BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI INTENSITAS CURAH HUJAN MAKSIMUM TERHADAP KEMAMPUAN DRAINASE PERKOTAAN ( Studi Kasus Jl.Ir.H. Juanda Kota Bandung ) YUDHA ARTIKA ( )

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Hidrologi

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA. Bayong, T.H.K., 2004.Klimatologi, Penerbit ITB, Bandung

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

BAB III METODE ANALISIS

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA. Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

BAB VI ANALISIS DEBIT BANJIR RENCANA DAN DIMENSI SALURAN DRAINASE

PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE

BAB III METODE PENELITIAN

EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA. Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR

BAB IV ANALISA. membahas langkah untuk menentukan debit banjir rencana. Langkahlangkah

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh. Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, semasa

EVALUASI TEKNIS SISTEM DRAINASE DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI. ABSTRAK

PERENCANAAN EMBUNG MEMANJANG DESA NGAWU KECAMATAN PLAYEN KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA. Oleh : USFI ULA KALWA NPM :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. curah hujan ini sangat penting untuk perencanaan seperti debit banjir rencana.

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO DAN PERSEMBAHAN... ABSTRAK... PENGANTAR...

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE SEGOROMADU 2 GRESIK

EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN MEDAN JOHOR ALFRENDI C B HST

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB IV ANALISA HIDROLOGI

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS M. HARRY YUSUF

PERHITUNGAN DEBIT DAN LUAS GENANGAN BANJIR SUNGAI BABURA

ANALISA HIDROLOGI dan REDESAIN SALURAN PEMBUANG CILUTUNG HULU KECAMATAN CIKIJING KABUPATEN MAJALENGKA

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

LAMPIRAN A PETA TOPOGRAFI

BAB VII PENELUSURAN BANJIR (FLOOD ROUTING)

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PERENCANAAN SALURAN DRAINASE DI GAYUNGSARI BARAT SURABAYA DENGAN BOX CULVERT

EVALUASI SISTEM JARINGAN DRAINASE DI JALAN SOEKARNO HATTA MALANG

EVALUASI KAPASITAS SALURAN GUNA MENANGANI MASALAH BANJIR DI JALAN BENDUNGAN SUTAMI KOTA MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang

Oleh : Surendro NRP :

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

STUDI POTENSI PENERAPAN SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN PADA KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

PERHITUNGAN METODE INTENSITAS CURAH HUJAN

PENDAMPINGAN PERENCANAAN BANGUNANAN DRAINASE DI AREA PEMUKIMAN WARGA DESA TIRTOMOYO KABUPATEN MALANG

BAB II STUDI PUSTAKA

TINJAUAN PERENCANAAN DRAINASE KALI GAJAH PUTIH KODIA SURAKARTA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

BAB IV ANALISIS DAN HASIL. Sungai

EVALUASI SISTEM DRAINASE TERHADAP GENANGAN DI KECAMATAN WATES KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HIDROLOGI DAN PERHITUNGANNYA

ACARA BIMBINGAN TUGAS

ANALISA DEBIT DAN SEDIMEN PADA SALURAN SEKUNDER IRIGASI PASANG SURUT DI LOKASI DESA TELANG SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN

PENELUSURAN BANJIR MENGGUNAKAN METODE LEVEL POOL ROUTING PADA WADUK KOTA LHOKSEUMAWE

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB VI ANALISIS KAPASITAS DAN PERENCANAAN SALURAN

Limpasan (Run Off) adalah.

.. (5.1).. (5.2) = Intensitas hujan (mm/menit) = Tinggi Hujan (mm) = Waktu (menit) = Volume hujan dalam penampang (mm³) = Luas penampang hujan (mm²)

KAJIAN PENATAAN SALURAN DRAINASE BERDASARKAN RENCANA TATA GUNA LAHAN KOTA KEPANJEN KABUPATEN MALANG

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Modul 3 ANALISA HIDROLOGI UNTUK PERENCANAAN SALURAN DRAINASE

BAB IV KONDISI EKSISTING SISTEM DRAINASE PADA WILAYAH STUDI

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

TINJAUAN PERENCANAAN DIMENSI PENAMPANG BATANG MARANSI DAN BATANG LURUIH KOTA PADANG

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x

IDENTIFIKASI POTENSI BANJIR PADA JARINGAN DRAINASE KAWASAN PERUMAHAN NASIONAL (PERUMNAS) LAMA JALAN RAJAWALI PALANGKA RAYA

STUDI KELAYAKAN SALURAN DRAINASE JALAN SULTAN KAHARUDDIN KM. 02 KABUPATEN SUMBAWA. Oleh : Ady Purnama, Dini Eka Saputri

KAJI ULANG SISTEM DRAINASE UNTUK MENGATASI BANJIR GENANGAN DI PERUMAHAN VILLA JOHOR, KEC. MEDAN JOHOR. Elgina Febris Manalu 1, Ir. Terunajaya, M.

PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

ANALISIS GENANGAN DI JALAN PROF. DR. SUPOMO, SURAKARTA

Perencanaan Sistem Drainase Apartemen De Papilio Tamansari Surabaya

STUDI PERMASALAHAN DRAINASE DAN SOLUSI AIR GENANGAN (BANJIR) DI JALAN KEMANG MANIS. Ahmad Syapawi

Analisis Drainase Bandara Muara Bungo Jambi

EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE PERUMAHAN (Studi Kasus Perum Pesona Vista Desa Dayeuh Kecamatan Cileungsi)

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

STUDI EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN AW.SYAHRANI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR

Evaluasi Sistem Penyaliran Tambang Di Pit Tutupan Pt. Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan

Transkripsi:

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Analisa Curah Hujan 4.1.1 Jumlah Kejadian Bulan Basah (BB) Bulan basah yang dimaksud disini adalah bulan yang didalamnya terdapat curah hujan lebih dari 1 mm (menurut metode Mohr), pada grafik dibawah ini diperlihatkan jumlah/banyaknya kejadian bulan basah dalam setahun yang ada di daerah Dago, Bandung. Dari grafik diperlihatkan bahwa jumlah/banyaknya kejadian bulan basah dari tahun 195 sampai 25 mengalami fluktuasi. Rata-rata dari tahun 195-25 adalah 8 kejadian BB per tahun. Dari grafik tersebut dapat diklasifikasikan beberapa kejadian sebagai berikut : 1. Tahun dengan jumlah kejadian bulan basah kategori banyak, dengan jumlah kejadian 1 kejadian adalah tahun 1955 (11 kejadian), 1958 (1 kejadian), 1968 (11 kejadian), 1978 (1 kejadian), 1979 (1 kejadian), 1998 (11 kejadian), dan tahun 21 (1 kejadian). 2. Tahun dengan jumlah kejadian bulan basah kategori sedikit, dengan jumlah kejadian 5 kejadian adalah tahun 1967 (4 kejadian), 1982 (5 kejadian), dan tahun 1991 (4 kejadian). 15 Jumlah kejadian bulan basah periode tahun 195-25 1 5 195 1952 1954 1956 1958 196 1962 1964 1966 1968 197 1972 1974 1976 1978 198 1982 1984 1986 1988 199 1992 1994 1996 1998 2 22 24 Bulan basah Gambar 4.1 Grafik jumlah kejadian bulan basah pada periode tahun 195-25 untuk daerah Dago kota Bandung IV-1

4.1.2 Curah Hujan (CH) Rata-rata Curah hujan rata-rata adalah jumlah curah hujan dalam setahun dibagi dengan 12 (banyaknya bulan dalam setahun). Grafik curah hujan rata-rata per tahun selama tahun 195-25 pada daerah Dago, Bandung dapat dilihat pada grafik dibawah ini. dari grafik diketahui curah hujan rata-rata dari periode tahun 195-25 sebesar 169 mm. Dari grafik tersebut curah hujan rata-rata yang ada dapat dikategorikan sebagai berikut : 1. Tahun dengan curah hujan rata-rata tinggi, dengan curah hujan rata-rata 2 mm/tahun adalah tahun 1958 (224.25 mm/tahun), 196 (27.42 mm/tahun), 1968 (26.83 mm/tahun), 1973 (214.83 mm/tahun), 1983 (229.42 mm/tahun), 1986 (228.63 mm/tahun), 1992 (249.7 mm/tahun), dan 1998 (229.98 mm/tahun). 2. Tahun dengan curah hujan rata-rata rendah, dengan curah hujan rata-rata 15 mm/tahun adalah tahun 195 (135.92 mm/tahun), 1951 (146.17 mm/tahun), 1953 (141.67 mm/tahun), 1957 (224.25 mm/tahun), 1959 (148 mm/tahun), 1963 (94.8 mm/tahun), 1965 (139.33 mm/tahun), 1967 (15.33 mm/tahun), 1976 (137.5 mm/tahun), 1977 (148.5 mm/tahun), 1982 (11.33 mm/tahun), 1997 (116.65 mm/tahun), dan 2 (132.23 mm/tahun). 3. 25. 2. 15. 1. 5.. Grafik jumlah curah hujan rata-rata bulanan (mm/tahun) periode tahun 195-25 195 1952 1954 1956 1958 196 1962 1964 1966 1968 197 1972 1974 1976 1978 198 1982 1984 1986 1988 199 1992 1994 1996 1998 2 22 24 CH rata2 Gambar 4.2 Grafik curah hujan rata-rata bulanan dalam milimeter/tahun (mm/tahun) pada periode tahun 195-25 untuk daerah Dago kota Bandung IV-2

