EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA GALUR CABAI HIAS IPB DI KEBUN PERCOBAAN LEUWIKOPO ALVIANTI YAUFA DESITA

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

PELAKSANAAN PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

Vol 1 No. 3 Juli September 2012 ISSN:

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN GAMBUT

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun petani Desa Rimbo Panjang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

SELEKSI DAYA HASIL CABAI (Capsicum annuum L.) POPULASI F2 HASIL PERSILANGAN IPB C110 DENGAN IPB C5 HENDI FERDIANSYAH A

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

EVALUASI DAYA HASIL EMPAT HIBRIDA CABAI

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

III. MATERI DAN METODE

UJI DAYA HASIL 13 GALUR CABAI IPB PADA TIGA UNIT LINGKUNGAN. Oleh: S. ANDRA MASTAUFAN A

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

Cara Menanam Cabe di Polybag

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

EVALUASI DAYA HASIL EMPAT CABAI (Capsicum annuum L.) HIBRIDA IPB DI KEBUN PERCOBAAN IPB LEUWIKOPO ADI PRADIPTA A

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

MATERI DAN METODE Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

EVALUASI KARAKTER MORFOLOGI DAN DAYA HASIL 11 GALUR CABAI (Capsicum annuum L.) INTRODUKSI AVRDC DI KEBUN PERCOBAAN IPB TAJUR

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Evaluasi Karakter Kualitatif Cabai Hias Generasi F1 Hasil Persilangan Capsicum annuum Capsicum frutescens

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

Transkripsi:

EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA GALUR CABAI HIAS IPB DI KEBUN PERCOBAAN LEUWIKOPO ALVIANTI YAUFA DESITA DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 Alvianti Yaufa Desita NIM A24100021

ABSTRAK ALVIANTI YAUFA DESITA. Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo. Dibimbing oleh DEWI SUKMA dan MUHAMAD SYUKUR. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa sifat vegetatif dan generatif dari galur cabai hias baru IPB. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Dramaga, Bogor pada bulan Januari hingga Juli 2014. Bahan tanam yang digunakan adalah dua galur cabai hias IPB yaitu Seroja dan Ungara serta tiga varietas pembanding yaitu Explosive, Numex, dan Bara. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan galur-galur yang diuji memiliki perbedaan pada semua karakter kuantitatif yang diuji. Galur Ungara memiliki keunggulan pada karakter tinggi tanaman, diameter batang, bobot per buah, diameter buah, dan ketebalan kulit buah. Galur Seroja memiliki keunggulan pada karakter umur berbunga dan umur panen buah yang lebih cepat. Karakter-karakter kualitatif antara galur-galur yang diuji tidak menunjukkan banyak perbedaan dengan pembandingnya. Karakter kualitatif yang dapat mencirikan masingmasing galur dapat dilihat dari karakter pemendekan ruas dan perubahan warna buah. Karakter pemendekan ruas dimiliki oleh galur Seroja. Perubahan warna buah muda ke buah masak pada galur Seroja adalah dari hijau kekuningan ke merah, sementara pada galur Ungara dari ungu kehitaman ke merah. Kata kunci: cabai hias, generatif, Seroja, Ungara, vegetatif

ABSTRACT ALVIANTI YAUFA DESITA. Horticulture Characters Evaluation of IPB Ornamental Pepper Lines at The Leuwikopo Experimental Field. Supervised by DEWI SUKMA and MUHAMAD SYUKUR. The objective of this research was to evaluate several vegetative and generative characters of the new IPB ornamental pepper lines. The experiment was conducted at IPB experimental field, Leuwikopo, Dramaga, Bogor in January to July 2014. Planting material used was two IPB ornamental pepper lines, namely Seroja and Ungara, and three control varieties, namely Explosive, Numex, and Bara. The design used was a randomized complete block design with four replications. The results showed that there are significant differences for all quantitative characters among the observed new lines of ornamental pepper. Ungara had higher plant height, stem diameter, weight per fruit, fruit diameter, and flesh thickness than the control varieties. Seroja had earlier flowering time and harvest time than the control varieties. The qualitative characters between the observed lines and the control varieties are similar. Seroja line showed a shortened internode which is the same as one of the control varieties Explosive. In colour changes during ripening, Seroja line is yellowish-green when the fruits are immature and finally red when its mature. Ungara line start out deep purplish black and then turn green before maturing to red. Keywords: generative, ornamental pepper, Seroja, Ungara, vegetative

EVALUASI KARAKTER HORTIKULTURA GALUR CABAI HIAS IPB DI KEBUN PERCOBAAN LEUWIKOPO ALVIANTI YAUFA DESITA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Judul Skripsi : Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo Nama : Alvianti Yaufa Desita NIM : A24100021 Disetujui oleh Dr Dewi Sukma, SP MSi Pembimbing I Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen Tanggal Lulus:

PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini ialah pemuliaan tanaman, dengan judul Evaluasi Karakter Hortikultura Galur Cabai Hias IPB di Kebun Percobaan Leuwikopo. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Dewi Sukma, SP MSi selaku pembimbing skripsi, Bapak Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi selaku pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsi, serta Bapak Dr Willy Bayuardi Suwarno, SP Msi selaku penguji ujian akhir skripsi. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Undang dan Mang Darwa yang telah membantu penulis melaksanakan kegiatan penelitian di lapang serta kakakkakak di Laboratorium Pemuliaan Tanaman atas bimbingannya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah bersedia membantu penulis selama kegiatan penelitian ini berlangsung. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, November 2014 Alvianti Yaufa Desita

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 2 Cabai Hias 3 Evaluasi Karakter Hortikultura 4 Karakter Kualitatif dan Kuantitatif 4 METODE 5 Lokasi dan Waktu Percobaan 5 Bahan 5 Alat 5 Rancangan Percobaan 5 Prosedur Percobaan 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Kondisi Umum 10 Evaluasi Karakter Kuantitatif 12 Analisis Korelasi 15 Evaluasi Karakter Kualitatif 16 SIMPULAN DAN SARAN 21 Simpulan 21 Saran 22 DAFTAR PUSTAKA 22 LAMPIRAN 24 RIWAYAT HIDUP 27

DAFTAR TABEL 1 Rekapitulasi F-Hitung, peluang, dan koefisiensi keragaman 11 2 Nilai tengah karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, dan diameter batang yang diuji pada setiap genotipe 12 3 Nilai tengah karakter lebar tajuk, lebar daun, dan panjang daun yang diuji pada setiap genotipe 13 4 Nilai tengah karakter umur berbunga, umur panen buah, bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan jumlah buah per tanaman 14 5 Nilai tengah karakter diameter pangkal buah, diameter tengah buah, dan 15 6 Nilai tengah karakter panjang buah, panjang tangkai buah, dan ketebalan kulit buah yang diuji pada setiap genotipe 15 7 Hasil analisis korelasi beberapa karakter kuantitatif yang diuji 16 8 Bentuk daun, tepi daun, ujung daun, permukaan daun, dan warna daun 17 9 Bentuk batang, warna batang, dan habitus tanaman 18 10 Posisi bunga dan warna mahkota bunga 19 11 Bentuk buah, bentuk pangkal buah, penampang melintang buah, dan perubahan warna buah 20 DAFTAR GAMBAR 1 Pemendekan ruas 7 2 Habitus tanaman cabai 8 3 Bentuk daun cabai 8 4 Kedudukan / posisi bunga cabai 9 5 Bentuk buah cabai 9 6 Bentuk pangkal buah cabai 10 7 Bentuk penampang melintang buah cabai 10 8 Bentuk daun dari masing-masing genotipe yang diamati 17 9 Habitus tanaman dari masing-masing genotipe yang diamati 18 10 Warna mahkota bunga masing-masing genotipe yang diamati 19 11 Bentuk buah cabai pada masing-masing genotipe 20 12 Perubahan warna buah cabai masing-masing genotipe 21 DAFTAR LAMPIRAN 1 Deskripsi cabai rawit varietas Bara 24 2 Deskripsi cabai hias Seroja 24 3 Deskripsi cabai hias Ungara 25

