BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
ITIL (Information Technology Infrastructure Library) merupakan suatu framework yang konsisten dan komprehensif dari hasil penerapan yang teruji pada

BAB VIII Control Objective for Information and related Technology (COBIT)

INFORMATION TECHNOLOGY SERVICE MANAGEMENT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. layanan TI agar berkualitas dan memenuhi kebutuhan bisnis. IT Service. dari orang, proses dan teknologi informasi.

PENGGUNAAN FRAMEWORK ITIL DALAM AUDIT PERUSAHAAN TELKOMSEL

BEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

SISTEM MANAJEMEN INTEGRASI/TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

IT GOVERNANCE (TATA KELOLA IT)

COBIT 5: ENABLING PROCESSES

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

MANAGEMENT SOLUTION IT MANAGEMENT CONSULT TING IT MANAGEMENT CONSULTING PT. MULTIMEDIA SOLUSI PRIMA

TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dewasa ini, perkembangan perangkat keras begitu pesat, seiring

Customer Request/Complaint. Send jobs by SMS Technical Spv. Confirmasi Solve by SMS. Monitoring worktime

ABSTRAKSI. Kata Kunci: ITIL V3, ITIL v3 Service Strategy, Service Asset, Service Structure, Service Provider Type, Service Unit, Bisnis Unit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PENERAPAN FRAMEWORK COBIT UNTUK IDENTIFIKASI TINGKAT KEMATANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI: STUDI KASUS DI FASILKOM UNWIDHA

BAB I PENDAHULUAN. organisasi semakin menyadari manfaat potensial yang dihasilkan oleh Information

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

Taryana Suryana. M.Kom

Plainning & Organization

Implementasi Configuration Management pada IT Infrastruktur Library (ITIL)

Indeks Penilaian Kematangan (Maturity) Manajemen Keamanan Layanan TI

TINJAUAN PUSTAKA Information Technology Infrastructure Library (ITIL) Framework Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BEST PRACTICES TATA KELOLA TI DI PERUSAHAAN Titien S. Sukamto

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI. layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas

BAB III METODE PENELITIAN

Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3

BAB II DASAR TEORI. Strategi TI terbaik adalah strategi yang selalu baru dan sesuai

Indeks Penilaian Kematangan (Maturity) Manajemen Keamanan Layanan TI

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

PENGGUNAAN FRAMEWORK ITIL DAN TIPE AUDIT INTERNAL PADA PT HEWLETT PACKARD

FRAMEWORK, STANDAR, DAN REGULASI. Titien S. Sukamto

Mengenal COBIT: Framework untuk Tata Kelola TI

Pembuatan Tata Kelola Teknologi Informasi untuk Sera SMS Service (dengan IT Service Management sesuai ITIL)

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. 1.2 Rumusan Masalah

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Dimensi Kelembagaan. Kebijakan Kelembagaan 1. Perencanaan 0.5

ERP merupakan fungsi sistem aplikasi software yang dapat membantu organisasi dalam

Developing IT Governance Through Establishment of R,G,S for The Integrated MIS (Studi Kasus : Institut Teknologi Bandung)

Manejemen Pusat Data

DESIGN OF IT GOVERNANCE AT PT INTI (INDUSTRI TELEKOMUNIKASI INDONESIA) USING COBIT 5 FRAMEWORK ON BUILD, ACQUIRE AND IMPLEMENT (BAI) DOMAIN

BAB 4 EVALUASI SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN PIUTANG DAN PENERIMAAN KAS PADA PT LI

STUDI PENERAPAN IT GOVERNANCE UNTUK MENUNJANG IMPLEMENTASI APLIKASI PENJUALAN DI PT MDP SALES

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT

BABI PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan sistem informasi (TI/SI) memberikan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics

MAKALAH KEAMANAN INFORMASI. Oleh : Muhammad Shodiqil Khafili Djakfar. Dosen Pengajar : Ferry Astika Saputra, ST, M.Sc

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Strategik SI/TI

COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dewasa ini, perkembangan IS/IT yang pesat menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas pada masalah teknis yang melibatkan aplikasi database, support, aplikasi. pengelolaan sumber daya di perusahaan tersebut.

