KAJIAN SEEDING DAN HUJAN DI DAS BRANTAS Bagian Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca Di Sub DAS Kali Brantas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN dan DAERAH STUDI

MAKALAH WILAYAH POTENSI BENCANA DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS. Oleh Sobirin Agus Sabana Hadi

STUDI EVALUASI PENERAPAN HUJAN BUATAN TERHADAP VOLUME ALIRAN PADA DAS BRANTAS HULU

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

ESTIMASI CURAH HUJAN MAKSIMUM BOLEH JADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BRANTAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE HERSFIELD

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk indonesia.

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KOORDINATOR WILAYAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MALANG

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA.

KARAKTERISTIK INDEX U-3 PADA HARI-HARI DENGAN CURAH HUJAN LEBIH DARI 5mm PADA BEBERAPA DAERAH DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

ANALISIS POTENSI EKONOMI SUBSEKTOR PERTANIAN UNGGULAN PADA TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN MALANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Historis Banjir Jakarta

ANALISIS KERUGIAN BANJIR DAN BIAYA PENERAPAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA DALAM MENGATASI BANJIR DI DKI JAKARTA

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

EVALUASI HASIL PENELITIAN PENGUJIAN EFEK BAHAN SEMAI CaO UNTUK MENGURANGI CURAH HUJAN DI DAS SAGULING JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 1999/

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis. Tanah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

3.1. Letak dan Luas DAS Brantas Hulu Malang

KESEIMBANGAN LINGKUNGAN ANTARA KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN AIR MELALUI TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

LAPORAN AKHIR ANALISA KESEIMBANGAN AIR (WATER BALANCE) DI DAERAH PENGALIRAN SUNGAI KABUPATEN MALANG KONDISI DAERAH STUDI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

BPPT PELAKSANAAN TMCPENIPISAN ASAP No. Revisi : 00 Tgl. Terbit : Hal : 1 dari 11

R. Prayudha Chandra Putra, Nurudin Santoso 1, Ekojono 2. Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Malang.

Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

PENDAHULUAN Latar Belakang

APLIKASI TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENINGKATKAN CURAH HUJAN DI DAS CITARUM - JAWA BARAT 12 MARET S.D. 10 APRIL 2001

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

Pengaruh Angin Dan Kelembapan Atmosfer Lapisan Atas Terhadap Lapisan Permukaan Di Manado

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ESTIMASI NILAI TPW (TOTAL PRECIPITABLE WATER) DI ATAS DAERAH PADANG DAN BIAK BERDASARKAN HASIL ANALISIS DATA RADIOSONDE IRE PRATIWI

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DAN KERUSAKAN HUTAN TERHADAP KOEFISIEN PENGALIRAN DAN HIDROGRAF SATUAN

PEMAKAIAN MODEL DETERMINISTIK UNTUK TRANSFORMASI DATA HUJAN MENJADI DATA DEBIT PADA DAS SELOREJO TUGAS AKHIR

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

PENGARUH KONSEP SISTEM DAN LINGKUNGAN DALAM MODIFIKASI CUACA TERHADAP PENINGKATAN CURAH HUJAN DAN KETERSEDIAAN AIR DI DAS CITARUM

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

Analisis. Analisis Lanjutan. menampilkan hasil dalam gambar grafik atau gambar cross section aplikasi program RAOB.

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS CUACA EKSTRIM TERKAIT KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN BANJIR DI PULAU BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA - BELITUNG TANGGAL 11 MARET 2018

RAHASIA. CUPLIKAN ANALISA DAERAH OPERASI (Hanya digunakan untuk kepentingan ujian)

TEKNOLOGI HUJAN BUATAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN WADUK IR. JUANDA, DAS CITARUM. JAWA BARAT

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

Bulan Januari-Februari yang mencapai 80 persen. Tekanan udara rata-rata di kisaran angka 1010,0 Mbs hingga 1013,5 Mbs. Temperatur udara dari pantauan

OPTIMASI BIAYA PROYEK PENGASPALAN JALAN DENGAN PENGATURAN JUMLAH ASPHALT MIXING PLANT

PENERAPAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA (TMC) UNTUK MENGATASI DEFISIT INFLOW PLTA BAKARU PERIODE 15 FEBRUARI SD. 03 MARET 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan Embung Logung Dusun Slalang, Kelurahan Tanjungrejo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