PENDAHULUAN Latar Belakang Cabai (Capsicum annuum L.) lebih banyak dikenal masyarakat sebagai sayuran untuk dikonsumsi atau sebagai pelengkap masakan, namun menurut Djarwaningsih (2005), tanaman Capsicum tidak hanya berguna sebagai bumbu masak, tetapi pemanfaatannya begitu meluas sesuai dengan melebarnya cakrawala pandangan masyarakat masa kini. Tanaman cabai mempunyai keanekaragaman jenis yang besar, sehingga pemanfaatannyapun dapat beragam pula. Salah satu pemanfaatan lain dari tanaman cabai adalah dijadikannya tanaman ini sebagai tanaman hias. Menurut Setiadi (2002), cabai dalam pot disamping bernilai komersial juga menarik bila dijadikan sebagai tanaman hias. Tanaman cabai merupakan salah satu tanaman hias buah yang biasa ditanam dalam pot dan dapat berfungsi baik sebagai tanaman hias dalam ruang dan di luar ruangan. Sementara itu menurut Hessayon (1993), segi estetika yang dapat dinikmati dari tanaman cabai hias adalah daun, bunga, serta buahnya. Pemanfaatan cabai sebagai tanaman hias dalam pot pertama kali populer di Eropa dan semakin meluas sampai ke Amerika. Keunggulan cabai hias di antaranya adalah warna dan bentuk buah yang beragam, kemudahan dalam perbanyakan tanaman, umur tanam relatif singkat, serta lebih toleran terhadap panas dan kekeringan. Warna dan bentuk cabai hias yang unik dan beragam mampu memberikan keindahan serta menghadirkan kesan taman yang lebih hidup (Bosland et al. 1994). Penanaman cabai sebagai tanaman hias mempunyai tujuan yang berbeda dengan penanaman cabai untuk produksi. Cabai sebagai tanaman hias harus mempunyai kualitas tanaman yang dapat menambah keindahan. Kualitas yang diharapkan diantaranya ialah mempunyai tinggi tanaman yang proporsional dengan pot, mempunyai banyak cabang sehingga tanaman terlihat lebih rimbun, mempunyai banyak buah sebagai daya tarik tanaman hias buah, dan mempunyai keragaan yang disukai oleh konsumen (Cayanti 2006). Pengembangan cabai hias diharapkan dapat menjadi inovasi baru untuk menyediakan tanaman hias yang berkualitas baik, multiguna, dan tentunya dapat memberikan nilai ekonomi bagi yang membudidayakannya. Munculnya tipe-tipe cabai hias yang baru diharapkan nantinya dapat memenuhi selera konsumen dan menarik minat petani untuk lebih mengembangkan cabai hias (Wirasti 2013). Penjualan benih-benih cabai hias yang ada saat ini masih terbatas pada penjualan secara online dengan harga yang relatif mahal karena benih-benih cabai hias yang diperjualbelikan tersebut merupakan benih-benih impor. Beberapa tipe cabai hias yang banyak diperjualbelikan secara online antara lain Pepper (Hot) Razzamatas, Pepper (Hot) Orange Wonder, Numex Twilight, Sweet Orange Baby, serta Bolivian Rainbow. Kebanyakan dari tipe cabai hias yang ada saat ini merupakan hasil dari seleksi, introduksi, maupun hibridisasi. Munculnya genotipe-genotipe baru akibat adanya ketiga hal tersebut membuat perlunya diadakan evaluasi dan deskripsi varietas. Kegiatan evaluasi dan deskripsi ini diharapkan mampu mengetahui ciri-ciri hortikultura dari genotipe-genotipe baru yang ada terhadap sifat vegetatif, sifat generatif, potensi produksi, dan ketahanan genotipe tersebut terhadap hama dan penyakit serta kondisi lingkungan di

2 Indonesia. Menurut Allard (1999), evaluasi ini sangat penting karena dari hasil evaluasi ini dapat diketahui manfaat dan sifat-sifat dari galur tersebut, yaitu galur mana yang bisa dijadikan varites budidaya (langsung disebarkan kepada petani), galur mana yang perlu diseleksi lagi, dan galur mana yang bisa dijadikan tetua dalam proses hibridisasi selanjutnya. Tanaman cabai hias sebenarnya memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi tanaman hias baru di masyarakat. Namun, tanaman cabai hias belum dikenal masyarakat umum secara luas. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengumpulkan dan mengevaluasi karakter-karakter hortikultura dari beberapa genotipe cabai hias sebagai langkah awal dalam kegiatan konservasi dan pengembangan potensi. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif dari galur cabai hias baru IPB. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan karakter kualitatif dan kuantitatif genotipe cabai hias serta terdapat genotipe cabai hias yang memiliki karakter lebih baik atau sebanding dengan varietas pembanding. TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Tanaman cabai tergolong divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Solanales, famili Solanaceae, genus Capsicum. Capsicum annuum merupakan salah satu spesies dalam genus Capsicum yang telah dibudidayakan. Selain C. annuum, spesies lain yang telah dibudidayakan adalah C. frutescens, C. baccatum, C. pubescens, dan C. chinense (Berke 2000). Tanaman cabai mempunyai akar tunggang dengan banyak akar samping yang dangkal. Batang tidak berbulu dan mempunyai banyak cabang. Daunnya berbentuk panjang dengan ujung yang runcing. Bunga cabai berbentuk terompet kecil dengan warna putih dan ada juga yang berwarna ungu. Cabai merupakan tanaman herba yang sebagian besar menjadi berkayu pada pangkal dan beberapa menjadi semak (Rubatzky dan Yamaguchi 1999). Menurut Poulus (1994), tanaman cabai tumbuh baik pada ph tanah 5.5-6.8. Cabai tumbuh baik pada curah hujan antara 600-1 250 mm. Temperatur yang optimal untuk perkecambahan benih cabai (Capsicum sp) yaitu antara 18 o C-30 o C. Pada suhu di bawah 15 o C dan di atas 30 o C akan menyebabkan viabilitas serbuk sari turun. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999), cabai ditanam mulai dari ketinggian permukaan laut hingga 1 300 m. Tanaman ini peka terhadap suhu

dingin dan memerlukan cuaca panas. Suhu siang rata-rata 20 o C-25 o C adalah suhu yang ideal, pertumbuhan tanaman meningkat ketika suhu malam tidak melebihi 20 o C. Suhu rendah cenderung membatasi perkembangan aroma dan warna, tanaman dan buah rentan terhadap suhu dingin. Cabai Hias Genus Capsicum dapat dibedakan berdasarkan karakteristik bunga dan buahnya. Capsicum annum mempunyai bunga berwarna putih, serbuk sari berwarna biru atau ungu, kaliks yang bergerigi, serta mempunyai bunga dan buah tunggal pada ketiak batang. Capsicum frutescens mempunyai bunga berwarna putih kehijauan, kaliks tidak bergerigi, serbuk sari berwarna biru, dan mempunyai buah tunggal tetapi dengan bunga yang lebih dari satu pada ketiak cabang. Capsicum pubescens mempunyai bunga berwarna ungu, buah berwarna kuning orange, dan mempunyai biji yang unik berwarna hitam (Greenleaf 1986). Bosland dan Votava (1999) menyatakan bahwa tanaman cabai hias populer di Eropa dan Amerika Serikat. Menurut Hessayon (1993) tanaman cabai hias biasa disebut sebagai tanaman Christmas Pepper karena tanaman ini banyak tersedia dan diminati saat natal. Evans (1993) menyatakan tanaman cabai hias dijual ketika warna buah masak dan berwarna merah sebagai simbol keceriaan dan pesta yang meriah. Tanaman cabai dapat dijadikan sebagai penghias ruangan karena keragaman warna buah yang dimilikinya seperti warna ungu, merah tua, orange, dan kuning. Menurut Courtier (1993), tanaman cabai memiliki warna buah yang menarik dari hijau saat muda kemudian merah, orange, sampai kuning saat buah matang. Poulus (1994) menyatakan bahwa terdapat 5 spesies domestikasi dan 25 spesies liar pada tanaman cabai. Deskripsi dari kelima jenis tanaman cabai menurut Kusandriani (1996) dan Djarwaningsih (2005), yaitu: 1. Capsicum annuum memiliki tangkai daun panjang. Bentuk daun bulat telur atau lanset, agak kaku, berwarna hijau sampai hijau tua. Daun tumbuh pada tunas samping secara berurutan, sedangkan pada batang utama daun tersusun secara spiral. Setiap bunga tersusun dari lima atau enam mahkota bunga yang berwarna putih atau ungu tergantung kultivarnya. Tangkai bunga tegak atau merunduk saat anthesis tergantung varietasnya. Buah tunggal pada setiap ruas bervariasi dalam ukuran, bentuk, warna, dan tingkat kepedasan. Warna buah masak bervariasi dari merah, jingga, kuning, dan keunguan. 2. Capsicum frutescens memiliki tangkai daun pendek dengan helaian daun berbentuk bulat telur. Mahkota bunga berwarna kehijauan tanpa bintik kuning pada dasar tabung mahkota bunga. Tangkai bunga saat anthesis tegak. Buah tunggal kadang berpasangan atau lebih di setiap ruas. Buah yang telah masak berwarna merah. 3. Capsicum chinense memiliki sifat tanaman yang hampir sama dengan Capsicum annuum, perbedaannya terdapat pada sifat bunga. Mahkota bunga berwarna putih kehijauan, kadang berwarna putih susu atau ungu, dan tidak terdapat bintik kuning pada dasar tabung mahkotanya. Tangkai bunga tegak atau merunduk saat anthesis. Buah majemuk berjumlah dua atau lebih pada setiap ruas. Warna buah masak merah, jingga, kuning, atau coklat. 3

