PENGARUH ADITIF SiO2 TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET BaO.6Fe2O3

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

EFEK ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KOEFISIEN NON LINIER VARISTOR ZnO

PENGARUH ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP SIFAT FISIS DARI KERAMIK VARISTOR ZnO. Drs. M. Gade, M.Si. ABSTRAK

EFEK ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KOEFISIEN NON LINEAR VARISTOR ZnO.

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

Menyetujui Komisi Pembimbing:

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

Jurnal Einstein 4 (2) (2016): Jurnal Einstein. Available online

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

4.2 Hasil Karakterisasi SEM

PEMBUATAN MAGNET PERMANENT Ba-Hexa Ferrite (BaO.6Fe 2 O 3 ) DENGAN METODE KOOPRESIPITASI DAN KARAKTERISASINYA SKRIPSI

LAMPIRAN 1. Peralatan dan Bahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Magnet keras ferit merupakan salah satu material magnet permanen yang

Journal of Mechanical Engineering: Piston 2 (2018) Pembuatan Hybrid Magnet Berbasis NdFeB / BaFe 12 O 19 dan Karakterisasinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT FISIS, MAGNET DAN MIKROSTRUKTUR DARI BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF Al 2 O 3 SKRIPSI

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu

Identifikasi Keramik Na-β -Al 2 O 3 dengan Penambahan Variasi Komposisi (0%, 3% dan 6%) Berat MgO

Efek Aditif 3Al 2 O 3.2SiO 2 dan Suhu Sintering terhadap Karakteristik Keramik α-al 2 O 3

Fabrication of varistor ZnO with using raw material: ZnO (E-Merck) and additive : 0, 2,5, 5, 7,5, and 10 % weight Bi203 (E-Merck) has been made at

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

EFEK WAKTU WET MILLING DAN SUHU ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS, MIKROSTRUKTUR, DAN MAGNET DARI FLAKES NdFeB SKRIPSI WAHYU SOLAFIDE SIPAHUTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

BAHAN KERAMIK ALUMINIUM BORAT SEBAGAI PEMANDU BENANG MESIN TEKSTIL

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI Α-FE 2 O 3 BERBASIS LIMBAH BAJA MILL SCALE DENGAN ADITIF FeMo

PENGARUH FRAKSI VOLUME PARTIKEL TERHADAP KETAHANAN BAKAR KOMPOSIT FLY ASH-RIPOXY R-802

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Analisis Sifat Mekanis Komposit Barium Hexaferrit dengan Penguat Silika

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

Pengaruh Penambahan Periclase (0,10,15)% terhadap Karakteristik Struktur dan Kekerasan Kordierit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB 3METODOLOGI PENELITIAN

PENETAPAN PARAMETER PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR UO 2 SERBUK HALUS YANG MEMENUHI SPESIFIKASI BAHAN BAKAR TIPE PHWR

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM PADI PADA MEMBRAN KERAMIK DARI ZEOLIT ALAM

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI BETON POLIMER BERBASIS LIMBAH PULP DREGS SEBAGAI AGREGAT DAN RESIN EPOKSI SEBAGAI PEREKAT SKRIPSI

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

Efek Aditiv Al 2 O 3 Terhadap Struktur dan Sifat Fisis Magnet Permanen BaO.6(Fe 2 O 3 )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

SINTESIS SERBUK BARIUM HEKSAFERIT DENGAN METODE KOPRESIPITASI

KARAKTERISASI SIFAT MAGNETIK DAN SERAPAN GELOMBANG MIKRO BARIUM M-HEKSAFERIT BaFe 12 O 19

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

Bab 4 Data dan Analisis

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET BONDED BaO.6 Fe 2 DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL

PENGARUH ADITIF BaCO 3 PADA KRISTALINITAS DAN SUSEPTIBILITAS BARIUM FERIT DENGAN METODA METALURGI SERBUK ISOTROPIK

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

Erfan Handoko 1, Iwan Sugihartono 1, Zulkarnain Jalil 2, Bambang Soegijono 3

KERAMIK PORSELEN BERBASIS FELDSPAR SEBAGAI BAHAN ISOLATOR LISTRIK

ANALISIS SIFAT MEKANIK DAN MAGNET TERHADAP VARIASI MATRIKS POLIESTER DAN SILICONE RUBBER PADA MAGNET PERMANEN BONDED Pr-Fe-B