ANALISIS ANGIN DANAU DI DAS LARONA, SULAWESI SELATAN

LAPORAN KEJADIAN BANJIR DAN CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MATARAM DAN KABUPATEN LOMBOK BARAT TANGGAL JUNI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FENOMENA PERUBAHAN IKLIM DAN KARAKTERISTIK CURAH HUJAN EKSTRIM DI KOTA MAKASSAR

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

Karakteristik Air. Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 25 September 2017

Analisis Hujan Bulan Oktober 2012 Iklim Mikro Bulan Oktober 2012

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN ANGIN KENCANG DI PRAMBON SIDOARJO TANGGAL 02 APRIL 2018

PENGARUH MONSUN MUSIM PANAS LAUT CHINA SELATAN TERHADAP CURAH HUJAN DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

STASIUN METEOROLOGI PATTIMURA AMBON

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat

Transkripsi:

Kajian Seeding dan Hujan (Husni) 95 KAJIAN SEEDING DAN HUJAN DI DAS BRANTAS Bagian Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca Di Sub DAS Kali Brantas Mohamad Husni 1 Intisari Arah dan kecepatan angin selain berpengaruh terhadap pergerakan dan perkembangan awan, juga berpengaruh terhadap pergerakan masa udara di daerah sasaran dan sekitarnya. Kondisi kecepatan angin yang tinggi akan menyebabkan bergeraknya awan potensial di dalam target ke luar target. Atau dapat dikatakan dengan kecepatan angin yang tinggi di dalam target akan memperkecil jumlah hujan. Tulisan ini mengkaji kejadian hujan berkaitan dengan arah dan kecepatan angin yang terjadi selama penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca di Sub DAS Kali Brantas bulan Jan Peb 1998. Abstract Wind direction and velocity influenced cloud movement and development as well as air mass movement in target area and its surrounding. High wind velocity results in the movement or escape of potential cloud from the target erea. In other words high wind velocity in target area decreases precipitation amount. This paper discusses the relationship between precipitation occurrence and wind direction and velocity during the cloud seeding activity in Brantas Catchment Area in January February 1998. Kata Kunci: Arah dan Kecepatan angin, curah hujan, teknologi modifikasi cuaca. 1. PENDAHULUAN Kali Brantas adalah salah satu sungai terbesar di Pulau Jawa dan merupakan urat nadi pengembangan ekonomi di Jawa Timur. Luas daerah pengalirannya sebesar 12.000 km 2, dan sekitar 30 % penduduk Jawa Timur menetap di lembah Brantas ini. Inflow atau air yang masuk ke waduk-waduk di Daerah Pengaliran Sungai di Kali Brantas sangat dipengaruhi oleh curah hujan di hulu. Kondisi musim kemarau yang terjadi 1997 yang lalu sangat berpengaruh terhadap pengisian air di waduk yang berguna untuk pertanian dan energi sebagai upaya untuk mempertahankan swasembada pangan dan penyedian kebutuhan air, di daerah ini telah diadakan kegiatan modifikasi cuaca atau di Indonesia populer dengan nama hujan buatan. Waduk yang diisi adalah Sutami, Lahor dan Selorejo yang merupakan waduk andalan juga daerah sekitarnya yang tidak terjangkau oleh distribusi air waduk. Kegiatan ini berlangsung pada Januari Pebruari 1998 Lanud Abdul Racman Saleh-Skadron Udara 4 malang digunakan sebagai pusat komando. Berikut akan ditulis suatu kajian curah hujan yang jatuh di sekitar daerah sasaran selama kegiatan modifikasi cuaca berlangsung. Tulisan ini bertujuan untuk melihat keterkaitan jatuhnya curah hujan dengan kegiatan modifikasi cuaca dilihat dari sisi spasial dalam arti dimana lokasi seeding dan dimana lokasi jatuhnya hujan. Selain itu tulisan ini akan memberikan gambaran tentang pendapat yang mengatakan bahwa curah hujan yang jatuh selama kegiatan modifikasi cuaca berada di luar daerah sasaran. Karena menyangkut masalah distribusi hujan pada suatu waktu dan tempat tertentu maka kajian lebih jauh akan dikaitkan dengan arah dan kecepatan angin setempat. 2. METODE Kajian curah hujan di dalam tulisan ini dimaksudkan adalah hujan yang terjadi selama kegiatan hujan buatan di DAS Brantas pada Periode 15 Januari s/d 24 Januari 1998 dan tanggal 03 Pebruari s/d 12 Pebruari 1998. Data angin didapat dari pengamatan cuaca di Pos Meteorologi (Posmet) 1 UPT. Hujan Buatan, BPP Teknologi, mhusni@bppt.go.id, moh_husni@yahoo.com 95

