DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, April 2008 Pusat Data dan Informasi. iii

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober 2007 Pusat Data dan Informasi

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2008 Pusat Data dan Informasi

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH TRIWULAN IV, TAHUN

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Analisis Perkembangan Industri

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Analisis Perkembangan Industri

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA MEI 2012

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta)

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Mei 2013

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Januari 2013

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Tabel 1. Neraca Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara Untuk Beberapa Periode Tahun

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

Analisis Perkembangan Industri

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2012

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Juli 2012

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2012

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1%

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

Analisis Perkembangan Industri

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2016

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

BERITA RESMI STATISTIK

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

Kondisi Perekonomian Indonesia

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014

Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut di Bulan April 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MARET 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2015

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi seperti yang diamanatkan oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RJPM) 2004-2009 serta Rencana Strategis (RENSTRA) Departemen Perindustrian 2005-2009, oleh karenanya perkembangan industri perlu dipantau dari waktu ke waktu. Dalam rangka mengetahui perkembangan kinerja sektor industri secara lebih cepat tanpa harus menunggu data BPS yang biasanya terlambat sekitar 1 tahun untuk data produksi dan 3 bulan untuk ekspor impor, beberapa komoditi industri tertentu dipilih sebagai sampel yang diharapkan mampu mewakili gambaran industri secara keseluruhan. Untuk itu data bulanan komoditi terpilih tersebut dikumpulkan baik dari Asosiasi industri yang membidangi atau perusahaan. Buku Laporan Perkembangan Komoditi Industri Terpilih ini dapat digunakan sebagai indikator Departemen Perindustrian untuk melihat kinerja industri secara indikatif, yaitu dengan melihat perkembangan dari realisasi produksi, ekspor, dan impor produk-produk tersebut. Hal-hal yang tergambarkan dalam laporan ini adalah buah kerja Departemen Perindustrian dengan berbagai pihak yang terkait. Untuk itu, Kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Asosiasi, perusahaan dan lembaga pemerintah terkait, baik pusat dan daerah, dunia usaha, serta masyarakat yang menyampaikan berbagai datanya kepada Departemen Perindustrian sehingga tersusunnya laporan ini. i

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii v vi BAB I GAMBARAN PEREKONOMIAN SECARA UMUM 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara... 1 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia... 3 1.2.1 Pertumbuhan PDB... 3 1.2.2 Pertumbuhan Sektor Industri... 5 1.2.3 Kinerja Ekspor... 7 1.2.4 Nilai Impor... 8 1.2.5 Investasi... 10 BAB II LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH 2.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sektor Industri Tahun 2004 2009... 14 2.2 Pemilihan Beberapa Komoditi Terpilih... 14 2.3 Perkembangan Beberapa Komoditi Industri Terpilih... 16 2.3.1 Pupuk... 16 ii

2.3.1.1 Pupuk Urea... 16 2.3.1.2 Pupuk Non Urea... 17 2.3.1.2.1 Pupuk ZA... 17 2.3.1.2.2 Pupuk SP 36... 18 2.3.1.2.3 Pupuk Phonska... 19 2.3.2 Semen... 20 2.3.3 Minyak Goreng Sawit... 21 2.3.4 Baja... 22 2.3.4.1 Hot Rolled Coil... 22 2.3.4.2 Hot Rolled Plate... 23 2.3.5. Kendaraan Bermotor... 25 2.3.5.1 Kendaraan Bermotor Roda Dua... 25 2.3.5.2 Kendaraan Bermotor Roda Empat... 26 2.3.6 Peralatan Listrik Rumah Tangga... 27 2.3.6.1 Televisi... 27 2.3.6.2 Lemari Es... 27 2.3.7 Tekstil dan Produk Tekstil... 29 2.3.7.1 Serat... 29 2.3.7.2 Benang... 29 2.3.7.3 Kain... 30 2.3.8 Pulp dan Kertas... 32 2.3.8.1 Pulp... 32 2.3.8.2 Kertas... 33 iii

2.3.9 Mesin Listrik... 34 2.3.9.1 Mini Circuit Breakers (MCB)... 34 2.3.9.2 Motor Listrik... 34 2.3.9.3 KWh Meter... 35 2.3.9.4 Panel dan Gear... 36 2.3.10 Ban... 37 2.3.10.1 Ban Sepeda Motor... 37 2.3.10.2 Ban Mobil... 38 2.3.11 Tepung Terigu... 39 2.3.12 Barang Jadi Rotan... 40 BAB III PENUTUP... 42 LAMPIRAN... 43 iv

DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara Industri Maju.. Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara... Tabel 3. Laju Pertumbuhan PDB Kumulatif... Tabel 4. Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Kumulatif... Tabel 5. Kapasitas Produksi Terpakai.. Tabel 6. Nilai Ekspor. Tabel 7. Nilai Impor... Tabel 8. Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang.... 1 2 4 5 7 8 9 10 Tabel 9. Tabel Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMDN Menurut Sektor, 2003 2006... 11 Tabel 10. Tabel Perkembangan Realisasi Investasi (Izin Usaha Tetap) PMA Menurut Sektor, 2003 2006... 13 Tabel 11. Tabel Komoditi komoditi Industri Terpilih... 15 v

DAFTAR GAMBAR Gambar Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Halaman Pertumbuhan ekonomi Tujuh Negara Industri Utama dan Indonesia Triwulan II 2005 Triwulan II 2007(Data Triwulan) 3 Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Industri Non Migas Semester I Tahun 2007... 6 Perkembangan Nilai Realisasi Investasi (Izin Usaha tetap) PMDN Semesteran Tahun 2005 2007... 10 Perkembangan Nilai Realisasi Investasi (Izin Usaha tetap) PMA Semesteran Tahun 2005 2007... 10 Gambar 5. Distribusi PMDN Sektor Industri Semester I Tahun 2007... 12 Gambar 6. Distribusi PMA Sektor Industri Semester I Tahun 2007... 13 Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Perkembangan Industri Pupuk UREA Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 17 Perkembangan Industri Pupuk ZA Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 18 Perkembangan Industri Pupuk SP36 Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 19 Gambar 10. Perkembangan Industri Pupuk Phonska Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 20 Gambar 11. Perkembangan Industri Semen Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 21 Gambar 12. Perkembangan Industri Minyak Goreng Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 22 Gambar 13. Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Coil Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 23 Gambar 14. Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Plate Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 24 Gambar 15. Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Dua Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 25 vi

Gambar 16. Perkembangan Industri Kendaraan Bermotor Roda Empat Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 26 Gambar 17. Perkembangan Industri Televisi Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 27 Gambar 18. Perkembangan Industri Lemari Es Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 28 Gambar 19 Perkembangan Industri Serat Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 29 Gambar 20. Perkembangan Industri Benang Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 30 Gambar 21. Perkembangan Industri Kain Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 31 Gambar 22. Perkembangan Industri Pulp Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 32 Gambar 23. Perkembangan Industri Kertas Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 33 Gambar 24. Perkembangan Industri MCB Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 34 Gambar 25. Perkembangan Industri motor Listrik Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 35 Gambar 26. Perkembangan Industri KWh Meter Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 36 Gambar 27. Perkembangan Industri Panel & Gear Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 37 Gambar 28. Perkembangan Industri Ban Sepeda Motor Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 38 Gambar 29. Perkembangan Industri Ban Mobil Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 39 Gambar 30. Perkembangan Industri Terigu Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 40 Gambar 31. Perkembangan Industri Barang Jadi Rotan Periode Juli 2006 s.d Juni 2007... 41 vii