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

PENGARUH PENAMBAHAN Cr2O3 TERHADAP DENSITAS PELET SINTER UO2

Sintesis Bahan Ubahan Gradual Aluminum Titanat/Korundum dari Alumina Transisi dengan Penambahan MgO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

PENGARUH PENAMBAHAN Fe TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNETIK DARI BARIUM HEKSAFERIT (BaFe 12 O 19 ) TESIS. Oleh YOLA ALLAN SEMBIRING /FIS

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BARIUM M-HEKSAFERIT DENGAN DOPING ION Mn DAN TEMPERATUR SINTERING

Metode Uniaxial Pressing Proses Sintering...

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak. Abstract

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

Asyer Paulus Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri ITS

Bab III Metodologi Penelitian

INOVASI TEKNOLOGI PEMBUATAN MAGNET PERMANEN UNTUK MEMBANGUN INDUSTRI MAGNET NASIONAL

PENINGKATAN KUALITAS GENTENG KERAMIK DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PADI DAN DAUN BAMBU

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM)

PENGARUH WAKTU DRY MILLING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MAGNET PERMANEN ND-FE-B

PENGARUH VARIASI TEKANAN KOMPAKSI TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA PEMBUATAN SOFT MAGNETIC DARI SERBUK BESI

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

Pengembangan Material Komposit Keramik Berpori dari Bahan Clay yang diperkuat Bahan Kuningan dengan Menggunakan Metode Ekstrusi

Pembuatan Beton High-Strength Berbasis Mikrosilika dari Abu Vulkanik Gunung Merapi

PENGARUH DOPAN Y 2 O5, Er 2 O 3 DAN CaO TERHADAP SIFAT FISIS DAN KONDUKTIVITAS BISMUTH OXIDE (Bi2O3) SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT PADA SISTEM SOFC

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Transkripsi:

PENGARUH ADITIF SiO2 TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET BaO.6Fe2O3 Jafri Haryadi 1, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Kopertis Wilayah I DPK- UMN Al-Washliyah Medan 2 Pusat Penelitian Fisika-LIPI-Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314 ABSTRAK Magnet BaO.6Fe 2 O 3 dibuat dari bahan baku utama: Fe 2 O 3 yang berasal dari limbah PT Krakatau Steel dan bahan BaCO 3 (p.a) serta bahan aditif SiO 2. Variabel penelitian yang dilakukan adalah variasi penambahan aditif SiO 2 yaitu: 0%, 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%, dan komposisi BaO.6Fe 2 O 3 dibuat tetap yaitu: 1 mole BaO : 6 mole Fe 2 O 3. Proses pencampuran bahan baku digunakan ball mill dan air sebagai medianya, kemudian dikeringkan pada suhu 110 o C, dan di kalsinasi 1000 o C. Serbuk yang telah dikalsinasi dihaluskan dan diayak hingga lolos 170 mesh, kemudian dicetak tekan dengan tekanan 50 MPa, dan disintering pada suhu 1200 o C, dan masing-masing sampel yang telah disintering dikarakterisasi meliputi sifat fisis: uji densitas porositas, dan sifat magnet: pengukuran kuat magnet (remanensi magnet), serta analisa struktur mikro dengan menggunakan SEM dan XRD. Hasil karakterisasi yang diperoleh adalah sampel dengan aditif 0,5 % dan 1 % SiO 2, serta disintering 1200 o C menghasilkan keramik magnet permanen dengan kekuatan magnet tertinggi sekitar 800 990 Gauss, densitas 5,00 5,13 g/cm 3, dan porositas sekitar 0,57 1,60 %. Dari hasil analisa difraksi sinar X ternyata untuk semua variasi aditif SiO 2 menghasilkan fasa BaO.6Fe 2 O 3, serta dari hasil pengamatan dengan SEM, terlihat peran aditif SiO 2 sampai 1% mampu meredam terjadinya pertumbuhan butir (grain growth), dimana untuk sampel dengan aditif 0,5 % dan 1 % SiO 2 diperoleh ukuran butir setelah di sintering 1200 o C adalah sekitar 1,5 2,0 μm. Kata Kunci: Aditif SiO2, magnet BaO.6Fe 2 O 3. ABSTRACT Magnet BaO.6Fe 2 O 3 has been made from raw materials such as: Fe 2 O 3 from solid waste of PT Krakatau Steel, BaCO 3 (pa) and additive SiO 2. The variables was additive SiO 2 : 0%, 0.5%, 1%, 1.5%, and 2%, and composition of BaO.6Fe 2 O 3 was 1 mole BaO: 6 mole Fe 2 O 3. The mixing process of raw materials were used a Ball Mill and water for media, and dried at 110 o C, and then calcined at 1000 o C. The clacined powder was sieved until passing 170 mesh, then pressed at pressure 50 MPa, and sintered at 1200 o C. Each samples were characterized such as: density, porosity, remanent magnet, and microstructure by using SEM and XRD. The characterization results showed that, samples with 0.5 %,1 % SiO 2 have highest remanent magnet about 800 990 Gauss, and density about 5.00 5.13 g/cm 3, also porosity about 0.57 1.60 % after sintering at 1200 o C. The XRD result shows that it found BaO.6Fe 2 O 3 as dominant phase, and from observation of photos SEM show that additive until 1 % has significant influent on grain growth, and samples with 0.5 % and 1 % SiO 2 have a grain size about 1.5 2.0 μm. Keywords: SiO 2 additive, BaO.6Fe 2 O 3 magnet. 39