96 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol.2, No.1, 2001:95-100 yang tersebar di 5 Posmet, yakni Dampit, Pare, Purwosari, Garum dan Abdul Rahman Saleh. Masing-masing Posmet setiap hari mengamati cuaca (diantaranya angin) dengan cara melepas balon pibal pada jam 07.00, 10.00, 13.00 dan 16.00. Data yang didapat adalah arah dan kecepatan angin di antara paras 1000 kaki s/d 17.000 kaki. Dalam tulisan lain akan dikaji unsur-unsur cuaca lainnya yang berhubungan dengan hujan yakni tekanan udara, kelembaban dan temperatur. 3. PEMBAHASAN : 3.a. LOKASI SEEDING DAN HUJAN Ketidakjelasan suatu pendapat yang mengatakan bahwa jatuhnya curah hujan selama kegiatan modifikasi cuaca di luar daerah sasaran, akan selalu menjadi pertanyaan pada setiap kali pertemuan dengan masyarakat. Kondisi ini wajib dikaji secara bijak, bukan karena user telah mempercayai teknologi ini akan tetapi juga untuk kepentingan keakurasian teknik penyemaian itu sendiri. Selain dipengaruhi oleh sirkulasi udara global, kondisi cuaca lokal yang meliputi temperatut (T), kelembaban relatif (Rh), tekanan udara (p), dan arah/ kecepatan angin sangat mempengaruhi perkembangan perawanan suatu wilayah. Kondisi cuaca permukaan (P, T, Rh) di daerah sasaran pada tiap kali kegiatan modifikasi cuaca adalah dengan tekanan udara yang relatif lebih rendah, suhu udara yang cukup tinggi, kelembaban udara yang cukup dibandingkan degan daerah di sekitarnya, dan arah/ kecepatan angin yang tidak terlalu kencang (<10 knott). Kondisi cuaca yang seperti ini akan mendukung terbentuknya awan potensial. Temperatur berpengaruh langsung terhadap energi untuk pengangkatan masa udara permukaan secara konveksu. Dengan demikian semakin tinggi temperatur udara semakin besar pula energi untuk proses konveksi, begitu juga sebaliknya, kelembababn berpengaruh langsung terhadap ketersediaan uap air permukaan yang meripakan modal terbentuknya awan, sedangkan tekanan udara berpengaruh terhadap pergerakan dari masa udara secara regional. Arah dan kecepatan angin selain berpengaruh terhadap pergerakan dan perkembangan awan, juga berpengaruh terhadap pergerakan masa udara di daerah target dan sekitarnya. Kecepatan angin yang besar kurang mendukung perkembangan awan, karena dapat membuyarkan awan yang ada. Dari 20 hari penyemaian terdapat satu hari (95 %) yang tidak ada hubungan antara lokasi seeding dengan lokasi hujan. Dari korelasi jumlah titik lokasi seeding dengan titik lokasi