DAFTAR ISI CHAPTER 5

LAMPIRAN A Kuesioner I : Management Awareness

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia Agustus 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Bab I Pendahuluan I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

MODEL PENILAIAN KAPABILITAS PROSES OPTIMASI RESIKO TI BERDASARKAN COBIT 5

Implementing COBIT in Higher Education. at South Louisiana Community College (SLCC) in Lafayette, Louisiana, USA.

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Tulis yang Anda lewati, Lewati yang Anda tulis..

BAB II LANDASAN TEORI. terdiri atas penggunaan software, hardware, dan fasilitas komunikasi untuk

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN PADA PT. SRIKANDI DIAMOND MOTORS

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENGUKURAN TINGKAT KEMATANGAN KUALITAS LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK INFORMATION TECHNOLOGY INFRASTRUCTURE LIBRARY (ITIL)

BAB 2 LANDASAN TEORI. komponen. Melalui pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya penerapan teknologi informasi tidak lepas dari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. dijalankan oleh PT. Adi Sarana Armada.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari penggunaan hardware, software, dan fasilitas komunikasi lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yang

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E*/**

Kusuma Wardani Pendahuluan. Lisensi Dokumen:

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pihak, baik dari sisi developer, manajemen perusahaan, operasional

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab dua yang berisi berbagai landasan teori ini akan dibahas IT Governance, ITIL (Information Technology Infrastructure Library), ITIL Service Management dan modul service delivery sebagai bagian dari ITIL Service Management. Landasan teori ini akan memberikan pemahaman yang lebih detil mengenai beberapa hal tersebut sehingga memudahkan proses analisis penyelesaian masalah pada bab selanjutnya. 2.1 IT Governance IT Governance diartikan sebagai struktur dari hubungan dan proses yang mengarahkan dan mengatur organisasi dalam rangka mencapai tujuannya dengan memberikan nilai tambah dari pemanfaatan teknologi informasi sambil menyeimbangkan risiko dibandingkan dengan hasil yang diberikan oleh teknologi informasi dan prosesnya. IT Governance merupakan satu kesatuan dengan sukses dari enterprise governance melalui peningkatan dalam efektivitas dan efisiensi dalam proses perusahaan yang berhubungan. IT Governance menyediakan struktur yang menghubungkan proses TI, sumber daya TI dan informasi bagi strategi dan tujuan perusahaan. Lebih jauh lagi IT Governance menggabungkan good (best) practice dari perencanaan dan pengorganisasian TI, pembangunan dan pengimplemantasian, delivery dan support, serta memantau kinerja TI untuk memastikan kalau informasi perusahaan dan teknologi yang berhubungan mendukung tujuan bisnis perusahaan. IT Governance memungkinkan perusahaan untuk memperoleh keuntungan penuh dari informasinya, dengan memaksimalkan keuntungan dari peluang dan keuntungan kompetitif yang dimiliki. Menurut hasil penelitian CSIR MIT, terdapat lima kunci keputusan tata kelola, sehingga teknologi informasi adalah sebuah aset yang strategis sebagai berikut: Pertama, prinsipal IT. Keputusan teknologi informasi ini adalah kumpulan dari pernyataan-pernyataan level eksekutif tinggi tentang bagaimana teknologi informasi dapat digunakan organisasi. Sekali pernyataan diartikulasikan, prinsip TI menjadi II-1