1 BAB I GAMBARAN PEREKONOMIAN SECARA UMUM 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia dan Beberapa Negara Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini masih dibayangi oleh peningkatan harga energi, khususnya minyak bumi menyebabkan pengaruh negatif terhadap permintaan perumahan di Amerika Serikat, sehingga pertumbuhan ekonomi AS tahun 2007 diperkirakan hanya mencapai 2,7 persen, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 3,3 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Uni Eropa dan Jepang tahun ini diperkirakan sama dengan tahun sebelumnya seperti yang terlihat dalam Tabel 1. Pertumbuhan ekonomi Uni Eropa yang mencapai 2,5 persen pada tahun ini diperkirakan akan kembali turun pada tahun 2008 pada tingkat 2,4 persen. Namun demikian, angka GDP Deflator di kawasan ini cenderung stabil pada kisaran 1,7 1,8 persen dalam kurun waktu 2006 s.d 2008. Sedangkan posisi neraca perdagangan (Current Account) Uni Eropa pada tahun 2007 diperkirakan mengalami defisit sebesar US$ 25 miliar, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai US$ 21 miliar. Sementara itu, indikator perekonomian Jepang pada tahun 2007, untuk pertumbuhan ekonomi mencapai 2,2 persen, sama dengan posisi pada tahun sebelumnya. Sedangkan angka GDP Deflator mengalami kenaikan dari minus 0,9 persen pada tahun 2006 menjadi 0,3 persen pada tahun 2007. Neraca Perdagangan Jepang masih menunjukkan posisi surplus sebesar US$ 180 miliar, meningkat dari posisi tahun sebelumnya yang hanya US$ 174 miliar. Tabel. 1 Pertumbuhan Ekonomi Negara Industri Maju Pertumbuhan (Persen) GDP Deflator (Persen) Current Account (US$ Miliar) 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 Japan 2.2 2.2 2.4-0.9 0.3 0.5 174 180 190 USA 3.3 2.7 3.0 2.9 2.2 1.9-857 -850-850 Canada 2.7 2.3 2.9 2.1 1.2 2.0 22 13 10 Euro Area 2.6 2.5 2.4 1.7 1.8 1.8-21 -25-25 UK 2.7 2.7 2.8 2.3 2.4 2.3-66 -70-70 Sumber : Japan Center for International Finance (JCIF), April 2007

2 Sementara itu perekonomian di negara berkembang dan negara industri baru pada umumnya mengalami penurunan. China dan India masih mendominasi pertumbuhan ekonomi di kawasan ini yang masing-masing mencapai 10 persen dan 8 persen seperti terlihat di Tabel 2. Tabel. 2 Pertumbuhan Ekonomi Beberapa Negara Pertumbuhan GDP Deflator Current Account External Debt. (Persen) (Persen) (US$ Miliar) (US$ Miliar) 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008 ASIA 8.7 8.1 8.1 China 10.7 10.0 10.1 2.9 3.0 3.0 241.9 289.1 338.6 241.9 289.1 338.6 South Korea 5.0 4.4 4.7-0.8 1.5 1.8 6.1 4.1 1.9 259.4 282.9 306.0 Taiwan 4.6 4.0 3.7-0.8-1.0-1.0 23.4 25.7 25.4 69.7 68.3 67.6 Indonesia 5.5 6.0 6.0 7.7 6.5 6.6 13.8 15.7 15.3 124.2 121.1 118.2 Thailand 5.0 4.5 5.0 3.8 2.4 1.9 6.2 5.3 3.9 61.8 62.0 62.8 Philippines 5.4 5.4 5.2 5.1 4.4 4.1 3.7 3.7 3.9 53.9 52.7 51.5 Malaysia 5.8 5.5 5.6 5.4 3.0 3.0 23.2 22.8 21.7 82.5 99.1 115.0 Vietnam 8.2 8.3 7.8 7.4 6.5 6.0 0.5-1.0-1.6 21.8 23.0 24.3 India 8.8 8.0 7.5 4.6 5.5 5.3-9.9-14.6-18.6 130.8 141.2 154.6 Pakistan 6.6 6.4 6.2 8.0 7.5 7.3-8.6-8.7-8.6 38.9 41.5 43.1 LATIN AMERICA 5.1 4.3 3.8 Argentina 8.5 7.5 5.5 11.0 12.0 11.0 3.8 0.6-0.7 108.0 105.2 102.9 Brazil 3.1 3.2 3.5 4.5 5.6 5.6 13.5 9.7 8.9 168.9 158.1 145.2 Chile 4.4 5.3 5.0 12.0 6.0 5.0 7.6 4.3 4.8 47.9 47.4 46.6 Colombia 6.1 5.0 4.3 3.1 5.0 5.0-2.7-3.0-2.8 39.6 39.0 38.4 Peru 8.0 6.0 5.0 8.1 2.5 2.5 2.5 1.4 1.5 28.3 27.0 26.5 Mexico 4.8 3.5 3.5 1.4 4.2 3.0-1.5-3.3 5.3 125.7 120.9 118.4 Venezuela 10.3 7.0 3.0 29.6 18.0 17.0 27.4 15.6 12.6 35.0 36.9 38.7 MIDDLE EAST 4.7 4.7 5.0 Iran 4.5 4.5 4.3 17.6 16.0 15.0 18.6 7.8 6.2 23.0 22.4 21.7 Saudi Arabia 4.5 4.9 5.4 12.5-8.0 100.6 66.3 62.2 Turkey 5.0 4.5 5.0 9.5 9.3 6.6-31.3-29.2-29.8 206.1 217.7 227.3 EASTERN & CENTRAL EUROPE 5.9 4.8 4.6 Poland 5.8 5.1 4.8 0.3 1.5 2.2-7.1-8.5-9.5 161.0 163.9 165.3 Hungary 3.9 2.5 3.0 4.9 4.5 4.2-7.1-6.6-6.8 86.1 90.6 94.6 Czech Republik 6.0 5.0 4.5 1.7 1.5 2.5-6.5-4.4-3.7 52.4 53.2 54.4 Romania 8.0 6.0 5.5 7.9 7.0 6.0-12.5-14.7-15.9 44.0 50.8 58.3 Russia 6.7 6.0 5.5 12.5 7.0 6.5 102.2 83.0 69.2 268.6 288.7 307.3 South Africa 5.0 4.3 4.3 6.8 6.8 6.3-15.8-14.0-13.0 55.5 60.5 69.3 Sumber : Japan Center for International Finance (JCIF), April 2007 Note : GDP rates of respective regions are weighted averages of GDP rates of individual countries within the respective regions described in the table, above. Sedangkan pertumbuhan ekonomi triwulan untuk 7 (tujuh) Negara Industri Utama yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris, Itali, Perancis dan Kanada, rata-rata selama periode Triwulan II 2005-Triwulan II 2007 hanya mencapai 2,27 persen. Angka rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi dialami oleh Amerika Serikat yaitu sebesar 2,7 persen dan terendah dialami oleh Italia yaitu 1,4 persen, angka-angka tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan Indonesia yang mencapai 5,5 persen. Gambar 1 menggambarkan fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara triwulanan dari 7 Negara Industri Utama dan Indonesia.

3 7 6 5 Persen 4 3 2 1 0 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 AS 3.0 3.2 2.9 3.3 3.2 2.4 2.6 1.5 1.8 Jepang 1.8 2.2 2.8 2.7 2.2 1.5 2.4 2.6 2.3 Jerman 0.7 1.4 1.6 2.1 3.0 3.2 3.9 3.6 2.5 Inggris 1.6 1.8 1.8 2.4 2.8 3.0 3.1 3.0 3.0 Itali 0.1 0.3 0.7 1.7 1.6 1.6 2.8 2.3 1.8 Perancis 1.5 1.8 1.4 1.9 2.7 2.1 2.1 1.9 1.3 Kanada 2.9 2.9 3.2 3.6 3.1 2.4 1.9 2.0 Indonesia 5.5 5.3 4.9 4.6 5.2 5.5 6.1 6.0 6.3 Negara Sumber: OECD dan BPS, diolah Pusdatin Depperin Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Tujuh Negara Industri Utama dan Indonesia Triwulan II 2005 Triwulan II 2007 (Data Triwulan) 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 1.2.1. Pertumbuhan PDB Secara kumulatif pertumbuhan PDB Indonesia pada semester I tahun 2007 adalah 6,13 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, Pertumbuhan tertinggi dicapai sektor Pengangkutan dan Komunikasi 11,59 persen. Sektor lainnya yang mengalami pertumbuhan diatas pertumbuhan PDB yaitu Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang tumbuh sebesar 9,53 persen, Bangunan (8,59 persen), Perdagangan, Hotel dan Restoran (8,21 persen), Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan (7,78 persen) dan Jasa-jasa (6,96 persen). (Lihat Tabel 3). Dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi sampai semester pertama, memungkinkan pemerintah mencapai target tahun 2007. DPR memperkirakan target pertumbuhan ekonomi tahun 2008 bakal lebih tinggi dibandingkan dengan target pertumbuhan dalam APBN Perubahan (APBN- P) 2007 sebesar 6,3 persen. Tingginya target pertumbuhan itu didorong optimisme pemerintah terhadap kecenderungan membaiknya kondisi iklim investasi di dalam negeri.

