BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Kegiatan Lapangan Kondisi Lapangan PT Cipta Kridatama memiliki luas IUP sebesar Ha. Lokasi penelitian mengenai system penyaliran tambang (mine dewatering) dilakukan di pit B, dimana pit ini merupakan pit yang masih aktif dilakukan penambangan. Berdasarkan peta situasi lokasi penelitian pit B memiliki luas area sebesar 14,94 Ha dan secara geografis terletak di zona 47N mn (meter North) di bagian Selatan sampai dengan mn (meter North) dibagian Utara, serta me (meter East) di bagian Barat sampai dengan me (meter East). Setelah melakukan survey lapangan, luas kondisi di area pit B menunjukkan adanya genangan air pada penambangan pit B yang berasal dari air limpasan sekeliling pit B dan rembesan air hujan dari lapisan batu pasir (permeable) serta air hujan yang masuk ke dalam area penambangan itu sendiri. Kegiatan yang dilakukan di lokasi penelitian yaitu pit B untuk menentukan debit air limpasan dan airtanah yang masuk ke dalam pit dan dapat menghitung kebutuhan pompa agar tidak mengganggu kegiatan produksi. Berikut Gambar 4.1 dibawah ini merupakan Peta Topografi Regional lokasi penelitian menggunakan perangkat lunak Autocad dari data Digital Elevation Model (DEM). 39

2 40

3 Penyelidikan Hidrologi Penyelidikan hidrologi dilakukan dengan cara pengumpulan dan analisis terhadap data sekunder meteorologi (curah hujan dan hari hujan) dari daerah penelitian dan daerah sekitarnya. Sebelum dilakukan analisis terhadap data curah hujan, langkah pertama yang dilakukan adalah penentuan area yang arah aliran airnya berpotensi masuk ke dalam pit. Air yang masuk ke dalam pit berasal dari dua sumber yaitu air hujan yang langsung masuk ke area penambangan dan yang berasal dari air limpasan hujan baik di permukaan, maupun air hujan yang merembes melalui lapisan batu pasir (permeable) dan lapisan batubara (impermeable). Sehingga yang pertama dilakukan adalah penentuan area penambangan dan catchment area yang bertujuan untuk mengetahui luas area, koefisien limpasan dan intensitas curah hujan sehingga debit dari area penambangan dan catchment area dapat dihitung Intensitas Curah Hujan Penentuan intensitas curah hujan menggunakan analisis Partial Duration Series, yaitu dengan pengambilan data dari nilai maksimum yang mewakili tiap bulannya, Jumlah data curah hujan yang akan dipakai dalam analisis intensitas curah hujan adalah 30 buah data. Selanjutnya data tersebut diolah berdasarkan periode perulangan (repetition period) Extreme Value E. J. Gumbel.

4 42 Tabel 4.1 Data Intensitas Curah Hujan Bulanan Periode Tahun di PT Cipta Kridatama Tahun Bulan Tahun Minimum Maksimum Rata-rata Januari 33,03 40,00 31,67 31,67 40,00 34,90 Februari 35,63 26,33 25,58 25,58 35,63 29,18 Maret 44,10 31,03 36,00 31,03 44,10 37,04 April 29,25 32,61 36,83 29,25 36,83 32,90 Mei 23,11 19,79 31,00 19,79 31,00 24,63 Juni 29,02 42,00 25,50 25,50 42,00 32,17 Juli 27,05 12,08 25,13 12,08 27,05 21,42 Agustus 22,09 24,74 38,00 22,09 38,00 28,28 September 23,16 23,76 41,70 23,16 41,70 29,54 Oktober 29,03 12,60 41,09 12,60 41,09 27,57 November 31,77 28,36 58,82 28,36 58,82 39,65 Desember 14,59 20,25 27,31 14,59 27,31 20,72 Sumber: Hasil Pengolahan Data, Analisis Curah Hujan Rencana Dengan Extreme Value E. J. Gumbel Perhitungan curah hujan rencana menggunakan nilai curah hujan perbulan berdasarkan nilai rata - rata dari hasil pengukuran curah hujan di lapangan. Perhitungan curah hujan dapat dilakukan menggunakan metode Gumbel, penggunaan metode ini dilakukan dengan cara menghitung nilai curah hujan perhari. Hasil dari perhitungan metode Gumbel ini akan diperoleh nilai rata-rata curah hujan maksimal perhari pada masing - masing tahunnya. Hasil dari perhitungan curah hujan dapat disajikan pada Tabel 4.2 di bawah ini.

5 43 Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Nilai Standard Deviasi (S), Koreksi Nilai Rata-rata (Yn), Koreksi Simpangan (Sn) Bulan n m Curah Hujan (mm/hari) Yn Sn Januari ,90 0,23 2,53 Februari ,18 0,22 2,56 Maret ,04 0,21 2,59 April ,90 0,20 0,00 Mei ,63 0,19 0,00 Juni ,17 0,18 0,03 Juli ,42 0,16 0,03 Agustus ,28 0,14 0,02 September ,54 0,12 0,02 Oktober ,37 0,10 0,01 November ,65 0,06 0,00 Desember ,72 0,00 0,00 Jumlah 356,80 1,82 7,78 Rata-rata 29,83 0,15 Maksimum 39,65 0,15 STDEV 5,86 Sn 1,97 Sumber: Hasil Pengolahan Data,2015 Dalam menentukan nilai koreksi varian dibutuhkan periode ulang hujan (Tr). Periode ulang hujan yang digunakan adalah 3 bulan dengan umur tambang 3 tahun. Adapun nilai koreksi varian dan curah hujan rencana berdasarkan periode ulang hujan seperti pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Periode Ulang, Koreksi Varian (Yt), Curah Hujan Rencana (CHR) No. Periode Ulang Koreksi Varian (Yt) Curah Hujan Rencana (mm/hari) 1 2 0,37 30, ,90 32, ,25 33, ,50 33, ,70 34, ,87 34, ,01 35, ,14 35, ,25 36, ,35 36, ,44 36,64 Sumber: Hasil Pengolahan Data,2015

