EFISIENSI PROSES BASAH DAN KERING PADA PEMBUATAN MINYAK DAN TEPUNG KELAPA DARI BUAH KELAPA SEGAR

dokumen-dokumen yang mirip
MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

SUBSTITUSI TEPUNG COCOCAF PADA PEMBUATAN BROWNIES KUKUS SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TERIGU

Didalam pembuatan minyak goreng dapat dikelompokkan menjadi

METODOLOGI PENELITIAN

MINYAK KELAPA DAN VCO. Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS

LAPORAN PRAKTIKUM Mata Kuliah Pasca Panen Tanaman PEMBUATAN MINYAK KELAPA. Disusun oleh: Kelompok 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

TEKNOLOGI PROSES PENGOLAHAN MINYAK KELAPA

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Bagian buah dan biji jarak pagar.

VOLUME O2, No : 01. Februari 2013 ISSN :

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama bulan Juni Agustus 2014 di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

III. BAHAN DAN METODE

Teknologi Peningkatan Mutu Minyak Kelapa E r m a. SP PENDAHULUAN

EXPLOITING A BENEFIT OF COCONUT MILK SKIM IN COCONUT OIL PROCESS AS NATA DE COCO SUBSTRATE

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA TRADISIONAL DENGAN PERLAKUAN SUHU AIR YANG BERBEDA

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

KAJIAN PENAMBAHAN RAGI ROTI DAN PERBANDINGAN VOLUME STARTER DENGAN SUBSTRAT TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU VIRGIN COCONUT OIL (VCO) ABSTRAK

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Gun Gun Gumilar, Zackiyah, Gebi Dwiyanti, Heli Siti HM Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indinesia

BAB V METODOLOGI. Tahap pelaksanaan percobaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : memanaskannya pada oven berdasarkan suhu dan waktu sesuai variabel.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

LAMPIRAN 2 PEMBUATAN LARUTAN

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. PERHITUNGAN KARAKTERISTIK DAN KADAR NUTRISI.

PEMBUATAN MINYAK KELAPA DARI SANTAN SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN ENZIM PAPAIN DENGAN PENAMBAHAN RAGI TEMPE

Mulai. Merancang bentuk alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan. Merangkai alat. Pengelasan. Dihaluskan permukaan yang kasar.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

ABSTRAK. pengolahan minyak kelapa murni (VCO) dari proses basah dan proses kering.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Antioksidan dalam Bakso Rumput Laut Merah Eucheuma cottonii

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

Enkapsulasi Minyak Kopi Menggunakan Polisakarida Larut Air Kulit Buah Kopi Sebagai Flavoring

BAB I PENDAHULUAN. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta ala dalam Al-Qur an Surat Al-

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

EKSTRAKSI SENYAWA BIOAKTIV DARI DAUN MORINGA OLEIFERA

Petunjuk Praktikum 2017

III. METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Pilot. Plant, dan Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

SKRIPSI HIDROLISIS PROTEIN KONSENTRAT DALAM BLONDO LIMBAH HASIL PRODUK VIRGIN COCONUT OIL (VCO)

III. BAHAN DAN METODE

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan waktu Penelitian.

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.

III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai (1) Bahan dan Alat Penelitian, (2) Metode

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG MERAH HASIL PENYANGRAIAN SKRIPSI OLEH: NOVITA KRISTANTI

PEMBUATAN MINYAK KELAPA DENGAN PENAMBAHAN BUAH NANAS MUDA (THE MAKING OF PALM OIL WITH YOUNG FRUIT PINEAPPLE ADDITION)

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN BERAT BONGGOL NANAS PADA PEMBUATAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO)

LAPORAN PENELITIAN. Pengambilan Protein Dalam Virgin Coconut Oil. (VCO) Dengan Metode Membran Ultrafiltrasi DISUSUN OLEH : HAFIDHUL ILMI ( )

3. METODOLOGI PENELITIAN

Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam

PROSES PEMBUATAN PAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

LAPORAN TUGAS AKHIR GALUH CHYNINTYA R.P. NIM

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa

Transkripsi:

EFISIENSI PROSES BASAH DAN KERING PADA PEMBUATAN MINYAK DAN TEPUNG KELAPA DARI BUAH KELAPA SEGAR Endah Sulistiawati 1*, Imam Santosa 2 1,2 Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan Jl. Prof. Dr. Soepomo, S.H., Warungboto, Yogyakarta. * Email: endahsulistiawati@che.uad.ac.id Abstrak Pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara basah dan cara kering. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efisiensi proses basah dan kering pada pembuatan minyak dan tepung kelapa.proses basah dilakukan dengan menambahkan air, memanaskan santan hingga diperoleh minyak dan blondo. Selanjutnya ampas dipanaskan hingga kering, lalu dibuat tepung kelapa. Proses kering tidak memerlukan air, kelapa parut langsung dipanaskan hingga kering, lalu dilakukan pengepresan agar diperoleh minyak dan tepung. Dari penelitian yang telah dilakukan, proses kering memberikan rendemen tepung yang lebih besar dari pada proses basah, namun rendemen minyak lebih kecil. Rendemen tepung proses kering 66,27% (dasar kering), sedangkan proses basah 14,59% (dasar kering). Rendemen minyak pada proses kering 22,22%, sedangkan proses basah 35,13%. Waktu pemanasan yang diperlukan pada proses kering juga relatif cepat, yaitu 100 menit, sedangkan proses basah rata-rata 198,5 menit. Dengan demikian proses kering lebih efisien penggunaan energinya. Kata kunci: minyak kelapa, proses basah, proses kering, tepung kelapa 1. PENDAHULUAN Pada umumnya konsumsi daging kelapa matang adalah sebagai bahan baku pengolahan kopra atau minyak. Melalui proses pengolahan cara basah yang lebih higienis dapat diperoleh berbagai produk dari daging kelapa matang. Proses produksi minyak kelapa yang telah dilakukan oleh masyarakat maupun industri sebetulnya hampir sama. Prosesnya ada yang secara tradisional ataupun dengan teknik yang lebih modern baik oleh industri kecil maupun industri skala menengah atau besar. Intinya adalah memisahkan minyak kelapa yang merupakan bagian paling berharga dari buah kelapa. Minyak kelapa dapat dipisahkan (diekstrak) langsung dari daging kelapa segar atau disebut sebagai cara basah, atau diekstrak dari daging kelapa yang terlebih dulu dikeringkan (kopra) yang disebut cara kering. Kandungan minyak pada daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30%-35%. Penggunaan daging kelapa segar sebagai bahan baku akan menghasilkan perbedaan pada proses produksi dari perusahaan dengan skala mikro (rumah tangga) dan perusahaan kecil yang menggunakan peralatan yang lebih modern. Pada usaha skala mikro proses ekstraksi dilakukan pada santan, sedangkan perusahaan dengan pabrik skala kecil proses ekstraksi minyak dilakukan pada hasil penggilingan kelapa. Kapila dan Dissanayake (2008) telah mempelajari tentang kandungan senyawa fenolik dalam fraksi minyak yang taktersabunkan, menggunakan HPLC dengan deteksi florosensi. Di dalam minyak kelapa terkandung Caffeic acid, p-coumaric acid, ferulic acid dan catechin. Fraksi asam fenolat yang diperoleh dengan cara mendidihkan santan (pembuatan minyak secara tradisional) hasilnya lebih tinggi (hampir tujuh kali) daripada yang diperoleh dengan cara pengepresan kopra.total kadar fenolat yang diperoleh dengan cara tradisional 618 ± 46 mg/kg, sedangkan secara pengepresan kopra 91 ± 11 mg/kg. Kapila, Chamil and Sagarika (2009) membandingkan aktivitas antioksidan dari minyak kelapa yang diperoleh dengan cara ekstraksi pada suhu tinggi dan rendah. Minyak yang diperoleh dengan ekstraksi pada suhu tinggi mengandung lebih banyak komponen fenolik dibandingkan dengan hasil ekstraksi suhu rendah. Mengonsumsi minyak yang diperoleh dari ekstraksi pada suhu tinggi lebih disarankan karena mengandung lebih banyak antioksidan. Tepung kelapa merupakan salah satu hasil yang diperoleh dari desiccated coconut meat. Kadar minyak yang dihasilkan tergantung pada tingkat kematangan buah kelapa. Pemanasan K-37