hujan didapat hubungan sebesar 27 %. Korelasi dimaksud adalah kejadian dimana titik lokasi semai bertepatan dengan titik lokasi seeding, dan belum memperhitungkan pengaruh angin terhadap pergerakan awan dan waktu kejadian hujan. Pada kesempatan lain akan dibahas lebih jauh tentang analisa kejadian hujan dihubungkan dengan lokasi seeding dengan mempertimbangkan arah dan kecepatan angin, w aktu kejadian hujan serta jarak antara lokasi seeding dan hujan. Secara keseluruhan lokasi penyemaian awan dan terjadinya hujan setiap harinya digambarkan sebagai berikut: Periode I 15 Januari 1998 Penyemaian awan sebanyak 6 sorti di Blitar, Dampit, Bululawang kepanjen dan Turen. Sementara hujan terjadi di Dampit (38 mm), Sengguruh Dam (18), Sutami Dam (3), Tunggorono (46), Sumberagung (43), Pare (8,5) dan Garum (5). 16 Januari 1998 Penyemaian dilakukan sebanyak 6 sorti di Sumber Manjing, Waduk Sutami, Dampit, Waduk Selorejo, Pare, Wajak dan Tumpang. Hujan di wagir (14 mm), Tunggorono (15), Semen (8), Doko (5), Wates (3), Wilis (3), Kediri (26), Selorejo (2), Berbek (5), Tampung (1), Tugu (2), dan Pare (3). 17 Januari 1998 Kegiatan semai sebanyak 4 sorti di Waduk Selorejo, Argowayang, Kepanjen, Wajak dan Bululawang. Kejadian hujan yang tercatat tangkil (39), Poncokusumo (37), Dampit (44), Sengguruh Dam (1), Wagir (20), Birowo (18), Tunggorono (6), Sumberagung (8), Semen (8), Doko (1), Wates Wlingi (26), Wlingi Dam (50), Pujon (3), Selorejo (16), Pare (18,2), Garum (8). 18 Januari 1998 Penyemaian awan sebanyak 4 sorti di Doko, Pakisaji W. Sutami, Gd. Legi, garum, Wlingi Tumpang, Wajak. Hujan di Tangkil (17), Poncokusumo (42), Dampit (3), Sengguruh Dam (5), Wagir (1), Sutami dam (19), Tunggorono (62), Sumberagung (120, Semen (5), Doko (3), Wates Wlingi (60), Jeli (1), Wilis (68), Kertosono (1), Pujon (17)Selorejo (32), W. Sawahan (6), Berbek (10, Tampung (1), Pagerwojo (4), kampak (2), Tugu (10), Purwosari (7,5) Garum (3), Abd. Saleh (42,5). 19 Januari 1998 Penyemaian awan sebanyak 5 sorti di W. Kesamben, W. Sutami, Sumber Pucung, Kalipare, Mahameru, Tumpang, Tutur dan abd. Saleh. Hujan di Tangkil (1), Poncokusumo (6), Wagir (13), Sutami Dam (5), Birowo (9), Tunggorono (7), Sumberagung (3), Semen (51), Doko 6 (6), Wates Wlingi (23), Jeli (29), Wates (11), Wilis (10), Kediri (50), Kertosono (13), Pujon (1), Selorejo (3), W. Sawahan (53), Berbek (120, tampung (8), Pagerwojo (9), Kampak (1), Tugu (47), Purwosari (41,5). 96