6 Intensitas Curah Hujan Perjam Intensitas curah hujan perhari dapat dihitung menjadi intensitas curah hujan perjam, dan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan didapatkan intensitas curah hujan perjam sebesar 11,12 mm/jam. Hasil perhitungan intensitas curah hujan untuk periode ulang hujan dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Pendekatan Nilai Intensitas Hujan Menggunakan Rumus Mononobe Durasi Intensitas Curah Hujan Rencana (mm/jam) (menit) t= 2 bln t= 3 bln t= 4 bln 5 55,37 58,27 60, ,88 36,71 37, ,62 28,01 28, ,97 23,12 23, ,94 19,93 20, ,77 17,65 18, ,13 15,92 16, ,84 14,57 15, ,80 13,47 13, ,93 12,55 12, ,19 11,78 12, ,56 11,12 11,47 Sumber: Hasil Pengolahan Data, Penentuan Catchment Area Menentukan Luas Catchment Area ditentukan dengan membuat poligon tertutup dengan menyambungkan titik-titik yang menjadi watershed pada peta topografi lokasi penelitian dengan mengikuti ketinggian dan arah gerak air. Sehingga dengan pembuatan catchment area diperkirakan setiap debit hujan yang tertangkap akan terkonsentrasi pada elevasi terendah. Berdasarkan peta situasi dan peta topografi lokasi penelitian terdapat dua catchment area yang berpengaruh terhadap Pit B yaitu catchment area 1 dan catchment area 2. Adapun luas catchment area diluar pit antara lain :

7 45

8 46. Tabel 4.5 Luas Catchment Area di Luar PIT

9 47 No Catchment Area Luas ( Ha ) Luas ( m² ) 1 CA 1 3, CA 2 1, Sumber : Hasil Pengolahan Data, Catchment Area Di PIT Luasan daerah tangkapan air hujan (catchment area) yang berada di dalam area penambangan merupakan luasan PIT itu sendiri yang memiliki kemiringan > 15 % (area tambang C=0.9). Adapun luasan catchment area di dalam PIT B adalah seperti pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Luas Catchment Area di PIT No Catchment Area Luas ( Ha ) Luas ( m² ) 1 CA (pit) 14, Sumber : Hasil Pengolahan Data, Debit air limpasan Setelah mengetahui nilai koefisien limpasan, intensitas curah hujan dan luasan catchment area di lokasi kegiatan penelitian maka dapat dihitung nilai debit air limpasan yang masuk ke dalam pit B. Nilai debit air limpasan yang masuk ke dalam pit B dapat dihitung menggunakan rumus rasional. Berdasarkan hasil perhitungan debit air limpasan yang berasal dari catchment area dan didapatkan hasil seperti pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Perhitungan Debit Air Limpasan dari Catchment Area Di Luar Dan Di Dalam Pit Intensitas Koefisien Luas Luas Debit (Q) Lokasi (m 2 (I) Limpasan ) (Ha) (m (m/jam) (C) 3 /jam) Debit (Q) (m 3 /hari) Cacthment Area ,8 11,12 0,9 380, ,30 Cacthment Area ,9 11,12 0,9 190, ,65 Cacthment Area pit ,94 11,12 0,9 1495, , Penyelidikan Hidrogeologi total 2.065, ,63

10 Falling Head Test Lapisan Batu Pasir Lokasi : PIT B Diameter Pipa : 10,16 cm Tebal lapisan yang Diuji : 50 cm Deskripsi : Batu Pasir Koordinat : 47 M me mn Kedalaman Lubang : 50 cm Statis (Hw) : 115 cm Sumber: Kegiatan Lapangan, Gambar 4.4 Falling Head Test Lapisan Batu Pasir Dari data hasil pengujian falling head test pada Tabel 4.8 yang selanjutnya dilakukan adalah membuat grafik ht/hw terhadap waktu yang bertujuan untuk mengetahui titik perpotongan yang dibentuk dari garis ht/hw versus waktu dengan garis trendline dimana titik perpotongan tersebut memberikan informasi tentang level air di dalam pipa.

11 49 Tabel 4.8 Data Falling Head Test Batu Pasir No Waktu MAT Penambahan MAT (dtk) (cm) (cm) ht/hw , , , , , , , , , , ,25 18,75 0, ,25 16,75 0, ,5 14,5 0, ,5 12,5 0, ,25 10,75 0, ,75 9,25 0, ,75 9,25 0,080 Gambar 4.5 Grafik ht/hw Versus Waktu Falling Head Test Batu Pasir Dari (Gambar 4.5) dapat dilihat bahwa titik perpotongan terletak pada 0,48 (H1) dan 0,13 (H2) dengan waktu 180 detik (t1) dan 960 detik (t2). Sehingga dengan mengetahui titik perpotongan tersebut, maka koefisien permeabilitas (k) dapat

12 50 dihitung menggunakan persamaan dari Hoek and Bray. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan koefisien permeabilitas untuk lapisan batu pasir adalah sebesar 1,0x10-5 m/s. Semakin kecil ukuran partikel, maka ukuran pori akan semakin kecil, sehingga koefisien permeabilitas semakin rendah (Fair and Hatch, 1933). Tabel 4.9 Nilai Koefisien Permeabilitas Lapisan Batu Pasir Waktu Waktu Lapisan Diameter H1 H2 (T1) (T2) (cm) (detik) (detik) F Koefisien Permeabilitas (K) (m/dtk) pasir 10,14 0,48 0,13 180,00 960,00 137,20 1,0x Falling Head Test Lapisan Batubara Lokasi : PIT B Diameter Pipa : 10,16 cm Tebal lapisan yang Diuji : 30 cm Deskripsi : Batubara Koordinat : 47 M me mn Kedalaman Lubang : 30 cm Statis (Hw) : 110 cm Sumber: Kegiatan Lapangan Gambar 4.6 Falling Head Test Lapisan Batubara

13 51 Dari data hasil pengujian falling head test pada (Tabel 4.10) yang selanjutnya dilakukan adalah membuat grafik ht/hw terhadap waktu yang bertujuan untuk mengetahui titik perpotongan yang dibentuk dari garis ht/hw versus waktu dengan garis trendline seperti pada Gambar 4.7 dimana titik perpotongan tersebut memberikan informasi tentang level air di dalam pipa. Tabel 4.10 Data Falling Head Test Batubara No Waktu MAT Penambahan MAT (dtk) (cm) (cm) ht/hw ,2 105,8 0, ,5 102,5 0, ,3 99,7 0, , , , , , , , , , , , , , ,58 Gambar 4.7 Grafik ht/hw Versus Waktu Falling Head Test Batubara

