HIGIENE DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN KEPADATAN LALAT PADA WARUNG MAKAN DI PASAR TRADISIONAL PASAR HORAS PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN PERAN PETUGAS TERHADAP KONDISI HYGIENE

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat, protein, vitamin, mineral, dan sebagainya (Depkes RI, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 48 telah. kesehatan keluarga, perbaikan gizi, pengawasan makanan dan minuman,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Barat : berbatasan dengan Sungai Bulango. b. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kelurahan Ipilo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

BAB I PENDAHULUAN. asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

HIGIENE SANITASI RUMAH MAKAN PERSINGGAHAN BUS LINTAS SUMATERA DI RANTAU SELATAN KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN Skripsi. Oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kesejahteraan

HIGIENE SANITASI PANGAN

DAFTAR PUSTAKA. Anonimous, Mengenal Jenis-jenis Restoran. Diakses tanggal 13 Januari jttcugm.wordpress.com/2008/12/16/restoran/

ASPEK HYGIENE SANITASI MAKANAN PADA RUMAH MAKAN DI TERMINAL 42 ANDALAS KOTA GORONTALO 2012 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

HYGIENE SANITASI MAKANAN DAN PEMERIKSAAN FORMALIN SERTA BORAKS PADA MAKANAN JAJANAN (OTAK-OTAK) DI KOTA TANJUNGPINANG TAHUN 2013 SKRIPSI OLEH

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

I. PENDAHULUAN. Pada era globalisasi keadaan gizi masyarakat yang baik menjadi salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

IMPLEMENTASI PERMENKES RI NO. 1096/MENKES/PER/ VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA TERHADAP KELAYAKANAN FISIK JASABOGA DI KOTA SIBOLGA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

HIGIENE DAN SANITASI PENGOLAHAN ROTI PADA PABRIK ROTI DI DESA KAMPUNG LALANG KECAMATAN SUNGGAL MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

Cindy K Dastian 1, Idi Setyobroto 2, Tri Kusuma Agung 3 ABSTRACT

HIGIENE SANITASI DAN ANALISIS ZAT PEMANIS BUATAN PADA DODOL YANG DI PRODUKSI DI KECAMATAN PANYABUNGAN KABUPATEN MANDAILING NATAL TAHUN 2012

HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN JAJANAN DI KOMPLEKS USU, MEDAN

PRINSIP PENYELENGGARAAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN SERTA SIKAP PENJAMAH MAKANAN DI LEMBAGA PERMASYARAKATAN KELAS IIA BINJAI

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

GAMBARAN JUMLAH ANGKA KUMAN DAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA PIRING DI RUMAH MAKAN PASAR SERASI KOTA KOTAMOBAGU TAHUN 2015 Cindy Stevani Sape

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 942/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

BAB V PEMBAHASAN. higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap

GAMBARAN ANGKA KUMAN DAN BAKTERI

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. bersih. 4 Penyakit yang menonjol terkait dengan penyediaan makanan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, kesehatan perlu dijaga dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan media untuk dapat berkembang biaknya mikroba atau kuman.

Karakteristik Responden

BAB I PENDAHULUAN. bisa melaksanakan rutinitasnya setiap hari(depkesri,2004).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah yang ada di Provinsi Gorontalo,

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Rancangan sistem..., Putih Sujatmiko, FKM UI, 2009

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Higiene Sanitasi Makanan Jajanan, makanan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atau dikenal dengan kampus induk/pusat, kampus 2 terletak di Jalan Raden Saleh,

KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada usia 6 bulan saluran pencernaan bayi sudah mulai bisa diperkenalkan pada

KUESIONER PENELITIAN PERBEDAAN SANITASI PENGELOLAAN RUMAH MAKAN DAN RESTORAN BERDASARKAN TINGKAT MUTU (GRADE A,B DAN C) DI KOTA MEDAN TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN, TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN NASI KRAWU DI KECAMATAN GRESIK KABUPATEN GRESIK

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 pasal 10 menyebutkan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mereka sedang dalam puncak pertumbuhan. Pada anak usia sekolah akan terus

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PEDAGANG DENGAN HIGIENE SANITASI MAKANAN JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN KULON PROGO-DIY

