ANALISIS PENGARUH KELEMBAGAAN LAHAN, LINGKUNGAN USAHATANI, DAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN CARUBAN JAWA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

IV METODE PENELITIAN

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga Tani Padi (Studi Kasus: Desa Sei Buluh, Kec. Teluk Mengkudu, Kab.

U = -76, , ,148D1 0,006D2.

PENGARUH IRIGASI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

meski terjadi perubahan harga menjadi lebih mahal. Tabel 3. Hasil Analisis Pengaruh Harga terhadap Total Permintaan Pupuk Urea

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dan Fisik Wilayah dengan Pendapatan Petani Tanaman Pangan di Kabupaten Jombang

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS FAKTOR PRODUKSI PADI (Oryza sativa) ORGANIK DI DESA SUMBER PASIR, KECAMATAN PAKIS, KABUPATEN MALANG

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI TANAMAN PANGAN PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS PRODUKTIVITAS USAHATANI CABAI MERAH BESAR (Capsicum annum L.) DI DESA ANDONGSARI KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

BPS Klaten Klaten dalam Angka BPS Klaten : Klaten Klaten dalam Angka BPS Klaten : Klaten

X. ANALISA FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

Produktivitas, Biaya, Pendapatan Padi Gogo Beras Merah Varietas Unggul Lokal (Segreng Handayani) di Kabupaten Gunung Kidul

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS EFISIENSI TEKNIS PRODUKSI USAHATANI CABAI (Kasus Kelurahan Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun)

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA BONEMARAWA KECAMATAN RIOPAKAVA KABUPATEN DONGGALA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

JIIA, VOLUME 3 No. 3, JUNI 2015

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA POLEGANYARA KECAMATAN PAMONA TIMUR KABUPATEN POSO

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI PADI DALAM PEMANFAATAN SUMBER PERMODALAN: STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN CABAI MERAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA

DAMPAK BANTUAN PUPUK, BENIH, DAN PESTISIDA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI PADI

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KABUPATEN BENER MERIAH PROVINSI ACEH

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI JAGUNG DI DESA BULUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU

ANALISIS PRODUKTIVITAS LAHAN DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN PURWOREJO

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHATANI CABAI MERAH BESAR DI DESA ANDONGSARI KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH METODE SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION DI KECAMATAN SINDUE KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH (Studi Kasus: Desa Medang, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu Bara)

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ABSTRACT

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH PADA KONDISI IRIGASI SEMI TEKNIS DI KABUPATEN MERANGIN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI JAGUNG DI KABUPATEN SUMENEP

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

FAKTOR PENENTU PRODUKSI USAHATANI CABAI MERAH DI KECAMATAN BULU DAN TLOGOMULYO, KABUPATEN TEMANGGUNG ABSTRAK

ANALISIS PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI KAKAO DI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT PETANI DALAM BERUSAHATANI PADI DI KECAMATAN KEBAKKRAMAT KABUPATEN KARANGANYAR

Staf Pengajar Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

I. PENDAHULUAN. pangan pokok saja, tetapi telah berkembang menjadi berbagai jenis bahan makanan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI KELURAHAN KOYA, KECAMATAN TONDANO SELATAN

Diterima: 25 Juli 2016; Direvisi: 26 Juli 2016; Disetujui: 29 Juli 2016

III. METODE PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

HUBUNGAN ANTARA IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH DENGAN POLA TANAM TABELA DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

USAHA PENGOLAHAN IKAN TAWES PRESTO DI PESISIR WADUK GAJAH MUNGKUR KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

The effect of Production Inputs and Irrigation Service to Irrigated Wetland Rice Production in South Banawa Watatu District of Donggala

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

ELASTISITAS PERMINTAAN BERAS ORGANIK DI KOTA MEDAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibandingkan dengan produksi sub-sektor perikanan tangkap.