mempengaruhi nutrisi tepung kelapa. Kadar serat diet per 100 g kelapa parut yang kering adalah 11.2-13.3 g, kadar protein 5.9-7.1g/100g, kadar minyak 65.0-66.6 g/100g, karbohidrat total 22.9-24.3g/100g (Amoo, 2004). Tepung kelapa yang dihasilkan tersebut belum dipisahkan dari minyaknya. Perlu dilakukan pengepresan yang dapat memisahkan minyak dari tepungnya. Alat pres harus sebaik mungkin agar kadar minyak yang tersisa minimal. 2. METODOLOGI Bahan yang digunakan adalah buah kelapa segar, dan air (ph netral, dan ph 8,5). Alat yang digunakan adalah: Mesin parut, expeller (alat press), vacuum filter, alat penyangrai, alat penepung jenis Diskmill FFC15 (dilengkapi dengan Dinamo EM1S49), 1 unit thermometer digital TM-946 dengan 4 buah probe, alat ukur kadar air, tester grain 7032G ISEKI EDA. Cara Penelitian Proses Basah ir Daging buah kelapa Pemarutan/ Mesin parut Penyantanan Filtrasi santan ampas pemanasan minyak pemanasan filtrasi penepungan blondo Tepung kelapa Gambar 1. Diagram alir pembuatan minyak dan tepung kelapa dengan proses basah Proses Kering Daging buah kelapa Pemarutan/ Mesin parut Pengeringan Pengepresan Filtrasi ampas minyak penepungan Tepung kelapa Gambar 2. Diagram alir pembuatan minyak dan tepung kelapa dengan proses kering K-38

Ada dua proses pembuatan minyak kelapa yang dikerjakan yaitu proses basah dan proses kering. Proses basah adalah proses dengan menambahkan air dan terlebih dahulu, menyaringnya (disebut filtrasi) menggunakan penyaring vakum, sehingga diperoleh santan dan ampas kelapa. Ampas kelapa selanjutnya dipanaskan (disangrai) pada wajan hingga kering. Suhu pada proses pemanasan di wajan diukur setiap 10 menit menggunakan alat thermometer digital. Kadar air ampas kelapa diketahui dengan alat ukur tester grain, dicatat pula setiap 10 menit. Ampas kelapa dianggap sudah kering jika alat ukur kadar airnya menunjukkan angka nol. Selanjutnya ampas yang telah kering digiling pada alat penepung hingga halus, dan diayak. Tepung yang diperoleh ditimbang beratnya. Santan ditempatkan pada panci, lalu dipanaskan. Suhu pada proses pemanasan juga dicatat setiap 10 menit, hingga semua airnya menguap. Pemisahan antara minyak dan blondo dilakukan dengan alat penyaring vakum. Minyak yang diperoleh diukur volumenya. Pada proses kering, kelapa parut langsung dipanaskan (disangrai) pada wajan yang hingga kering. Prosedur pengukuran suhu dan kadar air sama dengan proses basah. Setelah kelapa parut kering dilakukan proses pengepresan, sehingga diperoleh minyak kelapa dan ampas kelapa. Selanjutnya ampas kelapa digiling pada alat penepung hingga halus, diayak, dan ditimbang beratnya. Minyak kelapa yang diperoleh diukur volumenya. Dari kedua proses tersebut akan dibandingkan rendemen minyak dan tepung yang dihasilkan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Proses Basah Pada eksperimen 1 (run1) ini digunakan kelapa parut 1388 gram, ditambah air kran 1000 ml dibuat santan, diperoleh 1145 ml santan, dan ampas 491 gram. 3.1.1. Pemanasan Santan Santan sebanyak 1145 ml dipanaskan selama 140 menit. Profil suhu pemanasan santan dapat dilihat pada gambar 3. Hasil akhir minyak yang diperoleh sebanyak 330 milliliter. Gambar 3. Kurva suhu pada pemanasan santan 3.1.2. Pemanasan Ampas Kelapa Pemanasan (penyangraian) ampas memerlukan waktu 90 menit. Profil suhu proses pengeringan ampas dapat dilihat pada gambar 4. Suhu T1 menunjukkan suhu udara di atas wajan, K-37

T2 adalah suhu wajan, T3 yaitu suhu ampas kelapa yang sedang disangrai, dan T4 adalah suhu media pemanas (menggunakan minyak sawit). Kadar air dinyatakan dengan W. Berat tepung kelapa kering 140,5 gram. Gambar 4. Kurva suhu pada pemanasan ampas kelapa Gambar 5. Kurva suhu rerata pada pemanasan ampas kelapa Dari gambar 5 dapat dilihat setelah waktu 60 menit suhu wajan hampir sama dengan suhu media pemanas (yaitu minyak sawit yang dipanaskan), kira-kira 101-102⁰C. 3.1.3. Kadar air pada ampas kelapa Kurva kadar air pada pemanasan ampas kelapa hingga menjadi tepung dapat dilihat pada gambar 6. Pada W1 kadar air turun perlahan pada 50 menit pertama, dari 31,5% menjadi 29%, setelah 50 hingga 70 menit, kadar air turun cukup cepat, yaitu 29% menjadi 3%. Kadar air turun perlahan lagi hingga waktu 100 menit (dari 3% menjadi 0%). Pada percobaan lainnya kadar air mula-mula turun perlahan hingga waktu sekitar 30 menit. Pada awal proses penyangraian memerlukan energi panas untuk menaikkan suhu hingga air bisa menguap (suhu kira-kira 60⁰C). Proses pengadukan diusahakan sebaik mungkin agar air dari dalam butiran kelapa parut dapat keluar dengan sempurna. K-38

