BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

Bab 3. Metode Penelitian

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak-anak yang menginjak usia remaja banyak yang melakukan perbuatan

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghindari perlakuan itu (Krahe, 2005, pp ).

Mengatasi Prilaku Agresif pada Siswa Oleh: Drs. Atang Setiawan, M.Pd.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB III METODE PENELITIAN. Definisi operasional adalah definisi yang menjadikan variabel-variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. tentang banyaknya perilaku yang mengandung unsur agresi seperti permusuhan,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Amallia Putri, Sri Lestari dan Yulline (2015) tentang Korelasi Pola Asuh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Buss dan Perry (1992) menyebutkan perilaku agresi adalah keinginan untuk

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak mel

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

2. TINJAUAN PUSTAKA. 7 Universitas Indonesia. Gambaran Motivasi, Andy Herlambang, F.Psi UI, 2008

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. perbuatan yang bersifat kekerasan atau kasar terhadap yang lain

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB III METODE PENELITIAN

MENURUNKAN PERILAKU AGRESIF MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAY SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 10 SALATIGA TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasi experimental

METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan

BAB II REMAJA AWAL, SELF ESTEEM, DAN TINGKAH LAKU AGRESI

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

R E N Y N U R L I A N A F

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB III METODE PENELITIAN. metode pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto (2002) bahwa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerugian yang ditimbulkan lebih besar dari pada manfaat yang akan terjadi,

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dikenal dengan masa yang penuh dengan pergolakan emosi yang diiringi

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku Agresi menurut Buss (1961) adalah suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek yang menjadi sasaran perilaku tersebut baik secara fisik atau verbal. 2.1.2 Macam Agresi Berikut 4 macam agresi menurut Buss dan Perry (1992) : 1. Physical Aggression (PA) Merupakan agresi overt (terlihat). Tendensi individu melakukan serangan secara fisik untuk mengekspresikan kemarahan atau agresi. Bentuk serangan fisik tersebut seperti mendorong, memukul, mencubit, menendang, dan lainnya. 2. Verbal Aggression (VA) Tendensi menyerang orang lain atau memberikan stimulus yang merugikan dan menyakitkan secara verbal, melalui kata-kata atau penolakan. Bentuk serangan verbal tersebut meliputi cacian, makian, mengumpat, penolakan. 3. Anger (A) 6

Perasaan marah, kesal, sebal, dan bagaimana cara mengontrol hal tersebut. 7 Termasuk didalamnya adalah irritability, yaitu mengenai tempramental, kecenderungan untuk cepat marah, dan kesulitan mengendalikan amarah. 4. Hostility (H) Tergolong perilaku covert (tidak terlihat). Hostility terdiri dari dua bagian, yaitu resenment yaitu perasaan iri dan cemburu terhadap orang lain, dan supicion seperti adanya ketidakpercayaan, kekhawatiran, dan proyeksi dari rasa permusuhan terhadap orang lain. 2.1.3 Pendekatan Agresivitas 2.1.3.1 Pendekatan Nature Pendekatan ini memandang bahwa agresivitas adalah faktor bawaan, bukan diperoleh melalui pembelajaran atau faktor pengaruh dari lingkungan eksternal. Sifat agresif ini dipandang sebagai sebuah dorongan (drive) yang melekat pada diri individu itu sendiri. Tipe representatif dari pendekatan ini adalah teori Psikoanalitik, dan Etologis. a. Teori Psikoanalitik Sigmund Freud (dalam Ramirez, 2003) melihat agresi hanya sebagai reaksi untuk memblokir impuls libidinal, Freud juga mengemukakan bahwa pria didorong untuk berperilaku dengan cara tertentu oleh suatu energi. Agresi menurut Freud merupakan salah satu dari dua dasar drive yang dimiliki manusia. b. Teori Etologi

8 Lorenz (dalam Ramirez, 2003) mengemukakan bahwa agresi adalah spontanitas, naluri bawaan dan drive yang bersifat instingtif yang hanya dapat dipahami melalui analisis filogenetik. Korenz menganggap faktor lingkungan hanya berperan sebagai pemberi rangsangan dan bukan merupakan sumber utama dari perilaku agresif tersebut. 2.1.3.2 Pendekatan Nurture Pendekatan Nurture memiliki pandangan yang kontras tentang agresivitas dari pendekatan sebelumnya yang disampaikan oleh peneliti. Pendekatan ini meyakini bahwa agresivitas bukan berasal dari drive spontan individu seperti apa yang disampaikan pada pendekatan Nature. Nurture menitik beratkan bahwa perilaku agresif ini merupakan bentuk perilaku yang lebih dari sekedar pemberian respon terhadap keadaan/stimulasi yang tidak menyenangkan, tetapi juga merupakan produk dari kondisi lingkungan eksternal (frustasi, provokasi, arousing events). Teori-teori yang mewakili pendekatan ini diantaranya sebagai berikut: a. Teori Frustasi - Agresi Dollard, et al (dalam, Ramirez, 2003) mendefinisikan agresi sebagai tindakan yang merupakan sebuah respon bertujuan untuk menciderai individu lain. Sedangkan frustasi merupakan hambatan dalam mencapai suatu tujuan, berimplikasi kepada kegagalan untuk mencapai reward atau tujuan yang berharga. Teori ini melahirkan pandangan bahwa agresi merupakan pelampiasan dari rasa frustasi individu. Teori ini melihat bahwa

