasi (motivational factors). Sebaliknya, apabila para pekerja merasa tidak puas dengan pekerjaannya, ketidakpuasan itu pada umumnya dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik-artinya bersumber dari luar diri pekerja yang bersangkutan, seperti kebijakan organisasi, pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan, supervisi oleh para manajer, mutu hubungan interpersonal antar sesama rekan kerja, atasan dan bawahan, sistem upah dan gaji, kondisi kerja, status, dan jaminan kerja. Herzberg menyebut faktor ini sebagai faktor pemeliharaan (maintenance factors) atau faktor iklim baik (hygiene factors). Menurut Herzberg, (dalam Siagian, 1989:164), bahwasanya : Faktor-faktor yang mengarah kepada kepuasan kerja berbeda dari faktorfaktor yang mengarah kepada ketidakpuasan. Artinya, para manajer mungkin saja berhasil mewujudkan ketenangan kerja dalam organisasi, akan tetapi ketenangan kerja itu belum tentu bersifat motivasional bagi para pekerja. Dalam hal demikian, para manajer hanya akan menyenangkan perasaan para bawahannya, tetapi tidak memberikan motivasi kepada mereka. Karena itulah Herzberg menggunakan istilah hygiene bagi faktor-faktor yang menyenangkan para karyawan sehingga mereka tenang bekerja namun belum merasa puas dengan pekerjaan masing-masing. Dengan demikian, faktor pemeliharaan ini terutama berhubungan dengan konteks pekerjaan (job context) karena berkaitan dengan lingkungan di sekitar pekerjaan. 118 Herzberg (Dalam Siagian, 1989: 164-165) berpendapat pula bahwa : Apabila para manajer ingin memberi motivasi pada bawahannya, maka yang perlu ditekankan adalah faktor-faktor motivasional yang sifatnya intrinsik. Motivator ini lebih berhubungan dengan isi pekerjaan (job content) karena sebagian besar berpusat pada pekerjaan. Oleh karena itu, keterlibatan para pegawai dalam merencanakan dan mengendalikan pekerja mereka sebagai salah satu sumber motivasi intrinsik merupakan sumbangan nyata yang dapat dipetik dari penerapan teori Herzberg. Implikasinya adalah bahwa seorang pegawai pada umumnya mempunyai persepsi berkarya tidak sekedar mencari nafkah, akan tetapi sebagai wahana

untuk memuaskan berbagai kepentingan dan kebutuhannya bagaimanapun kebutuhan itu dikategorikan, dan semakin tinggi tingkat kebutuhan seseorang maka pekerjaan meaningful dipandang paling penting jika dibandingkan dengan peluang untuk meniti karir yang lebih tinggi atau penghasilan yang besar. B. Teori Kebutuhan David McCleland Teori ini dikemukakan oleh David McGieland beserta rekan-rekarnya. Inti teori ini terletak pada pendapat yang mengatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari bahwa setiap orang mempunyai tiga jenis kebutuhan, yakni kebutuhan akan pencapaian (need for achievement), kebutuhan akan kekuasaan (need for power), dan kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation). McCleland dengan teorinya (Stoner, 1986:91) mengaitkan perilaku dan prestasi kerja berdasarkan pada semangat bisnis dan manajemen. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kebutuhan yang kuat akan pencapaian berkaitan dengan seberapa jauh seseorang termotivasi untuk melaksanakan tugas pekerjaannya. la juga menemukan bahwa kebutuhan ini dapat diperkuat sampai batas tertentu melalui pelatihan. Jadi manajer akan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi mereka sendiri, atau bawahan mereka melalui penggunaan teknik pelatihan yang tepat. Kebutuhan akan pencapaian dapat diartikan sebagai keinginan untuk unggul atau berhasil dalam situasi kompetisi (Lawler III dalam Stoner, 1986:91). Dalam risetnya, McCleland menemukan bahwa orang, dengan kebutuhan yang tinggi akan pencapaian hasil mempunyai beberapa karakteristik yang menarik bagi para manajer, yakni : 1. Mereka menyukai tanggung jawab untuk memecahkan masalah 2. Mereka cenderung menetapkan tujuan yang, cukup sukar dan berani mengambil resiko. 3. Mereka mementingkan umpan balik yang konkrit tentang seberapa baik mereka berprestasi. Jadi, mereka yang mempunyai kebutuhan yang tinggi akan pencapaian cenderung akan sangat termotivasi dengan situasi kerja yang menantang, dan bersaing daripada dengan pekerjaan yang, rutin dan tidak bersaing. Sebaliknya, 119