Hubungan Personal Higiene dan Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Escherichia Coli Pada Makanan di Rumah Makan Padang Kota Manado Dan Kota Bitung

Universitas Sumatera Utara Departemen Kesehatan Lingkungan. Universitas Sumatera Utara, 20155, Medan, Indonesia

LEMBAR OBSERVASI ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. tidak terjadi dengan sendirinya (Mukono, 2006). Pertambahan penduduk,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah


BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi,

Transkripsi:

HIGIENE DAN SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN KEPADATAN LALAT PADA WARUNG MAKAN DI PASAR TRADISIONAL PASAR HORAS PEMATANGSIANTAR TAHUN 2013 Devi Justika Sembiring 1, Taufik Ashar 2 dan Wirsal Hasan 2 1. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Departemen Kesehatan Lingkungan 2. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia E-mail : devi.justika@yahoo.com Abstract The hygiene and sanitation of food processing and flies density at the eatery in the traditional market Pasar Horas Pematangsiantar 2013. Eatery is a commercial bussines that provides food and beverage for public society. Food sanitation hygiene purpose is managing food of avoiding to become source of disease. This research aims to find out about hygiene of Eatery in Pasar Horas Pematangsiantar city according to the staff character, sanitation hygiene principal of food processing, food delivery, finished food storing, food servicing, sanitation facility and the measurement of flies density. This research is a descriptive reseach that explain the sanitation hygine of food management which the datas are obtained by observing and analyzed based on exist theory namely Kepmenkes Ri No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 about the required condition the healthy of eatery and restaurant, and measurement of flies density by using Fly Grill and adjusted with interpretation according to health department. This research shows that most of responden education is High school (76.5 %), according to >15 years trading period (47%), 2 to 3 labour of food processing (70.6 %). Applying the sanitation hygiene including food material (100%) has fullfilled the require needed, the other has not fullfilled the requirement incluidng food material storing, food processing, finished food storing, food delivery, food servicing and sanitation facility. Most of the processor and waiter have not fullfilled the principal of food processing. The density of flies (58.8%) is in the medium level (3-5) and the further research need to be done to find out the breeding place. According to the result of the research, it is suggested to do some training and counceling about the hygiene and sanitation in eatery to be better for healt. Keywords : Hygiene Sanitation, Eatery, Flies Density PENDAHULUAN Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui berbagai macam kegiatan, salah satunya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya pengamanan makanan dan minuman akan lebih ditingkatkan untuk mendukung peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Semua itu merupakan upaya untuk melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan mutu (Depkes RI, 2009). 1

Makanan dan minuman sangat penting bagi manusia, karena merupakan suatu kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidupnya. Untuk itu, makanan dan minuman yang dikonsumsi harus terpenuhi kebutuhan zat gizinya (karbohidrat, protein, lemak, dan mineral), juga harus higienis dan aman agar terhindar dari penyakit karena makanan (Khomsan, 2004). Makanan yang terkontaminasi dapat disebabkan oleh higiene sanitasi makanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk mendapatkan makanan dan minuman yang memenuhi syarat kesehatan maka perlu diadakan pengawasan terhadap higiene sanitasi makanan dan minuman yang diutamakan pada usaha yang bersifat umum seperti restoran, rumah makan, ataupun pedagang kaki lima mengingat bahwa makanan dan minuman merupakan media yang potensial dalam penyebaran penyakit (Depkes RI, 2004). Terdapat 6 (enam) prinsip higiene sanitasi yang harus diperhatikan dalam proses pengolahan makanan dan minuman yaitu pemilihan bahan makanan, penyimpanan bahan makanan, pengolahan makanan, penyimpanan makanan masak, pengangkutan makanan, dan penyajian makanan (Depkes RI, 2004). Warung Makan adalah salah satu tempat penyediaan makanan yang cukup banyak mendapat kunjungan dari konsumen terutama pengunjung pada pasar tradisional untuk memperoleh/menikmati aneka ragam makanan yang diinginkan. Dan untuk itu aspek higiene dan sanitasi makanan perlu menjadi perhatian dan ditingkatkan, agar tempat usaha ini memenuhi persyaratan kesehatan di bidang penyehatan makanan (Khomsan, 2004). Lalat dapat bertindak sebagai vektor mekanis yang menyebabkan penyakit pada manusia maupun hewan. Infeksi terjadi melalui komsumsi makanan atau minuman yang dihinggapi lalat. Peristiwa penularan penyakit yang disebarkan lalat bersumber dari makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan (TPM) khususnya jasa boga, rumah makan, warung makan, dan makanan jajanan yang pengolahannya tidak memenuhi atau sanitasi lingkungan (Andriani, 2007). Survei awal yang telah penulis lakukan di beberapa warung makan pada pasar tradisional di kota Pematangsiantar yaitu Pasar Horas masih dijumpai proses pengolahan makanan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip higiene sanitasi makanan, juga masih menunjukkan adanya lalat. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Higiene dan Sanitasi Pengelolaan Makanan dan Kepadatan Lalat pada Warung Makan Di Pasar Tradisional Pasar Horas Kota Pematangsiantar Tahun 2013. Tujuan penelitian ini yaitu Untuk mengetahui gambaran higiene dan sanitasi pengelolaan makanan dan kepadatan lalat pada warung makan di Pasar Tradisioanal Pasar Horas Kota Pematangsiantar Tahun 2013 METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di warung makan di Pasar Tradisional Pasar Horas Kota Pematangsiantar. Selain melakukan wawancara dan observasi higiene sanitasi. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif dengan melihat higiene sanitasi dan melakukan pengukuran untuk mengetahui kepadatan lalat pada rumah makan di Pasar Horas kota Pematangsiantar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warung 2