4 Diperkirakan pada tahun 2008 terdapat kecenderungan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Hal itu sudah terlihat dari tingginya pertumbuhan ekonomi pada semester I tahun 2007 yang lebih besar dari 6 persen. Sementara itu, nilai PDB selama semester I tahun 2007 yang mencapai Rp.1.881,79 triliun tersebut masih didominasi oleh sektor Industri Pengolahan sebesar Rp.521,05 triliun atau 27,70 persen dari total PDB. Sektor lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar yaitu sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang mencapai sebesar 14,74 persen. Tujuh sektor lainnya hanya memberikan sumbangan dibawah 14 persen terhadap PDB. Sementara itu sub sektor industri pengolahan non migas memberikan kontribusi sebesar 23,13 persen. Tabel 3. Laju Pertumbuhan PDB Kumulatif (Year On Year) Pertumbuhan LAPANGAN USAHA Persen (%) 2005* 2006** 2007*** I I sd II I sd III I sd IV I I sd II I sd III I sd IV I I sd II 1. Pertanian, Peternakan, -0.40 0.93 1.86 2.66 6.37 3.89 3.31 2.98-1.09 0.68 Kehutanan Dan Perikanan 2. Pertambangan Dan Penggalian 5.06 3.04 2.97 3.11 2.70 3.35 2.75 2.21 6.51 4.94 3. Industri Pengolahan 6.31 5.57 5.16 4.57 2.94 3.31 4.20 4.63 5.35 5.43 a. Industri M I G A S -3.16-4.66-5.31-5.94-6.30-4.29-3.86-1.22 0.80 0.77 b. Industri Bukan Migas 7.53 6.86 6.47 5.86 4.01 4.17 5.09 5.27 5.82 5.92 4. Listrik, Gas, Dan Air Bersih 6.36 6.62 6.61 6.30 5.08 4.77 5.10 5.87 8.50 9.53 5. B A N G U N A N 7.52 7.91 7.56 7.42 7.37 8.06 8.48 8.97 9.42 8.59 6. Perdagangan, Hotel Dan Restoran 9.72 9.73 9.28 8.38 4.36 4.95 5.82 6.13 8.12 8.21 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 14.27 14.18 13.77 12.97 11.54 12.44 12.84 13.64 11.26 11.59 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. 6.28 7.23 7.38 6.79 5.74 5.51 5.24 5.65 7.87 7.78 9. Jasa - Jasa 4.68 4.57 4.82 5.05 5.84 5.98 6.28 6.22 6.82 6.96 Produk Domestik Bruto 6.06 5.96 5.91 5.68 4.98 4.97 5.28 5.48 5.97 6.13 Produk Domestik Bruto Tanpa Migas 6.97 6.89 6.83 6.57 5.72 5.58 5.92 6.09 6.47 6.71 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin * Angka sementara, ** Angka sangat sementara, ** Angka sangat sangat sementara Laju pertumbuhan ekonomi ini ditunjukkan perkembangan produk domestik bruto (PDB). PDB merekam semua kegiatan ekonomi. Secara umum, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dibutuhkan untuk menciptakan lapangan kerja guna mengatasi pengangguran dan mengurangi kemiskinan. Berdasarkan data Bappenas, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi pada tahun 2006 menciptakan 265.000 lapangan kerja baru. Sementara itu PDB dari sisi penggunaan pada Semester I 2007 dibandingkan periode yang sama tahun 2006 mengalami peningkatan, yakni: pengeluaran konsumsi rumah tangga naik sebesar 4,7 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 3,8 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 7,3 persen, ekspor barang-jasa sebesar 9,4 persen. Pengeluaran konsumsi rumah tangga domestik jadi penyumbang terbesar kedua dengan porsi 2,7 persen. BPS mencatat pertumbuhan konsumsi ini antara lain ditunjukkan oleh peningkatan penjualan otomotif dan peningkatan penggunaan telepon seluler, termasuk pulsanya.

5 Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerintah akan mengefisienkan penggunaan anggaran dengan menggeser sebagian anggaran belanja barang ke belanja modal. Langkah itu dilakukan karena belanja modal jauh lebih produktif. Anggaran belanja modal tahun 2008 diperkirakan akan mencapai Rp 101,5 triliun jauh di atas target anggaran belanja modal tahun 2007, yakni Rp 68,3 triliun. Adapun anggaran belanja barang justru turun dari Rp 62,5 triliun di APBN-P 2007 menjadi Rp 52,4 triliun di RAPBN 2008. Daya serap kementerian dan lembaga pengguna anggaran belanja modal hingga saat ini baru mencapai Rp 16,6 triliun atau 22,74 persen dari target APBN-P 2007 senilai Rp 73,1 triliun. 1.2.2. Pertumbuhan Sektor Industri Sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan sebesar 5,43 persen pada semester I tahun 2007 dibandingkan periode yang sama tahun 2006. Angka tersebut disumbangkan industri pengolahan migas yang mengalami pertumbuhan sebesar 0,77 persen dan industri pengolahan bukan migas yang tumbuh sebesar 5,92 persen, seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Laju Pertumbuhan Industri Pengolahan Kumulatif (Year On Year) LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Persen (%) 2005* 2006** 2007*** I I sd II I sd III I sd IV I I sd II I sd III I sd IV I I sd II INDUSTRI PENGOLAHAN 6.31 5.57 5.16 4.57 2.94 3.31 4.20 4.63 5.35 5.43 a. Industri M i g a s -3.16-4.66-5.31-5.94-6.30-4.29-3.86-1.22 0.80 0.77 1. Pengilangan Minyak Bumi -1.93-3.02-4.01-5.00-5.46-5.06-2.70-0.97 1.91-0.41 2. Gas Alam Cair -4.06-5.93-6.29-6.66-6.92-3.68-4.76-1.41-0.04 1.70 b. Industri bukan Migas 7.53 6.86 6.47 5.86 4.01 4.17 5.09 5.27 5.82 5.92 1. Makanan, Minuman dan Tembakau 4.73 3.93 3.27 2.75 1.69 3.61 6.35 7.22 9.94 8.16 2. Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki -0.72 1.24 1.32 1.31 1.57 1.75 1.38 1.23 0.66-1.53 3. Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 0.37-0.96-0.52-0.92-1.20 0.36-0.51-0.66-1.76-2.01 4. Kertas dan Barang cetakan 3.26 2.81 4.17 2.39-4.51-2.15-1.05 2.09 12.42 10.78 5. Pupuk, Kimia & Barang dari karet 17.62 13.65 11.03 8.77 2.73 3.29 4.58 4.48 7.10 6.96 6. Semen & Brg. Galian bukan logam 8.95 8.26 6.21 3.81-3.51-2.38-1.69 0.53 6.24 5.60 7. Logam Dasar Besi & Baja -7.86-5.96-5.03-3.70 4.33 5.35 5.66 4.73 2.13 1.08 8. Alat Angk., Mesin & Peralatannya 13.09 12.29 12.43 12.38 11.17 8.50 8.41 7.55 3.95 7.16 9. Barang lainnya 4.03 3.60 2.71 2.61 1.32 4.03 4.21 3.62 3.64-0.04 PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) 6.06 5.96 5.91 5.68 4.98 4.97 5.28 5.48 5.97 6.13 PDB TANPA MIGAS 6.97 6.89 6.83 6.57 5.72 5.58 5.92 6.09 6.47 6.71 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Deperin * Angkat sementara, ** Angka sangat sementara, *** Angka sangat sangat sementara Pertumbuhan terbesar pada sektor industri non migas dicapai oleh industri kertas dan barang cetakan lainnya 10,78 persen, disusul industri makanan, minuman dan tembakau sebesar 8,16 persen, industri alat angkut, mesin dan peralatannya sebesar 7,16 persen, industri pupuk, kimia dan barang dari karet 6,96 persen, industri semen dan barang galian bukan logam 5,60 persen. Sedangkan industri yang tumbuh di bawah 5 persen yaitu industri logam dasar besi dan baja yang mencapai sebesar 1,08 persen, Sementara