4 4. Capsicum baccatum memiliki tangkai daun panjang. Bunga tunggal dengan bentuk tangkai merunduk atau tegak setelah anthesis. Mahkota bunga berwarna putih dengan bercak kuning pada tabng mahkotanya. Buah tunggal muncul di setiap ruas. Warna buah masak bervariasi mulai dari jingga, kuning, sampai merah. 5. Capsicum pubescens memiliki bunga tunggal dengan bentuk tangkai tegak setelah anthesis. Mahkota bunga berwarna ungu, kadang berwarna putih pada ujung tabung mahkota bunga. Buah tunggal atau berjumlah 2-3 berada di setiap ruas dengan posisi buah menggantung. Buah berbentuk bulat telur. Warna buah masak merah, jingga, atau coklat. Menurut Djarwaningsih (2005) jenis cabai yang berpotensi sebagai tanaman hias adalah Capsicum chinense dan Capsicum pubescens karena Capsicum chinense memiliki bentuk buah yang beragam dan variasi warna buah yang menarik, sedangkan Capsicum pubescens memiliki bunga dan buah yang berwarna ungu. Evaluasi Karakter Hortikultura Evaluasi merupakan salah satu tahapan dalam program pemuliaan tanaman yang secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai penampilan (keragaan) suatu genotipe. Berdasarkan informasi tersebut dapat dilakukan tindakan pemuliaan tanaman berikutnya terhadap materi genetik yang dimiliki. Kegiatan evaluasi ini dapat dilakukan di awal, di tengah, atau di akhir suatu program pemuliaan tanaman (Makmur 1992). Kegiatan evaluasi pada awal suatu program pemuliaan tanaman dilakukan pada koleksi plasma nutfah dan galur silang dalam yang dihasilkan. Hasil evaluasi berguna untuk memperoleh informasi mengenai genotipe yang perlu diseleksi sehingga dapat dijadikan tetua dalam hibridisasi selanjutnya dan genotipe yang dapat dijadikan varietas budidaya (Allard 1999). Asian Vegetable Research and Development Center (AVRDC) menegaskan bahwa deskripsi dan evaluasi plasma nutfah dilakukan untuk mengidentifikasi spesies, sifat-sifat khusus dan perbanyakannya, serta mengetahui pengaruh iklim terhadap keragaan suatu plasma nutfah. Evaluasi genotipe adalah suatu usaha untuk mempelajari karakteristik tanaman baik yang berupa sifat vegetatif, sifat generatif, dan potensi produksinya. Pengamatan sifat vegetatif meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, tipe percabangan, warna serta bentuk daun. Pengamatan sifat generatif meliputi jumlah bunga, bobot buah, bentuk buah, warna buah, dan warna organ buah (Tay 1989). Menurut Greenleaf (1986) evaluasi ciri-ciri hortikultura cabai meliputi tinggi tanaman, produksi, ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman, umur berbunga, bentuk dan ukuran buah, warna buah, panjang pedisel, tingkat kepedasan, rasio gula asam, dan kandungan vitamin C. Karakter Kualitatif dan Kuantitatif Penampilan suatu tanaman ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan, dan interaksi antara keduanya. Faktor genetik menjadi perhatian utama bagi para pemulia karena faktor ini diwariskan dari tetua kepada turunannya. Sementara itu,

faktor lingkungan menjadi perhatian bagi para ekologis, yaitu dengan memanipulasi lingkungan agar tanaman dapat tumbuh seoptimal mungkin (Syukur et al. 2012). Karakter kualitatif merupakan wujud fenotipe yang saling berbeda tajam antara satu dengan yang lain secara kualitatif dan masing-masing dapat dikelompokkan dalam bentuk kategori. Karakter ini dikendalikan oleh sedikit gen. Sementara karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen. Karakter ini biasanya banyak dipengaruhi lingkungan (Nasir 2001). 5 METODE Lokasi dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor sejak bulan Januari hingga Juli 2014. Kegiatan persemaian dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah dua galur cabai hias IPB (Seroja dan Ungara) serta tiga varietas pembanding (Explosive, Numex, dan Bara), media tanam campuran, pupuk NPK (16:16:16), dan pupuk daun Gandasil D dengan komposisi nitrogen 20%, fosfor 15%, kalium 15%, serta magnesium 1%. Alat Alat yang digunakan antara lain tray semai, pot (diameter 20 cm), penggaris (meteran), jangka sorong, kamera, alat tulis, dan alat-alat pertanian. Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor yaitu genotipe dengan 4 ulangan. Terdapat 2 galur cabai dan 3 varietas pembanding, sehingga terdapat 20 satuan percobaan. Jumlah tanaman pada tiap petak berjumlah 20 tanaman, kecuali pada petak genotipe Explosive hanya berjumlah 10 tanaman per petak karena jumlah bibit yang tidak mencukupi. Menurut Gomez dan Gomez (1995) model rancangan yang digunakan adalah: Y ij = μ + α i + βj + εij, i = 1, 2, 3, 4 j = 1, 2, 3, 4, 5 di mana, Yij = pengamatan pada kelompok ke-i dan genotipe ke-j. μ = rataan umum. αi = pengaruh ulangan ke-i βj = pengaruh genotipe ke-j εij = galat percobaan pada genotipe ke-i, ulangan ke-j

6 Pengelompokan didasarkan pada umur bibit setelah semai pada saat dilakukan pindah tanam ke pot. Pindah tanam pada ulangan 1 dan 2 dilakukan saat umur bibit 50 HSS (Hari Setelah Semai), sementara itu pindah tanam pada ulangan 3 dan 4 dilakukan selang 2 minggu setelah pindah tanam pertama yaitu sekitar umur bibit 60 HSS (Hari Setelah Semai). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji-f dan apabila hasil yang diperoleh berpengaruh nyata dilakukan uji nilai tengah dengan menggunakan uji jarak berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5 %. Prosedur Percobaan Persiapan Lahan Pengolahan lahan dan pengisian media tanam ke dalam pot dilakukan satu minggu sebelum tanam. Kegiatan pengolahan lahan meliputi pembersihan gulma dan pembuatan bedengan yang berukuran 2.5 x 3 m. Bedengan ini berjumlah 20 buah yang berfungsi sebagai tempat peletakan pot-pot tanaman. Persemaian dan Penanaman Persemaian benih dilakukan dengan menggunakan bak semai (tray). Media tanam yang digunakan pada saat persemaian adalah campuran media tanam Supergrow dan Bioposka dengan perbandingan 1:1. Setelah benih berkecambah, dilakukan penyiraman pupuk NPK Mutiara dengan dosis 3 g L -1 yang diaplikasikan setiap minggunya. Pindah tanam atau penanaman dilakukan pada sore hari. Penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit cabai ke dalam pot yang telah berisi campuran media tanam Supergrow dan Bioposka dengan perbandingan 1:1. Pengajiran dilakukan pada saat penanaman dengan mengikatkan tanaman cabai pada ajir bambu dengan menggunakan tali rafia yang diikat membentuk angka 8. Pada saat penanaman diberikan insektisida Furadan 3G dengan aplikasi melingkar pada tanaman dan fungisida yang berbahan aktif propineb. Pemeliharaan dan Pemanenan Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dan penambahan media tanam. Penyiraman dilakukan setiap hari pada saat pagi dan sore hari jika tidak terjadi hujan. Penyiangan dilakukan secara manual dengan membuang gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Pemupukan dilakukan setiap seminggu sekali yang diberikan dalam bentuk larutan NPK (16:16:16) 10 g L -1 sebanyak 250 ml per tanaman dan pupuk daun. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan satu minggu sekali dengan menggunakan fungisida propineb dengan konsentrasi 2 g L -1 dan insektisida prefonovos dengan konsentrasi 2 ml L -1. Pengendalian penyakit lebih diintensifkan ketika tanaman cabai terserang penyakit antraknosa. Pada umur ± 4 MST dilakukan penambahan kompos dan media tanam dengan perbandingan 1:1 karena campuran media tanam yang telah ada sebelumnya mulai memadat dan akar tanaman cabai terlihat di permukaan media tanam sebelumnya.