14 52 Dari Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa titik perpotongan terletak pada 0,88 (H1) dan 0,68 (H2) dengan waktu 240 detik (t1) dan detik (t2). Sehingga dengan mengetahui titik perpotongan tersebut, maka koefisien permeabilitas (k) dapat dihitung menggunakan persamaan dari Hoek and Bray. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan koefisien permeabilitas untuk lapisan Batubara adalah sebesar 2,3x10-6 m/s. Tabel 4.11 Nilai Koefisien Permeabilitas Lapisan Batubara Waktu Waktu Lapisan Diameter H 1 H 2 (T 1 ) (T 2 ) F (cm) (detik) (detik) Koefisien Permeabilitas (m/dtk) Batubara 10,14 0,88 0,68 240, ,00 105,97 2,3x Penentuan Gradien Hidrolik (i) Nilai gradien hidrolik tidak didasarkan pada nilai gradien hidrolik alami, tetapi ditentukan dengan perkiraan rasional lokal, mengingat nilai hidrolik (i) pasti akan berubah bila lereng alami berubah menjadi lereng bukaan tambang (pit). Dalam studi ini, nilai gradien hidrolik diasumsikan (perkiraan rasional) menjadi 0,5. Gradien hidrolik (i) adalah selisih tinggi muka airtanah dibagi dengan panjang lintasan. Sehingga nilai i = 0,5 diasumsukin bahwa panjang lintasan yang dilalui air dari sumur uji yang satu dengan sumur uji yang lainnya dua kali lebih besar dibandingkan dengan besar beda tinggi muka airtanah dari sumur uji yang satu dengan yang lainnya (Hillel, 1990 dikutip dari keterhantaran hidrolik dan permeabilitas oleh Kemala Sari Lubis) Menghitung Luas Akuifer (A) Lapisan batu yang dianggap akuifer pada penelitian ini adalah lapisan batu pasir. Berdasarkan data dari Engineering Departement PT Cipta Kridatama, tebal lapisan batu pasir adalah 7 m dan tebal lapisan batubara adalah 10 m. Sehingga

15 53 luas akuifer lapisan batu pasir adalah sebesar 4.060,79 m 2 Sedangkan luas akuifer lapisan batubara adalah sebesar 5.801,13 m 2. Lokasi Litologi Tabel 4.12 Luas Penampang Basah (A) Tebal (m) Panjang Bukaan (m) Luas (m 2 ) BatuPasir 7 580, ,79 PIT B Batubara , ,13 Sumber : Data Hasil Perhitungan, Menghitung Debit Airtanah yang Masuk Area Pit Hasil perhitungan debit airtanah (Q) yang potensial masuk ke dalam pit dari rembesan lapisan batu pasir adalah sebesar 0,020 m 3 /detik sedangkan rembesan dari lapisan batubara adalah 0,007 m 3 /detik. Adapun hasil perhitungan debit air tanah dapat dilihat pada Tabel Lokasi Litologi Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Debit Airtanah Luas (m 2 ) Koefisien Permeabilitas (m/dtk) Gradien Hidrolik (i) Debit Air Tanah(Q) (m³/dtk) Debit Air Tanah(Q) (m³/jam) PIT B Batu Pasir 4.060,79 0, ,5 0,020 73,09 Batubara 5.801,13 0, ,5 0,007 24,02 Total 0,027 97, Total Debit Air yang Masuk Area Pit B Total Debit air yang masuk ke area Pit B adalah total debit air yang berasal dari air hujan pada area penambangan, air limpasan dari catchment area dan air tanah. Berdasarkan Tabel 4.14 hasil perhitungan didapatkan total debit air yang masuk area Pit B adalah sebesar 1.592,31 m 3 /jam.

16 54 Lokasi Tabel 4.14 Total debit Air yang Masuk Area Pit B Debit (Q) (m 3 /jam) Debit (Q) (m 3 /hari) Catchment Area pit 1.495, ,68 Q airtanah (batupasir) 73, ,26 Q airtanah (batubara) 24,02 576,40 Total 1.592, , Sistem Penanggulangan Air Limpasan Penanggulangan Air Limpasan di Luar Pit Untuk penanggulangan air limpasan yang berasal dari luar Pit dibuat saluran pengalihan yang diharapkan air limpasan dari setiap catchment area dapat tertampung dan dialirkan menuju keluar yaitu sungai. Perhitungan dimensi saluran dan kecepatan aliran air dilakukan menurut Formula Manning, maka parameter awal yang harus dianalisis untuk menghitung dimensi saluran antara lain ; debit limpasan, koefisien kekasaran, rute, posisi, panjang saluran, kemiringan saluran, jari-jari hidrolis dan luas penampang saluran. Rute, letak, dan posisi saluran dibuat berdasarkan daerah yang tidak akan terganggu dan tidak akan mengganggu proses penambangan. Jenis material penyusun saluran yang akan dirancang berupa saluran alami yakni berupa tanah, dengan adanya sedikit ketidakberaturan dari dinding saluran dalam pembuatannya, adanya sedikit perbedaan ukuran penampang saluran satu dengan penampang yang lainnya yang diakibatkan oleh ketidaksempurnaan dalam pengerjaan, tidak adanya vegetasi dalam saluran dan kemiringan saluran yang tidak curam.

17 Menghitung Debit Rencana Saluran Pengalihan (Qr) Perkiraan debit air limpasan yang akan mengalir ke dalam saluran pengalihan adalah air dari luar pit yang bersumber dari hujan. Terdapat dua saluran pengalihan yang dibuat, yaitu saluran pengalihan untuk catchment area 1 dan catchment area 2. Besarnya debit air dari masing-masing catchment area dapat dilihat pada Tabel Lokasi Tabel 4.15 Debit Air Limpasan Di Luar Pit Luas (m 2 ) Debit (Q) (m 3 /jam) Debit (Q) (m 3 /hari) Catchment Area , ,30 Catchment Area , ,65 Nilai debit di atas kemudian digunakan sebagai debit rencana yang akan dialihkan melalui saluran. Setiap saluran pengalihan dibuat dengan panjang saluran yang berbeda-beda. Adapun panjang dari masing-masing saluran pengalihan yang dibuat dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.16 Panjang Saluran Pengalihan lokasi Jarak datar (m) Catchment Area 1 650,6 Catchment Area 2 710, Koefisien Kekasaran (n) Manning Dalam pembuatan saluran pengalihan akan ditemukan beberapa hambatan yang harus diperhitungkan, seperti kekesaran permukaan, tetumbuhan, ketidakteraturan saluran, pengendapan dan penggerusan, serta kelokan saluran. Penentuan koefisien kekasaran (n) Manning bertujuan untuk memperkirakan hambatan aliran pada saluran tertentu yang benar-benar tidak dapat diperhitungkan (Sumber: Ven Te Chow : 100). Untuk menentukan koefisien kekasaran dilakukan