4.1.2 Curah Hujan Tahunan Curah hujan tahunan pada grafik dibawah ini adalah jumlah total dari curah hujan selama satu tahun (12 bulan). Dari gambar grafik tersebut tahun-tahun dengan curah hujan yang tinggi dan yang rendah hampir sama dengan gambar grafik curah hujan ratarata. Kategori tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : 1. Tahun dengan jumlah curah hujan tahunan tinggi, dengan jumlah curah hujan 25 mm adalah tahun 1958 (2691 mm), 1973 (2578 mm), 1979 (2628 mm), 1983 (2753 mm), 1986 (2743.5 mm), 1992 (2989 mm), 1996 (2524 mm), dan 1998 (276 mm). 2. Tahun dengan jumlah curah hujan tahunan rendah, dengan jumlah curah hujan tahunan 15 mm adalah tahun 1963 (1129 mm), 1967 (1264 mm), 1982 (1216 mm), dan 1997 (14 mm). Rata-rata jumlah curah hujan per tahun periode 195-25 adalah sebesar 228 mm. Jumlah curah hujan per tahun (mm) periode tahun 195-25 35 3 25 2 15 1 5 195 1952 1954 1956 1958 196 1962 1964 1966 1968 197 1972 1974 1976 1978 198 1982 1984 1986 1988 199 1992 1994 1996 1998 2 22 24 CH BB+BK Gambar 4.3 Grafik jumlah curah hujan per tahun dalam millimeter (mm) bulan basah pada periode tahun 195-25 untuk daerah Dago kota Bandung IV-3

4.1.3 Curah Hujan Rata-rata dan Curah Hujan Maksimum Rata-rata Pada gambar dibawah ini ditunjukkan grafik curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum rata-rata pada bulan basah., dari grafik didapatkan : 1. Periode tahun 195-1977 a. Curah hujan rata-rata sebesar 14 mm b. Curah hujan maksimum rata-rata sebesar 49 mm 2. Periode tahun 1978-25 a. Curah hujan rata-rata sebesar 14 mm b. Curah hujan maksimum rata-rata sebesar 52 mm, mengalami kenaikan sebesar 5,7 % bila dibandingkan dengan periode 195-1977 8 7 6 5 4 3 2 1 Grafik curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum rata-rata y =.141x + 47.2 y =.17x + 13.52 Curah hujan rata rata Curah hujan maksimum rata rata Linear (Curah hujan ratarata) Linear (Curah hujan maksimum rata rata) Gambar 4.4 Grafik curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum rata-rata pada bulan basah periode tahun 195-1977 untuk daerah Dago kota Bandung 8 7 6 5 4 3 2 1 Grafik curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum rata-rata y =.194x + 49.31 y =.84x + 15.68 Curah hujan rata rata Curah hujan maksimum rata rata Linear (Curah hujan ratarata) Linear (Curah hujan maksimum rata rata) IV-4

