BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Analisa Curah Hujan 4.1.1 Jumlah Kejadian Bulan Basah (BB) Bulan basah yang dimaksud disini adalah bulan yang didalamnya terdapat curah hujan lebih dari 1 mm (menurut metode Mohr), pada grafik dibawah ini diperlihatkan jumlah/banyaknya kejadian bulan basah dalam setahun yang ada di daerah Dago, Bandung. Dari grafik diperlihatkan bahwa jumlah/banyaknya kejadian bulan basah dari tahun 195 sampai 25 mengalami fluktuasi. Rata-rata dari tahun 195-25 adalah 8 kejadian BB per tahun. Dari grafik tersebut dapat diklasifikasikan beberapa kejadian sebagai berikut : 1. Tahun dengan jumlah kejadian bulan basah kategori banyak, dengan jumlah kejadian 1 kejadian adalah tahun 1955 (11 kejadian), 1958 (1 kejadian), 1968 (11 kejadian), 1978 (1 kejadian), 1979 (1 kejadian), 1998 (11 kejadian), dan tahun 21 (1 kejadian). 2. Tahun dengan jumlah kejadian bulan basah kategori sedikit, dengan jumlah kejadian 5 kejadian adalah tahun 1967 (4 kejadian), 1982 (5 kejadian), dan tahun 1991 (4 kejadian). 15 Jumlah kejadian bulan basah periode tahun 195-25 1 5 195 1952 1954 1956 1958 196 1962 1964 1966 1968 197 1972 1974 1976 1978 198 1982 1984 1986 1988 199 1992 1994 1996 1998 2 22 24 Bulan basah Gambar 4.1 Grafik jumlah kejadian bulan basah pada periode tahun 195-25 untuk daerah Dago kota Bandung IV-1
4.1.2 Curah Hujan (CH) Rata-rata Curah hujan rata-rata adalah jumlah curah hujan dalam setahun dibagi dengan 12 (banyaknya bulan dalam setahun). Grafik curah hujan rata-rata per tahun selama tahun 195-25 pada daerah Dago, Bandung dapat dilihat pada grafik dibawah ini. dari grafik diketahui curah hujan rata-rata dari periode tahun 195-25 sebesar 169 mm. Dari grafik tersebut curah hujan rata-rata yang ada dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Tahun dengan curah hujan rata-rata tinggi, dengan curah hujan rata-rata 2 mm/tahun adalah tahun 1958 (224.25 mm/tahun), 196 (27.42 mm/tahun), 1968 (26.83 mm/tahun), 1973 (214.83 mm/tahun), 1983 (229.42 mm/tahun), 1986 (228.63 mm/tahun), 1992 (249.7 mm/tahun), dan 1998 (229.98 mm/tahun). 2. Tahun dengan curah hujan rata-rata rendah, dengan curah hujan rata-rata 15 mm/tahun adalah tahun 195 (135.92 mm/tahun), 1951 (146.17 mm/tahun), 1953 (141.67 mm/tahun), 1957 (224.25 mm/tahun), 1959 (148 mm/tahun), 1963 (94.8 mm/tahun), 1965 (139.33 mm/tahun), 1967 (15.33 mm/tahun), 1976 (137.5 mm/tahun), 1977 (148.5 mm/tahun), 1982 (11.33 mm/tahun), 1997 (116.65 mm/tahun), dan 2 (132.23 mm/tahun). 3. 25. 2. 15. 1. 5.. Grafik jumlah curah hujan rata-rata bulanan (mm/tahun) periode tahun 195-25 195 1952 1954 1956 1958 196 1962 1964 1966 1968 197 1972 1974 1976 1978 198 1982 1984 1986 1988 199 1992 1994 1996 1998 2 22 24 CH rata2 Gambar 4.2 Grafik curah hujan rata-rata bulanan dalam milimeter/tahun (mm/tahun) pada periode tahun 195-25 untuk daerah Dago kota Bandung IV-2