18 56 pendekatan dengan mencocokkan tabel koefisien kekasaran Manning dari nilai-nilai n berbagai tipe saluran dan didapatkan nilai koefisien kekasaran sebesar 0,025. Tabel 4.17 Koefisien Kekasaran Manning (n) Chanel Conditions Values Material Involved Earth (tanah) 0,020 Rock Cut (batuan) 0,025 no Fine Gravel (kerikil halus) 0,024 Coarse gravel (kerikil kasar) 0,028 Degree of Irregularity Smooth 0,000 Minor 0,005 n1 Moderate 0,010 Severe 0,020 Variations off chanel Gradual (bertahap) 0,000 cross section n2 Alternating occasionally 0,005 Alternating frequently 0,01-0,015 Negligible (Tak berarti) n3 0,000 Relative effect of Minor 0,01-0,015 obstruction Appreciable 0,02-0,03 Severe 0,04-0,06 Vegetation Low n4 0,005-0,01 Medium 0,01-0,025 High 0,025-0,5 Very High 0,05-0,1 Degree of meandering Minor 1 Appreciable (cukup besar) m5 1,15 Severe (parah) 1,3 Sumber : Van Te Chow,1961. Koefisien Kekasaran Manning = ( n0+n1+n2+n3+n4 ) x (m5) = ( 0, ,005 ) x 1 = 0, Kecepatan Aliran Air (V) dan Kemiringan Dasar Saluran (S) Penentuan Dimensi saluran pengalihan dalam penanggulangan air limpasan didasarkan pada hasil perhitungan bahwa kecepatan aliran air yang dianggap cukup lancar kurang lebih sebesar 1 m/s (hasil pembulatan) dengan besar kemiringan dasar saluran sebesar 1%. Hasil pengolahan data kecepatan aliran air dapat dilihat pada Tabel berikut :

19 57 Tabel 4.18 Kecepatan Aliran Air (v) Parameter Cacthment Area 1 Satuan Kecepatan Aliran (V) 1,0600 1,0800 1,0900 1,0920 1,0940 1,0943 m/s Debit Rencana(Qr) = C.I.A 0,2305 0,2305 0,2305 0,2305 0,2305 0,2305 m 3 /detik y =(0,255.V)3/2 0,3324 0,3419 0,3467 0,3476 0,3486 0,3487 m Debit Saluran(Qs) = V.y2 3 0,2029 0,2187 0,2269 0,2285 0,2302 0,2305 m 3 /detik Rechecking :Qr = Qs No! No! No! No! No! Ok! Parameter Cacthment Area 2 Satuan Kecepatan Aliran (V) 0,5000 0,5200 0,5400 0,5450 0,5500 0,5597 m/s Debit Rencana(Qr) = C.I.A 0,0712 0,0712 0,0712 0,0712 0,0712 0,0712 m 3 /detik y = (0,255.V)3/2 0,2288 0,2427 0,2568 0,2604 0,2640 0,2710 m Debit Saluran(Qs) = V.y2 3 0,0453 0,0530 0,0617 0,0640 0,0664 0,0712 m 3 /detik Rechecking : Qr = Qs No! No! No! No! No! Ok! Menghitung Debit Saluran (Qs) Debit saluran dihitung dengan menggunakan rumus Manning. Bentuk saluran yang disarankan adalah bentuk trapesium, dan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, debit saluran catchment area 1 adalah sebesar 0,2305 m/s dan catchment area 2 sebesar 0,0712 m/s. Adapun debit saluran dan dimensi saluran pengalihan hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel Tabel 4.19 Rekomendasi Dimensi Saluran Pengalihan Dimensi Saluran Pengalihan Parameter Satuan catchment area 1 catchment area 2 Gradien Kemiringan (m) 1 Debit Rencana (Qr) m 3 /detik 0,23 0,07 Koefisien Kekasaran Manning (n) 0,025 0,025 Jari-jari Hidrolis (R) m 0,17 0,14 Kemiringan Dasar Saluran (S) % Kedalaman Basah (d) m 0,35 0,27 Freeboard (F) m 0,07 0,05 Kedalaman Saluran (h) m 0,42 0,33 Lebar Dasar Saluran (b) m 0,29 0,22 Luas Penampang (A) m 2 0,21 0,13 Lebar Permukaan (B) m 0,60 0,47 Panjang Sisi Saluran (a) m 0,37 0,29 Kecepatan Aliran (v) m/detik 1,094 0,559 Debit Tampung Saluran (Qs) m 3 /detik 0,230 0,071

20 58 Gambar 4.8 Skema Rekomendasi Dimensi Saluran Pengalihan Cacthment Area 1 dan Cacthment Area 2

21 59

22 Penanggulan Air di Dalam Pit dengan Sistem Pemompaan Perhitungan Head Pompa Penentuan titik optimal pompa dapat menggunakan dua jenis kurva yaitu kurva resistan sistem dan kurva karakteristik pompa. Kurva resistan sistem adalah nilai head dari variasi debit pemompaan. Sedangkan kurva karakteristik pompa menyatakan kemampuan pompa untuk mengatasi head untuk berbagai nilai debit pemompaan atau sebaliknya. Adapun head total hasil perhitungan adalah 47,67 m dapat dilihat pada Tabel 4.20 di bawah ini. Tabel 4.20 Hasil Perhitungan Head Jenis Head Head (m) Static Head 10,5 Head Priction Head Friction Pipa 1 10,41 Head Friction Pipa 2 15,32 Head Friction Pipa 3 0,96 Head Friction Pipa 4 0,19 Total Head Friction 26,88 Velocity Head 8,84 Head Of Bend (2 Lengkungan) 1,35 Koefisien Belokan Pipa 0,08 Diameter Pipa 0,15 Sudut Lengkung Pipa 30,00 Jari-jari Belokan Pipa 0,57 Total Head 47, Perhitungan Jumlah Kebutuhan Pompa Debit air tambang yang akan ditanggulangi dengan sistem pemompaan merupakan jumlah air di dalam pit akibat hujan yang turun di area penambangan dan rembesan dari lapisan batuan. Perhitungan kebutuhan jumlah pompa disesuaikan dengan total debit air yang masuk ke dalam pit setiap waktunya, yaitu sebesar 1.592,31 m 3 /jam. Karena adanya pembuatan saluran pengalihan di sekeliling Pit.