Pemanenan dilakukan ketika 50% buah dalam satu populasi telah berwarna merah atau telah memasuki fase masak. Panen dilakukan setiap satu minggu sekali dan dilakukan hingga 8 kali panen. Pengamatan Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman contoh yang dipilih secara acak pada masing-masing ulangan dari setiap genotipe. Karakter yang diamati adalah karakter kualitatif dan kuantitatif yang didasarkan pada Pedoman Penyusunan Deskripsi Varietas Hortikultura, panduan pengamatan individual (PPI) yang dikeluarkan oleh Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) Departemen Pertanian Republik Indonesia (2006), dan Descriptors for Capsicum (IPGRI). Parameter yang diamati meliputi: a. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman tertinggi pada panen kedua b. Tinggi dikotomus, diukur dari permukaan tanah sampai percabangan pertama pada panen kedua c. Karakter batang: 1. Bentuk batang, diamati pada saat panen kedua. 2. Warna batang: hijau tua, hijau, hijau kekuningan, dan lainnya yang diamati pada saat panen kedua 3. Diameter batang, diukur pada saat panen kedua 4. Pemendekan ruas: none, one to three, more than three 7 Gambar 1 Pemendekan ruas. 1) none, 2) one to three, 3) more than three d. Habitus tanaman: menyamping, kompak dan tegak, diamati ketika 50% populasi tanaman telah mempunyai buah masak

8 Gambar 2 Habitus tanaman. 3) Menyamping, 5) Kompak, 7) Tegak e. Karakter daun: 1. Bentuk daun, diamati pada panen kedua Gambar 3 Bentuk daun. 1) Delta, 2) Oval, 3) Lanset 2. Warna daun: hijau tua, hijau muda, hijau kekuningan 3. Ukuran daun: panjang (cm) x lebar (cm), diukur rata-rata dari 10 daun yang telah berukuran maksimal pada percabangan utama pada panen kedua 4. Permukaan daun, diamati pada setiap genotipe 5. Tepi daun: rata, bergerigi, berombak, lainnya 6. Ujung daun: runcing, meruncing, tumpul, membelah, membuka, lainnya f. Karakter bunga dan buah: 1. Waktu munculnya bunga, jumlah hari setelah tanam sampai 50% populasi mempunyai bunga mekar 2. Warna mahkota bunga: putih, kuning terang, kuning, ungu dengan dasar putih, putih dengan dasar ungu, putih dengan pinggiran ungu, ungu, dan lainnya. Diamati setelah bunga pertama membuka sempurna 3. Kedudukan bunga: pendant, intermediate, erect

9 Gambar 4 Kedudukan / posisi bunga. 3) Tidak tegak, 5) Semi tegak, 7) Tegak 4. Umur panen buah, jumlah hari setelah tanam sampai 50% populasi mempunyai buah masak 5. Bobot buah (g) ditimbang bobot 10 buah cabai masak yang diambil dari panen kedua 6. Panjang buah (cm) diukur dari pangkal sampai ujung buah pada 10 buah yang sama dengan pengamatan bobot buah 7. Panjang tangkai buah (cm) diukur dari pangkal sampai ujung tangkai buah pada 10 buah yang sama dengan pengamatan bobot buah 8. Diameter buah (mm) diukur pada tiga bagian buah yaitu: pangkal, tengah, dan ujung pada 10 buah yang sama dengan pengamatan bobot buah 9. Ketebalan kulit buah (mm), diukur dari rata-rata 10 buah masak pada panen kedua. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka sorong digital 10. Bentuk buah: elongate, almost round, triangular, campanulate, blocky, lainnya yang diamati pada saat panen kedua Gambar 5 Bentuk buah. 1) elongate, 2) almost round, 3) triangular, 4) campanulate, 5) blocky, 6) other

10 11. Bentuk pangkal buah: acute, obtuse, truncate, cordate, lobate yang diamati pada saat panen kedua Gambar 6 Bentuk pangkal buah. 1) acute, 2) obtuse, 3) truncate, 4) cordate, 5) lobate 12. Penampang melintang buah: pointed, blunt, sunken, sunken & pointed, lainnya yang diamati pada saat panen kedua Gambar 7 Bentuk penampang melintang buah. 3) Sedikit berombak, 5) Intermediate, 7) Berombak 13. Perubahan warna buah, diamati saat buah muda hingga buah tua HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Selama masa penyemaian, daya berkecambah untuk genotipe Seroja, Ungara, dan Bara cukup baik dengan rata-rata daya berkecambah 89.51%, namun daya berkecambah untuk Explosive dan Numex cukup rendah dengan rata-rata daya berkecambah sebesar 36.83%. Beberapa tanaman dari genotipe Seroja di persemaian terserang kutu daun / aphid. Penanaman bibit ke pot atau transplanting dilakukan dua kali karena pertumbuhan bibit tanaman yang tidak seragam di persemaian. Ketidakseragaman pertumbuhan bibit tanaman ini terjadi kemungkinan karena bibit mengalami kondisi stress di persemaian. Kondisi stress ini diduga karena media tanam yang digunakan pada saat kegiatan persemaian terlalu padat, selain itu kondisi iklim saat persemaian juga mempengaruhi bibit di persemaian. Pada saat transplanting masih ditemukan beberapa tanaman yang offtype dari genotipe Seroja dan Ungara yang dapat dilihat dari perbedaan keragaan tanaman dari genotipe-genotipe yang sejenis. Tanaman yang offtype ini tidak diikutsertakan dalam pengamatan. Hama dominan yang menyerang tanaman cabai di lapang adalah thrips (Thrips parvisipinus) dan kutu daun. Hama ini menyerang bagian daun khususnya di permukaan bawah daun tanaman yang kemudian menyebabkan daun tanaman menjadi keriting. Penyakit yang paling dominan menyerang tanaman cabai di

lapang dan menyebabkan perubahan keragaan tanaman cabai serta penurunan jumlah produksi adalah antraknosa dan layu fusarium. Penyakit antraknosa disebabkan oleh Colletotrichum acutatum yang menyebabkan bercak konsentrik berwarna hitam pada buah sehingga buah menjadi busuk basah. Penyakit ini awalnya menyerang tanaman cabai hias varietas Numex pada ulangan 2 yang kemudian menyebar ke seluruh tanaman pada tiap ulangan. Sementara itu, penyakit layu fusarium (Fusarium oxysporum Schlecth) menyerang tanaman cabai dengan gejala awal tanaman menjadi layu yang dilanjutkan dengan gugurnya daun-daun yang telah mengering sebelumnya. Curah hujan dan kelembaban relatif yang tinggi selama penelitian berlangsung diduga merupakan salah satu penyebab meningkatnya serangan penyakit terutama yang disebabkan oleh cendawan. Berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi dan Geofisika, Dramaga, Bogor (2014), pada bulan Januari sampai bulan Juli 2014, curah hujan rata-rata 524 mm/bulan, suhu 24.6-26.5 o C, dan kelembaban 87.4%. Secara umum, pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman cabai dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida sesuai dosis yang dianjurkan. Penyemprotan pestisida berupa insektisida dan fungisida dilakukan setiap minggu baik pada fase vegetatif maupun generatif tanaman. Rekapitulasi F-Hitung, Peluang, dan Koefisiensi Keragaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata di antara galur-galur yang diuji pada seluruh karakter kuantitatif yang diamati (Tabel 1). 11 Tabel 1 Rekapitulasi F-Hitung, peluang, dan koefisiensi keragaman Koefisien No Karakter F Hitung Peluang Keragaman (%) 1 Tinggi tanaman (cm) 253.02** <.0001 5.85 2 Tinggi dikotomus (cm) 132.55** <.0001 10.81 3 Diameter batang (mm) 51.38** <.0001 7.24 4 Lebar tajuk (cm) 137.18** <.0001 7.58 5 Lebar daun (cm) 23.14** <.0001 5.18 6 Panjang daun (cm) 18.29** <.0001 8.06 7 Umur berbunga (HST) 22.55** <.0001 11.39 8 Umur panen buah (HST) 10.08** 0.0008 5.87 9 Bobot buah per tanaman (g) 56.9** <.0001 18.93 10 Bobot buah (g) 57.47** <.0001 13.03 11 Jumlah buah per tanaman 112.19** <.0001 18.07 12 Diameter pangkal buah (mm) 93.06** <.0001 6.45 13 Diameter tengah buah (mm) 76.39** <.0001 7.32 14 Diameter ujung buah (mm) 78.74** <.0001 9.68 15 Panjang buah (cm) 6.13** 0.0063 10.62 16 Panjang tangkai buah (cm) 34.83** <.0001 5.48 17 Ketebalan kulit buah (mm) 26.83** <.0001 11.49 Keterangan: **= nyata pada taraf α=1%