4.1.2 Curah Hujan Tahunan Curah hujan tahunan pada grafik dibawah ini adalah jumlah total dari curah hujan selama satu tahun (12 bulan). Dari gambar grafik tersebut tahun-tahun dengan curah hujan yang tinggi dan yang rendah hampir sama dengan gambar grafik curah hujan ratarata. Kategori tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : 1. Tahun dengan jumlah curah hujan tahunan tinggi, dengan jumlah curah hujan 25 mm adalah tahun 1958 (2691 mm), 1973 (2578 mm), 1979 (2628 mm), 1983 (2753 mm), 1986 (2743.5 mm), 1992 (2989 mm), 1996 (2524 mm), dan 1998 (276 mm). 2. Tahun dengan jumlah curah hujan tahunan rendah, dengan jumlah curah hujan tahunan 15 mm adalah tahun 1963 (1129 mm), 1967 (1264 mm), 1982 (1216 mm), dan 1997 (14 mm). Rata-rata jumlah curah hujan per tahun periode 195-25 adalah sebesar 228 mm. Jumlah curah hujan per tahun (mm) periode tahun 195-25 35 3 25 2 15 1 5 195 1952 1954 1956 1958 196 1962 1964 1966 1968 197 1972 1974 1976 1978 198 1982 1984 1986 1988 199 1992 1994 1996 1998 2 22 24 CH BB+BK Gambar 4.3 Grafik jumlah curah hujan per tahun dalam millimeter (mm) bulan basah pada periode tahun 195-25 untuk daerah Dago kota Bandung IV-3
4.1.3 Curah Hujan Rata-rata dan Curah Hujan Maksimum Rata-rata Pada gambar dibawah ini ditunjukkan grafik curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum rata-rata pada bulan basah., dari grafik didapatkan : 1. Periode tahun 195-1977 a. Curah hujan rata-rata sebesar 14 mm b. Curah hujan maksimum rata-rata sebesar 49 mm 2. Periode tahun 1978-25 a. Curah hujan rata-rata sebesar 14 mm b. Curah hujan maksimum rata-rata sebesar 52 mm, mengalami kenaikan sebesar 5,7 % bila dibandingkan dengan periode 195-1977 8 7 6 5 4 3 2 1 Grafik curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum rata-rata y =.141x + 47.2 y =.17x + 13.52 Curah hujan rata rata Curah hujan maksimum rata rata Linear (Curah hujan ratarata) Linear (Curah hujan maksimum rata rata) Gambar 4.4 Grafik curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum rata-rata pada bulan basah periode tahun 195-1977 untuk daerah Dago kota Bandung 8 7 6 5 4 3 2 1 Grafik curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum rata-rata y =.194x + 49.31 y =.84x + 15.68 Curah hujan rata rata Curah hujan maksimum rata rata Linear (Curah hujan ratarata) Linear (Curah hujan maksimum rata rata) IV-4
Gambar 4.5 Grafik curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum rata-rata pada bulan basah periode tahun 1978-25 untuk daerah Dago kota Bandung 4.1.4 Durasi Hujan (t) Penentuan durasi hujan berdasarkan persamaan paulhus dibagi menjadi beberapa suatu nilai range :. 8. 1 1. 1 25 2. 25 5 4 5 5 Dimana : R : Curah Hujan (mm) t : Durasi hujan (jam). Curah hujan yang digunakan dalam perhitungan tersebut adalah curah hujan maksimum rata-rata pada bulan basah. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran B Tabel 4.1. Curah hujan maksimum rata-rata yang terdapat pada data curah hujan harian tahun 195-25 berkisar antara 25-5 mm dan 5 mm, sehingga rumus yang digunakan adalah 2 rumus dibawah ini :. 25 5 4. 5 5 Pada tabel X adalah 4 (25-5 mm) dan 5 ( 5 mm). IV-5
Sedangkan untuk menghitung intensitas curah hujan maksimum digunakan rumus Mononobe sebagai berikut : 24 24 Dimana : I = intensitas curah hujan (mm/jam) T = lamanya curah hujan (jam) = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) R 24 Dibawah ini adalah grafik durasi hujan untuk curah hujan maksimum rata-rata antara tahun 195-1977 dan 1978-25. Dari grafik didapatkan : 1. Periode tahun 195-1977 a. Durasi hujan dari curah hujan rata-rata sebesar,47 S b. Durasi hujan dari curah hujan maksimum sebesar 1,2 S 2. Periode tahun 1978-25 a. Durasi hujan dari curah hujan rata-rata sebesar,52 S, mengalami kenaikan sebesar 