Gambar 4.5 Grafik curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum rata-rata pada bulan basah periode tahun 1978-25 untuk daerah Dago kota Bandung 4.1.4 Durasi Hujan (t) Penentuan durasi hujan berdasarkan persamaan paulhus dibagi menjadi beberapa suatu nilai range :. 8. 1 1. 1 25 2. 25 5 4 5 5 Dimana : R : Curah Hujan (mm) t : Durasi hujan (jam). Curah hujan yang digunakan dalam perhitungan tersebut adalah curah hujan maksimum rata-rata pada bulan basah. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran B Tabel 4.1. Curah hujan maksimum rata-rata yang terdapat pada data curah hujan harian tahun 195-25 berkisar antara 25-5 mm dan 5 mm, sehingga rumus yang digunakan adalah 2 rumus dibawah ini :. 25 5 4. 5 5 Pada tabel X adalah 4 (25-5 mm) dan 5 ( 5 mm). IV-5

Sedangkan untuk menghitung intensitas curah hujan maksimum digunakan rumus Mononobe sebagai berikut : 24 24 Dimana : I = intensitas curah hujan (mm/jam) T = lamanya curah hujan (jam) = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) R 24 Dibawah ini adalah grafik durasi hujan untuk curah hujan maksimum rata-rata antara tahun 195-1977 dan 1978-25. Dari grafik didapatkan : 1. Periode tahun 195-1977 a. Durasi hujan dari curah hujan rata-rata sebesar,47 S b. Durasi hujan dari curah hujan maksimum sebesar 1,2 S 2. Periode tahun 1978-25 a. Durasi hujan dari curah hujan rata-rata sebesar,52 S, mengalami kenaikan sebesar 9.61 % dari periode sebelumnya b. Durasi hujan dari curah hujan maksimum sebesar 1,23 S, mengalami kenaikan sebesar.81 % dari periode sebelumnya 2.5 Durasi curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum 2 1.5 1.5 y =.8x + 1.72 y =.1x +.448 Durasi rata rata Durasi maksimum Linear (Durasi rata rata) Linear (Durasi maksimum) 195 1952 1954 1956 1958 196 1962 1964 1966 1968 197 1972 1974 1976 Gambar 4.6 Grafik durasi curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum dalam jam periode tahun 195-1977 untuk daerah Dago kota Bandung IV-6

2.5 Durasi curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum 2 1.5 1.5 y =.4x + 1.169 y =.7x +.624 Durasi rata rata Durasi maksimum Linear (Durasi rata rata) Linear (Durasi maksimum) 1978 198 1982 1984 1986 1988 199 1992 1994 1996 1998 2 22 24 Gambar 4.7 Grafik durasi curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum dalam jam periode tahun 1978-25 untuk daerah Dago kota Bandung 4.1.5 Intensitas Curah Hujan Rata-rata dan Intensitas Curah Hujan Maksimum Rata-rata Dalam penelitian ini untuk menghitung intensitas curah hujan maksimum digunakan rumus Mononobe yang telah disesuaikan dengan data intensitas curah hujan yang ada di stasiun meteorologi ITB, Kemala Pergina (27).sebagai berikut : 24 24 Dimana : I = intensitas curah hujan (mm/jam) T = lamanya curah hujan (jam) = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm) R 24 IV-7

Pada gambar dibawah ini diperlihatkan grafik intensitas curah hujan rata-rata dan intensitas curah hujan maksimum dari periode tahun 195-1977 dan periode tahun 1978-25. 2 15 1 5 Intensitas curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum (mm/jam) y =.28x + 15.66 y =.4x + 8.16 195 1951 1952 1953 1954 1955 1956 1957 1958 1959 196 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 197 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 Intensitas rata rata Linear (Intensitas rata rata) Intensitas maksimum Linear (Intensitas maksimum) Gambar 4.8 Grafik intensitas curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum dalam milimeter per jam (mm/jam) periode tahun 195-1977 untuk daerah Dago kota Bandung Intensitas curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum (mm/jam) 2 15 1 5 y =.17x + 15.69 y =.17x + 7.719 1978 1979 198 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 199 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2 21 22 23 24 25 Intensitas rata rata Linear (Intensitas rata rata) Intensitas maksimum Linear (Intensitas maksimum) Gambar 4.9 Grafik intensitas curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum dalam milimeter per jam (mm/jam) periode tahun 1978-25 untuk daerah Dago kota Bandung Dari grafik diatas didapatkan informasi sebagai berikut : 1. Periode tahun 195-1977 a. Intensitas dari curah hujan rata-rata sebesar 8.1 mm/jam IV-8