6 itu, industri yang mengalami pertumbuhan negatif adalah industri barang lainnya minus 0,04 persen, dan industri tekstil, barang kulit dan alas kaki minus 1,53 persen, industri barang kayu dan hasil hutan lainnya minus 1,74 persen. Bila dilihat dari kontribusinya industri Makanan, Minuman dan Tembakau masih menempati urutan pertama yang mencapai 29,33 persen dari total PDB sektor industri pengolahan non migas. Di posisi kedua ditempati industri Alat angkut, Mesin dan Peralatannya yang memberikan kontribusi sebesar 28,89 persen, disusul industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 12,65 persen dan industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 11,02 persen. Sedangkan sektor industri lainnya memberikan kontribusi kurang dari 10 persen terhadap industri pengolahan non migas seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. Kondisi Sektor Industri Semester I Tahun 2007 13.00 11.00 9.00 Kertas dan Barang cetakan, Rp.11,05 Triliun Pupuk, Kimia & Barang dari karet, Rp.27,04 Triliun Makanan, Minuman dan Tembakau, Rp.59,4 Triliun Pertumbuhan (%) 7.00 5.00 3.00 1.00 Semen & Brg. Galian bukan logam, Rp.7,67 Triliun Barang lainnya,rp.7 Triliun Alat Angk., Mesin & Peralatannya, Rp.59,81 Triliun Logam Dasar Besi & Baja, Rp.5,22-1.00 0.00 Triliun 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00-3.00-5.00 Brg. kayu & Hasil hutan lainnya, Rp.12,55 Triliun Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki, Rp.24,06 Triliun Kontribusi (%) Skala Rp.10 Triliun Gambar 2. Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Industri Non Migas Semester I Tahun 2007 Sementara itu, bila dilihat dari kapasitas produksi terpakainya, masingmasing sektor industri masih berpeluang untuk meningkatkan outputnya. Seperti terlihat pada Tabel 5. industri pengolahan baru menggunakan 72,94 persen dari kapasitas yang dimilikinya, hanya industri kertas dan barang cetakan yang mencapai kapasitas produksi terpasang lebih dari 80 persen.

Tabel 5. Kapasitas Produksi Terpakai (Persen) 7 Sektor 2005 2006 2007 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Industri Pengolahan 70.99 67.32 71.81 70.67 67.80 64.43 66.87 69.85 72.13 72.94 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 64.94 67.70 67.01 68.11 68.04 62.96 65.16 69.07 68.71 70.44 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 77.00 67.89 78.72 70.92 67.87 64.78 72.19 73.48 75.26 75.84 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 79.67 61.70 66.38 65.84 68.62 59.54 57.72 63.98 65.76 68.05 4). Kertas dan Barang cetakan 59.79 73.58 80.35 65.24 66.69 69.88 67.82 69.83 79.27 81.45 5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 74.89 69.06 74.53 70.42 71.51 68.81 71.85 75.02 76.30 76.68 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 60.40 63.69 70.20 74.50 63.46 65.40 64.73 59.85 71.06 71.79 7). Logam Dasar Besi & Baja 66.76 69.76 66.58 65.67 62.29 74.05 76.20 73.00 73.32 79.60 8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 59.67 74.08 67.87 65.07 58.38 66.57 59.73 64.67 70.38 68.31 9). Barang lainnya 71.43 67.30 76.56 87.34 69.94 61.54 66.65 68.24 75.61 72.86 Sumber : Survey Kegiatan Usaha, Bank Indonesia 2007 1.2.3. Kinerja Ekspor Total Ekspor Indonesia pada Januari-Juni 2007 meningkat sebesar 14,29 persen menjadi US$ 53.620,22 Juta dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya US$ 46.917,15 Juta. Peningkatan ekspor ini merupakan kontribusi ekspor non migas yang juga mengalami peningkatan sebesar 20,35 persen. Sebagian besar ekspor Non Migas merupakan ekspor hasil industri yang nilainya mencapai US$ 36.075,40 Juta atau 82,11 persen dari total ekspor non migas. Kelompok komoditi yang mencapai nilai ekspor tertinggi pada semester pertama tahun 2007 adalah Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya yang mencapai nilai US$ 5.950,67 Juta. Sedangkan Kelompok komoditi yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah Biji Tembaga dan Pekatannya yang tumbuh sebesar 63,86 persen dengan nilai ekspor sebesar US$ 4.497,37 Juta. Sementara itu, nilai total ekspor pada Juni 2007 mengalami penurunan sebesar 2,98 persen dibanding Mei 2007 menjadi US$ 9.417,80 Juta. Ekspor non migas masih mendominasi ekspor pada bulan Juni dengan mencapai US$ 7.612,82 Juta atau 80,83 persen dari nilai total ekspor Indonesia. Sedangkan Ekspor hasil industrinya mencapai US$ 5.544,73 Juta atau 72,83 persen dari ekspor non migas. Kelompok komoditi yang mencapai nilai ekspor terbesar adalah produk Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya dengan nilai US$ 899,07 Juta, sedangkan yang mengalami peningkatan terbesar adalah Permata dan Perhiasan yang meningkat sebesar 31,03 persen dibanding bulan sebelumnya sebelumnya yang hanya US$ 42,94 ribu. Data secara lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 6.

8 Ekspor, khususnya nonmigas, tumbuh karena harga komoditas ekspor Indonesia masih tinggi di pasar internasional. Perekonomian negara-negara mitra dagang Indonesia, seperti Amerika Serikat dan China, juga membaik. Ini menyebabkan permintaan meningkat. Tabel 6. Nilai Ekspor Mei 07 Juni 07 JAN-JUNI (Juta US$) NO. U R A I A N % Perub. (Juta US$) (Juta US$) 2006 2007 % Perub. TOTAL EKSPOR 9,707.46 9,417.80-2.98 46,917.15 53,620.22 14.29 EKSPOR MIGAS 1,781.07 1,804.98 1.34 10,413.77 9,686.96-6.98 EKSPOR NON MIGAS 7,926.38 7,612.82-3.96 36,503.37 43,933.26 20.35 EKSPOR HASIL INDUSTRI 5,802.72 5,544.73-4.45 30,331.00 36,075.40 18.94 1 Tekstil Dan Produk Tekstil 869.81 818.83-5.86 4,554.98 4,826.78 5.97 2 Elektronika, Telematika, Mesin Listrik Da 970.94 899.07-7.40 5,615.36 5,950.67 5.97 Lainnya 3 Besi Baja, Mesin & Otomotif 369.05 436.40 18.25 1,707.64 2,159.29 26.45 4 Kayu Dan Barang Dari Kayu 264.00 247.06-6.42 1,508.40 1,619.08 7.34 5 Kulit, Brg. Dari Kulit Dan Alas Kaki 187.21 183.04-2.23 983.95 1,017.84 3.44 6 Kimia Dasar Dan Kimia Lainnya 430.69 463.52 7.62 1,796.09 2,506.46 39.55 7 Kertas Dan Brg. Dari Kertas 361.63 383.07 5.93 1,874.65 2,110.17 12.56 8 Makanan Dan Minuman 105.68 106.60 0.88 519.75 580.33 11.66 9 Karet Alam Dan Brg. Dari Karet 548.52 536.13-2.26 2,641.72 2,941.68 11.35 10 Batu Bara 491.58 435.84-11.34 2,810.11 3,253.91 15.79 11 Biji Tembaga Dan Pekatannya 923.51 761.45-17.55 2,744.60 4,497.37 63.86 12 Ikan, Udang Dan Kerang-Kerangan 146.54 153.08 4.47 819.02 834.08 1.84 13 Lemak Dan Minyak Hewani/Nabati 680.37 807.01 18.61 2,702.29 3,914.03 44.84 14 Permata Dan Perhiasan 42.94 56.27 31.03 377.37 437.25 15.87 15 Kopi, Teh Dan Rempah-Rempah 66.44 76.18 14.66 370.03 369.95-0.02 16 Biji Coklat/Kakao 74.78 87.27 16.71 405.01 394.50-2.59 17 Lain-Lain 1,392.72 1,161.99-16.57 5,072.42 6,519.88 28.54 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin 1.2.4. Nilai Impor Selama periode semester pertama 2007, nilai impor Indonesia mencapai US$ 33.656,93 Juta atau meningkat 16,34 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya US$ 28.928,81 Juta. Seperti halnya ekspor, nilai impor non migas yang mencapai US$ 24.322,42 Juta, jauh lebih tinggi dibanding impor migas yang hanya US$ 9.334,51 Juta. Untuk impor komoditi hasil industri juga masih dominan dengan nilai sebesar US$ 21.227,20 Juta atau 87,24 persen dari total impor non migas. Kelompok komoditi yang mencapai nilai impor tertinggi pada periode tersebut adalah Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya mencapai nilai US$ 6.343,41 Juta. Sedangkan Kelompok komoditi yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah Permata dan Perhiasan yang tumbuh sebesar 480,72 persen dengan nilai impor sebesar US$ 86,26 Juta.