9.61 % dari periode sebelumnya b. Durasi hujan dari curah hujan maksimum sebesar 1,23 S, mengalami kenaikan sebesar.81 % dari periode sebelumnya 2.5 Durasi curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum 2 1.5 1.5 y =.8x + 1.72 y =.1x +.448 Durasi rata rata Durasi maksimum Linear (Durasi rata rata) Linear (Durasi maksimum) 195 1952 1954 1956 1958 196 1962 1964 1966 1968 197 1972 1974 1976 Gambar 4.6 Grafik durasi curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum dalam jam periode tahun 195-1977 untuk daerah Dago kota Bandung IV-6
2.5 Durasi curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum 2 1.5 1.5 y =.4x + 1.169 y =.7x +.624 Durasi rata rata Durasi maksimum Linear (Durasi rata rata) Linear (Durasi maksimum) 1978 198 1982 1984 1986 1988 199 1992 1994 1996 1998 2 22 24 Gambar 4.7 Grafik durasi curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum dalam jam periode tahun 1978-25 untuk daerah Dago kota Bandung 4.1.5 Intensitas Curah Hujan Rata-rata dan Intensitas Curah Hujan Maksimum Rata-rata Dalam penelitian ini untuk menghitung intensitas curah hujan maksimum digunakan rumus Mononobe yang telah disesuaikan dengan data intensitas curah hujan yang ada di stasiun meteorologi ITB, Kemala Pergina (27).sebagai berikut : 24 24 Dimana : I = intensitas curah hujan (mm/jam) T = lamanya curah hujan (jam) = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) R 24 IV-7
Pada gambar dibawah ini diperlihatkan grafik intensitas curah hujan rata-rata dan intensitas curah hujan maksimum dari periode tahun 195-1977 dan periode tahun 1978-25. 2 15 1 5 Intensitas curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum (mm/jam) y =.28x + 15.66 y =.4x + 8.16 195 1951 1952 1953 1954 1955 1956 1957 1958 1959 196 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 197 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 Intensitas rata rata Linear (Intensitas rata rata) Intensitas maksimum Linear (Intensitas maksimum) Gambar 4.8 Grafik intensitas curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum dalam milimeter per jam (mm/jam) periode tahun 195-1977 untuk daerah Dago kota Bandung Intensitas curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum (mm/jam) 2 15 1 5 y =.17x + 15.69 y =.17x + 7.719 1978 1979 198 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 199 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2 21 22 23 24 25 Intensitas rata rata Linear (Intensitas rata rata) Intensitas maksimum Linear (Intensitas maksimum) Gambar 4.9 Grafik intensitas curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum dalam milimeter per jam (mm/jam) periode tahun 1978-25 untuk daerah Dago kota Bandung Dari grafik diatas didapatkan informasi sebagai berikut : 1. Periode tahun 195-1977 a. Intensitas dari curah hujan rata-rata sebesar 8.1 mm/jam IV-8