II-2 bagian dari managemen organisasi, yang terus didiskusikan dan dilaksanakan demi perbaikan organisasi, baik di sektor pemasaran, keuangan, pabrik dan lain-lain. Kedua, IT architecture decisions. Dengan mengklarifikasikan teknologi sebagai pendukung bisnis organisasi yang telah dikembangkan melalui principal IT baik secara eksplisit maupun implisit, selanjutnya memerlukan proses standardisasi dan integrasi di dalam suatu organisasi. Arsitektur TI adalah pengorganisasian logika dari data, aplikasi dan infrastruktur yang dikemas dalam suatu kebijakan, hubungan dan pemilihan teknologi untuk mendapatkan integrasi dan standardisasi teknis dan bisnis yang diharapkan. Dalam banyak kasus di Indonesia saat ini banyak persoalan masalah integrasi dan koordinasi, kepentingan sektoral masih menjadi masalah, sehingga sering gagalnya proyek IT di perusahaan yang menghabiskan banyak biaya. Ketiga, infrastruktur IT. Prasarana dan sarana teknologi informasi yang menyangkut jaringan, komputer, perangkat keras dan lunak lainnya adalah suatu kumpulan komponen yang diharapkan bisa mempercepat proses perhitungan, pengiriman dalam berbagai media informasi (data, informasi, gambar, video, teks) dalam waktu yang singkat dan proses penyimpanan yang efektif. Suatu sarana yang bisa dikontrol dari pusat kekuasaan dan yang dipakai bersama menjadi hal yang penting. Perencanaan kapasitas, baik di penyimpanan, pengiriman (bandwidth) maupun pelayanan, menjadi penting. Tanpa ada perencanaan yang baik, maka akan menyebabkan buruknya image dan kinerja IT di perusahaan. Keempat, kebutuhan aplikasi bisnis. Dalam pengembangan teknologi informasi keperluan bisnis yang spesifik sehingga kehadiran teknologi informasi memberikan suatu nilai baru bagi organisasi. Dua hal penting dalam identifikasi keperluan bisnis yang terkait dengan teknologi informasi yaitu kreativitas dan disiplin. Kreativitas diperlukan untuk mengidentifikasi suatu cara atau proses baru dari perusahaan/organisasi sehingga ada nilai yang bermakna. Sedangkan disiplin menyangkut hal yang berkaitan dengan integritas arsitektur sehingga meyakinkan bahwa aplikasi yang dibangun memang sesuai dengan arsitektur perusahan yang terintegrasi dan terinovasi.

II-3 Kelima, IT investment and prioritization. Investasi teknologi informasi sering menjadi bahan yang sulit dimengerti oleh top manajemen dari suatu organisasi, hal ini dikarenakan nilai baru yang ditimbulkan tidak langsung terasa oleh organisasi. Saat ini banyak dikembangkan standar pengembangan IT Governance, antara lain ITIL, COBIT, COSO, dan lain-lain. 2.2 ITIL Information Technology Infrastructure Library (ITIL ) merupakan kerangka kerja/framework berisi best practice untuk menghasilkan IT service yang berkualitas tinggi. ITIL mempunyai kumpulan/set prosedur manajemen/pengaturan yang ditujukan untuk mendukung bisnis dalam menghasilkan suatu produk/servis yang berkualitas dengan nilai/value tinggi dengan kebutuhan cost yang reasonable. Prosedur-prosedur ini bersifat umum dan supplier independent dan dikembangkan untuk menyediakan panduan dalam IT infrastructure, development, and operations. ITIL menyediakan Library, berisi core area dari IT Management, yang merupakan koleksi dari best practice dalam IT Service Management. Modul Service Management yang terdiri atas Service Support dan Service Delivery merupakan modul yang paling banyak dipakai saat ini. Library ini menyediakan set panduan-panduan komprehensif yang mengintegrasikan berbagai aspek, seperti : technical implementation, operation guidelines/panduan, dan requirement sesuai dengan strategic management, operations management dan financial management dari bisnis modern. Tujuh Library utama ITIL: IT Service Management set proses, berisi: 1. Service Delivery 2. Service Support. Panduan operasional, berisi: 1. ICT Infrastructure Management 2. Security Management 3. The Business Perspective 4. Application Management 5. Software Asset Management.