3.2. Proses Kering Gambar 6. Kurva kadar air pada pemanasan ampas kelapa Untuk proses kering, digunakan kelapa parut sebanyak 804 gram, langsung disangrai. Profil suhu pengeringan kelapa parut dapat dilihat pada gambar 7. Selanjutnya dilakukan pengepresan menggunakan alat press hidrolik, dan disaring, menghasilkan minyak 136 ml, dan ampas keringnya 365 gram. Ampas kering tersebut digiling menggunakan alat penepung. 3.3. Efisiensi Proses Gambar 7. Kurva Suhu Pemanasan Kelapa Parut pada Proses Kering Efisiensi proses dilihat dari rendemen minyak kelapa yang dihasilkan, dan juga waktu pemanasan yang mewakili kebutuhan energi panas. Rendemen minyak dari proses basah 35,13% (dasar kering), dan rendemen tepung kelapa sebesar 14,59% (dasar kering). Untuk proses kering diperoleh rendemen minyak 22,22% (dasar kering), dan tepung 66,27% (dasar kering). Proses kering menghasilkan minyak lebih sedikit dari proses basah, karena pada proses kering menggunakan alat kempa (pres) setelah penyangraian selesai. Kinerja alat kempa akan sangat menentukan jumlah minyak yang diperoleh. Berat tepung yang dihasilkan dari proses kering lebih besar, karena tepung diduga masih mengandung minyak yang lebih banyak dari pada proses basah. Hal ini dapat diketahui secara indrawi, yakni hasil tepung dari proses kering lebih berminyak. Pada proses basah, minyak yang ada dalam buah kelapa diekstraksi dengan air (menjadi santan), dan santan mengandung juga protein yang bersifat sebagai pengemulsi antara minyak dengan air, sehingga pengambilan minyak lebih sempurna. Hasil akhir pada proses ini selain tepung dan minyak, ada juga blondo. Waktu pemanasan total untuk proses basah antara rata-rata 198,5 menit, sedangkan proses kering hanya memerlukan waktu 100 menit. Proses basah memerlukan waktu untuk menguapkan air, yang dapat memerlukan waktu hampir 2 kali lipat. Dengan demikian proses kering lebih efisien penggunaan energi panasnya. K-37

4. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, proses kering memberikan rendemen yang lebih besar pada tepungnya (proses kering 66,27%, proses basah 14,59%), namun hasil minyak lebih rendah dari pada proses basah (proses kering 22,22%, proses basah 35,13%). Dari sisi waktu yang diperlukan untuk menghasilkan minyak dan tepung kelapa, proses kering memerlukan waktu keseluruhan yang relatif cepat untuk mendapatkan hasil, yaitu 100 menit, sedangkan proses basah 198,5 menit. Energi pemanasan tentunya lebih hemat pada proses kering, karena hanya sekali pemanasan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada DIKTI (Kemristek Dikti) yang telah memberikan dana penelitian Desentralisasi skim Hibah Bersaing 2015. Terima kasih diucapkan pula kepada M. Tamrin (laboran) dan mahasiswa, yaitu Nawang Anugrah, Arsyad Kamil, Muhammad Rafi, Estika Rachmi, Sofia Nurfitriani, Kiki Amalia dan Lia Meliana, yang telah membantu pengambilan data. DAFTAR PUSTAKA Amoo, I.A., 2004, Effect of roasting on the chemical composition of coconut (Cocos nucifera) seed flour and oil, Journal of Food, Agriculture and Environment. Kapila N.S., and Dissanayake, M.S.D., 2008, Variation of Phenolic Content in Coconut Oil Extracted by Two Conventional Methods, International J. Food Sci. and Technol., 43, 597 602. Kapila, N.S., Chamil, D.H., and Sagarika, E., 2009, Comparison of The Phenolic-dependent Antioxidant Properties of Coconut Oil Extracted Under Cold and Hot conditions, Food Chem., 114, 1444 1449 K-38