b. Intensitas dari curah hujan maksimum sebesar 15.3 mm/jam 2. Periode tahun 1978-25 a. Intensitas dari curah hujan rata-rata sebesar 8. mm/jam, mengalami penurunan sebesar 1.23 % dari periode sebelumnya b. Intensitas dari curah hujan maksimum sebesar 16. mm/jam, mengalami kenaikan sebesar 1.88 % dari periode sebelumnya 4.2 Debit (Q) Dari Dimensi Saluran Perhitungan debit dari dimensi saluran menurut rumus umum perhitungan debit dari dimensi saluran dihitung dengan rumus 2.6-2.8. Dimana : F = Luas penampang basah (m 2 ) Q = Debit (m 3 /dt) V = Kecepatan aliran (m/dt) Kecepatan aliran (V) dapat dihitung dengan menggunakan rumus Manning :. Dimana : V = Kecepatan aliran (m/s) n = Koefisien kekasaran dinding menurut Manning (tabel 2.2) Dimana : F = Luas penampang basah (m 2 ) P = Keliling penampang basah (m) i = Kemiringan saluran samping (%) S 1/2 = Kemiringan melintang normal perkerasan jalan (%) Langkah-langkah perhitungan debit dari dimensi saluran dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Menghitung jari-jari hidraulis dan kecepatan aliran. 2. Menghitung debit maksimum yang dapat ditampung oleh saluran. IV-9
Detail irisan saluran samping Jl.Ir.H. Juanda dari sub dinas perencanaan Bina Marga adalah sebagai berikut : Gambar 4.1. Dimensi saluran samping dari Jl.Ir.H. Juanda, Dago kota Bandung (Sumber : Sub Dinas Perencanaan Bina Marga, 27) Dari informasi saluran samping Jl.Ir.H. Juanda didapatkan nilai sebagai berikut : F =.6 m 2 P = 3.2 m n =.11 (saluran beton halus dan rata dengan kondisi baik) i = 1 % (beton) S 1/2 = 3 % (beraspal/beton dan tidak datar) dengan nilai.17 (maksimum) Selanjutnya melalui perhitungan didapatkan : 1. R =.1875 2. V =.5 m/s 3. Q =.52 m 3 /s Perhitungan debit (Q) dari dimensi saluran didapatkan nilai sebesar.52m 3 /s IV-1
4.3 Debit (Q) Dari Intensitas Curah Hujan Maksimum Debit (Q) dari intensitas curah hujan maksimum dihitung dengan menggunakan rumus rasional sebagai berikut :... Dimana : Q = Debit puncak (m 3 /s) k = Koefisien (,278 bila luas daerah dalam km 2 dan,278 bila luas daerah dalam ha) C = Koefisien pengaliran I = Intensitas curah hujan maksimum (I Maks) rata-rata (mm/jam) A = Luas daerah tangkapan hujan (km 2 ) Untuk luas daerah (A) yang digunakan untuk menghitung debit menggunakan rumus rasional dapat dilihat pada gambar 4.3.1 dibawah ini : Gambar 4.1 Panjang daerah tangkapan hujan (Sumber : Dinas Bina Marga, 199) L (M) = Batas daerah yang diperhitungkan, yang panjangnya sama dengan lebar perkerasan jalan ( ). Dari data yang diperoleh melalui pengukuran manual di lapangan didapatkan L = 15-16 m, pada penelitian tugas akhir ini yang digunakan adalah lebar maksimum (dengan asumsi karena menggunakan intensitas curah hujan maksimum). Luas daerah yang diperhitungkan (A) dapat dilihat pada gambar 4.3.2. IV-11
Gambar sketsa daerah perhitungan penelitian tugas akhir pada jalan Ir.H. Juanda kota bandung : Gambar 4.1 Daerah perhitungan (Sumber : Dinas Bina Marga, 199) Keterangan : L (M) = Batas daerah pengaliran (km) i 1 = Kemiringan perkerasan jalan (%) i 2 = Kemiringan saluran samping (%) Langkah perhitungan debit (Q) dari intensitas curah hujan maksimum (I Maks) adalah sebagai berikut : 1. Menentukan koefisien pengaliran (C) Jl.Ir.H. Juanda kota bandung dari tabel koefisien pengaliran. 2. Menentukan luas daerah pengaliran (A), pengukuran langsung di lapangan. 3. Menghitung debit (Q) dari I Maks yang telah didapatkan. Penentuan koefisien pengaliran (C) ditentukan dari kondisi permukaan tanah, pada daerah sekitar Jl.Ir.H. Juanda yang dikategorikan sebagai daerah perkotaan/jalan beton dan aspal, yang mempunyai nilai koefisien pengaliran (C) sebesar.7.95, dengan nilai maksimum. Batas daerah pengaliran yang diperhitungkan adalah 16 m (16.1-3 km), sehingga didapat luas daerah pengaliran (A) sebesar 256.1-3 km 2. Dari intensitas curah IV-12