makan yaitu sebanyak 17 warung makan. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung penilaian keadaan fisik, penerapan higiene penjamah makanan dan sanitasi melalui penggunaan kuesioner dan observasi serta data yang diperoleh dari hasil pengukuran kepadatan lalat pada warung makan. Data sekunder diperoleh dari dinas kesehatan dan dinas pasar Pematangsiantar. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Gambaran tingkat pendidikan, lama berjualan, jumlah tenaga pengolah, dan umur responden pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Lama Berjualan, Jumlah Tenaga Pengolah dan Umur di Warung Makan Pasar Horas Pematangsiantar Tahun 2013 Jumlah Orang % Pendidikan SMP 4 23,5 SMA 13 76,5 Total 17 100 Lama 0-5 Tahun 2 11,8 Berjualan 6-10 Tahun 4 23,5 11-15 Tahun 3 17.7 >15 Tahun 8 47,0 Total 17 100 Jumlah 2-3 Orang 12 70,6 Tenaga 4-5 Orang 5 29,4 Mengolah Total 17 100 Lama 20-29 Tahun 1 5,9 Berjualan 30-39 Tahun 6 35,3 40-49 Tahun 6 35,3 >50 Tahun 4 23,5 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa pendidikan responden lebih banyak berpendidikan SMA yaitu 13 responden (76,5%). Responden di warung makan yang terdapat paling banyak ialah yang lama berjualan dalam kurun waktu > 15 tahun yaitu 8 responden (47,0%). Tenaga yang mengolah di warung makan pada umumnya terdiri dari 2-3 orang (70,6%) tenaga pengolah. Responden paling banyak pada umur 30-39 tahun yaitu sebanyak 6 responden (35,3%) dan 40-49 tahun yaitu sebanyak 6 responden (35,3%). Tingkat pendidikan pada pemilik warung makan sudah cukup baik yaitu pada umumnya (13 orang) adalah tamatan Sekolah Menengah Atas. Latar belakang pendidikan dapat mempengaruhi caracara merekan dalam menangani makanan. Lama berdagang adalah jangka waktu mulai pertama kali berdagang sampai dengan sekarang. Di warung makan yang terdapat di Pasar Horas ini, Dari 17 Warung Makan yang terdapat di Pasar Horas tersebut keseluruhan responden telah berdagang lebih dari 5 tahun. Jumlah tenaga yang mengolah adalah jumlah orang yang bekerja dalam pengolahan makanan. Di warung makan yang ada di Pasar Horas, dari 17 warung makan yang memakai tenaga pengolah 2-3 orang. Tenaga pengolah makanan memegang peranan penting didalam kegiatan pengelolaan makanan. Prinsip-Prinsip Hygiene Sanitasi Pengelolaan Makanan Gambaran Prinsip-prinsip hygiene sanitasi pengelolaan makanan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur di Lingkungan Pintu Angin Kelurahan Sibolga Hilir Kecamatan Sibolga Utara Kota Sibolga Tahun 2013 No Prinsip-Prinsip Hygiene Sanitasi Warung Makan 1. Pemilihan Bahan Makanan Keterangan Memenuhi syarat kesehatan 3