12 Karakter kuantitatif yang diamati meliputi karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, lebar tajuk, lebar daun, panjang daun, umur berbunga, umur panen buah, bobot buah per tanaman, bobot buah, jumlah buah per tanaman, diameter pangkal buah, diameter tengah buah, diameter ujung buah, panjang buah, panjang tangkai buah, dan ketebalan kulit buah. Koefisien keragaman (kk) pada seluruh karakter kuantitatif yang diamati berkisar antara 5.18-18.93% (Tabel 1). Menurut Matjjik dan Sumertajaya (2002) nilai koefisien keragaman (kk) untuk bidang pertanian yang dianggap wajar adalah 20%-25%. Evaluasi Karakter Kuantitatif Tinggi Tanaman, Tinggi Dikotomus, dan Diameter Batang Tinggi tanaman genotipe cabai hias yang diuji berkisar antara 20.19-48.90 cm. Genotipe Ungara memiliki tinggi tanaman tertinggi dibandingkan dengan semua pembanding. Hal ini mengakibatkan genotipe Ungara kurang cocok untuk dijadikan sebagai tanaman hias pot karena tinggi tanamannya yang tinggi sehingga tidak proporsional dengan diameter pot. Genotipe Seroja memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan Bara namun masih setara dengan tinggi tanaman dari Explosive dan Numex. Menurut Setyaningsih (1994), meningkatnya tinggi tanaman dengan tinggi cabang pertama yang rendah akan meningkatkan jumlah cabang, daun dan bunga yang terbentuk, selanjutnya akan meningkatkan jumlah buah dan produksi per tanaman. Genotipe Ungara memiliki diameter batang terbesar di antara pembandingpembandingnya yaitu sebesar 9.89 mm, sementara diameter batang dari genotipe Seroja sebanding dengan besar diameter pada Explosive. Menurut Isnaini (2007), keadaan pertumbuhan vegetatif dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum pertumbuhan tanaman. Pada umumnya panjang dan diameter batang utama digunakan sebagai ukuran pertumbuhan karena dapat dilihat dengan mudah. Tabel 2 Nilai tengah karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, dan diameter batang yang diuji pada setiap genotipe Tinggi tanaman Tinggi dikotomus Genotipe Diameter batang (mm) (cm) (cm) Seroja 20.19 cd 6.42 c 5.31 c Ungara 48.90 a 14.10 b 9.89 a Explosive 19.44 d 4.68 d 5.58 c Numex 22.57 c 5.08 cd 7.79 b Bara 45.44 b 17.93 a 7.19 b Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5% Tinggi dikotomus genotipe Seroja dan Ungara yang diuji masing-masing sebesar 6.42 dan 14.10 cm. Tinggi dikotomus dari kedua genotipe yang diuji ini tidak lebih tinggi dari pembandingnya yaitu Bara, namun genotipe Ungara memiliki tinggi dikotomus yang lebih tinggi dibandingkan dengan Explosive dan Numex, sementara tinggi dikotomus Seroja sebanding dengan Numex (Tabel 2). Tinggi dikotomus ini berpengaruh terhadap jumlah cabang pada tanaman cabai.

Menurut Citojoyo (1990) semakin tinggi cabang pertama terbentuk maka jumlah cabang semakin berkurang dan sebaliknya semakin rendah cabang pertama terbentuk maka jumlah cabang semakin bertambah banyak. Hal ini disebabkan semakin tinggi cabang pertama terbentuk, semakin sedikit bagian batang utama yang mempunyai kemungkinan untuk membentuk percabangan. Lebar Tajuk, Lebar Daun, dan Panjang Daun Berdasarkan hasil pengamatan, lebar tajuk pada galur yang diuji berkisar antara 22.71-56.43 cm. Galur Seroja memiliki lebar tajuk terendah di antara pembanding-pembandingnya, sementara lebar tajuk Ungara tidak lebih lebar dari tajuk Bara namun lebih lebar dari Explosive dan Numex. Tanaman dengan tajuk yang lebar nantinya diharapkan dapat menghasilkan jumlah cabang yang banyak sehingga buah yang dihasilkan pun akan semakin banyak. Karakter lebar daun dan panjang daun pada galur yang diuji menunjukkan hasil yang hampir sama, di mana lebar dan panjang daun dari kedua galur yang diuji tidak lebih baik dari Bara. Lebar daun pada kedua galur yang diuji setara dengan Numex dan lebih lebar bila dibandingkan dengan Explosive (Tabel 3). Tabel 3 Nilai tengah karakter lebar tajuk, lebar daun, dan panjang daun yang diuji pada setiap genotipe Genotipe Lebar tajuk (cm) Lebar daun (cm) Panjang daun (cm) Seroja 22.71 e 2.27 b 6.18 b Ungara 56.43 b 2.19 b 5.15 cd Explosive 29.42 d 1.78 c 4.49 d Numex 35.71 c 2.28 b 5.35 c Bara 67.14 a 2.54 a 6.99 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5% Umur Berbunga, Umur Panen Buah, Bobot Buah per Tanaman, Bobot per Buah, dan Jumlah Buah per Tanaman Umur berbunga yang lebih lama dibandingkan pembanding ditunjukkan oleh genotipe Ungara dengan rata-rata waktu berbunga selama 35.50 hari setelah tanam (HST), sementara waktu berbunga galur Seroja lebih cepat 6-10 hari bila dibandingkan dengan Numex dan Bara. Menurut Syukur et al. (2010) karakter umur berbunga awal (genjah) merupakan salah satu karakter unggul dari suatu tanaman. Umur panen buah diukur berdasarkan jumlah hari setelah tanam sampai 50% tanaman dalam petak percobaan telah mengalami pemasakan buah. Umur panen buah genotipe Ungara adalah yang terlama yaitu 77.50 Hari Setelah Tanam (HST) dibandingkan dengan semua pembanding, sementara genotipe Seroja memiliki umur panen buah tercepat yaitu 60.50 HST di antara semua pembanding (Tabel 4). Pertumbuhan generatif tanaman khususnya waktu berbunga dan umur panen buah bergantung pada pertumbuhan vegetatifnya. Menurut Cayanti (2006), pertumbuhan vegetatif yang baik diduga dapat mengakibatkan penimbunan 13

14 karbohidrat yang lebih cepat sehingga tanaman lebih cepat memasuki fase generatif. Bosland dan Votava (1999) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan vegetatif dan pembentukan buah pada cabai. Cabai membutuhkan pertumbuhan yang baik agar dapat menghasilkan buah lebih cepat dan kualitas yang lebih baik. Tabel 4 Nilai tengah karakter umur berbunga, umur panen buah, bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan jumlah buah per tanaman Umur Umur Bobot buah Jumlah Bobot Genotipe berbunga panen buah per tanaman buah per buah (g) (HST) (HST) (g) tanaman Seroja 18.25 d 60.50 c 36.36 d 1.65 c 23.5 c Ungara 35.50 a 77.50 a 110.40 b 2.53 a 44.5 b Explosive 20.75 cd 70.25 b 20.51 d 0.63 e 32.75 bc Numex 29.50 b 69.75 b 58.34 c 2.16 b 28.5 bc Bara 24.25 c 64.75 bc 148.77 a 0.99 d 151 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5% Karakter bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan jumlah buah per tanaman merupakan karakter-karakter yang saling berhubungan, di mana bobot buah per tanaman dan bobot buah nantinya dapat menentukan jumlah buah yang dapat dihasilkan dari satu tanaman cabai. Karakter umur berbunga juga berbanding lurus dengan bobot per buah, di mana menurut penelitian Setyaningsih (1994), semakin lama tanaman memasuki fase generatif berarti semakin banyak bagian vegetatif tanaman sehingga tanaman mempunyai kemampuan menghasilkan fotosintat yang banyak untuk pembentukan buah. Produktivitas tanaman juga dipengaruhi oleh bobot total buah panen per tanaman, sehingga genotipe yang menunjukkan bobot total buah yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan sebaliknya genotipe dengan bobot total buah rendah akan menghasilkan produktivitas yang rendah pula. Diameter Pangkal Buah, Diamater Tengah Buah, dan Diamater Ujung Buah Karakter diameter buah yang diukur meliputi tiga bagian buah yaitu pangkal, tengah, dan ujung buah. Diameter pangkal buah, tengah buah, dan ujung buah dari galur yang diuji masing-masing berkisar antara 11.24-14.54 mm, 9.44-13.24 mm, serta 4.21-7.12 mm. Galur Ungara memiliki diameter pangkal, tengah, dan ujung buah yang lebih lebar dibandingkan dengan semua pembanding, sementara galur Seroja memiliki diameter pangkal, tengah, dan ujung buah lebih lebar bila dibandingkan dengan pembanding Explosive dan Bara (Tabel 5). Karakter diameter buah ini dapat digunakan untuk membantu menentukan bentuk buah cabai. Selain itu menurut Setyaningsih (1994), karakter panjang dan diameter buah menentukan bobot per buah.