III. METODE PENELITIAN. bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara.

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI JAGUNG (Zea mays L.) (Studi kasus di Desa Sidodadi, Kec. Patean Kab. Kendal)

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI KARET DI DESA RAMBAH HILIR TENGAH KECAMATAN RAMBAH HILIR KABUPATEN ROKAN HULU ABSTRACT

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Dan Pendapatan Usahatani Jagung (Studi Kasus : Tanjung Jati, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat) ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH LOKAL TINOMBO DI DESA LOMBOK KECAMATAN TINOMBO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PENGARUH FAKTOR INTERNAL PETANI DALAM MENGADOPSI TEKNOLOGI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

A. Faroby Falatehan 1 dan Ade Suryani Rifqie 2

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah indeks pembangunan manusia di Indonesia

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IX. HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

FAKTOR PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS HOME INDUSTRI KRUPUK TERUNG & BLUNYO DI DESA JUNGANYAR KECAMATAN SOCAH KABUPATEN BANGKALAN

pendapatan sampingan diluar pertanian, sehingga dapat menekan terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan.

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

OPTIMASI USAHATANI SAYURAN DENGAN SISTEM DIVERSIFIKASI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI PETANI TERHADAP LUAS TANAM BAWANG MERAH DI BERDASARKAN PENDAPAT PETANI DI KABUPATEN DAIRI

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH KELEMBAGAAN LAHAN, LINGKUNGAN USAHATANI, DAN FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KABUPATEN CARUBAN JAWA TIMUR Ulfa Isabella, Suwarto, Suprapto Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457 E-mail: ulfaisabella@yahoo.com Abstract : This study aimed to determine the effect of institutional land, farming environment, and factors of production in lowland rice farming in Caruban district, East Java. The basic method used is an explanatory method is a method that analyzes the relationship of a variable with the other variables. Farmers in the district Caruban most landowners. Based on the results of testing the hypothesis is proven that the factors of production, institutional land, farming environment, and the location of the irrigation effect on rice production and income of farmers in the district Caruban. Through regression analysis found that during the rainy season, rice production in the district Caruban predominantly influenced by land area nevertheless influenced by land area income and institutional status. In the dry season, rice production in the district Caruban predominantly influenced by land area and the seed however the land area affected by income and institutional status of the land. Keywords : rice farming, institutional land, farming environment, factors of production Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelembagaan lahan, lingkungan usahatani, dan faktor produksi pada usahatani padi sawah di Kabupaten Caruban, Jawa Timur. Metode dasar yang digunakan ialah metode explanatory yaitu suatu metode yang menganalisis hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Petani pada Kabupaten Caruban sebagian besar pemilik lahan. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis terbukti bahwa faktor produksi, kelembagaan lahan, lingkungan usahatani, dan letak irigasi berpengaruh terhadap produksi padi sawah dan pendapatan petani di Kabupaten Caruban. Melalui analisis regresi diketahui bahwa pada musim hujan, produksi padi sawah di Kabupaten Caruban dominan dipengaruhi oleh luas lahan namun demikian penghasilan dipengaruhi oleh luas lahan dan status kelembagaan. Pada musim kemarau, produksi padi sawah di Kabupaten Caruban dominan dipengaruhi oleh luas lahan dan benih namun demikian penghasilan dipengaruhi oleh luas lahan dan status kelembagaan lahan. Kata Kunci: Usahatani padi, kelembagaan lahan, lingkungan usahatani, faktor produksi

PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan alam yang salah satunya berupa hasil pertanian yang melimpah. Usahausaha dijalankan dalam pengembangan sektor pertanian untuk menopang sektor perekonomian lain. Sektor pertanian berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor hortikultura, subsektor perikanan, subsektor peternakan dan subsektor kehutanan. Pada tahap awal pembangunan, sektor pertanian merupakan penopang perekonomian karena pertanian memberikan proporsi yang besar. Disamping itu sektor pertanian sebagai pasar yang potensial bagi produk produk dalam negeri baik untuk barang produksi maupun barang konsumsi, terutama produk yang dihasilkan oleh subsektor tanaman bahan makanan (Departemen Pertanian, 2008). Ketersediaan, pemerataan distribusi, dan keterjangkauan pangan oleh daya beli masyarakat merupakan hal yang berpengaruh terhadap kebijakan ekonomi nasional. Kekurangan pangan dapat memicu munculnya gejolak sosial dan politik. Pengalaman tahun 1966 dan 1998 menunjukkan bahwa goncangan politik terjadi karena harga pangan melonjak tinggi dalam waktu singkat dan debat publik selalu muncul apabila harga pangan melonjak atau turun secara drastis. Masyarakat menghendaki pasokan dan harga pangan yang stabil, tersedia sepanjang waktu, terdistribusi secara merata, serta harga yang terjangkau (Surayana dan Mardiyanto, 2001). Pentingnya peranan tanaman padi sebagai penghasil bahan makanan pokok di Indonesia menjadi alasan yang mendasar tanaman padi diusahakan oleh sebagian besar penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian. Tujuan petani mengusahakan tanaman padi ialah selain untuk mencukupi kebutuhan pangan juga sebagai sumber pendapatan petani. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka permintaan akan beras juga semakin besar. Dengan demikian, diasumsikan usahatani padi akan mendatangkan keuntungan karena berapapun jumlah produksi yang dihasilkan maka akan habis terjual. Soemartono dkk (1977) menjelaskan bahwa padi dapat tumbuh dengan baik di daerahdaerah yang berhawa panas dan udaranya banyak mengandung uap air. Di Indonesia padi ditanam dari dataran rendah sampai 1300 meter di atas permukaan laut. Lebih tinggi lagi padi tidak diusahakan karena kurang produktif. Caruban merupakan kota kecil yang pada awalnya termasuk dalam wilayah Kabupaten Madiun. Namun demikian, pada tahun 2011 Caruban resmi menjadi kabupaten mandiri. Caruban terdiri dari tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Pilangkenceng, Kecamatan Mejayan, dan Kecamatan Wonoasri. Walaupun sudah resmi

menjadi Kabupaten Caruban, akan tetapi pemerintahan dan data-data masih masuk dalam Kabupaten Madiun. Awal tahun 2012 pembangunan-pembangunan sarana dan prasarana umum mulai dibangun dan direncanakan akan selesai tahun 2014. Wilayah Kabupaten Caruban terdiri dari Kecamatan Pilangkenceng, Kecamatan Mejayan, dan Kecamatan Wonoasri. Kecamatan Pilangkenceng memiliki luas lahan pertanian yang paling besar diikuti oleh Kecamatan Mejayan dan Kecamatan Wonoasri. Lahan pertanian di Kecamatan Pilangkenceng terdiri dari lahan irigasi teknis dan tadah hujan, lahan pertanian di Kecamatan Mejayan terdiri dari lahan irigasi teknis, irigasi setengah teknis, dan tadah hujan sedangkan lahan pertanian di Kecamatan Wonoasri terdiri dari lahan irigasi teknis dan tadah hujan. Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut (1) Untuk mengetahui pengaruh kelembagaan lahan, letak irigasi, lingkungan usahatani, dan beberapa faktor produksi secara simultan terhadap produksi padi sawah pada musim hujan di Kabupaten Caruban; (2) untuk mengetahui pengaruh kelembagaan lahan, letak irigasi, lingkungan usahatani, dan beberapa faktor produksi secara simultan terhadap produksi padi sawah pada musim kemarau di Kabupaten Caruban; (3) untuk mengetahui pengaruh kelembagaan lahan, letak irigasi, lingkungan usahatani, dan beberapa faktor produksi secara simultan terhadap pendapatan petani pada musim hujan di Kabupaten Caruban. Dan (4) untuk mengetahui pengaruh kelembagaan lahan, letak irigasi, lingkungan usahatani, dan beberapa faktor produksi secara simultan terhadap pendapatan petani pada musim kemarau di Kabupaten Caruban. METODE PENELITIAN Metode penelitian dilakukan dengan rancangan penelitian eksplanatori. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), penelitian eksplanatori adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini sengaja dilakukan di Kecamatan Mejayan dan Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Caruban dengan pertimbangan bahwa masih sedikit penelitian mengenai usahatani padi di Kecamatan Mejayan dan Kecamatan Pilangkenceng Kabupaten Caruban. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Sumber data primer yaitu dari petani padi di Kecamatan Mejayan dan Kecamatan Pilangkenceng. Sumber data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait seperti BPS Kabupaten Madiun. Teknik pengumpulan data yang digunakan da lam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan pencatatan. Wawancara digunakan untuk memperoleh data primer dari responden terkait yaitu anggota kelompok tani Dewi Sri di Desa Mejayan dan anggota kelompok tani Margo Mulyo di Desa Pilangkenceng. Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan

langsung di lapangan terkait proses produksi dan kondisi wilayah penelitian. Pencatatan dilakukan terkait dengan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS). Metode Analisis Data Y = α X 1 b1 X2 b2 X3 b3 X4 b4 X5 b5. ( 1 ) Ln Y = ln α0 + b1 lnx1 + b2 lnx2 + b3 lnx3 + b4 lnx4 + b5 lnx5...(2) Dimana Y: Produksi usahatani padi sawah (Kg), α0: Konstanta, X1: Luas lahan (Ha), X2: Benih padi (Kg/Ha), X3: Pupuk (Kg/Ha), X4: Pestisida (L/Ha), X5: Tenaga kerja (HOK/Ha), b1-b5: Koefisien Untuk pengaruh faktor produksi, kelembagaan lahan, lingkungan usahatani, letak irigasi, dan musim terhadap produksi padi sawah diuji dengan Uji t. Disusun model regresi berganda sebagai berikut. Fungsi produksi padi sawah saat musim hujan: Ln YMH = ln α + β1 lnx1 + β2 lnx2 + β3 lnx3 + β4 lnx4 + β5 lnx5 + β6 lnx6 + β7 lnx7 + β8 lnx8 + β9 lnx9 + δ1 D1 + δ2 D2 + δ3 D3 + δ4 D4 + δ5 D5...... ( 3 ) Dimana Y MH : Produksi usahatani padi sawah musim hujan (Kg), α : Konstanta, βi: koefisien regresi (i = 1s/d 9), δi :koefisien variabel dummy (i = 1 s/d 5), X1:lahan usahatani padi sawah (Ha), X2: benih padi sawah (Kg/Ha), X3: pestisida padat (Kg/Ha), X4: pestisida cair (L/Ha), X5: pupuk nitrogen (Kg/Ha), X6:pupuk phospor (Kg/Ha), X7:pupuk kalium (Kg/Ha), X8:pupuk organik (Kg/Ha), X9: tenaga kerja manusia (HOK/Ha) R2 = ESS / TSS = 1 (RSS / TSS)..( 7 ) Keterangan : R2 : nilai koefisien determinasi ESS : explained sum of squares TSS : total sum of squares RSS : residual sum of square HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Rata-rata responden sebagian besar responden pada penelitian ini berusia 41-50 tahun atau berada dalam usia produktif. Hal ini sangat terkait dengan tingkat produktivitas tenaga kerja dalam berusahatani. Sebagaimana diketahui bahwa hampir seluruh aktivitas usahatani berhubungan dengan tingkat kemampuan fisik, dimana petani dalam usia produktif tentu akan memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan petanipetani yang telah memasuki usia senja. Umur petani juga terkait dengan proses transfer dan adopsi inovasi teknologi, dimana petanipetani muda cenderung bersifat lebih progresif dalam proses transfer inovasi-inovasi baru, sehingga mampu mempercepat proses alih teknologi. Petani-petani yang lebih muda lebih miskin pengalaman dan keterampilan dari petani-petani tua, tetapi memiliki sikap yang lebih progresif terhadap inovasi baru. Sikap progresif terhadap inovasi baru akan cenderung membentuk perilaku petani muda usia untuk lebih berani mengambil keputusan dalam berusahatani. Berdasarkan pendidikannya, dapat diketahui bahwa responden memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, yaitu SD, SMP,