9 Sementara itu, nilai total impor pada Bulan Juni 2007 menurun sebesar 8,57 persen dibanding Mei 2007 menjadi US$ 5.932,13 Juta. Impor non migas masih mendominasi impor pada bulan terakhir semester pertama tahun 2007 dengan mencapai US$ 4.306,53 Juta atau 72,60 persen dari nilai total impor Indonesia. Sedangkan impor hasil industrinya mencapai US$ 3.749,59 Juta atau 87,07 persen dari impor non migas, seperti tercantum pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai Impor NO. U R A I A N Mei 07 Juni 07 JAN-JUNI (Juta US$) (Juta (Juta % Perub. US$) US$) 2006 2007 % Perub. TOTAL IMPOR 6,487.93 5,932.13-8.57 28,928.81 33,656.93 16.34 IMPOR MIGAS 1,890.29 1,625.60-14.00 9,037.10 9,334.51 3.29 IMPOR NON MIGAS 4,597.64 4,306.53-6.33 19,891.72 24,322.42 22.27 IMPOR HASIL INDUSTRI 3,933.06 3,749.59-4.66 17,895.18 21,227.20 18.62 1 Tekstil Dan Produk Tekstil 183.56 155.68-15.19 792.62 986.25 24.43 2 Elektronika, Telematika, Mesin Listrik Da 1,154.78 1,106.02-4.22 4,872.87 6,343.41 30.18 Lainnya 3 Besi Baja, Mesin & Otomotif 699.92 703.16 0.46 3,169.49 3,693.92 16.55 4 Kayu Dan Barang Dari Kayu 23.83 23.46-1.54 96.42 135.05 40.07 5 Kulit, Brg. Dari Kulit Dan Alas Kaki 24.70 23.09-6.51 95.10 114.96 20.89 6 Kimia Dasar Dan Kimia Lainnya 58.19 34.13-41.35 236.66 223.57-5.53 7 Kertas Dan Brg. Dari Kertas 652.95 725.92 11.18 3,495.26 3,941.95 12.78 8 Makanan Dan Minuman 154.32 134.45-12.88 683.84 761.59 11.37 9 Karet Alam Dan Brg. Dari Karet 8.71 8.22-5.71 30.84 47.26 53.24 10 Batu Bara 4.43 3.73-15.69 16.51 18.21 10.30 11 Biji Tembaga Dan Pekatannya 63.29 59.31-6.29 319.82 367.72 14.98 12 Ikan, Udang Dan Kerang-Kerangan 73.14 43.69-40.26 214.33 310.30 44.78 13 Lemak Dan Minyak Hewani/Nabati 2.53 1.62-36.11 5.58 16.59 197.47 14 Permata Dan Perhiasan 17.20 7.56-56.04 14.85 86.26 480.72 15 Kopi, Teh Dan Rempah-Rempah 11.13 4.47-59.88 38.86 39.73 2.24 16 Biji Coklat/Kakao 239.37 204.76-14.46 923.74 1,267.99 37.27 17 Lain-Lain 1,181.29 1,011.57-14.37 4,887.44 5,730.22 17.24 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin Kelompok komoditi yang mencapai nilai impor terbesar adalah Elektronika, Telematika dan Mesin Listrik Lainnya mencapai nilai US$ 1.154,78 Juta, sedangkan yang mengalami peningkatan terbesar adalah Kertas dan Barag dari Kertas yang meningkat sebesar 11,18 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya US$ 652,95 juta. Perkembangan impor menurut golongan penggunaan barang selama Januari-Juni tahun 2007 menunjukkan bahwa ketiga golongan penggunaan barang impor mengalami peningkatan. Impor barang konsumsi mencapai US$ 3.248,6 juta atau naik 44,57 persen dibanding periode yang sama tahun 2006. Sementara impor bahan baku/penolong dan barang modal masingmasing mencapai US$ 25.679,4 juta dan US$ 4.728,9 juta atau meningkat 15,07 persen dan 8,34 persen seperti terlihat di Tabel 8.

10 Peranan impor barang konsumsi dan bahan baku/penolong dalam struktur impor Indonesia selama Januari-Desember tahun 2006 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu masing-masing dari 8,00 persen menjadi 7,92 persen dan dari 77,63 persen menjadi 77,22 persen. Sebaliknya peranan impor barang modal mengalami kenaikan yaitu dari 14,36 persen menjadi 14,85 persen. Golongan Barang Tabel 8. Impor Menurut Golongan Penggunaan Barang Mei. 2007 Nilai CIF (Juta US$) Juni. 2007 Jan-Jun 2006 Jan-Jun 2007 % Perub. Jan-Jun 2007 thd Jan-Jun 2006 % Peran thd. Total Jan-Jun 2007 Total Impor 6,487.9 5,932.1 28,928.8 33,656.9 16.34 100.00 Barang Konsumsi 626.3 570.2 2,247.0 3,248.6 44.57 9.65 Bahan Baku/Penolong 4,959.3 4,514.5 22,316.9 25,679.4 15.07 76.30 Barang Modal 902.3 847.4 4,364.9 4,728.9 8.34 14.05 Sumber: BPS, diolah Pusdatin Depperin 1.2.5. Investasi Perkembangan realisasi investasi (izin usaha tetap) PMDN pada semester pertama 2007 menunjukkan kenaikan dibanding periode yang sama tahun 2006. Total investasi PMDN yang terealisasi pada paruh pertama 2007 mencapai Rp.28.372,3 miliar, meningkat sebesar 153,66 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian dari jumlah proyek terjadi penurunan sebesar 15,63 persen dari 96 proyek pada semester pertama 2006. Peningkatan terbesar terjadi pada sektor sekunder (industri) yang meningkat sebesar 247,86 persen, sedangkan sektor primer naik sebesar 56,31 persen dan sektor tersier 10,14 persen seperti terlihat pada Gambar 3 berikut. NILAI INVESTASI ( MILYAR RP ) 25,000.00 20,000.00 15,000.00 10,000.00 5,000.00 0.00 SMT I 2005 SMT II 2005 SMT I 2006 SMT II 2006 SMT I 2007 TAHUN Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier NILAI INVESTASI ( US$ ) 3,500.00 3,000.00 2,500.00 2,000.00 1,500.00 1,000.00 500.00 0.00 SMT I 2005 SMT II 2005 SMT I 2006 SMT II 2006 SMT I 2007 TAHUN Sektor Primer Sektor Sekunder Sektor Tersier Gambar 3. Perkembangan Nilai Realisasi Investasi (Izin Usaha tetap) PMDN Semesteran Tahun 2005-2007 Gambar 4. Perkembangan Nilai Realisasi Investasi (Izin Usaha tetap) PMA Semesteran Tahun 2005-2007