Tabel 5 Nilai tengah karakter diameter pangkal buah, diameter tengah buah, dan diameter ujung buah yang diuji pada setiap genotipe Genotipe Diameter pangkal buah (mm) Diameter tengah buah (mm) Diameter ujung buah (mm) Seroja 11.24 b 9.44 c 4.21 b Ungara 14.54 a 13.24 a 7.12 a Explosive 8.12 c 6.98 d 3.32 c Numex 14.81 a 11.93 b 6.64 a Bara 7.31 c 6.16 d 2.47 d Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5% Panjang Buah, Panjang Tangkai Buah, dan Ketebalan Kulit Buah Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata panjang buah dari galur yang diuji berkisar antara 3.01-3.08 cm. Keseluruhan galur yang diuji memiliki panjang buah yang setara dengan Numex namun lebih panjang bila dibandingkan dengan Explosive. Hasil pengamatan pada karakter panjang tangkai buah menunjukkan hasil yang sama dengan pengamatan karakter panjang buah (Tabel 6). Tabel 6 Nilai tengah karakter panjang buah, panjang tangkai buah, dan ketebalan kulit buah yang diuji pada setiap genotipe Genotipe Panjang buah (cm) Panjang tangkai buah Ketebalan kulit (cm) buah (mm) Seroja 3.08 b 2.62 bc 1.23 b Ungara 3.01 b 2.73 b 1.66 a Explosive 2.50 c 2.45 c 1.14 b Numex 3.18 ab 2.44 c 1.45 a Bara 3.64 a 3.52 a 0.68 c Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5% Ketebalan kulit buah galur cabai yang diuji berkisar antara 1.23 1.66 mm. Galur Ungara memiliki tebal kulit terbesar di antara pembanding Explosive dan Bara, namun setara dengan tebal kulit buah Numex. Tebal kulit buah galur Seroja setara dengan tebal kulit buah Explosive, namun lebih tebal bila dibandingkan dengan tebal kulit buah Bara. Analisis Korelasi Analisis korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan antar sifat satu dengan lainnya (Poepodarsono 1988). Terdapat 2 nilai koefisien korelasi yaitu negatif dan positif. Nilai koefisien korelasi negatif artinya semakin tinggi nilai suatu karakter maka nilai karakter lainnya akan semakin rendah dan sebaliknya. Nilai koefisien korelasi positif artinya semakin tinggi nilai suatu karakter maka semkin tinggi pula nilai karakter lainnya, demikian pula sebaliknya. Karakter-karakter yang dilihat korelasinya antara lain karakter diameter batang, 15

16 lebar daun, lebar tajuk, bobot buah total, panjang buah, panjang daun, panjang tangkai buah, tinggi dikotomus, tinggi tanaman, waktu berbunga, dan waktu panen (Tabel 7). Dari hasil uji korelasi dapat dilihat bahwa karakter lebar tajuk berkorelasi positif terhadap karakter bobot buah total, tinggi dikotomus, dan tinggi tanaman, sementara karakter waktu panen tidak memiliki korelasi dengan karakter lebar tajuk. Lebar tajuk berkorelasi positif dengan produktivitas tanaman. Tajuk semakin lebar maka bobot buah total akan semakin tinggi. Selain berkorelasi positif dengan karakter lebar tajuk, produktivitas tanaman juga berkorelasi positif terhadap karakter tinggi tanaman dan tinggi dikotomus. Tabel 7 Hasil analisis korelasi beberapa karakter kuantitatif yang diuji DB LD LT BBT PB PD PT TD TT WB LD 0.278 tn LT 0.659 tn 0.568 tn BBT 0.620 tn 0.737 tn 0.972** PB 0.267 tn 0.986** 0.643 tn 0.788 tn PD 0.091 tn 0.901* 0.450 tn 0.621 tn 0.903* PT 0.150 tn 0.721 tn 0.816 tn 0.867 tn 0.793 tn 0.818 tn TD 0.523 tn 0.641 tn 0.944* 0.965** 0.687 tn 0.613 tn 0.897* TT 0.760 tn 0.504 tn 0.939* 0.926* 0.532 tn 0.365 tn 0.701 tn 0.942* WB 0.985** 0.166 tn 0.551 tn 0.495 tn 0.156 tn 0.229 tn 0.000 tn 0.377 tn 0.643 tn WP 0.785 tn 0.365 tn 0.333 tn 0.172 tn 0.347 tn 0.651 tn 0.258 tn 0.133 tn 0.436 tn 0.841 tn Keterangan: DB= Diameter Batang, LD= Lebar Daun, LT= Lebar Tajuk, BBT= Bobot Buah Total, PB= Panjang Buah, PD= Panjang Daun, PT= Panjang Tangkai Buah, TD= Tinggi Dikotomus, TT= Tinggi Tanaman, WB= Waktu Berbunga, WP= Waktu Panen. tn=tidak nyata, *=nyata pada taraf α=5%, **=nyata pada taraf α=1% Karakter tinggi tanaman berkorelasi positif dengan tinggi dikotomus tanaman, di mana semakin tinggi tanaman maka tinggi dikotomus tanaman juga akan semakin tinggi pula. Adanya hubungan atau korelasi yang positif juga ditunjukkan oleh karakter tinggi dikotomus dengan panjang tangkai buah. Waktu berbunga berkorelasi positif dengan diameter batang. Semakin lama tanaman memasuki waktu berbunga maka tanaman akan memiliki diameter batang yang semakin lebar. Evaluasi Karakter Kualitatif Karakter Vegetatif Karakter-karakter vegetatif yang diuji antara lain bentuk daun, tepi daun, ujung daun, permukaan daun, warna daun, bentuk batang, warna batang, dan habitus tanaman tidak menunjukkan banyak perbedaan, bahkan pada karakter ujung daun, permukaan daun, dan bentuk batang pada seluruh galur yang diuji dan pembanding tidak menunjukkan perbedaan.

17 Gambar 8 Bentuk daun dari masing-masing genotipe yang diamati Menurut Bosland dan Votava (1999), daun cabai memiliki keragaman dalam bentuk, ukuran, dan warnanya. Daun cabai memiliki bentuk ovate, elliptik, dan lanceolate serta biasanya berwarna hijau. Bentuk daun pada kedua galur yang diuji dan ketiga pembanding adalah bentuk lanset dan oval (Gambar 8). Karakter tepi daun yang dominan muncul baik pada galur yang diuji maupun pembanding adalah berombak dan rata, sementara warna daun yang terlihat adalah hijau dan hijau keunguan. Perbedaan karakter antara galur yang diuji dan pembanding tidak terlihat pada karakter ujung daun dan permukaan daun (Tabel 8). Tabel 8 Bentuk daun, tepi daun, ujung daun, permukaan daun, dan warna daun Genotipe Bentuk Ujung Tepi daun Permukaan Warna daun daun daun daun Seroja Lanset Berombak Meruncing Halus Hijau Ungara Oval Rata Meruncing Halus Explosive Lanset Rata Meruncing Halus Hijau keunguan Hijau keunguan Numex Lanset Berombak Meruncing Halus Hijau Bara Oval Rata Meruncing Halus Hijau Pengamatan karakter bentuk batang juga tidak menunjukkan perbedaan. Semua galur yang diuji mempunyai bentuk batang yang sama dengan pembanding yaitu silindris. Warna batang serta habitus tanaman yang diuji menunjukkan perbedaan dengan pembanding. Warna batang dari sebagian besar pembanding berwarna hijau sedangkan warna batang dari salah satu galur yang diuji berwarna