hujan rata-rata dan intensitas curah hujan maksimum (2 periode yang berbeda) yang telah didapatkan Q (debit) dengan perhitungan dengan metode rasional. Dibawah ini adalah grafik debit maksimum untuk curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum rata-rata antara tahun 195-1977 dan 1978-25. Dari grafik didapatkan : 1. Periode tahun 195-1977 a. Debit (Q) dari curah hujan rata-rata sebesar,55 m 3 / S b. Debit (Q) dari curah hujan maksimum sebesar 1,3 m 3 /S 2. Periode tahun 1978-25 a. Debit (Q) dari curah hujan rata-rata sebesar,54 m 3 /S, mengalami penurunan sebesar 1.8 % dari periode sebelumnya b. Debit (Q) dari curah hujan maksimum sebesar 1,8 m 3 /S, mengalami kenaikan sebesar 4.6 % dari periode sebelumnya 1.4 1.2 1.8.6.4.2 Debit maksimum dari curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum 195 1951 1952 1953 1954 1955 1956 1957 1958 1959 196 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 197 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 Debit (Q) rata rata Debit (Q) maksimum Debit (Q) saluran Gambar 4.11 Grafik debit maksimum dari curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum dalam meter kubik per detik (m 3 /s) periode tahun 195-1977 untuk daerah Dago kota Bandung IV-13
Gambar grafik debit (lanjutan) 1.5 Debit maksimum dari curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum 1.5 1978 1979 198 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 199 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2 21 22 23 24 25 Debit (Q) rata rata Debit (Q) maksimum Debit (Q) saluran Gambar 4.12 Grafik debit maksimum dari curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum dalam meter kubik per detik (m 3 /s) periode tahun 1978-25 untuk daerah Dago kota Bandung IV-14
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada penelitian tugas akhir didapatkan kesimpulan antara lain : 1. Analisa curah hujan pada periode tahun 195-25 di daerah Dago, Bandung adalah sebagai berikut : a. Jumlah kejadian bulan basah rata-rata dari tahun 195-25 adalah 8 kejadian Bulan Basah (BB) per tahun b. Curah hujan rata-rata bulanan dari periode tahun 195-25 adalah sebesar 169 mm. c. Rata-rata untuk Curah Hujan Maksimum (CH Maks) periode 195-25 adalah sebesar 51 mm. 2. Curah hujan rata-rata untuk periode tahun 195-1977 dan periode tahun 1978-25 sebesar 14 mm atau tetap. 3. Curah hujan maksimum rata-rata ntuk periode tahun 1978-25 sebesar 52 mm, mengalami kenaikan sebesar 5,7 % bila dibandingkan dengan periode 195-1977 (49 mm). 4. Debit limpasan (Q) dari intensitas curah hujan maksimum (I Maks) pada periode 1978-25 lebih tinggi daripada periode 195-1977 yaitu 1.8 m 3 /s dibandingkan dengan 1.3 m 3 /s, ada kenaikan sebesar.5 m 3 /s atau 2.6 %. 5. Debit (Q) maksimum yang dapat ditampung oleh saluran samping di Jl.Ir.H. Juanda adalah sebesar.52 m 3 /s atau lebih kecil dibandingkan dengan debit limpasan dari intensitas curah hujan maksimum (I Maks) pada periode tahun 195-25. V-1
5.2 Saran 1. Dari perbandingan debit (Q) dari intensitas curah hujan maksimum dengan debit (Q) saluran samping, perlu ditinjau ulang dimensi saluran yang ada sekarang ini. 2. Jika Intensitas maksimum dijadikan acuan maka dibutuhkan hampir 2x dimensi saluran yang ada sekarang ini agar tidak terjadi genangan. V-2