11 Hal yang sama terjadi juga pada PMA (Gambar 4), total investasi PMA yang terealisasi pada paruh pertama 2007 mencapai US$ 4.102,1 juta, meningkat sebesar 16,87 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk jumlah proyek pada semester pertama 2007 sama dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 487 proyek. Peningkatan nilai realisasi terbesar terjadi pada sektor primer yang meningkat sebesar 51,81 persen, sedangkan sektor sekunder naik sebesar 9,45 persen dan sektor tersier 29,72 persen. a. PMDN Sektor Industri/Sekunder Pada periode semester I tahun 2007 Industri Kertas dan Percetakan, Makanan, serta Logam, Mesin dan Elektronika merupakan sektor sektor yang diminati oleh investor dalam negeri. Ketiga sektor tersebut mempunyai nilai investasi diatas Rp. 3 triliun, bahkan Industri Kertas dan Percetakan mencapai Rp. 14 triliun. Empat sektor mengalami pertumbuhan diatas 100 persen yaitu Industri Tekstil, Kimia dan Kertas, Mineral dan Logam serta Kendaraan Bermotor dan Alat Transportasi. Bila dilihat dari jumlah proyek yang terealisasi Industri Logam, Mesin dan Elektronik menjadi yang terbanyak dengan 14 proyek, disusul Industri Makanan 11 Proyek dan Industri Karet dan Plastik 8 proyek seperti yang terlihat pada Tabel 9. TABEL 9. PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI (IZIN USAHA TETAP) PMDN MENURUT SEKTOR NO. SEKTOR 2005 2006 2007* P I P I P I TOTAL 147 20,931.1 98 13,152.2 52 22,385.8 1 Industri Makanan 35 4,490.8 21 3,314.8 11 3,164.0 2 Industri Tekstil 22 1,640.7 7 81.7 1 7.3 3 Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 1 14.6 1 4.0 1 8.5 4 Industri Kayu 9 198.8 9 709.0 1 2.7 5 Ind. Kertas dan Percetakan 13 9,732.7 9 1,871.2 6 14,160.0 6 Ind. Kimia dan Farmasi 16 1,944.2 10 3,248.9 4 978.9 7 Ind. Karet dan Plastik 17 619.2 11 253.6 8 219.7 8 Ind. Mineral Non Logam 4 774.6 4 218.2 1 109.2 9 Ind. Logam, Mesin & Elektronik 16 1,151.5 22 3,334.2 14 3,495.8 10 Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam - - - - 0 0.0 11 Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain 6 284.6 4 116.6 3 203.2 12 Industri Lainnya 8 79.4 - - 2 36.5 Sumber : BKPM, diolah CATATAN 1 Diluar Investasi Sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, Investasi Porto folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga 2 P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan 3 I : Nilai Realisasi Investasi dalam Rp. Milyar * Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah sampai dengan 30 Juni 2007

12 15.6% Ind.logam,mesin Distribusi Realisasi PMDN Sektor Industri Periode Januari - Juni 2007 Ind.kend.bermotor& alat transportasi lain Ind.lainnya Ind.makanan Ind.mineral non logam 0.5% Ind.karet dan plastik 0.9% 14.1% Ind.tekstil 0.0% 0.9% Ind.kimia&farmasi 4.4% Ind.kertas &percetakan 62.6% Gambar 5. Distribusi PMDN Sektor Industri Semester I Tahun 2007 b. PMA Sektor Industri/Sekunder PMA sektor Industri Kimia dan Farmasi merupakan sektor primadona investor asing dengan total investasi sepanjang semester pertama 2007 sebesar US$ 1.526,3 juta. Diikuti oleh industri Kertas dan Percetakan sebesar US$ 423,3 juta, industri Makanan sebesar US$ 298,7 juta dan industri Industri Logam, Mesin dan Elektronika sebesar US$ 150,6,9 juta. Industri Kimia dan Farmasi naik signifikan sebesar 1.664,51 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2006. Untuk selengkapnya mengenai PMA dapat dilihat pada Tabel 10. dan Gambar 6. Pertumbuhan investasi diperlukan karena investasi yang cenderung turun menunjukkan hambatan kegiatan produksi belum teratasi. Hambatan tersebut antara lain pasokan energi, infrastruktur, hingga kekakuan pasar tenaga kerja membuat investasi belum tumbuh. Kegiatan produksi semata hanya memanfaatkan kapasitas terpasang yang ada.

TABEL 10. PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI (IZIN USAHA TETAP) PMA MENURUT SEKTOR 13 NO. SEKTOR 2005 2006 2007* P I P I P I TOTAL 336 3,502.1 361 3,604.5 202 2,781.0 1 Industri Makanan 46 598.8 43 339.8 29 298.7 2 Industri Tekstil 30 70.9 61 423.9 34 76.8 3 Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 6 47.8 11 51.8 5 28.9 4 Industri Kayu 19 91.0 18 58.9 7 97.9 5 Ind. Kertas dan Percetakan 6 9.9 16 747.0 8 423.3 6 Ind. Kimia dan Farmasi 41 1,152.9 32 264.6 20 1,526.3 7 Ind. Karet dan Plastik 28 398.5 33 112.7 18 46.7 8 Ind. Mineral Non Logam 11 66.2 7 94.8 4 7.3 9 Ind. Logam, Mesin & Elektronik 87 522.9 86 955.2 49 150.6 10 Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam 2 3.1 1 0.2 0 0.0 11 Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain 31 359.7 28 438.5 17 116.1 12 Industri Lainnya 29 180.4 25 117.1 11 8.4 Sumber : BKPM, diolah CATATAN 1 Diluar Investasi Sektor Minyak & Gas Bumi, Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, Sewa Guna Usaha, Pertambangan dalam rangka Kontrak Karya, Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara, Investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis/sektor, Investasi Porto folio (Pasar Modal) dan Investasi Rumah Tangga 2 P : Jumlah Izin Usaha Tetap yang dikeluarkan 3 I : Nilai Realisasi Investasi dalam US$. Juta * Data sementara, termasuk izin usaha tetap yang dikeluarkan oleh daerah sampai dengan 30 juni 2007 Ind.logam,mesin &elektronik 5.42% Ind.mineral non logam 0.26% Ind.karet&plastik 1.68% Distribusi Realisasi PMA Sektor Industri Periode Januari-Juni 2007 4.17% Ind.kend bermotor &alat transportasi Ind.lainnya 0.30% Ind.makanan 10.74% Ind.tekstil 2.76% Ind.barang dari kulit&alas 1.04% Ind.kayu 3.52% 54.88% Ind.kimia&farmasi Ind.kertas &percetakan 15.22% Gambar 6. Distribusi PMA Sektor Industri Semester I Tahun 2007

14 BAB II LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH 2.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sektor Industri Tahun 2004-2009 Berdasarkan Perpres No.7 Tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004-2009 disebutkan bahwa Pembangunan Sektor Industri dilakukan dengan pendekatan Klaster yang diprioritaskan pada 10 klaster inti yaitu : 1) Industri Makanan dan Minuman 2) Industri Pengolahan Hasil Laut 3) Industri Tekstil dan Produk Tekstil 4) Industri Alas Kaki 5) Industri Turunan Minyak Kelapa Sawit 6) Industri Pengolahan Kayu (termasuk Rotan dan Bambu) 7) Industri Pengolahan Karet dan Barang Karet 8) Industri Pulp dan Kertas 9) Industri Mesin Listrik dan Peralatan Listrik 10) Industri Petrokimia Secara keseluruhan industri nasional ditargetkan mencapai pertumbuhan rata-rata 8,6 persen per tahun menyerap tenaga kerja 500 ribu orang per tahun dan penambahan investasi sebesar rata-rata 50 triliun rupiah per tahun selama kurun waktu 2004-2009. Berdasarkan penetapan target tersebut diperlukan pemantauan kinerja pertumbuhan masing-masing sub sektor industri ISIC 2 digit yang dilakukan secara periodik. Laporan Perkembangan Produksi Komoditi Terpilih ini diupayakan menyajikan perkembangan beberapa komoditi industri terpilih sesuai yang diamanatkan dalam RPJM sektor industri tahun 2004-2009. 2.2. Pemilihan Beberapa Komoditi Industri Terpilih Dalam memantau perkembangan kinerja sektor industri secara lebih cepat tanpa harus menunggu data BPS yang biasanya terlambat sekitar 1 tahun untuk value added dan 3 bulan untuk ekspor impor, beberapa komoditi