2. Penyimpanan Bahan Makanan 3. Pengolahan Makanan 4. Penyimpanan Makanan Jadi/Masak 5. Pengangkutan Makanan Jadi 6. Penyajian Makanan Jadi Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa hygiene sanitasi di warung makan yang terdapat di Pasar Horas secara umum tidak memenuhi yang sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/ VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan, karena ada 5 (lima) prinsip yang tidak memenuhi. Pemilihan bahan makanan adalah semua bahan baik terolah maupun tidak termasuk bahan tambahan dan bahan penolong. Dalam memenuhi kebutuhan akan bahan makanan, responden membeli di pasar tradisional yaitu Pasar Horas itu sendiri. Dalam pemilihan bahan makanan tersebut mereka juga mengutamakan kualitas, karena tidak terlihat busuk maupun rusak. Semuanya juga memperhatikan masa kadaluarsa dalam memakai bahan tambahan makanan, dan membeli di tempat resmi/berizin. Dalam pemilihan bahan makanan yang dilakukan sudah memenuhi. Dalam penyimpanan bahan makanan yang dilakukan di 17 warung makan di Pasar Horas, semua responden tidak memenuhi. Bahan makanan yang dibeli tetap diletakkan di keranjang belanja atau hanya diletakkan di atas meja tanpa menyimpannya. Hal ini dikarenakan menurut mereka sama saja apabila disimpan dan tidak disimpan karena keesokan harinya akan langsung digunakan. Seluruh responden juga melakukan pencucian bahan makanan hanya ketika bahan makanan itu akan segera diolah menjadi makanan jadi. Pengolahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam pengolahan bahan makanan dengan memperhatikan faktor tempat pengolahan, peralatan memasak dan cara penjamah dalam mengolah makanan. Penyimpanan makanan jadi adalah menyimpan dan menempatkan makanan yang telah jadi/masak dengan memperhatikan prinsip penyimpanan sementara waktu pada ruang penyimpanan makanan jadi dengan memperhatikan kebersihan tempat maupun wadah penyimpanan. Penyimpanan makanan jadi tidak memenuhi karena tidak mempunyai tempat penyimpanan khusus. Akibatnya makanan tidak terhindar dari kontaminasi udara luar karena tempat tersebut hanya berupa stelling yang tertutup hanya bagian depan, atas dan samping, sehingga debu-debu dapat masuk melalui bagian yang terbuka dan dapat menimbulkan pencemaran pada makanan jadi. Hal ini terjadi karena responden belum mengetahui fungsi daripada tempat makanan jadi yang tertutup. Pengangkutan makanan adalah sarana pengangkut makanan jadi/matang dari tempat penyimpanan untuk dihidangkan kepada tamu. Seluruh warung makan dalam hal pengangkutan makanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu tidak adanya tempat khusus dalam pengangkutan makanan yang sudah matang, dan tidak memiliki penutup yang baik serta mudah dibersihkan, adanya tempat khusus agar makanan tidak bercampur dengan bahan yang berbahaya dan perlunya penutup supaya makanan tidak terkena pencemaran ulang (recontamination). Penyajian makanan adalah menyajikan makanan jadi/matang kepada konsumen dengan menggunakan wadah. 4