23 61 Pemompaan dilakukan dengan menggunakan pompa multiflo MFV 360 dengan spesifikasi sebagai berikut : Merk pompa = Multiflo Model = 360 Jenis Pompa = Impeller Pumps Daya (maksimum) = 168 kw Rpm maksimum = Rpm minimum = Kapasitas maksimum = 100 liter/detik Julang total maksimum = 127 m Sumber: Kegiatan Lapangan, 2015 Gambar 4.11 Pompa Multiflo 360

24 62 Sumber: Nouwen A,1986. Gambar 4.12 Kurva Karakteristik Pompa Multiflo 360 Berdasarkan spesifikasi dan kurva karakteristik pompa, kapasitas maksimum pompa sebesar 100 liter/detik atau setara dengan 360 m³/jam, Namun dengan asumsi efisiensi pompa sebesar 75%, Kapasitas pompa tersebut hanya digunakan sebesar 75 liter/detik atau setara dengan 270 m³/jam dengan rpm rpm dan jam kerja pompa 10 jam. Berikut Tabel 4.21 perhitungan jumlah kebutuhan pompa di Pit B yaitu menggunakan 1 pompa (pembulatan) : Tabel 4.21 Debit Air Tambang dan Estimasi Pompa Lokasi Debit Air Limpasan (m 3 /jam) Debit Air Tanah (m 3 /jam) Debit (Q) total (m 3 /jam) Total Head (m) Kapasitas Pompa (m 3 /jam) Jam Pompa Estimasi Pompa Pit B 1.495,20 97, ,31 47, ,59

LAMPIRAN A PETA TOPOGRAFI

LAMPIRAN A PETA TOPOGRAFI LAMPIRAN A PETA TOPOGRAFI 70 71 LAMPIRAN B PETA CACTHMENT AREA 72 PETA CATCHMENT AREA LOKASI PENELITIAN KEC. MEUREBO, KAB. ACEH BARAT PROVINSI ACEH 73 LAMPIRAN C PETA CACTHMENT AREA DAN ARAH ALIRAN 74

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Maksud Dan Tujuan... 2 1.2.1 Maksud...

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman

DAFTAR ISI. BAB III TEORI DASAR Lereng repository.unisba.ac.id. Halaman DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR GRAFIK... xi DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Siklus Hidrologi Air memiliki susunan molekul yang sangat sederhana. Dua atom hidrogen dan satu atom oksigen, H-O-H atau yang ditulis dengan rumus H 2 O. Air juga mempunyai sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aliran sungai mempunyai masalah dengan adanya air tanah. Air tanah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aliran sungai mempunyai masalah dengan adanya air tanah. Air tanah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tambang terbuka khususnya tambang batubara yang berada di dekat dengan aliran sungai mempunyai masalah dengan adanya air tanah. Air tanah merupakan salah satu

Lebih terperinci

Evaluasi Sistem Penyaliran Tambang Di Pit Tutupan Pt. Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan

Evaluasi Sistem Penyaliran Tambang Di Pit Tutupan Pt. Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan Evaluasi Sistem Penyaliran Tambang Di Pit Tutupan Pt. Pamapersada Nusantara Jobsite Adaro Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan Fahrizal Ardy Kurniawan 1, Peter Eka Rosadi 2 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III Bab III Metode Analisis METODE ANALISIS 3.1 Dasar-dasar Perencanaan Drainase Di dalam pemilihan teknologi drainase, sebaiknya menggunakan teknologi sederhana yang dapat di pertanggung jawabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hidrologi dengan panjang data minimal 10 tahun untuk masing-masing lokasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Stasiun Pengamat Hujan Untuk melakukan analisa ini digunakan data curah hujan harian maksimum untuk tiap stasiun pengamat hujan yang akan digunakan dalam analisa

Lebih terperinci

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air. 4.4 Perhitungan Saluran Samping Jalan Fungsi Saluran Jalan Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah sekitarnya agar tidak merusak konstruksi jalan. Fungsi utama : - Membawa

Lebih terperinci

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan

Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan Kajian Teknis Sistem Penyaliran dan Penirisan Tambang Pit 4 PT. DEWA, Tbk Site Asam-asam Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan Uyu Saismana 1, Riswan 2 1,2 Staf Pengajar Prodi Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA DI PT. BARA ANUGRAH SEJAHTERA LOKASI PULAU PANGGUNG MUARA ENIM SUMATERA SELATAN

PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA DI PT. BARA ANUGRAH SEJAHTERA LOKASI PULAU PANGGUNG MUARA ENIM SUMATERA SELATAN PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA DI PT. BARA ANUGRAH SEJAHTERA LOKASI PULAU PANGGUNG MUARA ENIM SUMATERA SELATAN Tumpol Richardo Girsang 1, Eddy Ibrahim 2, dan Mukiat 3 1,2,3 Jurusan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA BATUBARA. Muhammad Endriantho*, Muhammad Ramli*

PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA BATUBARA. Muhammad Endriantho*, Muhammad Ramli* PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN TAMBANG TERBUKA BATUBARA Muhammad Endriantho*, Muhammad Ramli* *) Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin **) Teknik Geologi Universitas Hasanuddin SARI: Operasi penambangan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH EVALUASI SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PADA PT RIMAU ENERGY MINING SITE JAWETEN, KECAMATAN KAROSEN JANANG, KABUPATEN BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Alpian Nafarin 1*, Agus Triantoro 1, Riswan 1, Freddy Aditya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan.

BAB IV PEMBAHASAN. muka air di tempat tersebut turun atau berkurang sampai batas yang diinginkan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Curah Hujan Drainase adalah ilmu atau cara untuk mengalirkan air dari suatu tempat, baik yang ada dipermukaan tanah ataupun air yang berada di dalam lapisan tanah, sehingga

Lebih terperinci

Kajian Teknis Sistem Penyaliran pada Tambang Batubara PIT 1 Utara Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim Sumatera Selatan

Kajian Teknis Sistem Penyaliran pada Tambang Batubara PIT 1 Utara Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim Sumatera Selatan Kajian Teknis Sistem Penyaliran pada Tambang Batubara PIT 1 Utara Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim Sumatera Selatan Subiakto 1, Peter Eka Rosadi 2, Hartono 3 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data

BAB V ANALISA DATA. Analisa Data BAB V ANALISA DATA 5.1 UMUM Analisa data terhadap perencanaan jaringan drainase sub sistem terdiri dari beberapa tahapan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Sebelum tahapan analisa dilakukan, terlebih

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance (Studi Kasus pada PT TIA)

Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance (Studi Kasus pada PT TIA) Analisis Kebutuhan Pompa pada Sistem Penyaliran Tambang Terbuka dengan Persamaan Material Balance (Studi Kasus pada PT TIA) Riswan 1, Dimas Aditya 2 Abstrak. Tambang terbuka menghasilkan daerah bukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan sistem tambang terbuka, analisis kestabilan lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain tambang yang aman dan ekonomis.