II-4 Sebagai panduan dalam implementasi ITIL, terdapat sebuah Library Planning to Implement Service Management, selain itu tersedia pula panduan implementasi ITIL untuk IT skala yang lebih kecil, tersedia modul ITIL Small-Scale Implementation. Secara global ITIL Framework/kerangka kerja ITIL dapat dilihat pada gambar II-1 berikut ini: Gambar II-1 ITIL framework 2.3 ITIL Service Management Process dan Service Delivery Module Service Management Processes merupakan komponen utama ITIL dan dibagi menjadi dua bagian besar (2 core area) [RUD04] dan dapat dilihat pada gambar II-2: Gambar II-2 Komponen Service Management Processes Proses Service Management mempunyai 3 objektif:

II-5 1. Mengkoordinasikan servis dengan kebutuhan bisnis dan konsumen di masa sekarang dan di masa yang akan datang 2. Meningkatkan kualitas dari IT service yang diberikan pada pengguna 3. Menekan long-term cost of service. Service Support memfokuskan kegiatan operasional dan mendukung IT services sementara Service Delivery lebih fokus pada perencanaan jangka panjang dan peningkatan kualitas dari IT services. Service Support terdiri atas beberapa proses: 1. Service Desk 2. Incident Management 3. Problem Management 4. Configuration Management 5. Change Management dan Release Management. Modul Service Delivery dapat dilihat pada gambar II-3. Modul ini fokus pada aspek delivery dan terdiri atas beberapa proses [OGC02]: 1. Service Level Management 2. Financial Management for IT Services 3. Capacity Management 4. IT Service Continuity Management 5. Availability Management.

II-6 Gambar II-3 Service delivery module Proses-proses ini berperan dalam pembuatan rencana dan panduan guna meningkatkan kualitas dari IT service yang di-deliver. Kelima proses ini bersesuaian dengan proses-proses DS1 (Define and manage service level), DS3 (manage performance and capacity), DS4 (ensure continuous service), dan DS6 (Identify and allocate cost) pada COBIT. 2.3.1 Service Level Management Service Level Management menyediakan identifikasi dan pemantauan dari servis sesuai dengan SLA (Service Level Agreement). Proses yang dilakukan adalah

II-7 memperkirakan dampak dari perubahan yang terjadi dengan adanya SLA dan service quality. Pemantauan yang dilakukan berguna untuk keperluan benchmarking. SLM menyediakan antar muka utama dengan customer (berinteraksi langsung dengan customer). Service Level Management mempunyai tanggung jawab untuk: 1. Menjamin bahwa IT service yang sudah disepakati diberikan sesuai dengan kesepakatan yang seharusnya 2. Berkolaborasi dengan Availability Management, Capacity Management, Incident Management dan Problem Management guna menjamin tingkatan/level dari QoS (Quality of Service) dapat terpenuhi sesuai dengan alokasi resources yang ditentukan oleh Financial Management 3. membuat dan membenahi Service Catalog (berisi daftar standarisasi IT service dan kesepakatan dengan customer) 4. Menjamin dibuatnya IT Service Continuity Plans untuk mendukung bisnis dan kontinuitasnya. Service Level Manager juga berhubungan dengan proses lain yang merupakan bagian dari modul Service Delivery dalam menyediakan support guna menjamin servis yang ada sesuai dengan kesepakatan. Hal ini dicapai dengan tetap menjaga efisiensi. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan penerapan Service Level Management yang benar: 1. Peningkatan quality of service. 2. Dapat melihat lebih jelas IT capability saat ini. 3. Informasi yang lebih lengkap mengenai keadaan IT service saat ini guna menentukan perubahan yang diperlukan untuk mecapai manfaat yang semaksimal mungkin. 4. Fleksibilitas yang lebih baik yang dicapai dari peningkatan integritas dalam IT support. 5. Staf yang lebih termotivasi, peningkatan kepuasan dalam melakukan pekerjaan yang diperoleh dari manajemen yang lebih baik.