Penyajian makanan dengan cara ditutup (100%) tidak memenuhi persyaratan kesehatan, mereka langsung memberikannya kepada tamu setelah makanan itu dipesan, makanan yang tidak ditutup akan dapat terkontaminasi dengan udara luar dari tangan si penyaji. Pengukuran Kepadatan Lalat Hasil pengukuran yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3. Hasil Pengukuran Kepadatan Lalat No Hasil Pengukuran Jlh % Ket 1. 0 2 7 41,2 Rendah 2. 3 5 10 58,8 Sedang Berdasarkan 3 diketahui bahwa dari 17 warung makan yang diukur kepadatan lalatnya, terdapat 10 warung makan (58,8%) yang tingkat kepadatan lalatnya di kategorikan pada interpretasi sedang dan perlu dilakukan pengamatan terhadap tempat perkembangbiakannya, sedangkan 7 warung makan (41,2%) masih dalam kategori rendah dan tidak menjadi masalah. Warung Makan yang kepadatan lalat yang dikategorikan pada tahap sedang adalah warung makan dimana letak warung makan ini berada di bagian gedung paling luar yang terletak di dekat tempat penampungan sampah sementara, atau berada di dekat tempat pedagang ikan. Hal ini kemungkinan yang menyebabkan tingginya angka kepadatan lalat di beberapa warung makan. Sementara warung makan yang kepadatan lalatnya dikategorikan pada tahap rendah adalah warung makan yang letaknya berada di tengah gedung sehingga terhindar dari tumpukan sampah dan berada di dekat penjual alat-alat rumah tangga, sehingga tidak menimbulkan tingginya angka kepadatan lalat. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Karakteristik responden yang ada di warung makan Pasar Horas berdasarkan pendidikan pada umumnya tamat SMA (76,5%), lamanya berjualan >15 tahun (47,0%) dan jumlah tenaga yang mengolah pada umumnya 2 3 orang (70,6%). Penerapan 6 (enam) prinsip hygiene sanitasi pengelolaan warung makan di Pasar Horas yang memenuhi persyaratan kesehatan hanya pemilihan bahan makanan. Hasil pengukuran kepadatan lalat pada 17 warung makan yang ada di Pasar Horas yaitu 0 2 (41,2%) rendah sehingga tidak menjadi masalah dan (58,8%) berada pada tingkat kepadatan sedang yaitu 3 5 (sehingga perlu dilakukan pengamatan terhadap tempat berkembang biaknya lalat, tumpukan sampah, kotoran hewan, dll). Saran Bagi pemilik warung makan Agar menyediakan fasilitas/sarana bekerja bagi tenaga pengolah makanan yang mengolah makanan dan mengikuti 6 (enam) prinsip hygiene sanitasi pengelolaan warung makan yang belum memenuhi persyaratan Kepmenkes RI No.1098/Menkes/SK/VII/2003. Bagi Dinas Pasar agar bekerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk mengadakan penyuluhan mengenai hygiene sanitasi warung makan. Bagi peneliti selanjutnya untuk mengetahui keluhan yang terjadi bagi para pembeli yang mengunjungi warung makan di Pasar Horas. Daftar Pustaka 5

Anwar, S, 1997 Sanitasi Makanan dan Minuman pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi, Pusat Pendidikan Tenaga Sanitasi, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes RI, Jakarta. Azwar, A, 1996, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta. Chandra, B, 2006, Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta. Depkes RI, 1989, Permenkes RI No. 304/Menkes/Per/IV/1989, Tentang Persyaratan Kesehatan Restoran dan Rumah Makan dan Petunjuk Pelaksanaannya, Jakarta. ------------------------, 1992, Undang- Undang No. 23, Tentang Kesehatan, Jakarta. ------------------------, 1992, Petunjuk Teknis Tentang Pemberantasan Lalat, Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Jakarta. ------------------------, 2000, Prinsip-Prinsip Hygiene dan Sanitasi Makanan, Jakarta. ------------------------ 2001, Permenkes RI No. 712/Menkes/Per/X/1986 Tentang Persyaratan Kesehatan Jasa Boga, Jakarta. ------------------------, 2001, Kumpulan Modul Kursus Penyehatan Makanan Bagi Pengusaha Makanan dan Minuman, Penerbit Yayasan Pesan, Jakarta. ------------------------, 2003, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1098/Menkes/SK/ VII/2003 Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran, Jakarta. ------------------------, 2004, Tentang Bakteri Pencemaran Makanan dan Penyakit Bawaan Makanan, Modul 4, Jakarta. ------------------------, 2009, Undang- Undang No. 36 Tentang Kesehatan, Jakarta. http:/www. depkes.go.id, diakses tanggal 7 Februari 2013. Khomsan, 2004, Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, PT. Grafindo Persada, Jakarta 6