9 agresi tidak dipengaruhi oleh faktor nature (bawaan), melainkan frustasi yang mendorong perilaku agresi itu muncul. b. Provokasi Provokasi secara fisik maupun verbal diyakini merupakan salah satu pemicu kuat terjadinya agresi. Ketika individu menerima stimulasi agresi dari orang lain seperti cacian, makian, perlakuan buruk, individu tersebut cenderung akan membalas perilaku agresi tersebut bahkan terkadang akan memunculkan agresi yang lebih kuat (Ohbuchi & Kambara dalam Baron, 2004). c. Teori Belajar Sosial Bandura (dalam Ramirez, 2003) menempatkan penekanan yang lebih besar pada faktor eksternal, lingkungan, konteks sosial sebagai elisitor agresi. Seorang individu dapat mempelajari agresi melalui peniruan atau pengamatan dari satu model agresif yang dikaguminya (contoh figur orang tua atau guru, misalkan orang tua menghukum anaknya dengan cara memukul, kemudian mereka (anak-anak) merasa boleh melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan oleh orang tua terhadap dirinya sehingga mereka meniru dan mempraktikanya ke individu lain (memukul temannya). Lebih lanjut Bandura menegaskan bahwa manusia bertindak agresif diantaranya karena lima alasan (1) mereka menikmati tindakan yang bersifat melukai orang lain, (2) mereka menghindari atau menentang konsekuensi terbalik dari agresi orang lain, (3) mereka menerima perlukaan atau siksaan karena tidak bersifat agresif, (4) mereka menghidupkan standar pribadi bagi perilaku berdasarkan perilaku agresif tersebut, (5) mereka mengamati orang

10 lain menerima penghargaan/reward karena sudah bertindak agresif atau dihukum karena berperilaku tidak agresif. d. Teori Kognisi Hipotesis Kognisi sosial yang dikemukakan oleh Huesmann dan Eron (dalam Ramirez, 2003) menerima kontribusi faktor biologis (seperti genetika, hormon dan sistem saraf yang menekanan perilaku agresi) hanya sebagai variabel dari perbedaan individu yang dapat digambarkan sebagai ciri utama dari kepribadian. Namun lebih lanjut, dari segi perilaku sosial lainnya, hal ini dikendalikan oleh program yang telah dipelajari ketika fase perkembangan awal individu tersebut. Program ini disimpan dalam memori dan digunakan sebagai panduan untuk berperilaku, dan pedoman pemecahan masalah sosial. Teori ini memiliki pandangan bahwa perilaku agresi dipelajari dan mulai terbentuk pada masa awal kehidupan individu (6-8 tahun). 2.2 Remaja Santrock (dalam Agustina, 2006) mendefinisikan remaja adalah periode peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang disertai dengan adanya perubahan bilogis, kognitif, dan sosio-emosional. Erikson (dalam Feist & Feist, 2010) melihat remaja sebagai periode latensi sosial, remaja juga dipandang sebagai fase adaptif dari perkembangan kepribadian atau periode mencoba-coba. Sarwono (dalam Valentini & Nisfiannoor) mengemukakan bahwa usia remaja berkisar antara 13 19 tahun.

11 2.2.1 Kenakalan Remaja Kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang dari aturan atau melanggar hukum sehingga mengganggu ketenangan dan ketertiban di masyarakat. Apapun yang dilakukan remaja, yang dianggap mengganggu ketentraman dan ketenangan umum, bisa dikategorikan ke dalam kenakalan remaja (Chomaria, 2008, hal. 97). Hermawan (dalam Chomaria, 2008, hal. 98) membagi kenakalan remaja menjadi 4 jenis, yaitu: 1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain. 2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain. 3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, menonton vcd porno, dan lain-lain. 4. Kenakalan yang melawan status, misalnya melawan statusnya sebagai pelajar dengan cara membolos sekolah. 2.2.2 Narapidana Remaja (Andikpas) Narapidana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana); terhukum. Narapidana menurut Atmasasmita (dalam Yulianti, Sriati, & Widiasih, 2008) adalah individu pelaku tindak pidana yang telah diputus bersalah oleh majelis hakim dan dihukum penjara selama kurun waktu tertentu, kemudian ditempatkan dalam rumah tahanan sebagai tempat pelaksanaan hukuman tersebut. Narapidana remaja atau yang disebut dengan istilah andikpas adalah individu

12 berusia remaja yang sedang atau telah menjalani proses hukum di pengadilan, yang kemudian individu tersebut ditempatkan dan tinggal dalam rumah tahanan atau lembaga pemasyarakatan anak guna menjalani masa pembinaan. 2.3 Kerangka Berpikir Remaja Kenakalan Remaja Gambaran Potensi Agresi Andikpas Remaja Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Pada dasarnya setiap individu memiliki potensi untuk berperilaku agresif, tidak terkecuali remaja. Beberapa tahun belakangan ini, perilaku agresif remaja yang menjurus pada perbuatan melanggar hukum semakin menjadi sorotan. Hal ini terlihat dari fenomena meningkatnya angka penghuni lapas anak selama dua tahun terakhir pada sejumlah wilayah hukum di Indonesia. Peneliti tertarik untuk menggambarkan agresivitas andikpas dengan menggunakan kuesioner agresivitas yang diadaptasi dari Buss & Perry (1992) dan didukung dengan tes kepribadian, penggunaan wawancara dan alat tes gambar/grafis Psikologi.