orang dengan kebutuhan akan pencapaian yang rendah cenderung akan berprestasi buruk dalam situasi kerja bersaing atau penuh tantangan (Stoner, 1986:91) Oleh karena itu, bagi para manajer teori ini menyoroti pentingnya menyesuaikan seseorang dengan pekerjaannya. Dimana pegawai dengan kebutuhan akan pencapaian yang tinggi akan berkembang dengan pekerjaan yang menantang, memuaskan, merangsang dan rumit. Mereka terbuka terhadap otonomi, variasi, dan umpan balik yang sering dari para supervisor (atasan) namun disisi lain, pegawai dengan kebutuhan pencapaian atau prestasi yang rendah lebih menyukai situasi yang stabil, aman dan dapat diramalkan. Mereka memberikan tanggapan yang lebih baik terhadap pengawasan yang lunak daripada bentuk pengawasan yang bertekanan tinggi dan tidak pribadi, dan mencari tempat kerja serta rekan kerja untuk kepuasan sosial. Riset McCleland juga menunjukkan bahwa para manajer dapat sampai batas tertentu, menaikkan tingkat kebutuhan pencapaian para bawahan dengan menciptakan lingkungan kerja yang layak, memberikan kepada bawahan kebebasan, tanggung jawab dan otonomi yang meningkat serta secara berangsur-angsur membuat tugas-tugas lebih menantang, dan memuji serta menghargai prestasi kerja yang tinggi dari para pegawai tersebut. C. Teori Motivasi A. Maslow Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow adalah berdasarkan kepada tingkat kebutuhan yaitu : a. Kebutuhan dasar b. Kebutuhan rasa aman c. Kebutuhan rasa memiliki d. Kebutuhan akan prestise e. Kebutuhan akan akutualisasi 120

Dari ketiga teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tercapai tidaknya efektivitas kerja pegawai tergantung pada bagaimana pegawai tersebut termotivasi secara internal. Dengan catatan bahwa efektif tidaknya pemberian motivasi itu tergantung dari bagaimana pimpinan mampu menyesuaikan pegawai dengan pekerjaannya, menyediakan lingkungan yang supportif serta memberikan dukungan yang luas kepada pegawai tersebut untuk mendesain pekerjaannya sehingga tercapai kepuasan kerja yang diharapkan. Oleh karena itu, Jelaslah bahwa agar seorang pemimpin organisasi atau manajer dapat memilih dan menggunakan teknik motivasi yang tepat, terdapat keharusan untuk mengenal para bawahannya secara individual. Pengenalan para bawahan ini bertolak dari kenyataan bahwa manusia merupakan makhluk yang sangat kompleks dengan konfigurasi komponen kepribadian yang jauh dari sederhana. Salah satu segi konfigurasi manusia yang sangat kompleks itu ialah kebutuhannya yang sangat rumit pula yang mutlak perlu dipahami karena pemuasan berbagai kebutuhan itu memang merupakan salah satu sasaran penggunaan teknik dan metode motivasi yang tepat. Sumber : Hasil Kajian Politik dan Tata Pemerintahan FIA UB, 2012 dalam John Robert Power. Human Resource Development. John Robert. Human Resource Development. 121