SMA, dan Perguruan Tinggi. Akan tetapi sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan SD. Berdasarkan latar belakang pendidikan dari responden penelitian dapat dipahami bahwa pendidikan petani cenderung rendah. Sampai dengan saat ini, fenomena yang terjadi menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai petani lebih diminati oleh orang dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian dan meningkatkan kemampuan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk/masyarakat, maka akan semakin tinggi pula kualitas penduduk (sumber daya manusia). Tingkat pendidikan sangat terkait dengan tingkat kemampuan mengadopsi inovasi teknologi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka proses alih teknologi akan berjalan lebih cepat dan lebih baik. Apabila dilihat dari pendidikan sebagian besar petani yang relatif rendah sedangkan teknologi pertanian berkembang pesat dan semakin maju tentunya dapat dikatakan bahwa pendidikan petani masih kurang memadai. Analisis Regresi Tabel 1. Koefisien Regresi Fungsi Produksi Padi Sawah Musim Hujan OLS Varlin Variabel P- Koefisien T-Ratio P-Value Koefisien T-Ratio Value Lahan (Ha) 0,46702* 3,438 0,001 0,46702* 3,438 0,000 Benih (Kg/Ha) 0,15522 1,768 0,084 0,15522 1,768 0,106 Pestisida padat (Kg/Ha) -0,00136-0,1065 0,916-0,00136-0,1065 0,923 Pestisida cair (L/Ha) 0,01942-0,5751 0,568 0,01942-0,5751 0,962 Pupuk nitrogen (Kg/Ha) 0,11010 0,3411 0,735 0,11010 0,3411 0,328 Pupuk phosphor (Kg/Ha) 0,42204 1,182 0,243 0,42204 1,182 0,058 Pupuk kalium (Kg/Ha) -0,32393-1,102 0,276-0,32393-1,102 0,011 Pupuk organik (Kg/Ha) 0,03082 0,2682 0,790 0,03082 0,2682 0,402 Tenaga kerja (HOK/Ha) 0,22706 1,881 0,066 0,22706 1,881 0,268 D1 (Petani Pemilik) 0,03905 0,9353 0,355 0,03905 0,9353 0,203 D2 (Petani Penyewa) 0,05261 1,206 0,234 0,05261 1,206 0,150 D3 (Hulu) -0,04581-1,209 0,233-0,04581-1,209 0,501 D4 (Hilir) -0,04668-1,287 0,205-0,04668-1,287 0,327 D5 (Dekat Pasar) -0,15825-1,471 0,148-0,15825-1,471 0,004 (Constant) 6,3070* 8,990 0,000 6,3070* 8,990 0,000 F = 148,997 P-Value = 0,000 R 2 = 0,9789 LR= 68,752 Sumber: Analisis Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 1 hasil regresi di atas dapat disusun formula fungsi produksi usaha tani padi sawah pendugaan menggunakan metode Varlin adalah sebagaimana berikut. Ln YMK = 6,4852 + 0,53868lnX1 + 0,11314lnX2-0,00077lnX3 + 0,00112 lnx4 + 0,27792lnX5 + 0,30689lnX6-0,32382lnX7 + 0,06828lnX8 + 0,10205lnX9 + 0,03237D1 + 0,04132D2-0,01519D3-0,02333D4-0,13210D5 Model yang disusun untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah menunjukkan bahwa tidak terdapat