I. PENDAHULUAN Limbah padat dari PT Krakatau Steel yang berbentuk pellet Fe 2 O 3 diperoleh dari proses acid regenerator mempunyai kemurnian relatif cukup tinggi, sekitar 95 wt%. Selama ini limbah tersebut dimanfaatkan hanya sebatas untuk pengeras jalan di sekitar lokasi pabrik. Oleh karena limbah padat Fe 2 O 3 masih mempunyai nilai tambah dan perlu dioptimasikan pemanfaatannya maka dalam penelitian ini lebih menekankan pemakaiannya sebagai bahan baku utama untuk pembuatan keramik magnit permanen ferrite berbasis BaO 6 Fe 2 O 3. Bahan baku lainnya yang digunakan adalah BaCO 3 sebagai sumber BaO, dari produk Aldrich Chemical Company. Pada umumnya pembuatan magnet permanen dilakukan melalui cara proses reaksi padatan (solid state reaction process), yaitu diawali dengan proses preparasi serbuk melalui bahan baku dalam bentuk padatan/serbuk, dimana Ba-Ferrite (BaO 6 Fe 2 O 3 ) terbentuk melalui proses kalsinasi pada suhu sekitar 1148 o C dan terjadi reaksi padatan antara BaCO 3 dengan Fe 2 O 3 [1, 2]. Serbuk BaO 6 Fe 2 O 3 yang diperoleh tersebut supaya dapat menghasilkan sifat-sifat kemagnetan yang maksimal, maka selanjutnya harus di haluskan hingga mencapai ukuran butiran yang kecil sekali yaitu sekitar sub mikron [3]. Sifat-sifat kemagnetan dari ferrite sangat tergantung pada mikrostrukturnya, seperti misalnya ukuran butir (grain size) dan distribusi grain size [3]. Dalam pembuatan BaO6Fe 2 O 3 (ferrite) ditambahkan bahan aditif yang berfungsi memperbaiki mikrostruktur yaitu mencegah pertumbuhan butir dan sebagai filler [4, 5]. Beberapa jenis aditif yang digunakan dalam pembuatan ferrite antara lain: B 2 O 3, SiO 2, Na 2 O [3, 5]. Magnet yang dibuat termasuk jenis keramik magnit permanen hexagonal ferrite yang aplikasi cukup luas, seperti untuk speaker, komponen otomotif, motor listrik dan lainnya [6]. Vidyawathi S.S. [3] telah melakukan membuat magnet BaO 6 Fe 2 O 3 dengan menggunakan aditif B 2 O 3, dimana hasilnya dapat memberikan efek yang signifikan terhadap proses sintering (densifikasi) BaO 6 Fe 2 O 3, dimana dengan penambahan 0,1 % sampai 0,6 % B 2 O 3 diperoleh densitas mendekati densitas teoritis dan diperoleh ukuran butir (grain size ) sekitar 1 2 μm. Pada penelitian yang dilakukan ini digunakan bahan aditif SiO 2. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah suhu sintering yang akan digunakan adalah 1200 o C dengan waktu penahan selama 2 jam, serta komposisi perbandingan Fe 2 O 3 : BaO adalah 1 : 6. Sedangkan sebagai variable adalah aditif SiO 2, dimana variasi aditif adalah: 0, 0,5, 1,0, 1,5, dan 2,0 %SiO 2 (berat). Karakterisasi yang dilakukan setelah proses sintering adalah meliputi pengukuran susut bakar, densitas dan porositas; dilanjutkan dengan proses magnetisasi dan pengukuran kekuatan magnit serta ketahanannya terhadap perubahan suhu atau disebut sebagai temperatur curie. 40