Kajian Seeding dan Hujan (Husni) 97 20 Januari 1998 Penyemaian awan sebanyak 6 sorti di Doko, Sbr. Pucung, Turen, Sumber Manjing, W. Selorejo, W. Sutami, Singosari, Tumpang, dan Wajak. Hujan di Tangkil (1), Birowo (1), Tunggorono (14), Semen (1), Doko (10), Wates Wlingi (3), wlingi Dam (7), Wates (20, Wilis (8), Kediri (2), Kertosono (2), selorejo (4), W. Sawahan (4), Berbek (44), Tampung (40), Pagerwojo (3), Kampak (2). 21 Januari 1998 Penyemaian awan sebanyak 6 sorti di Doko, Kepanjen, Wajak, Dampit, Doko, Wlingi, Dampit dan Turen. Hujan di Tangkil (13), Dampit (23), Sutami Dam (1), Tunggorono (24), Sumberagung (3), Semen (8), Wates Wlingi (29), Wlingi Dam (1), Jeli (21), Wates (16), Wilis (46), Pujon (19), Salerejo (65), W. Sawahan (40), Berbek (2), Tampung (24), Pagerwojo (46), Pare (0,5), dan Purwosari (18,5). 22 Januari 1998 Penyemaian awan sebanyak 6 sorti di Sumber Pucung, W. Kesamben, W. Sutami, Turen, G. Legi, Garum, G. Butak, W. Salerejo, Lawang, Ngantang. Sementara hujan terjadi di tangkil (7), Poncokusumo (2), Dampit (2), Sengguruh Dam (15), Wagir (5), Sutami Dam (4), Birowo (16), Tunggorono (25), Semen (1), Doko (5), Wates Wlingi (3), Wilis (33), Kediri (9), W. Sawahan (16), Pagerwojo (1) Abd. Saleh (4). 23 Januari 1998 Penyemaian awan sebanyak 6 sorti di Malang, Abd. Saleh W. salerejo, Nglegok, Garum Wlingi Pakisaji, Kepanjen, Wates Kediridan Lawang. Sementara hujan terjadi di tangkil (7), Poncokusumo (11), Dampit (4), Wagir (4), Sutami dam (3), Birowo (19), Tunggorono (29), Sumberagung (49), Semen (10), Doko (6), Wates Wlingi (18), Wlingi Dam (1), Wates (8), Wilis (65), Selorejo (18), Wates Sawahan (16), Berbek (72), Tampung (22), Pagerwojo (16), Tugu (46), Purwosari (30), Garum (1,6), Abd. Saleh (21,5). 24 Januari 1998 Penyemaian awan sebanyak 6 sorties di pakisaji, W. Sutami, Sumber Manjing, G. kawi, W Salerejo, Wates dan Tumpang. Hujan di Sumberagung (2), Kertosono (8), Selorejo (7), W. Sawahan (18), dan Tugu (2). Periode II 03 Pebruari 1998 Penyemaian awan sebanyak 4 Sorties di Sumber Pucung, W. Sutami, W. Selorejo, Wlingi, Doko, Badek, Abd. Saleh malang dan Tumpang. Hujan di tangkil (45), Poncokusumo (7), Dampit (49), Sengguruh Dam (13), Wagir (24), Sutami Dam (7), Birowo (49), Tunggorono (6), Sumberagung (46), Semen (2), Doko (82), Wates Wlingi (31), Wlingi Dam (6), Jeli (31), Wates (15), Wilis (29), Kediri (22), Kertosono (7), Pujon (1), Selorejo (33), W. sawahan (11), Berbek (28), Pagerwojo (3), Kampak (38), Tugu (10), Pare (6), Purwosari (8,3), Garum 95,5), Abd. Saleh (6,6). 