multikolinearitas. Hal ini dapat diketahui dari matriks korelasi dari seluruh variabel yang bernilai rendah (< 0,50). Namun model mengindikasikan adanya heterokedastisitas. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil test heterokedastisitas pada model Varlin nyata. Untuk mengatasi pelanggaran terhadap kaidah heterokedastisitas tersebut dilakukan dengan menggunakan regresi model heterokedastisitas Varlin. Nilai Likelihood Ratio (LR) nyata pada taraf kesalahan 5%, yaitu sebesar 68,752 sehingga model heterokedastisitas Varlin dapat memperbaiki model OLS. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa variabel yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap produksi padi sawah adalah variabel luas lahan. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien regresi yang paling besar pada variabel tersebut, yaitu sebesar 0,53868. Untuk lebih jelasnya mengenai interpretasi hasil analisis regresi dapat dilihat sebagaimana berikut. Nilai konstanta sebesar 6,4852 dapat diartikan bahwa apabila koefisien regresi bersifat konstan maka jumlah produksi usaha tani padi sawah adalah sebanyak 6,4852. Koefisien regresi lahan (X1) sebesar 0,53868 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada luas lahan maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,53868. Koefisien regresi benih (X2) sebesar 0,11314 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada jumlah maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,11314. Koefisien regresi pestisida padat (X3) sebesar -0,00077 jumlah pestisida padat maka produksi usaha tani akan menurun sebanyak 0,00077. Koefisien regresi pestisida cair (X4) sebesar 0,00112 pestisida cair maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,00112. Koefisien regresi pupuk nitrogen (X5) sebesar 0,27792 pupuk nitrogen maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,27792. Koefisien regresi pupuk kalium (X6) sebesar 0,30689 pupuk kalium maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,30689. Koefisien regresi pupuk phospor (X7) sebesar - 0,32382menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada pupuk phospor maka produksi usaha tani akan menurun sebanyak 0,32382. Koefisien regresi pupuk organik (X8) sebesar 0,06828 pupuk organik maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,06828. Koefisien regresi tenaga kerja (X9) sebesar 0,10205 menunjukkan bahwa apabila terjadi peningkatan sebanyak 1 satuan pada tenaga kerja

maka produksi usaha tani akan meningkat sebanyak 0,10205. D1 dan D2 merupakan variabel dummy untuk kelembagaan lahan, dengan interpretasi koefisien regresi D1 sebesar 0,03237 dapat diartikan bahwa apabila kelembagaan lahan adalah sebagai petani pemilik, maka produksi usaha tani padi sawah akan bertambah sebesar 0,03237. Sedangkan koefisien regresi D2 sebesar 0,04132 dapat diartikan bahwa apabila kelembagaan lahan adalah sebagai petani penyewa, maka produksi usaha tani padi sawah akan bertambah sebesar 0,04132. D3 dan D4 merupakan variabel dummy untuk letak irigasi, dengan interpretasi koefisien regresi D3 sebesar -0,01519 dapat diartikan bahwa apabila letak saluran irigasi di hulu, maka produksi usaha tani padi sawah akan berkurang sebesar 0,01519 dan koefisien regresi D4 sebesar -0,02333 dapat diartikan bahwa apabila letak saluran irigasi di hilir, maka produksi usaha tani padi sawah akan berkurang sebesar 0,02333. D5 merupakan variabel dummy untuk lingkungan usaha tani. Koefisien regresi D5 sebesar - 0,13210 dapat diartikan bahwa apabila lokasi usaha tani relatif dekat dengan pasar, maka produksi usaha tani padi sawah akan berkurang sebesar 0,13210. Selanjutnya perlu dilakukan pengujian statistik guna membuktikan hipotesis penelitian. Pengujian pertama adalah uji F. Hasil uji F pada analisis regresi dapat dilihat pada Tabel 1 sebelumnya. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa nilai Fhitung adalah sebesar 148,997 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Adapun nilai F tabel adalah sebesar 1,918. Hasil pengujian menunjukkan bahwa F hitung > F tabel, yaitu 148,997 > 1,918 dengan nilai signifkansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model regresi dapat dipakai untuk memprediksi produksi padi sawah. Pengujian ini sekaligus membuktikan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima untuk hipotesis 1, yaitu: kelembagaan lahan, letak irigasi, lingkungan usahatani, dan beberapa faktor produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produksi padi sawah dan pendapatan petani pada musim hujan di Kabupaten Caruban. Pengujian yang kedua adalah Uji t. Model heterokedastisitas dengan Varlin mendapatkan 3 koefisien regresi nyata dengan nilai t yang signifikan untuk dipergunakan untuk menjelaskan model regresi. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa terdapat 3 variabel dengan nilai t hitung > t tabel. Nilai t tabel adalah sebesar 2,014. Variabel dengan nilai t hitung > t tabel adalah variabel luas lahan, jumlah pupuk kalium, dan lokasi usaha tani. Hal ini menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap produksi padi sawah pada musim hujan adalah luas lahan, jumlah pupuk kalium, dan lokasi usaha tani. Pengujian yang terakhir atau yang ketiga adalah uji determinasi. Uji R 2 digunakan untuk mengukur besarnya variasi hubungan antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Dengan kata lain, uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya variansi atau determinasi