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR PADA KECAMATAN MEDAN SELAYANG DAN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL ( Studi Kasus : Jl. Jamin Ginting, Jl. Dr. Mansyur dan Jl. Gatot Subroto ) FITHRIYAH

Lebih terperinci

SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PIT AB EKS PADA PT. ANDALAN MINING JOBSITE KALTIM PRIMA COAL SANGATTA KALIMANTAN TIMUR

SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PIT AB EKS PADA PT. ANDALAN MINING JOBSITE KALTIM PRIMA COAL SANGATTA KALIMANTAN TIMUR SISTEM PENYALIRAN TAMBANG PIT AB EKS PADA PT. ANDALAN MINING JOBSITE KALTIM PRIMA COAL SANGATTA KALIMANTAN TIMUR Khairuddin Yusran 1, Djamaluddin 2, Agus Ardianto Budiman 1 1. Jurusan Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah drainase kota sudah menjadi permasalahan utama pada daerah perkotaan. Masalah tersebut sering terjadi terutama pada kota-kota yang sudah dan sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Analisa Curah Hujan 4.1.1 Jumlah Kejadian Bulan Basah (BB) Bulan basah yang dimaksud disini adalah bulan yang didalamnya terdapat curah hujan lebih dari 1 mm (menurut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Menganalisa Hujan Rencana IV.1.1 Menghitung Curah Hujan Rata rata 1. Menghitung rata - rata curah hujan harian dengan metode aritmatik. Dalam studi ini dipakai data

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang Batubara Tahun 2016 untuk Menentukan Kebutuhan Pompa Pada Pit Timur (Studi Kasus : PT Kuansing Inti Makmur, Kecamatan

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Pencegahan dan Penanggulangan Air Limpasan yang Masuk ke Kolam Blok Barat terhadap Pit Blok Timur Penambangan Batubara PT. Indoasia Cemerlang (PT. IAC) Desa

Lebih terperinci

ANALISA PENYALIRAN AIR TAMBANG BATU KAPUR PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) DI PABRIK BATURAJA

ANALISA PENYALIRAN AIR TAMBANG BATU KAPUR PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) DI PABRIK BATURAJA Jurnal Desiminasi Teknologi, Volume 2, No. 1, Januari 2014 ANALISA PENYALIRAN AIR TAMBANG BATU KAPUR PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) DI PABRIK BATURAJA Yuliantini Eka Putri 1 Abstrak : Operasi penambangan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN 1. PENDAHULUAN TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Daur Hidrologi Bumi terdapat 1,3 sampai dengan 1,4 milyar km 3 air yang meliputi 97,5 % adalah air laut, 1,75 % berbentuk es, 0,73 % berada di daratan sebagai air sungai, air

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT Spectra Nomor 10 Volume V Juli 2007: 38-49 KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT Hirijanto Kustamar Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Pengembangan suatu sistem drainase perkotaan

Lebih terperinci

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 + 4.3. Perhitungan Daerah Kebebasan Samping Dalam memperhitungkan daerah kebebasan samping, kita harus dapat memastikan bahwa daerah samping/bagian lereng jalan tidak menghalangi pandangan pengemudi. Dalam

Lebih terperinci

EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN MEDAN JOHOR ALFRENDI C B HST

EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN MEDAN JOHOR ALFRENDI C B HST EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh : ALFRENDI C B HST

Lebih terperinci

EVALUASI KAPASITAS POMPA PADA SISTEM PENIRISAN TAMBANG BANKO BARAT PIT

EVALUASI KAPASITAS POMPA PADA SISTEM PENIRISAN TAMBANG BANKO BARAT PIT EVALUASI KAPASITAS POMPA PADA SISTEM PENIRISAN TAMBANG BANKO BARAT PIT 1 TIMUR PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UNIT PENAMBANGAN TANJUNG ENIM SUMATERA SELATAN Yohannes Gultom 1, Maulana Yusuf 2, Abuamat 3 1,2,3

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Simulasi Penyaliran Tambang Melalui Optimasi Elevasi Muka Air Kolam Untuk Menjaga Front Kerja Penambangan (Studi Kasus : Penambangan Batubara Pit 1 Wara, PT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bumi terdiri dari air, 97,5% adalah air laut, 1,75% adalah berbentuk es, 0,73% berada didaratan sebagai air sungai, air danau, air tanah, dan sebagainya. Hanya 0,001% berbentuk uap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. = reduced mean yang besarnya tergantung pada jumlah tahun pengamatan. = Standard deviation dari data pengamatan σ =

BAB IV ANALISA DATA. = reduced mean yang besarnya tergantung pada jumlah tahun pengamatan. = Standard deviation dari data pengamatan σ = BAB IV ANALISA DATA 4.1 ANALISA HIDROLOGI Dalam menganalisa data curah hujan, stasiun yang digunakan adalah stasiun yang berada dekat dengan DAS Sugutamu, yaitu stasiun Pancoran Mas yang berbatasan dengan

Lebih terperinci

EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE PERUMAHAN (Studi Kasus Perum Pesona Vista Desa Dayeuh Kecamatan Cileungsi)

EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE PERUMAHAN (Studi Kasus Perum Pesona Vista Desa Dayeuh Kecamatan Cileungsi) EVALUASI KAPASITAS SISTEM DRAINASE PERUMAHAN (Studi Kasus Perum Pesona Vista Desa Dayeuh Kecamatan Cileungsi) oleh: Nurul Ibad Taofiki 1, Heny Purwanti, Rubaiah Darmayanti ABSTRAK Sistem drainase di perumahan

Lebih terperinci

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam EVALUASI DAN PERENCANAAN DRAINASE DI JALAN SOEKARNO HATTA MALANG Muhammad Faisal, Alwafi Pujiraharjo, Indradi Wijatmiko Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Malang Jalan M.T Haryono

Lebih terperinci

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya.

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas besar Mata Kuliah Rekayasa Hidrologi SI-2231. Tugas besar ini dimaksudkan

Lebih terperinci

PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE

PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE Wesli Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh email: ir_wesli@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah untuk menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai. 3.1.1 Permasalahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

Analisis Teknis Mine Dewatering terhadap Rencana Tiga bulan Penambangan Batubara di Pit B Kec. Meurebo Kab. Aceh Barat, Provinsi Aceh

Analisis Teknis Mine Dewatering terhadap Rencana Tiga bulan Penambangan Batubara di Pit B Kec. Meurebo Kab. Aceh Barat, Provinsi Aceh Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Teknis Mine Dewatering terhadap Rencana Tiga bulan Penambangan Batubara di Pit B Kec. Meurebo Kab. Aceh Barat, Provinsi Aceh Mine Dewatering Technical

Lebih terperinci

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK Pertumbuhan kota semakin meningkat dengan adanya perumahan,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 93 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... v ABSTRAK... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1