18 ungu. Pemendekan ruas hanya terdapat pada galur Seroja dan satu pembandingnya yaitu Explosive (Tabel 9). Karakter habitus tanaman yang dominan muncul baik pada galur yang diuji maupun pembanding adalah kompak dan tegak (Gambar 9). Galur Ungara memiliki habitus tanaman tegak yang membentuk huruf V, sementara varietas Bara memiliki habitus tegak yang membentuk huruf Y. Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di mana menurut Faizah (2010), genotipe Ungara memiliki bentuk daun oval dengan warna daun ungu muda. Batang tanaman pada genotipe Ungara berbentuk silinder dan memiliki habitus tanaman yang tegak. Tabel 9 Bentuk batang, warna batang, dan habitus tanaman Pemendekan Genotipe Bentuk batang Warna batang ruas Habitus tanaman Seroja Silindris Ada Hijau Kompak Ungara Silindris Tidak ada Ungu Tegak / V Explosive Silindris Ada Ungu Kompak Numex Silindris Tidak ada Hijau Kompak Bara Silindris Tidak ada Hijau Tegak / Y Gambar 9 Habitus tanaman dari masing-masing genotipe yang diamati

19 Karakter Generatif Karakter posisi bunga pada galur yang diuji tidak berbeda dengan semua pembanding. Keseluruhan galur yang diuji dan pembanding memiliki posisi bunga yang tegak (Tabel 10). Tabel 10 Posisi bunga dan warna mahkota bunga Genotipe Posisi bunga Warna mahkota bunga Seroja Tegak Putih Ungara Tegak Ungu Explosive Tegak Ungu Numex Tegak Putih Bara Tegak Putih Pada karakter warna mahkota bunga, genotipe Seroja memiliki warna mahkota putih, sementara genotipe Ungara memiliki warna mahkota bunga ungu (Gambar 10). Karakter warna mahkota bunga Seroja memiliki perbedaan dengan pembanding Explosive yang memiliki warna mahkota ungu, sementara warna mahkota bunga Ungara memiliki perbedaan dengan warna mahkota pada pembanding varietas Numex dan Bara (Tabel 10). Gambar 10 Warna mahkota bunga masing-masing genotipe yang diamati Pengamatan karakter kualitatif buah meliputi bentuk buah, bentuk pangkal buah, penampang melintang buah, dan perubahan warna buah (Tabel 11). Arif et al. (2011) menyatakan bahwa kualitas cabai dipengaruhi oleh karakter-karakter kualitatif (tekstur permukaan buah, warna buah, dan lain-lain) dan ada tidaknya serangan hama dan penyakit pada buah cabai. Karakter bentuk buah pada dua galur yang diuji hanya memiliki perbedaan dengan salah satu pembanding yaitu Bara. Galur Seroja dan Ungara memiliki bentuk buah triangular sementara pembandingnya yaitu varietas Bara memiliki bentuk buah memanjang (Gambar 11).

20 Gambar 11 Bentuk buah cabai pada masing-masing genotipe Bentuk pangkal buah pada galur yang diuji juga memiliki perbedaan dari pembanding. Kedua galur yang diuji memiliki bentuk pangkal buah yang rompang. Bentuk ini berbeda dengan bentuk pangkal buah dua dari tiga varietas pembandingnya yaitu Numex dan Bara yang masing-masing berbentuk jantung dan tumpul. Menurut Faizah (2010), genotipe Ungara memiliki mahkota bunga yang berwarna ungu dengan posisi bunga yang tegak. Bentuk buah genotipe Ungara adalah triangular dan bentuk pangkal buah yang tumpul. Sementara itu, menurut Putri (2010), genotipe Ungara memiliki warna mahkota putih ungu dasar dengan semburat ungu. Bentuk buah dan bentuk pangkal buah pada genotipe Ungara masing-masing adalah triangular dan rompang. Tabel 11 Bentuk buah, bentuk pangkal buah, penampang melintang buah, dan perubahan warna buah Genotipe Bentuk buah Bentuk pangkal buah Penampang melintang buah Seroja Triangular Rompang Sedikit berombak Perubahan warna buah hijau kekuningan - hijau keunguan - ungu - oranye keunguan - oranye - merah Ungara Triangular Rompang Sedikit berombak Explosive Triangular Rompang Sedikit berombak Numex Triangular Bentuk jantung Sedikit berombak Bara Memanjang Tumpul Sedikit berombak ungu kehitaman - hijau - merah kehitaman - merah ungu - ungu semburat oranye - oranye - merah hijau kekuningan - ungu - oranye - merah hijau - oranye - merah

21 Gambar 12 Perubahan warna buah cabai masing-masing genotipe Perbedaan juga terlihat pada karakter perubahan warna buah (Gambar 12). Masing-masing galur yang diuji dan pembanding memiliki perubahan warna buah muda ke buah matang yang berbeda, sementara itu keseluruhan galur yang diuji serta pembandingnya tidak memiliki perbedaan pada karakter penampang melintang buah. Menurut Poulus (1994), cabai memiliki warna buah muda hijau, kuning, krem, atau ungu dan warna buah matang merah, oranye, kuning, atau coklat. Rubatzky dan Yamaguchi (1999) menyatakan bahwa warna hijau pada buah cabai disebabkan oleh adanya klorofil sedangkan warna merah disebabkan oleh adanya karotenoid. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Galur-galur yang diuji memiliki perbedaan pada semua karakter kuantitatif yang diuji, meliputi karakter tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, lebar tajuk, lebar daun, panjang daun, umur berbunga, umur panen buah, bobot buah per tanaman, bobot per buah, jumlah buah per tanaman, diameter buah, panjang buah, panjang tangkai buah, dan ketebalan kulit buah. Galur Ungara memiliki keunggulan pada karakter diameter batang, bobot per buah, diameter buah, dan ketebalan kulit buah. Galur Seroja memiliki keunggulan pada karakter umur berbunga dan umur panen buah yang lebih cepat dibandingkan semua pembandingnya. Karakter kualitatif yang diuji pada galur cabai hias menunjukkan sedikit perbedaan dengan pembandingnya. Perbedaan yang paling terlihat dari karakterkarakter kualitatif yang diuji adalah karakter pemendekan ruas dan perubahan warna buah. Galur Seroja mengalami pemendekan ruas dengan perubahan warna buah ungu muda saat muda kemudian menjadi merah saat tua, sementara galur

22 Ungara tidak mengalami pemendekan ruas dengan perubahan warna buah dari ungu kehitaman menjadi merah. Saran Galur Seroja dan Ungara masih perlu dimurnikan lagi agar tidak ditemukan tanaman offtype pada saat perbanyakan tanaman. Perlu dilakukan uji preferensi konsumen untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen pada galur-galur cabai hias yang diuji sehingga dapat diketahui galur yang layak untuk dilepas ke pasar. DAFTAR PUSTAKA Allard RW. 1999. Principle of Plant Breeding. 2nd ed. New York (US): John Wiley & Sons, Inc. Arif AB, Sujiprihati S, Syukur M. 2011. Pewarisan sifat beberapa karakter kualitatif pada tiga kelompok cabai. Bul Plasma Nutfah. 17(2): 73-79. Berke TG. 2000. Hybrid Seed Production in Capsicum. Di dalam: Basra AS, editor. Hybrid Seed Production in Vegetables: Rasionale and Methods in Selected Crops. New York (US): Haworth Press. hlm 49-67. Bosland PW, Iglesias J, Gonzalez MM. 1994. Numex Centennial and Numex Twilight ornamental chiles. Hort.Sci. 29(9): 1090-1094. Bosland PW, Votava EJ. 1999. Peppers: Vegetable and Spice Capsicums. New York (US): CABI Pub. Cayanti EO. 2006. Pengaruh media terhadap kualitas cabai hias (Capsicum sp.) dalam pot [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Citojoyo. 1990. Pengaruh kondisi lapang dan rumah plastik terhadap pertumbuhan dan hasil nomor seleksi cabai merah (Capsicum annuum L.) pada musim hujan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Courtier J. 1993. Growing in The Plant. London (GB): Word Lock Limited. Djarwaningsih T. 2005. Capsicum spp. (Cabai): Asal, persebaran, dan nilai ekonomi. Biodiversitas. 6(4):292-296. Evans J. 1993. The New Indoor Plant Book. London (GB): Kyle Cathy Limited. Faizah R. 2010. Karakterisasi beberapa genotipe cabai (Capsicum spp.) dan mekanisme ketahanannya terhadap begomovirus penyebab penyakit daun keriting kuning [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. 2nd ed. Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Stasistical Prosedures for Agricultural Research. Greenleaf WH. 1986. Pepper Breeding. Di dalam: Basset MJ, editor. Breeding Vegetables Crops. Connecticut (US): The AVI Pub.Co. hlm 67-134. Hessayon DG. 1993. The House Plant Expert. London (GB): Transworld Publisher Ltd. [IPGRI] International Plant Genetic Resources Institute. 1995. Descriptors for Capsicum (Capsicum spp.). Roma (IT): International Plant Genetic Resources Institute.