dari faktor produksi, kelembagaan lahan, lingkungan usahatani, letak irigasi, dan musim yang mempengaruhi produksi padi sawah. Dari Tabel 5.10 sebelumnya diketahui bahwa nilai Adjusted R square adalah sebesar 0,9789. Hal ini berarti bahwa sekitar 97,89% produksi padi sawah pada musim hujan secara langsung dipengaruhi faktor produksi, kelembagaan lahan, lingkungan usahatani, letak irigasi. Sisanya sebesar 2,11% dipengaruhi oleh faktor lainnya, yang tidak diperhitungkan dalam penelitian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan terkait hasil penelitian ini. Berdasarkan uji F pada hasil analisis regresi fungsi produksi padi sawah musim hujan dapat diketahui bahwa hipotesis 1 penelitian dapat diterima. Hal ini dapat diketahui dari nilai F hitung > F tabel, yaitu 149,960 > 1,918 dengan nilai signifkansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelembagaan lahan, letak irigasi, lingkungan usahatani, dan beberapa faktor produksi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap produksi padi sawah pada musim hujan di Kabupaten Caruban. Saran Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui penelitian ini, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagaimana berikut. (1) Bagi pemerintah Kabupaten Caruban diharapkan dapat mengambil keputusan dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat khususnya petani melalui peningkatan produksi padi. Peningkatan produksi padi tentunya dapat dilakukan melalui perluasan lahan pertanian khususnya lahan sawah. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa benih dapat mempengaruhi produksi padi sawah pada musim kemarau. Degan demikian, pemerintah dapat memberikan regulasi yang dapat menguntungkan petani dan mensosialisasikan mengenai status kelembagaan lahan yang dapat menguntungkan kepada petani. (2) Bagi petani di Kabupaten Caruban diharapkan dapat melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi padi sawah sehingga dapat meningkatkan pendapatannya. Faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan petani adalah luas lahan. Dengan demikian diharapkan kepada petani untuk dapat melakukan perluasan lahan, baik dengan cara membeli, menyewa, maupun menyakap. (3) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan pengembangan terhadap penelitian ini. Pengembangan dapat dilakukan melalui penambahan jumlah sampel penelitian dengan melibatkan petani di daerah lainnya sehingga dapat dilakukan perbandingan. Selain itu, pengembangan juga dapat dilakukan oleh peneliti selanjutnya dengan menambah variabel lain yang diduga dapat mempengaruhi produksi dan pendapatan petani.

DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian. 2007. Kinerja Pembangunan Sektor Pertanian. Jakarta: Departemen pertanian. Singarimbun, Masri & Effendi, Sofiam. 2006. Metode Penelitian Survei. LP3ES: Jakarta. Soemartono, dkk. 1977. Bercocok Tanam Padi. Yasaguna: Jakarta. Suryana, Achmad dan Mardiyanto, Sudi. 2001. Bunga Rampai Ekonomi. LPEM-FEUI: Jakarta