II. METODOLOGI Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah padat berbentuk pellet dari PT Krakatau Steel sebagai sumber Fe 2 O 3. Sedangkan komponen BaO diperoleh dari bahan murni BaCO 3. Pembuatan magnit BaO6Fe 2 O 3 dari kedua bahan diatas dengan perbandingan komposisi BaO : Fe 2 O 3 adalah 1 : 6. (MOLE RATIO). Penambahan aditif mikrosilika (SiO 2 ) merupakan parameter pengamatan yang divariasi mulai dari 0,5 sampai 2% dari berat total bahan baku. Adapun suhu pembakaran (sintering) ditetapkan pada suhu 1200 o C dengan waktu penahanan selama 2 jam. Benda uji yang telah disinter diamati sifat fisisnya antara lain: densitas dan porositas. Untuk menguji kekuatan magnit permanen yang diperoleh dilakukan dengan alat ukur Gaussmeter. Sedangkan pengukuran titik curie dari magnit dilakukan dengan cara pemanasan, mengacu pada prosedur standar. Artinya pada posisi suhu tertentu kekuatan magnit bahan tersebut hilang. Pengamatan besaran fisis seperti densitas dan porositas diukur dengan mengacu metoda standar (Archimedes). Formula untuk menghitung densitas dan porositas ditunjukan pada persamaan berikut [7]: Bulk Density = W b W ( W s g W k ) ρ air (1) Porositas Wb Ws = 100% W ( W W ) b g k (2) dimana : W s W b W g W k : Berat sampel kering, g : Berat sampel setelah direndam air, g : Berat sample digantung didalam air, g : Berat kawat penggantung, g Diagram alir preparasi sampel ditunjukkan pada Gambar 1 berikut. 41

Bahan baku Fe 2 O 3 digerus Serbuk BaCO 3 air Campur dan giling (dengan ball mill, 24 jam) Gerus dan ayak (170 mesh) Kalsinasi pada suhu 1000 o C, selama 2 jam Pengeringan 100 o C, selama 24 jam Tambah aditif SiO 2 0,5 sampai 2% air Campur dan dipanasi (stirrer) Pengeringan 100 o C, selama 24 jam Sintering: 1200 o C, (t = 2 jam) Cetak tekan 50MPa Magnetisasi Benda uji Karakterisasi: Densitas, porositas, sifat magnet, XRD, SEM Uji Kekuatan magnit Gambar 1. Diagram Alir Preparasi Sampel. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran sifat fisis yaitu densitas dari sampel dengan berbagai macam aditif dan telah dibakar/sintering 1200 o C ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3. 5,3 5,2 Densitas, g/cm3 5,1 5 4,9 4,8 4,7 4,6 0 0,5 1 1,5 2 2,5 % Aditif SiO2 Gambar 2. Kurva Hubungan Densitas Terhadap % Aditif SiO 2. 42