II-8 6. Peningkatan kepuasan customer karena pihak perusahaan selaku provider sudah lebih mengetahui ekspektasi/perkiraan keinginan customer-nya. 7. Peningkatan fleksibilitas dan kemampuan adaptasi dari servis yang diberikan oleh perusahaan. 8. system-led benefits, yaitu peningkatan kualitas security/keamanan, akurasi, kecepatan, dan availability 9. peningkatan cycle time untuk mencapai perubahan dan peningkatan peluang sukses. 2.3.2 Financial Management for IT Services Financial Management merupakan manajemen sumber daya moneter dalam suatu organisasi. Financial management mendukung perusahaan dalam perencanaan dan eksekusi objektif dari bisnis yang dimilikinya dengan efisiensi maksimum dan konflik yang minimum. Terdapat tiga proses utama: 1. Budgeting, yaitu proses memprediksi dan mengatur pengeluaran uang dalam organisasi. Terdiri dari beberapa siklus negosiasi yang dilakukan secara periodik. Negosiasi ini menyangkut pengaturan budget dan pemantauan kondisi budget secara harian. Budgeting memungkinkan perusahaan untuk : 1. Memprediksikan kebutuhan uang/biaya untuk operasional IT service dalam suatu periode. 2. Menjamin pengeluaran aktual sesuai dengan pengeluaran yang sebelumnya diperkirakan (tidak out of budget) 3. Mengurangi risiko budget berlebihan 2. IT Accounting merupakan rangkaian proses yang memungkinkan perusahaan mencatat segala hal tentang keuangan, terutama pencatatan penuh pengeluaran dan identifikasi pengeluaran dari sisi customer, servis,

II-9 dan aktivitas perusahaan. IT Accounting memungkinkan perusahaan untuk: 1. Mencatat pengeluaran dalam penyediaan IT Services 2. Melakukan analisis cost-benefit dan Return-on-Investment 3. Identifikasi biaya perubahan. 3. Charging merupakan kumpulan proses yang mengatur penagihan untuk customer untuk servis/jasa yang diberikan perusahaan. Charging juga melibatkan IT Accounting. Charging memungkinkan perusahaan menagih biaya servis pada customer yang telah menggunakan IT service yang disediakan perusahaan Tujuan dari budgeting adalah menjaga agar actual cost sesuai dengan predicted cost (dengan sedikit batas toleransi). Budget ini biasanya diatur sesuai hasil negosiasi dengan customer yang menjadi sumber pendanaan. Budgeting penting untuk menjamin uang tetap tersedia untuk jangka waktu yang ditentukan (tidak kehabisan). Apabila ada penyimpangan antara predicted cost dengan actual cost, dibutuhkan segera peringatan untuk menjaga kondisi keuangan dan untuk membantu pengambilan keputusan untuk mengatasi situasi tersebut. Perusahaan komersial seperti supplier perlu merancang metode yang lebih presisi dalam melakukan charging. Selain kepresisian, juga diperlukan fleksibilitas dalam keterhubungan antara charging dengan pengadaan biaya/cost. Gambar II-4 di bawah ini memperlihatkan metode yang dilakukan oleh perusahaan dalam memprediksi dan mengkalkulasi biaya dari servis yang diberikan perusahaan beserta estimasi proporsi biaya.

II-10 Gambar II-4 IT Accounting, charging, dan budgeting cycle 2.3.3 Capacity Management Capacity Management menjamin kapasitas perusahaan dapat memenuhi business demand seiring dengan perubahan demand yang terus-menerus terjadi dengan efektivitas maksimal. Capacity management mencakup berbagai aktivitas berikut di bawah ini: 1. Memantau/monitoring performance dan throughput dari IT services 2. Mengontrol aktivitas agar mencapai efisiensi penggunaan resources/sumber daya yang optimal. 3. Memahami permintaan/demands akan IT resources dan melakukan producing forecasting untuk kebutuhan di masa mendatang. 4. Memungkinkan perusahaan menyediakan service sesuai dengan kualitas yang disepakati dalam SLA (Service Level Agreements). 5. Menjaga keseimbangan dan efisiensi antara cost dengan capacity 6. Menjaga keseimbangan antara supply dengan demand, yang digambarkan pada gambar II-5 berikut ini:

II-11 Gambar II-5 Keseimbangan antara cost dan capacity, supply dan demand Pertimbangan diperoleh dengan memperhatikan input, proses, dan output organisasi. Capacity management terkait erat dengan strategi bisnis dan perencanaan. Capacity management berfungsi : 1. Mempertimbangkan input, kapasitas proses, dan output yang dihasilkan agar sesuai dengan kebutuhan/requirement yang diinginkan customer 2. Melakukan analisis dan tuning agar dapat memperoleh output maksimal dengan memanfaatkan sumber daya yang ada 3. Melakukan perhitungan biaya tuning atau upgrade dan keuntungan yang diperoleh. Sub-proses dalam capacity management adalah: Business Capacity Management, menjamin terpenuhinya kebutuhan bisnis di masa depan. Dapat dicapai dengan melakukan forecasting terhadap tren yang ada saat ini. Service Capacity Management, focus pada performansi service dengan melakukan pemantauan dan pengukuran kinerja dan kesesuaiannya dengan target yang tercantum dalam SLA. Resource Capacity Management, berfungsi menjamin seluruh komponen yang dibutuhkan selalu tersedia. Untuk itu diperlukan pemantauan terhadap sumber daya yang ada agar service dapat berjalan sesuai dengan requirement customer.

II-12 2.3.4 IT Service Continuity Management Fungsi utama ITSCM adalah menunjang proses-proses dalam business continuity management dengan menjamin ketersediaan IT technical dan fasilitas (computer systems, networks, applications, telecommunications, technical support dan service desk) dan seandainya ada yg belum tersedia, kebutuhannya dapat terpenuhi dalam kurun waktu tertentu. ITSCM juga membantu perusahaan dalam menangani risiko usaha (dengan mempersiapkan disaster recovery plan), dan meningkatkan efektivitas bisnis. Scope/batasan dari ITSCM adalah fokus pada IT services yang diperlukan untuk menunjang critical business process. Scope di sini tidak bersifat mutlak, scope ditentukan oleh struktur organisasi, budaya, lokasi perusahaan, jumlah critical business process, dan teknologi, serta bagaimana perusahaan menghadapi risiko. ITSCM harus menjadi bagian terintegrasi dalam keseluruhan proses bisnis, terutama pada proses bisnis yang memiliki ketergantungan IT yang tinggi. Proses secara global dapat dilihat pada gambar II-6:

II-13 Gambar II-6 Model proses ITSCM 2.3.5 Availability Management Tujuan dari proses Availability Management adalah mengoptimasi kapabilitas infrastruktur IT dan supporting organization agar menghasilkan availability yang memungkinkan terpenuhinya objektif bisnis. Hal ini dicapai dengan prediksi availability requirement yang dibutuhkan oleh proses bisnis dan melakukan sinkronisasi dengan capability dari infrastruktur IT dan supporting organization.. Apabila terjadi mismatch/ketidaksesuaian antara requirement dan capability, Availability Management berperan mencari alternatif dengan mempertimbangkan kapasitas dan cost yang dianggarkan untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Availability Management juga melakukan pengukuran/measurement. Aktivitas ini menjamin tingkat availability terpenuhi dengan baik. Availability Management juga perlu memantau untuk mengoptimasi

II-14 Availability dari infrastruktur IT dan supporting organization guna menghasilkan peningkatan Availability yang cost effective. Objektif dari proses-proses dalam Availability Management adalah: 1. Menjamin IT service didesain dan di-deliver sesuai dengan tingkat Availability yang ditentukan sebelumnya 2. Menyediakan laporan IT Availability guna menjamin pemantauan dan pengukuran level Availability berjalan semestinya 3. Mengoptimasi Availability infrastruktur IT untuk menghasilkan pengingkatan benefit tanpa menghilangkan cost effectiveness 4. Melakukan perencanaan Availability dengan target meningkatkan keseluruhan availability dari IT services dan infrastruktur guna menjamin eksistensi bisnis di masa depan. Tahapan-tahapan dalam Availability Management : 1. Availability planning 2. Availability improvement 3. Availability measurement dan reporting.