b. Intensitas dari curah hujan maksimum sebesar 15.3 mm/jam 2. Periode tahun 1978-25 a. Intensitas dari curah hujan rata-rata sebesar 8. mm/jam, mengalami penurunan sebesar 1.23 % dari periode sebelumnya b. Intensitas dari curah hujan maksimum sebesar 16. mm/jam, mengalami kenaikan sebesar 1.88 % dari periode sebelumnya 4.2 Debit (Q) Dari Dimensi Saluran Perhitungan debit dari dimensi saluran menurut rumus umum perhitungan debit dari dimensi saluran dihitung dengan rumus 2.6-2.8. Dimana : F = Luas penampang basah (m 2 ) Q = Debit (m 3 /dt) V = Kecepatan aliran (m/dt) Kecepatan aliran (V) dapat dihitung dengan menggunakan rumus Manning :. Dimana : V = Kecepatan aliran (m/s) n = Koefisien kekasaran dinding menurut Manning (tabel 2.2) Dimana : F = Luas penampang basah (m 2 ) P = Keliling penampang basah (m) i = Kemiringan saluran samping (%) S 1/2 = Kemiringan melintang normal perkerasan jalan (%) Langkah-langkah perhitungan debit dari dimensi saluran dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Menghitung jari-jari hidraulis dan kecepatan aliran. 2. Menghitung debit maksimum yang dapat ditampung oleh saluran. IV-9

Detail irisan saluran samping Jl.Ir.H. Juanda dari sub dinas perencanaan Bina Marga adalah sebagai berikut : Gambar 4.1. Dimensi saluran samping dari Jl.Ir.H. Juanda, Dago kota Bandung (Sumber : Sub Dinas Perencanaan Bina Marga, 27) Dari informasi saluran samping Jl.Ir.H. Juanda didapatkan nilai sebagai berikut : F =.6 m 2 P = 3.2 m n =.11 (saluran beton halus dan rata dengan kondisi baik) i = 1 % (beton) S 1/2 = 3 % (beraspal/beton dan tidak datar) dengan nilai.17 (maksimum) Selanjutnya melalui perhitungan didapatkan : 1. R =.1875 2. V =.5 m/s 3. Q =.52 m 3 /s Perhitungan debit (Q) dari dimensi saluran didapatkan nilai sebesar.52m 3 /s IV-1

4.3 Debit (Q) Dari Intensitas Curah Hujan Maksimum Debit (Q) dari intensitas curah hujan maksimum dihitung dengan menggunakan rumus rasional sebagai berikut :... Dimana : Q = Debit puncak (m 3 /s) k = Koefisien (,278 bila luas daerah dalam km 2 dan,278 bila luas daerah dalam ha) C = Koefisien pengaliran I = Intensitas curah hujan maksimum (I Maks) rata-rata (mm/jam) A = Luas daerah tangkapan hujan (km 2 ) Untuk luas daerah (A) yang digunakan untuk menghitung debit menggunakan rumus rasional dapat dilihat pada gambar 4.3.1 dibawah ini : Gambar 4.1 Panjang daerah tangkapan hujan (Sumber : Dinas Bina Marga, 199) L (M) = Batas daerah yang diperhitungkan, yang panjangnya sama dengan lebar perkerasan jalan ( ). Dari data yang diperoleh melalui pengukuran manual di lapangan didapatkan L = 15-16 m, pada penelitian tugas akhir ini yang digunakan adalah lebar maksimum (dengan asumsi karena menggunakan intensitas curah hujan maksimum). Luas daerah yang diperhitungkan (A) dapat dilihat pada gambar 4.3.2. IV-11

Gambar sketsa daerah perhitungan penelitian tugas akhir pada jalan Ir.H. Juanda kota bandung : Gambar 4.1 Daerah perhitungan (Sumber : Dinas Bina Marga, 199) Keterangan : L (M) = Batas daerah pengaliran (km) i 1 = Kemiringan perkerasan jalan (%) i 2 = Kemiringan saluran samping (%) Langkah perhitungan debit (Q) dari intensitas curah hujan maksimum (I Maks) adalah sebagai berikut : 1. Menentukan koefisien pengaliran (C) Jl.Ir.H. Juanda kota bandung dari tabel koefisien pengaliran. 2. Menentukan luas daerah pengaliran (A), pengukuran langsung di lapangan. 3. Menghitung debit (Q) dari I Maks yang telah didapatkan. Penentuan koefisien pengaliran (C) ditentukan dari kondisi permukaan tanah, pada daerah sekitar Jl.Ir.H. Juanda yang dikategorikan sebagai daerah perkotaan/jalan beton dan aspal, yang mempunyai nilai koefisien pengaliran (C) sebesar.7.95, dengan nilai maksimum. Batas daerah pengaliran yang diperhitungkan adalah 16 m (16.1-3 km), sehingga didapat luas daerah pengaliran (A) sebesar 256.1-3 km 2. Dari intensitas curah IV-12