04 Pebruari 1998 Penyemaian awan sebanyak 6 sorti di gondanglegi, Sumber Manjing, Turenb W.Selorejo, Ngantang, Turen, Wajak, Wingi, Doko, Tretes dan Lawang. Hujan di Tangkil (16), Poncokusumo (38), Dampit (5), Sengguruh Dam (6), Wangir (12), Wlingi Dam (1), Tunggorono (101), Sumberagung (66), Semen (38), Doko (67), Wates Wlingi (12), wlingi Dam (1), Jeli (23), Wates (37), Wilis (60), Kediri (1), Pujon (13), Selorejo (5), W. sawahan (3), Berbek (2), Pagerwojo (21), Kampak (2), Pare (5), Purwosari (7), Garum (9,5), dan Abd. Saleh (5). 05 Pebruari 1998 Penyemaian awan sebanyak 6 sorti di W. Sutami, Gondang Legi, Turen, dampit, W. Selorejo, W. Wlingi dan Batu. Hujan di Tangkil (10), Poncokusumo (13), Dampit (64), Sengguruh Dam (39), Wagir (10), Sutami Dam (7), Birowo (24), Tunggorono (51), Sumberagung (3), Semen (8), Doko (14), Wates Wlingi (54), Wlingi Dam (21), Jeli (38), Wates (114), Wilis (47), Kediri (83), Kertosono (27), Pujon (25), Selorejo (17), W. sawahan (44), Berbek (81), Tampung (10), Pagerwojo (24), Kampak (3), Tugu, (52), Pare (103), Purwosari (9), Garum (15), dan Abd. Saleh (10). 06 Pebruari 1998 Penyemaian awan sebanyak 6 sorti di Turen, Gondang Legi, Sumber Pucung, Batu, Lawang, Singosari, Dampit, Nglegok, Garum, Wlingi dan Lawang. Hujan di tangkil (30), Poncokusumo (25), Dampit (10), Sengguruh Dam (3), Wagir (80), Sutami Dam (13), Birowo (121), Tunggorono (256), Sumberagung (41), Semen, (120), Doko (45), Wates Wlingi (93), Wlingi Dam (18), Jeli (44), Wates (57), Wilis (133), Kediri (20), Kertosono (52), Pujon (44), Salerejo (46), W. Sawahan (47), berbek (142), Tampung (73), Pagerwojo (60), Kampak (46), Tugu (4), Pare (47), Purwosari (60), Garum (102), dan Abd. Saleh (59). 07 Pebruari 1998 Penyemaian awan sebanyak 6 sorti di Turen, Gondang legi, Sumberpucung, Batu, Lawang, Singosari, Dampit, Nglegok, Garum, Wlingi dan Lawang. Hujan di Poncokusumo (6), Dampit (1), Senggaruh Dam (21), Sutami Dam (2), Birowo (3), Tunggorono (3), Doko (4), Wates Wlingi (38), Wlingi Dam (1), Jeli (9), Wates (29), Wilis (3), Kertosono (48), Selorejo (3), tampung (48), kampak (22), Pare (2). 08 Pebruari 1998 Penyemain awan sebanyak 5 sorti di Gondang Legi, Sumber Manjing, W. Sutami Ngantang, Pujon, Batu, Pakisaji, Malang dan Dampit. Hujan di Tangkil (1), 97