15 industri tertentu dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat trend perkembangan industri secara keseluruhan. Oleh karenanya sebagai alternatif untuk melihat indikatif kinerja industri diupayakan untuk menyajikan perkembangan beberapa komoditas terpilih, menyangkut data kapasitas produksi, realisasi produksi, ekspor, dan impor yang keseluruhannya merupakan perkembangan bulanan dengan data yang dihimpun merupakan data primer, bersifat indikatif dan diperoleh langsung dari perusahaan atau melalui asosiasi. Departemen Perindustrian memilih 12 komoditi industri yang sifatnya strategis karena pertama-tama tercantum pada RPJM 2004-2009, dampaknya cukup besar mempengaruhi inflasi, serta dapat menggambarkan dinamika gerak perekonomian dan industri secara keseluruhan. Komoditi-komoditi tersebut yaitu : Tabel 11. Komoditi-komoditi Industri Terpilih NO (1) (2) (3) 1. Pupuk a. Urea b. Non Urea ZA SP 36 Phonska 2. Semen 3. Minyak Goreng Sawit 4. Baja Hot Rolled Coil (HRC) Hot Rolled Plate 5. Kendaraan Bermotor KBM Roda Empat KBM Roda Dua 6. Peralatan Listrik Rumah Tangga Televisi Lemari Es 7. TPT Serat Benang Kain 8. Pulp dan Kertas Pulp Kertas 9. Mesin Listrik Mini Circuit Breaker (MCB) Motor Listrik KWh Meter Panel and Gear 10. Ban Ban Sepeda Motor Ban Mobil 11. Tepung Terigu 12. Barang Jadi Rotan

2.3. Perkembangan Beberapa Komoditi Industri Terpilih 16 Dari berbagai data komoditi terpilih yang disajikan dalam bentuk grafik-grafik yang tersaji pada halaman-halaman berikut dapat dilihat bahwa secara umum perkembangan semester I tahun 2007 beberapa komoditi industri masih dipengaruhi oleh investasi yang cenderung turun yang menunjukkan masih adanya hambatan kegiatan produksi belum teratasi. Selain itu, keterbatasan pasokan energi, infrastruktur, hingga kekakuan pasar tenaga kerja membuat investasi belum tumbuh. Kegiatan produksi semata hanya memanfaatkan kapasitas terpasang yang ada. Sisi permintaan, seperti ditunjukkan konsumsi domestik ataupun permintaan di pasar ekspor terus menguat. Jika ini tidak segera diimbangi dengan peningkatan produksi melalui investasi, bisa terjadi pemanasan ekonomi, inflasi bakal naik. Perkembangan selengkapnya 12 komoditi industri terpilih meliputi perkembangan realisasi produksi, ekspor, impor dan konsumsi dalam negeri tersaji pada halaman-halaman berikut ini. 2.3.1. Pupuk 2.3.1.1. Pupuk Urea Pupuk Urea merupakan 70 persen dari keseluruhan pupuk yang di produksi di Indonesia dimana untuk periode Januari-Juni 2007 produksinya diperkirakan mencapai 2,98 juta ton meningkat 17,18 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2,54 juta ton. Produksi tertinggi mencapai 561.100 ton yaitu pada bulan Mei 2007. Keseluruhan produksi pupuk urea ditujukan untuk penggunaan di dalam negeri.

17 800 III IV I II 5.00 700 III, 3.73 4.00 RIBU TON 600 500 400 300 I, 1.97 II, 2.41 3.00 2.00 1.00 0.00 PERSEN 200-1.00 100 0 IV, -1.88 Jul Aug Sep Okt Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * BULAN -2.00-3.00 Produksi (Ton) Distribusi DN (Ton) Pertumbuhan PDB (%) Jul Aug Sep Okt Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Produksi (Ton) 564.9 508.3 549.0 482.8 422.8 380.1 439.3 475.0 517.6 456.1 561.1 529.1 Distribusi DN (Ton) 492.2 436.2 476.1 398.6 498.1 505.2 686.6 490.2 522.6 405.7 437.9 261.7 Pertumbuhan PDB (%) 3.73-1.88 1.97 2.41 Keterangan : * Sementara Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Gambar 7. Perkembangan Industri Pupuk Urea Periode Juli 2006 s.d Juni 2007 2.3.1.2. Pupuk Non Urea 2.3.1.2.1. Pupuk ZA Pupuk non urea merupakan 30 persen dari total produksi pupuk di dalam negeri antara lain meliputi pupuk ZA, SP36 dan pupuk Phonska. Produksi pupuk ZA periode Januari-Juni 2007 berkisar antara 42.000 ton s.d 80.000 ton (Gambar 8). Produksi tertinggi tercapai pada bulan Maret 2007 mencapai 81.900 ton. Produksinya dari bulan ke bulan cenderung meningkat dimana di bulan Januari menjadi 42.900 ton, dan di bulan Juni naik menjadi 55.000 ton, namun pada periode Januari-Juni 2007 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya produksi Pupuk ZA menurun 10,82 persen menjadi 351,9 ribu ton.

18 90 III IV I II 5.00 RIBU TON 80 70 60 50 40 30 III, 3.73 I, 1.97 II, 2.41 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 PERSEN 20-1.00 10 IV, -1.88-2.00 0-3.00 Jul Aug Sep Okt Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * BULAN Produksi (Ribu Ton) Distribusi DN (Ribu Ton) Pertumbuhan PDB (%) Juli Aug Sep Okt Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Produksi (Ribu Ton) 58,8 55,6 59,5 51,3 45,8 38,5 42.9 56.7 81.9 59.4 56.0 55.0 Distribusi DN (Ribu Ton) 61,8 63,4 55,4 58,5 54,3 52,8 75.8 64.5 61.8 0.1 58.1 62.5 Pertumbuhan PDB (%) 3.73-1.88 1.97 2.41 Keterangan : * Sementara Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Gambar 8. Perkembangan Industri Pupuk ZA Periode Juli 2006 s.d. Juni 2007 2.3.1.2.2. Pupuk SP36 Sedangkan pupuk SP36 produksi bulanannya berfluktuasi dengan produksi selama Januari-Juni 2007 mencapai 355,7 ribu ton menurun sebesar 5,91 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Produksi tertinggi pada semester pertama tahun 2007 dicapai pada bulan Februari 2007 sebesar 63 ribu ton seperti terlihat pada Gambar 9 berikut.

19 80 III IV I II 5.00 70 III, 3.73 4.00 RIBU TON 60 50 40 30 I, 1.97 II, 2.41 3.00 2.00 1.00 0.00 PERSEN 20-1.00 10 0 IV, -1.88 Jul Aug Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * BULAN Produksi (Ribu Ton) Distribusi DN (Ribu Ton) Pertumbuhan PDB (%) -2.00-3.00 Juli Aug Sep Okt Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Produksi (Ribu Ton) 76,0 62,2 47,0 49,6 19,0 28,0 59.7 63.1 59.3 60.6 57.0 56.0 Distribusi DN (Ribu Ton) 54,7 60,7 44,8 59,9 56,0 72,7 65.1 75.9 69.9 53.5 64.0 66.6 Pertumbuhan PDB (%) 3.73-1.88 1.97 2.41 Keterangan : * Sementara Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Gambar 9. Perkembangan Industri Pupuk SP36 Periode Juli 2006 s.d. Juni 2007 2.3.1.2.3. Pupuk PHONSKA Serupa dengan pupuk SP36, pupuk Phonska produksinya sangat berfluktuasi pada volume yang relatif rendah dengan jumlah produksi bulanan yang tertinggi dicapai pada bulan Februari 2007 sebesar 64.500 ton dan produksi terendah dialami pada bulan Maret 2007 dengan jumlah produksi 21.700 ton (Gambar 10). Keseluruhan pupuk non urea tersebut diperuntukan penggunaannya di dalam negeri dan tidak untuk di ekspor. Permasalahan pokok yang dihadapi industri pupuk saat ini adalah masih menurunnya kemampuan produksi dibandingkan tahun sebelumnya akibat kurangnya pemenuhan kebutuhan gas sebagai bahan baku pupuk. Sebagai contoh, PT Pupuk Kaltim produksinya selama tahun 2006 turun menjadi 2,2 juta ton (memanfaatkan hanya 75 persen kapasitas produksi) dibandingkan tahun sebelumnya 2,6 juta ton, sebagai akibat kebijakan swap gas sebanyak 10 juta MBTU kepada PT Pupuk Iskandar Muda.