hujan rata-rata dan intensitas curah hujan maksimum (2 periode yang berbeda) yang telah didapatkan Q (debit) dengan perhitungan dengan metode rasional. Dibawah ini adalah grafik debit maksimum untuk curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum rata-rata antara tahun 195-1977 dan 1978-25. Dari grafik didapatkan : 1. Periode tahun 195-1977 a. Debit (Q) dari curah hujan rata-rata sebesar,55 m 3 / S b. Debit (Q) dari curah hujan maksimum sebesar 1,3 m 3 /S 2. Periode tahun 1978-25 a. Debit (Q) dari curah hujan rata-rata sebesar,54 m 3 /S, mengalami penurunan sebesar 1.8 % dari periode sebelumnya b. Debit (Q) dari curah hujan maksimum sebesar 1,8 m 3 /S, mengalami kenaikan sebesar 4.6 % dari periode sebelumnya 1.4 1.2 1.8.6.4.2 Debit maksimum dari curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum 195 1951 1952 1953 1954 1955 1956 1957 1958 1959 196 1961 1962 1963 1964 1965 1966 1967 1968 1969 197 1971 1972 1973 1974 1975 1976 1977 Debit (Q) rata rata Debit (Q) maksimum Debit (Q) saluran Gambar 4.11 Grafik debit maksimum dari curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum dalam meter kubik per detik (m 3 /s) periode tahun 195-1977 untuk daerah Dago kota Bandung IV-13

Gambar grafik debit (lanjutan) 1.5 Debit maksimum dari curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum 1.5 1978 1979 198 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 199 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2 21 22 23 24 25 Debit (Q) rata rata Debit (Q) maksimum Debit (Q) saluran Gambar 4.12 Grafik debit maksimum dari curah hujan rata-rata dan curah hujan maksimum dalam meter kubik per detik (m 3 /s) periode tahun 1978-25 untuk daerah Dago kota Bandung IV-14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada penelitian tugas akhir didapatkan kesimpulan antara lain : 1. Analisa curah hujan pada periode tahun 195-25 di daerah Dago, Bandung adalah sebagai berikut : a. Jumlah kejadian bulan basah rata-rata dari tahun 195-25 adalah 8 kejadian Bulan Basah (BB) per tahun b. Curah hujan rata-rata bulanan dari periode tahun 195-25 adalah sebesar 169 mm. c. Rata-rata untuk Curah Hujan Maksimum (CH Maks) periode 195-25 adalah sebesar 51 mm. 2. Curah hujan rata-rata untuk periode tahun 195-1977 dan periode tahun 1978-25 sebesar 14 mm atau tetap. 3. Curah hujan maksimum rata-rata ntuk periode tahun 1978-25 sebesar 52 mm, mengalami kenaikan sebesar 5,7 % bila dibandingkan dengan periode 195-1977 (49 mm). 4. Debit limpasan (Q) dari intensitas curah hujan maksimum (I Maks) pada periode 1978-25 lebih tinggi daripada periode 195-1977 yaitu 1.8 m 3 /s dibandingkan dengan 1.3 m 3 /s, ada kenaikan sebesar.5 m 3 /s atau 2.6 %. 5. Debit (Q) maksimum yang dapat ditampung oleh saluran samping di Jl.Ir.H. Juanda adalah sebesar.52 m 3 /s atau lebih kecil dibandingkan dengan debit limpasan dari intensitas curah hujan maksimum (I Maks) pada periode tahun 195-25. V-1

5.2 Saran 1. Dari perbandingan debit (Q) dari intensitas curah hujan maksimum dengan debit (Q) saluran samping, perlu ditinjau ulang dimensi saluran yang ada sekarang ini. 2. Jika Intensitas maksimum dijadikan acuan maka dibutuhkan hampir 2x dimensi saluran yang ada sekarang ini agar tidak terjadi genangan. V-2