Lebih terperinci

RANCANGAN SUMP D1 BLOK D1-D2 PIT ROTO SELATAN PT PAMAPERSADA NUSANTARA DISTRIK KIDECO BATU KAJANG KALIMANTAN TIMUR

RANCANGAN SUMP D1 BLOK D1-D2 PIT ROTO SELATAN PT PAMAPERSADA NUSANTARA DISTRIK KIDECO BATU KAJANG KALIMANTAN TIMUR Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015 RANCANGAN SUMP D1 BLOK D1-D2 PIT ROTO SELATAN PT PAMAPERSADA NUSANTARA DISTRIK KIDECO BATU KAJANG KALIMANTAN TIMUR Fauzan S

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. parameter yang tertulis dalam kriteria di bawah ini. Nilai-nilai yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kriteria perancangan adalah suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan membandingkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan dilakukan di sungai Way Semaka dan sungai Way

METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan dilakukan di sungai Way Semaka dan sungai Way III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini akan dilakukan di sungai Way Semaka dan sungai Way Semung yang berada di kabupatentanggamus, provinsi Lampung. Gambar 4. Peta Lokasi

Lebih terperinci

PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH

PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH PERMEABILITAS DAN ALIRAN AIR DALAM TANAH Permeabilitas : sifat bahan berpori (permeable / pervious), yang memungkinkan zat cair dapat mengalir lewat rongga porinya. Derajat permeabilitas tanah ditentukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PERENCANAAN DIMENSI PENAMPANG BATANG MARANSI DAN BATANG LURUIH KOTA PADANG

TINJAUAN PERENCANAAN DIMENSI PENAMPANG BATANG MARANSI DAN BATANG LURUIH KOTA PADANG TINJAUAN PERENCANAAN DIMENSI PENAMPANG BATANG MARANSI DAN BATANG LURUIH KOTA PADANG Benny Syahputra, Nazwar Djali, Lusi Utama Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Bung

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM

PERENCANAAN BENDUNG. Perhitungan selengkapnya, disajikan dalam lampiran. Gambar 2.1 Sketsa Lebar Mercu Bendung PLTM PERENCANAAN BENDUNG. Perencanaan Hidrolis Bendung. Lebar dan Tinggi Bendung Lebar bendung adalah jarak antara kedua pangkal bendung (Abutment). Lebar bendung sebaiknya diambil sama dengan lebar rata-rata

Lebih terperinci

EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR

EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN ANALISA DESAIN KAPASITAS SALURAN DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS DARMA AGUNG MEDAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Ujian Sarjana Teknik Sipil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan April sampai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan April sampai III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan April sampai dengan bulan Juli 2011. Tempat penelitian adalah Rayon I Unit

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Sistem Penyaliran Tambang dan Upaya Perbaikan Sistem Pemompaan di Tambang Terbuka (Studi Kasus: Penambangan Batubara Site Kelubir Mine Operation PT.

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA. Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti

EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA. Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti EVALUAS ASPEK TEKNS PADA SUB SSTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti JurusanTeknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, nstitut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. penelitian tentang Analisis Kapasitas Drainase Dengan Metode Rasional di BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini menggunakan tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah diterbitkan, dan dari buku-buku atau artikel-artikel yang ditulis para peneliti sebagai

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA. Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti

EVALUASI ASPEK TEKNIS PADA SUB SISTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA. Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti EVALUAS ASPEK TEKNS PADA SUB SSTEM PEMATUSAN KEBONAGUNG HULU KOTA SURABAYA Prisma Yogiswari 1, Alia Damayanti JurusanTeknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, nstitut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang Batubara Pada Pit 71n Dan Inpitdump 71 Di Pt. Perkasa Inakakerta Site Bengalon Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur Pangestu Nugeraha 1, Muhammad Bahtiyar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi Curah Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. 37 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Gambar 8. Lokasi Penelitian 38 B. Bahan

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI PERENCANAAN SISTEM DRAINASE KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI Heri Giovan Pania H. Tangkudung, L. Kawet, E.M. Wuisan Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi email: ivanpania@yahoo.com

Lebih terperinci

PROSEDUR DALAM METODA RASIONAL

PROSEDUR DALAM METODA RASIONAL PROSEDUR DALAM METODA RASIONAL 1. Mulai hitung dari titik terawal (hulu) dari lateral tertinggi dan diteruskan ke titik pertemuan 1. 2. Lanjutkan perhitungan untuk akhir cabang yang masuk ke pertemuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR i DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR i DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN.. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN.. ii v vi ix xi BAB I PENDAHULUAN.. 1 1.1. LATAR BELAKANG. 1 1.2. IDENTIFIKASI MASALAH.. 3 1.3. RUMUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang

Lebih terperinci

Evaluasi Teknis Sistem Penyaliran Tambang Studi Kasus: PT. Bara Energi Lestari Kabupaten Nagan Raya, Aceh

Evaluasi Teknis Sistem Penyaliran Tambang Studi Kasus: PT. Bara Energi Lestari Kabupaten Nagan Raya, Aceh Evaluasi Teknis Sistem Penyaliran Tambang Studi Kasus: PT. Bara Energi Lestari Kabupaten Nagan Raya, Aceh Rahmadi Siahaan, Pocut Nurul Alam, Febi Mutia Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai pada Semester A tahun ajaran 2016-2017 dan penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di DAS Sungai Badera yang terletak di Kota

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB vi vii ix xi xiii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang.... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DEBIT DAN LUAS GENANGAN BANJIR SUNGAI BABURA

PERHITUNGAN DEBIT DAN LUAS GENANGAN BANJIR SUNGAI BABURA PERHITUNGAN DEBIT DAN LUAS GENANGAN BANJIR SUNGAI BABURA TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian pendidikan sarjana teknik sipil Disusun oleh : BENNY STEVEN 090424075 BIDANG STUDI TEKNIK

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP TUGAS AKHIR Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing NRP. 3109 100 112 Dosen Pembimbing : Mahendra Andiek M, ST.MT. Ir. Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG

PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG PRA - STUDI KELAYAKAN RENCANA PEMBANGUNAN PLTMH SUBANG 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Pengembangan Pembangkit Listrik Mini Hidro (PLTMH) merupakan salah satu prioritas pembangunan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. 39 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. PETA LOKASI PENELITIAN Gambar 7. Lokasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pengolahan Data Hidrologi 4.1.1 Data Curah Hujan Data curah hujan adalah data yang digunakan dalam merencanakan debit banjir. Data curah hujan dapat diambil melalui pengamatan

Lebih terperinci

ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.6 Analisa Debit Limpasan Permukaan Analisa ini bertujuan untuk mengetahui debit air pada kawasan kampus Kijang, Universitas Bina Nusantara, Kemanggisan, Jakarta Barat, pada