Porositas, % 5 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 0 1 2 3 % Aditif SiO2 Gambar 3. Kurva Hubungan Porositas Terhadap % Aditif SiO 2. Gambar 2 memperlihatkan bahwa penambahan aditif SiO 2 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan densitas, yang bearti proses pemadatan selama proses sintering semakin cepat. Dimana sampel tanpa aditif diperoleh densitas tertinggi hanya 4,67 g/cm 3 pada suhu sintering 1200 o C, sedangkan densitas teoritis adalah 5,28 g/cm 3 [6], berarti tingkat pemadatannya masih rendah, dan masih banyak pori-pori yang terdapat didalam benda sampel tersebut. Sedangkan dengan penambahan aditif sampai 2 % SiO 2 dapat memberikan peningkatan densitas sampai mendekati nilai literature, yaitu densitas tertinggi tercapai untuk masing-masing aditif 0,5 %, 1%, 1,5 %, dan 2 % pada suhu sintering 1200 o C adalah : 5,0 g/cm 3, 5,13 g/cm 3, 5,23 g/cm 3, dan 5,27 g/cm 3. Jadi aditif SiO 2 akan mengisi pori-pori diantara butir sehingga terjadi proses pemadatan yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan densitas. Sedangkan pada Gambar 3 ditunjukkan bahwa dengan pemberian aditif SiO 2 memberikan penurunan nilai porositas yang besar, karena sifat SiO 2 mampu mengisi rongga/pori diantara butiran dan sekaligus fungsi SiO 2 mencegah pertumbuhan butir yang berlebih. Untuk sampel tanpa aditif SiO 2, nilai porositasnya setelah disinterring 1200 o C adalah 4,46 % dan porositas pada sampel dengan aditif 1%, 1,5 %, dan 2 % memiliki nilai porositas yang jauh lebih kecil yaitu nilai porositasnya masingmasing : 0,52 %, 0,17 % dan 0,12 %. Hasil pengukuran sifat magnet yaitu kekuatan magnet ditunjukkan pada Gambar 4 sebagai berikut. Dari Gambar 4 tersebut terlihat bahwa dengan penambahan aditif SiO 2 dari 0 % sampai 1 % berat menunjukkan peningkatan nilai kuat magnet yaitu dari 0,14 kgauss meningkat menjadi 1kGauss. Tetapi sebaliknya dengan penambahan aditif SiO 2 diatas 1 % maka nilai kuat magnetnya menjadi turun. Jadi penambahan aditif SiO 2 yang efektif adalah sampai 1 %, karena peranan aditif SiO 2 mampu 43

mencegah terjadinya pertumbuhan butir, tetapi bila aditif lebih besar dari 1 %, maka sebaliknya akan menjadi bahan pengotor, sehingga dapat menurunkan nilai kuat magnetnya. 1,2 Kuat Magnet, kgauss 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0 1 2 3 % Aditif SiO2 Gambar 4. Kurva hubungan Kuat Magnet terhadap % Aditif SiO 2. Pada Gambar 5 ditunjukkan hasil foto SEM yang menggambarkan mikrostruktur dari sampel magnet akibat penambahan aditif SiO 2. Pada Gambar 5 a, menunjukkan bahwa dengan aditif SiO 2 sebanyak 0,5 % diperoleh ukuran butir sekitar 2 2,5 μm. Tetapi dengan aditif SiO 2 sebanyak 1 % ukuran butirnya mengecil menjadi sekitar dibawah 2 μm seperti terlihat Gambar 5 b. Dan sebaliknya dengan penambahan aditif SiO 2 sebanyak 2 % seperti terlihat pada Gambar 5 c, menunjukkan bahwa terjadi aglomerasi dari butiran kecil sehingga menjadi butiran yang lebih besar yaitu rata-rata diatas 5 μm. 35,000 x 5μm Gbr. 5a. Foto SEM Sampel dengan Aditif 0,5% SiO 2. 35,000x 5 μm Gbr. 5b. Foto SEM Sampel dengan Aditif 1 % SiO 2. 44