Isnaini. 2007. Evaluasi karakteristik hortikultura hibrida melon (Cucumis melo L.) introduksi dan hasil rakitan pusat kajian buah-buahan tropika (PKBT) IPB [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kusandriani Y. 1996. Botani tanaman cabai merah. Di dalam: Duriat AS, Hadisoeganda AWW, Soetiasso TA, Prabaningrum, editor. Teknologi Produksi Cabai Merah. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Makmur A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Rieneka Cipta. Mattjik AA, Sumertajaya M. 2002. Perancangan Percobaan: Dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): Departemen Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Nasir M. 2001. Keragaman genetik tanaman. Di dalam: Makmur A, editor. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. hlm 64. [PPVT] Pusat Perlindungan Varietas Tanaman. 2006. Panduan pengujian individual kebaruan, keunikan, keseragaman, dan kestabilan cabai (Capsicum annuum L.) PVT/PPI/13/1. Poespodarsono S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Bogor (ID): Pusat Antar Universitas IPB. Poulus JM. 1994. Capsicum L. Di dalam: Siemonsma JS, Piluek K, editor. Plant Resources of South-East Asia No. 8: Vegetable. Bogor (ID): Prosea Foundation. hlm 136-140. Putri NE. 2010. Keragaan beberapa genotipe cabai (Capsicum annuum L.) dan ketahanannya terhadap antraknosa, hawar phytophthora, dan layu bakteri serta parameter genetiknya [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1999. World Vegetables: Principles, Production, and Nutritive Values. 2nd ed. Gaithersburg (US): Aspen Publisher, Inc. Setiadi. 2002. Bertanam Cabai. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Setyaningsih P. 1994. Evaluasi karakter hortikultura dan daya hasil lima belas galur cabai (Capsicum annuum L.) lokal dan introduksi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R, Kusumah DA. 2010. Evaluasi daya hasil cabai hibrida dan daya adaptasinya di empat lokasi dalam dua tahun. J Agron Indonesia 38(1): 43-51. Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Tay DCS. 1989. Genetic resources of tomato and pepper at AVRDC. Di dalam: International Symposium on Integrated Management Practices; 1988 Mar 21-26; Tainan, Taiwan. Tainan (TW): Asian Vegetable Research and Development Center. hlm 10-21. Wirasti CA. 2013. Pola pewarisan karakter generatif dan tipe tumbuh pada cabai hias [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada. 23

24 Lampiran 1 Deskripsi cabai rawit varietas Bara Asal tanaman : seleksi galur introduksi dari Thailand dengan nomor CR 263 Umur (setelah semai) : -mulai berbunga 65-70 hari -panen 115 hari Tinggi tanaman : 55 cm Bentuk tanaman : tegak Bentuk kanopi : bulat Warna batang : hijau Ukuran daun (P x D) : 8 x 3.5 cm Warna daun : hijau Warna kelopak bunga : hijau Warna tangkai bunga : hijau Warna mahkota bunga : putih Warna kotak sari : ungu Jumlah kotak sari : 5 6 Warna kepala putik : ungu Jumlah helai mahkota : 5 6 Bentuk buah : kerucut langsing, ujung buah runcing Kulit buah : mengkilat Tebal kulit buah : 1 mm Warna buah muda : hijau Warna buah tua : merah Ukuran buah (P x D) : 3.5 cm x 0.7 cm Berat buah per buah : 1.1 gram Kekompakan buah : kompak Rasa buah : pedas Berat buah per tanaman : 0.5 kg Potensi hasil : 10 ton/ha Ketahanan terhadap hama dan penyakit : tahan Cucumber Mosaic Virus (CMV), layu bakteri, antraknosa, dan toleran Chilli Veinal Mottle V (CVMV) Daerah adaptasi : dataran rendah sampai tinggi Peneliti / Pengusul : PT East West Seed Indonesia Bentuk tanaman : Lampiran 2 Deskripsi cabai hias Seroja Nama / nomor aksesi : IPB C.092

Nama varietas : IPB Seroja Silsilah / asal-usul : seleksi hasil massa dari IPB C92 Metode pemuliaan : seleksi massa Tanaman : tinggi tanaman 20-30 cm, lebar kanopi 20-25 cm, habitus tanaman intermediate Batang : ada pemendekan ruas, warna batang muda hijau, warna batang dewasa hijau tua, warna buku ungu, bentuk batang silinder, tinggi dikotomus 5-10 cm, diameter batang 5-7 mm Daun : bentuk daun ovate, warna daun bagian atas hijau, warna daun bagian bawah hijau, tepi daun rata, bentuk ujung daun meruncing, bentuk pangkal daun meruncing, permukaan daun bagian atas halus (tidak berbulu), permukaan daun bagian bawah halus (tidak berbulu), panjang daun 6.5-10 cm, lebar daun 3-4 cm Bunga : posisi bunga tegak, jumlah bunga 1 bunga/axil, warna anter ungu, bentuk tepi kelopak dentate, warna mahkota bunga putih, warna semburat mahkota tidak ada, bentuk mahkota rotate, umur mulai berbunga 15-20 HST Buah : bentuk buah membulat, warna buah muda putih kekuningan, warna buah intermediate putih semburat ungu, warna buah matang merah, bentuk pangkal buah obtuse, tipe buah small hot, permukaan buah licin, lekukan di pangkal buah tidak ada, warna tangkai buah hijau, bentuk ujung buah pointed, struktur ujung buah tidak ada, umur mulai panen 65-70 HST, diameter buah 12-15 mm, panjang buah 3-4 cm, bobot buah 2-3.5 g, bobot buah per tanaman130-200 g Biji : warna biji kuning jerami, bentuk biji pipih, berat 1000 biji 6.59 7.03 g Sifat-sifat khusus : ada beberapa warna buah dalam satu tanaman, ada pemendekan ruas, cocok digunakan sebagai tanaman hias Bentuk tanaman : 25 Lampiran 3 Deskripsi cabai hias Ungara Nama / nomor aksesi : IPB C.020 Nama varietas : IPB Ungara Silsilah / asal-usul : Seleksi massa genotipe lokal Indramayu Metode pemuliaan : Seleksi massa Tanaman : tinggi tanaman 42.52 cm, lebar kanopi 46.15 cm, habitus tanaman intermediate Batang : warna batang muda ungu, warna batang dewasa ungu, warna buku ungu, bentuk batang silinder, bulu pada batang halus, tinggi dikotomus 15.32 cm, diameter batang 7.9 mm

26 Daun : bentuk daun ovate, warna daun bagian atas ungu, warna daun bagian bawah ungu, tepi daun rata, bentuk ujung daun meruncing, bentuk pangkal daun meruncing, permukaan daun bagian atas halus (tidak berbulu), permukaan daun bagian bawah halus (tidak berbulu), panjang daun 6.49 cm, lebar daun 2.73 cm Bunga : posisi bunga tegak, jumlah bunga 1 bunga/axil, warna anter ungu, warna tangkai sari, bentuk tepi kelopak dentate, warna mahkota bunga ungu, warna semburat mahkota tidak ada, bentuk mahkota rotate, umur berbunga 35 HST Buah : bentuk buah membulat, warna buah muda ungu, warna buah intermediate ungu kehijauan, warna buah matang merah, bentuk pangkal buah obtuse, tipe buah small hot, permukaan buah licin, lekukan di pangkal buah tidak ada, warna tangkai buah ungu, bentuk ujung buah pointed, struktur ujung buah tidak ada, umur panen 85 HST, diameter buah 15.9 mm, panjang buah 3.6 cm, bobot buah 3.55 g, bobot buah per tanaman 130.65 g Biji : warna biji kuning jerami, bentuk biji pipih, berat 1000 biji 6.59 7.03 g Sifat-sifat khusus : rasa buah pedas (1651.26 ppm), cocok digunakan sebagai tanaman hias Bentuk tanaman : RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Purworejo pada tanggal 21 Desember tahun 1992, dari pasangan Bapak Istyo Tris Andoyo dan Ibu Novi Dwi Andayani. Penulis merupakan anak kedua dari 2 orang bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Purworejo pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiankepanitian acara yang diselenggarakan di lingkungan kampus. Penulis pernah