98 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol.2, No.1, 2001:95-100 Sutami (Dam (9), Birowo (1), Tunggorono (110), Sumberagumg (5), Semen (58), Doko (35), Wates Wlingi (57), Wlingi Dam (3), Wates (1), Wilis (6), Kediri (21), Kertosono (1), Pujon (4), Selorejo (64), W. Sawahan (4), Berbek (22), Tampung (26), Kampak (1), Pare (6.4), Purwosari (71), Abd. Saleh (10). 09 Pebruari 1998 Penyemaian awan sebanyak 4 sorti di atas Waduk Sutami, Pare, Kepang, Turen dan Wajak. Hujan terjadi di Tangkil (5), Poncokusumo (48), Wagir (5), Tunggorono (19), Semen (2), Doko (32), Wates Wlingi (41), Wlingi Dam (2), Wates (2), Wilis (6), Kediri (48), Kertosono (18), Pujon (16), Selorejo (18), W. Sawahan (6), Berbek (14), Tampung (53), Pare (20), Purwosari (8.5), Abd. Saleh (9). 10. Pebruari 1998 Penyemaian awan sebanyak 4 sorti di atas Sumbermanjing, Pare, Wates, Papar dan Kediri. Hujan di Tangkil (30), Poncokusumo (3), Dampit (9), Wagir (34), Sutami Dam (1), Tunggorono (171), Sumberagung (11), Semen (37), Doko (44), Wates Wlingi (78), Wlingi Dam (5), Jeli (6), Wates (71), Wilis (48), Kediri (9), Kertosono (4), Pujon (48), Tampung (4), Pagerwojo (43), Kapak (26), Tugu (1), Purwosari (6), Garum (4) dan Abd. Saleh (5). 11 Pebruari 1998 Penyemaian awan sebanyak 6 sorti di atas Wajak, Turen, W. Selorejo, Kepanjen, Turen, Dampit dan Pare. Hujan di tangkil (17), Poncokusumo (68), Dampit (11), Sengguruh Dam (2), Wagir (13), Sutami Dam (3), Birowo (11), Tunggorono (34), Sumberagung (46), Semen (50), Wates Wlingi (8), Jeli (4), Wilis (99), Pujon (4), Selorejo (47), W. Sawahan (14), Berbek (6), Tampung (3), Pagerwojo (47), Kampak (10), Tugu (3), Pare (1), Purwosari (2,5), Garum (24), Abd. Saleh (17). 12. Pebruari 1998. Penyemaian awan sebanyak 6 sorti di atas Gondanglegi, Sumbermanjing, Turen, Waduk selorejo, Ngantang, Turen, Wajak, Wlingi, Doko, Tretes dan lawang. Hujan di Dampit (16), Wagir (6), Birowo (11), Wates (12), Wilis (3), Kediri (1), W. Sawahan (1), Berbek (10), Tampung (5), Pagerwojo (6). Kegiatan hujan buatan pada kali ini dilaksanakan pada bulan dengan puncak hujan tertinggi. Sedangkan Pola Curah Hujan Daerah Brantas adalah sebagai berikut: 3.b. PERGERAKAN ANGIN DAN HUJAN Menurut Sandy, 1987 angin adalah udara yang bergerak. Udara bergerak karena tekanannya di dua tempat berbeda. Tekanannya berbeda karena suhunya berbeda. Perbedaan suhu di muka bumi disebabkan oleh adanya giliran dalam pemanasan muka bumi. Curah Hujan (mm) 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Grafik Rerata Curah Hujan Bulanan DPS Kali Brantas Tahun 1955-2000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bulan Gambar 1. Rerata curah hujan bulanan di DPS Brantas Tahun 1955-2000 (Sumber Sie. Data UPT. Hujan Buatan BPPT) Angin berhembus dari daerah yang bertekanan udara tinggi ke daerah yang bertekanan udara rendah, sesuai dengan musimnya. Sehari-hari dikenal dengan adanya angin musim barat dan angin musim timur. Angin musim itu tidak senantiasa berhembus dengan kekuatan dan arah yang tetap. Arah dan kekuatan angin musim ini senantiasa berubah, baik pada satu lapis ketinggian maupun pada beberapa lapis ketinggian. Lebih jauh Sandy mengatakan bahwa angin musim mempunyai jangkauan perputaran yang jauh, yang meliputi antara benua dan saling berkaitan dengan perputaran udara seluruh dunia. Terlepas dari perputaran angin musim itu, ada pula perputaran angin yang mempunyai jangkauan perputaran setempat. Ini diakibatkan oleh adanya perbedaan suhu yang bersifat setempat pula. 3.c. RINGKASAN KONDISI HUJAN DAN KAITANNYA DENGAN ARAH DAN KECEPATAN ANGIN. Kecepatan dan arah angin juga berpengaruh langsung dan aktif terhadap proses fisis pembentukan awan dan distribusi hujan, sebagai gambaran diketahui bahwa kecepatan kencang/ kuat dan arah angin tertentu dapat mengganggu pertumbuhan dan pembentukan awan dan hujan di daerah tertentu. Dari 20 hari kegiatan hujan buatan didapat arah dan kecepatan angin yang secara garis besar diambil pada paras 5000 kaki dan 10.000 kaki. Tidak semua waktu-waktu pengamatan pilot balon dapat dilaksanakan, disebabkan karena (salah satunya) hujan. Angin merupakan salah satu parameter yang dapat mempengaruhi pertumbuhan awan konvektif. Pertumbuhan awan konvektif di daerah tropis umumnya berkisar antara 4 ribu sampai 12000 kaki, sehingga perlu diamati arah dan kecepatan angin pada level tersebut. Angin dikatakan calm jika kecepatannya < 10 knot (< 5ms -1 ), sedang bila kecepatannya 10-15 knot ( 5-7 ms -1 ) dan kencang jika kecepatannya di atas 16 knot (8 ms -1 ). 98