35,000x 5 μm Gbr 5.c. Foto SEM Sampel Dengan Aditif 2 % SiO 2 Hal ini yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai kuat magnetnya, dan penyebab terjadinya aglomerasi dari butiran butiran kecil menjadi butiran yang lebih besar adalah aditif SiO 2 itu sendiri, bila terlalu banyak aditif SiO 2 yang digunakan akan berfungsi sebagai pengotor. Hasil analisa dengan difraksi sinar X dari sampel dengan aditif SiO 2 ditunjukkan pada Gambar 6 sebagai berikut. Gambar 6. Pola Difraksi Sinar X dari Sampel dengan aditif SiO 2 1 % dan disinterring 1200 o C. Hasil difraksi sinar X seperti ditunjukkan Gambar 6 tersebut diatas bahwa telah teridentifikasi terbentuknya fasa BaO.6Fe 2 O 3. Fasa tersebut merupakan fasa yang diharapkan untuk magnet permanen Barium Ferrit dan terbentuk dari reaksi antara BaO dengan Fe 2 O 3 melalui reaksi padatan pada suhu 1100-1200 o C. KESIMPULAN - Limbah padat dari Industri PT Krakatau Steel ternyata dapat dibuat menjadi magnet permanen barium Ferrit (BaO.6Fe 2 O 3 ). 45

- Aditif SiO 2 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proses densifikasi/sintering, dan juga memberikan pengaruh terhadap kekuatan magnet permanennya (remanensi magnet), serta mempengaruhi perubahan struktur mikronya (ukuran butir/grain sesudah sintering). - Penambahan aditif SiO 2 yang optimum adalah 0,5 % dan 1,0 %, pada kondisi tersebut diperoleh karakteristik magnet permanen adalah: densitas = 5 5,13 g/ cm 3, porositas = 0,57 1,60 %, dan kekuatan magnet = 800 990 Gauss. - Penambahan aditif SiO 2 dari 0,5 % sampai dengan 1 % mampu meredam pertumbuhan butir selama proses sintering, sehingga dapat diperoleh ukuran butir setelah disinterring 1200 o C sekitar 1,5 2 μm. - Besarnya ukuran butir setelah proses sintering, serta porositasnya mempengaruhi nilai kekuatan magnet dari magnet permanen Barium Ferrit. - Dari hasil sampel magnet yang diperoleh dengan kekuatan magnet sekitar 900 Gauss, hanya dapat dipergunakan sebagai komponen Holder, Magnet untuk meteran Air. DAFTAR PUSTAKA 1. Messer PF, Batching and Mixing Raw Materials, Engineered Materials Handbook, ed. By Samuel J. Schneider, Jr,, ASM International Handbook Committee,USA, 1991, Vol.4, 97-99. 2. Zenji Kato, N. Uchida, K. Uematsu, K. Saito, Powder Characterization of Strontium Ferrite by Solid State Reaction, Journal of the Ceramic Society of Japan, 1990, vol. 98-590. 3. Vidyawathi SS, Amaresh R, Satapathy L N, Effect of Boric Acid Sintering Aid on Densification of Barium Ferrite, Bulletin Material Science, Indiana Academic of Sciences, 2002, Vol. 25, No.6. 4. Dekker, Marcel, Ceramic Materials for Electronics, USA, 1986, hal. 240 242. 5. Buchannan Relva C., Ceramics Materials for Electronics, Marcel Dekker, INC, New York and Basel, 1986, hal. 240-253. 6. Moulson A.J., Herbert J.M., Electroceramics: materials-properties-application, Chapman and Hall, London, 1990, p. 370 426. 7. Anonius, Standard Test Method for Water Absorption, Bulk Density, Porosity on Fire White Ware Product, New York, 1977, ASTM 372-73. 46