20 70 III IV I II 5.00 60 III, 3.73 4.00 RIBU TON 50 40 30 I, 1.97 II, 2.41 3.00 2.00 1.00 0.00 PERSEN 20-1.00 10 IV, -1.88-2.00 0 Jul Aug Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr. * Mei * Jun * BULAN Produksi (Ribu Ton) Distribusi DN (Ribu Ton) Pertumbuhan PDB (%) -3.00 Jul Aug Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr. * Mei * Jun * Produksi (Ribu Ton) 23.7 32.0 41.5 40.2 43.0 35.0 45.3 64.5 21.7 58.9 56.0 60 Distribusi DN (Ribu Ton) 28.9 29.4 20.8 29.2 57.2 60.3 37.2 38.4 31.6 53.3 50.0 58.34 Pertumbuhan PDB (%) 3.73-1.88 1.97 2.41 Keterangan : * Sementara Sumber Direktorat Industri Kimia Hulu, Ditjen IAK Gambar 10. Perkembangan Industri Pupuk Phonska Periode Juli 2006 s.d. Juni 2007 Industri pupuk pada tahun ini diperkirakan masih mengalami masalah serius terkait kelangkaan pasokan gas, namun demikian pasokan pupuk urea bersubsidi untuk musim tanam yang sedang berlangsung masih dalam kondisi aman. 2.3.2. Semen Produksi semen nasional periode Januari-Juni 2007 tidak menunjukan tren peningkatan yang cukup signifikan, jumlah produksi bulanannya berkisar antara 2,3 juta ton s.d 3,0 juta ton seperti terlihat pada Gambar 11 berikut. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya produksi semen meningkat sebesar 6,01 persen menjadi 16,13 juta ton. Produksi semen nasional sebagian besar dipasarkan di dalam negeri (90 persen) sedangkan sisanya untuk diekspor yang berkisar antara 100.000 ton s.d 250.000 ton setiap bulannya. Tren produksi semen nasional mengikuti tren konsumsi semen di dalam negeri. Adanya penurunan konsumsi dalam negeri di bulan Februari 2007 (- 12,72 persen) memiliki korelasi terhadap penurunan realisasi produksi di bulan yang sama (-7,51 persen). Konsumsi semen diperkirakan mulai bergerak naik pada Maret 2007 yang hampir menyamai posisi Januari 2007. Kecenderungan peningkatan konsumsi semen dalam negeri dirasakan sejak

21 triwulan ketiga tahun 2006 berbarengan dengan saat tingkat suku bunga bank menurun secara kontinyu. 3,500 III IV I II 5.00 3,000 III, 3.73 4.00 RIBU TON 2,500 2,000 1,500 1,000 I, 1.97 II, 2.41 3.00 2.00 1.00 0.00-1.00 PERSEN 500 0 IV, -1.88 Juli Aug Sept. Okt. Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * BULAN -2.00-3.00 Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) Pertumbuhan PDB (%) Juli Aug Sept. Okt. Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Produksi (Ribu Ton) 2.898 3.01 3.142 2.957 3,801 2,916 2,557 2,365 2,636 2,417 3,039 3,115 Ekspor (Ribu Ton) 225 232 223 163 185 152 173 189 263 210 212 272 Konsumsi DN (Ribu Ton) 2.789 3.062 3.188 2.251 3,208 2,969 2,634 2,299 2,592 2,400 2,910 2,768 Pertumb. PDB (%) 3.73-1.88 1.97 2.41 Keterangan : * Sementara Sumber Direktorat Industri Kimia Hilir, Ditjen IAK Gambar 11. Perkembangan Industri Semen Periode Juli 2006 s.d. Juni 2007 2.3.3. Minyak Goreng Sawit Produksi minyak goreng sawit selama Januari-Juni 2007 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat. Pada semester pertama 2007 (Januari- Juni 2007) produksinya turun sebesar 31,21 persen menjadi 4,13 juta ton (Gambar 12). Dari jumlah produksi bulanan kurang lebih 33 persen diperuntukan bagi pasar ekspor, 22 persen dialokasikan untuk pasar domestik dan sisanya sekitar 45 persen untuk stok nasional.

22 1400 III IV I II 5.00 1200 III, 3.73 4.00 RIBU TON 1000 800 600 400 I, 1.97 II, 2.41 3.00 2.00 1.00 0.00-1.00 PERSEN 200 IV, -1.88-2.00 0 Juli Aug Sep. Okt. Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * BULAN -3.00 Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) Pertumbuhan PDB (%) Juli Aug Sep. Okt. Nop. Des. Jan Feb Mar Apr.* Mei * Jun * Produksi (Ribu Ton) 789 831 873 810 931 1,175 681 623 705 674 700 751 Ekspor (Ribu Ton) 179 179 165 167 166 205 481 362 353 326 447 502 Konsumsi DN (Ribu Ton) 316 316 356 270 245 279 200 260 353 348 253 248 Pertumb. PDB (%) 3.73-1.88 1.97 2.41 Keterangan : * Sementara Sumber Direktorat Industri Makanan, Ditjen IAK Gambar 12. Perkembangan Industri Minyak Goreng Periode Juli 2006 s.d. Juni 2007 2.3.4. Baja 2.3.4.1. Hot Rolled Coil Realisasi produksi HRC periode Januari-Juni 2007 menunjukkan tren yang meningkat, realisasi produksi bulanan berkisar antara 134.600 ton s.d 179.900 ton, kecuali pada bulan Mei 2007 menurun drastis menjadi 36.600 ton dikarenakan ada pemeliharaan pabrik baja seperti terlihat pada Gambar 13 berikut. Selama semester I 2007 produksinya meningkat sebesar 1,61 persen menjadi 813.706 ton bila dibandingkan dengan semester I tahun sebelumnya. Kebutuhan dalam negeri HRC masih lebih besar dari pada realisasi produksi sehingga kekurangannya masih dipenuhi dari impor.

23 250 III IV I II 5.00 RIBU TON 200 150 100 III, 3.73 I, 1.97 II, 2.41 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 PERSEN 50 IV, -1.88-1.00-2.00 0 Juli Aug Sep. Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * BULAN Produksi (Ribu Ton) Impor (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) Konsumsi DN (Ribu Ton) Pertumbuhan PDB -3.00 Juli Aug Sep. Okt. Nop. Des. Jan. Peb. Mar. Apr.* Mei * Jun * Produksi (Ribu Ton) 147,1 135,3 111,4 130,5 133,3 105.1 144.6 140.6 134.6 179.9 36.6 177.4 Impor (Ribu Ton) 71,9 64,4 57,7 59,2 62,0 69.2 65.6 68.6 58.5 53.4 62.0 61.0 Ekspor (Ribu Ton) 12,8 16,6 1,0 16,3 17,1 18.7 23.4 8.5 13.0 3.8 41.8 0.0 Konsumsi DN (Ribu Ton) 206,1 183,1 168,1 173,4 178,2 155.6 186.8 200.7 180.1 229.4 56.7 237.9 Pertumb. PDB (%) 3.73-1.88 1.97 2.41 Keterangan : *Sementara Sumber Direktorat Industri Logam, Ditjen ILMTA Gambar 13. Perkembangan Industri Logam Hot Rolled Coil Periode Juli 2006 s.d. Juni 2007 2.3.4.2. Hot Rolled Plate Realisasi produksi Hot Rolled Plate (HRP) berada pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan realisasi produksi HRC. Pada periode Januari- Juni 2007 realisasi produksi HRP berfluktuasi dari bulan ke bulan dengan realisasi produksi berkisar antara 60.600 ton s.d 85.900 ton per bulan seperti terlihat pada Gambar 14 berikut. Posisi tertinggi dicapai pada bulan Mei 2007 yang mencapai 85.900 ton. Konsumsi dalam negeri HRP masih lebih rendah dari pada realisasi produksi sehingga sisanya dapat diekspor.