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG

PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG ALBERT WICAKSONO*, DODDI YUDIANTO 1 DAN JEFFRY GANDWINATAN 2 1 Staf pengajar Universitas Katolik Parahyangan 2 Alumni

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Studi Hidrologi dan Hidrogeologi untuk Mendukung Desain Penambangan di PT Alamjaya Bara Pratama Desa Jembayan, Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara,

Lebih terperinci

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH

PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH PENELITIAN HYDROGEOLOGI TAMBANG UNTUK RENCANA DRAINASE TAMBANG BATUBARA BAWAH Oleh : Budi Islam, Nendaryono, Fauzan, Hendro Supangkat,EkoPujianto, Suhendar, Iis Hayati, Rakhmanudin, Welly Gatsmir, Jajat

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS M. HARRY YUSUF

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS M. HARRY YUSUF PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PADA RENCANA KAWASAN INDUSTRI DELI SERDANG DI KECAMATAN MEDAN AMPLAS TUGAS AKHIR Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat Untuk Memenuhi ujian sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Erosi Erosi adalah lepasnya material dasar dari tebing sungai, erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu : a. Quarrying, yaitu pendongkelan batuan

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN Sugeng Sutikno 1, Mutia Sophiani 2 1 Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Subang 2 Alumni

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Menurut Suripin (2004 ; 7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,

BAB II DASAR TEORI. Menurut Suripin (2004 ; 7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, BAB II DASAR TEORI 2.1. Drainase Menurut Suripin (2004 ; 7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. adalah merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dalam RTRW

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. adalah merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Dalam RTRW Bab IV Analisis Data dan Pembahasan BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 URAIAN UMUM Jalan Melong merupakan salah satu Jalan yang berada di Kecamatan Cimahi Selatan yang berbatasan dengan Kota Bandung. Kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Kriteria Desain Kriteria Desain Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang Perancang diharapkan mampu menggunakan kriteria secara tepat dengan melihat kondisi sebenarnya dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE STADION BATORO KATONG KABUPATEN PONOROGO

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE STADION BATORO KATONG KABUPATEN PONOROGO PERENCANAAN SISTEM DRAINASE STADION BATORO KATONG KABUPATEN PONOROGO OLEH : YUSMAN RUSYDA HABIBIE NRP : 3110100017 DOSEN PEMBIMBING : Dr.Techn. UMBORO LASMINTO, ST.M.Sc YANG RATRI SAVITRI, ST.MT 1 Latar

Lebih terperinci

PENATAAN SISTEM DRAINASE DI KAMPUNG TUBIR KELURAHAN PAAL 2 KOTA MANADO

PENATAAN SISTEM DRAINASE DI KAMPUNG TUBIR KELURAHAN PAAL 2 KOTA MANADO PENATAAN SISTEM DRAINASE DI KAMPUNG TUBIR KELURAHAN PAAL 2 KOTA MANADO Melisa Massie Jeffrey S. F. Sumarauw, Lambertus Tanudjaja Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam Ratulangi Manado Email:melisamassie@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, sambungan kata

BAB III METODOLOGI. Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, sambungan kata 63 BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, sambungan kata depan meta (menuju, melalui,mengikuti) dan kata benda hodos (jalan, cara, arah). Jadi metode bisa dirumuskan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penulis, Efrilia Wardani. vii

KATA PENGANTAR. Penulis, Efrilia Wardani. vii RINGKASAN Pit Lisat merupakan proyek penambangan batubara milik PT. Gunung Bayan Resources yaitu PT. Teguh Sinar Abadi (TSA) dan PT. Firman Ketaun Perkasa (FKP) dimana tempat penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU SYAFRIANTO 1 ANTON ARIYANTO, M.Eng 2 dan ARIFAL HIDAYAT MT 2 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian e-mail

Lebih terperinci

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Sungai Cisadane 4.1.1 Letak Geografis Sungai Cisadane yang berada di provinsi Banten secara geografis terletak antara 106 0 5 dan 106 0 9 Bujur Timur serta

Lebih terperinci

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam

Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan Saluran Berdasarkan Konsep Aliran Seragam Perancangan saluran berarti menentukan dimensi saluran dengan mempertimbangkan sifat-sifat bahan pembentuk tubuh saluran serta kondisi medan sedemikian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... ix. A Latar Belakang...1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... ix BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang...1 B Rumusan Masalah...6 C Tujuan Penelitian...6 D Manfaat Penelitian...7

Lebih terperinci

ANALISA DEBIT DAN SEDIMEN PADA SALURAN SEKUNDER IRIGASI PASANG SURUT DI LOKASI DESA TELANG SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN

ANALISA DEBIT DAN SEDIMEN PADA SALURAN SEKUNDER IRIGASI PASANG SURUT DI LOKASI DESA TELANG SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN ANALISA DEBIT DAN SEDIMEN PADA SALURAN SEKUNDER IRIGASI PASANG SURUT DI LOKASI DESA TELANG SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN Erny Agusri Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PERENCANAAN BANGUNANAN DRAINASE DI AREA PEMUKIMAN WARGA DESA TIRTOMOYO KABUPATEN MALANG

PENDAMPINGAN PERENCANAAN BANGUNANAN DRAINASE DI AREA PEMUKIMAN WARGA DESA TIRTOMOYO KABUPATEN MALANG Ringkasan judul artikel nama penulis 1 nama penulis 2 PENDAMPINGAN PERENCANAAN BANGUNANAN DRAINASE DI AREA PEMUKIMAN WARGA DESA TIRTOMOYO KABUPATEN MALANG Tiong Iskandar, Agus Santosa, Deviany Kartika

Lebih terperinci

EVALUASI WADUK PUSONG SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN BANJIR DI KOTA LHOKSEUMAWE KABUPATEN ACEH UTARA KHATAB

EVALUASI WADUK PUSONG SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN BANJIR DI KOTA LHOKSEUMAWE KABUPATEN ACEH UTARA KHATAB EVALUASI WADUK PUSONG SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN BANJIR DI KOTA LHOKSEUMAWE KABUPATEN ACEH UTARA TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil KHATAB 08 0404

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah

BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum 4.2 Data Geologi dan Mekanika Tanah BAB IV ANALISA DATA 4.1 Tinjauan Umum Gagasan untuk mewujudkan suatu bangunan harus didahului dengan survey dan investigasi untuk mendapatkan data yang sesuai guna mendukung terealisasinya sisi pelaksanaan

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI) SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI) Raja Fahmi Siregar 1, Novrianti 2 Raja Fahmi Siregar 1 Alumni Fakultas Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 8 D.

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA 5.1. TINJAUAN UMUM Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II,

Lebih terperinci