Kajian Seeding dan Hujan (Husni) 99 Secara ringkas pada periode 1 terlihat bahwa paras 5000 kaki angin bergerak dari Barat (10 hari kejadian, dengan kecepatan tertinggi 22 knot). Demikian juga di paras 10.000 kaki angin bergerak dari Barat (7 hari kejadian, dengan kecepatan tertinggi 38 knott), walaupun sudah terlihat arah Timuran. Sedangkan pada periode 2 terlihat bahwa paras 5000 kaki angin bergerak dari Barat (7 hari kejadian, dengan kecepatan tertinggi 13 knott). Sedangkan angin pada paras 10.000 kaki terlihat dari Barat (5 hari kejadian dengan kecepatan tertinggi 22 knot) juga Timur (4 hari kejadian) sudah juga sering muncul. Sehingga dapat dikatakan kondisi angin pada periode I umumnya dari baratan sedangkan pada periode II dari timuran. Walaupun secara global hal ini kurang bagus, tetapi karena kondisi geografis daerah sasaran terdapat beberapa gunung di bagian Barat, sehingga uap air yang berada di daerah sasaran dan sekitarnya yang terdorong ke Barat akan terhalang oleh gunung-gunung tersebut dan terangkat ke atas menjadi awan potensial. Selain itu kecepatan angin yang tinggi akan menyebabkan bergeraknya awan potensial di dalam target ke luar target. Atau dapat dikatakan dengan kecepatan angin yang tinggi di dalam target akan memperkecil kejadian hujan di dalam target seperti contoh pada tanggal 24 Januari dimana curah hujan wilayahnya sangat sedikit (1.4 mm) dengan dibarengi kecepatan angin yang sangat kuat di Abd. Saleh yakni 22 knot pada paras 5000 kaki dan 38 knot pada paras 10000 kaki. Kondisi ini seperti pernah diungkapkan Haryanto, 2000 dalam Tabel 1. Tabel 1. Desain perumusan indek U-3 No. Parameter 1 Kecepatan angin (V) 2 Lapse Rate (LR) 3 Uap Air (dpd) Kecenderungan Terhadap Curah Hujan (RR) dan U-3 V >> RR<< U-3>> Atau V << RR>> U-3<< LR>> RR>> U-3<< Atau LR<< RR<< U-3>> dpd>> RR<< U-3>> atau dpd<< RR>> U-3<< Sumber: Untung Haryanto, 2000 Perumus an U-3 C1 x V U-3 C2 - LR U-3 C3 x dpd Disimpulkan bahwa pengujian pada beberapa tempat di Indonesia yaitu Riamkanan, Bandung, Malang dan Soroako menunjukkan bahwa secara umum terdapat hubungan antara U-3 dengan ratarata curah hujan yang turun di sekitar stasiun peluncuran sounding. Hipotesis bahwa pada keadaan dengan nilai U-3 besar, rata-rata tebal hujan kurang dari 5 mm atau Nilai U-3 besar, maka rata-rata tebal hujan adalah kecil dapat dibuktikan pada kasus-kasus yang terjadi di Riamkanan, Bandung, Malang dan Soroako. Dalam kaitannya dengan permasalahan di depan bahwasanya kegiatan hujan buatan sering jatuh hujan di luar target, itu adalah suatu kenyataan bahwa arah dan kecepatan angin merupakan faktor yang sangat penting dalam mengarahkan hujan di dalam target. 3.d. EVALUASI HASIL KEGIATAN MODIFIKASI CUACA Dalam menghitung tambahan hujan berdasarkan curah hujan menggunakan rumus V = Ch x A, dimana V = volume, Ch = Total curah hujan, yaitu jumlahan dari rerata curah hujan wilayah dihitung dengan metode Poligon Thiesen dan A = Luas DAS. Sedangkan besarnya curah hujan efektif dihitung dengan mengalikan volume hujan total dengan koefisien runoff (C) dari masing-masing wilayah. Dari hasil perhitungan, diketahui pada periode I di waduk Sutami-Lahor, curah hujan 79.56 mm atau setara 163.10 juta m3 dan curah hujan efektif sebesar 31.73 juta m3. Sedangkan pada Periode II waduk Sutami-Lahor, curah hujan 200.08 mm atau setara 410.16 juta m3 dan curah hujan efektif sebesar 57.90 juta m3. (UPT. Hujan Buatan, 1998) 4. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Arah dan kecepatan angin selain berpengaruh terhadap pergerakan dan perkembangan awan, juga berpengaruh terhadap pergerakan masa udara di daerah sasaran dan sekitarnya. Lokasi hujan akan sangat dipengaruhi terhadap arah dan kecepatan angin setempat dan juga faktor global lainnya. 2. Kecepatan angin yang tinggi di dalam target akan memperkecil kejadian hujan di dalam target seperti contoh pada tanggal 24 Januari dimana curah hujan wilayahnya sangat sedikit (1.4 mm) dengan dibarengi kecepatan angin yang sangat kuat di Abd. Saleh yakni 22 knot pada paras 5000 kaki dan 38 knot pada paras 10000 kaki. 3. Dari 20 hari penyemaian terdapat satu hari (95 %) yang tidak ada hubungan antara lokasi seeding dengan lokasi hujan. Dari korelasi jumlah titik lokasi seeding dengan titik lokasi hujan didapat hubungan sebesar 27 %. Korelasi dimaksud adalah kejadian dimana titik lokasi semai bertepatan dengan titik lokasi seeding, dan belum memperhitungkan pengaruh angin terhadap pergerakan awan dan waktu kejadian hujan. 4. Karena jatuhnya hujan yang tepat sasaran merupakan hasil dari suatu penyemaian yang efektif, maka arah dan kecepatan angin merupakan parameter yang sangat menentukan bagi flight scientist untuk memutuskan lokasi penyemaian. 99

100 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol.2, No.1, 2001:95-100 5. KENDALA Arah angin yang digunakan hanya satu arah angin yang paling sering muncul dari empat kali peluncuruan Pibal dalam sehari. Dengan berpegang pada dinamika awan Cumulus, yaitu awan yang menjadi sasaran penyemaian, maka DAS yang sempit sangat tidak menguntungkan dalam hal perolehan tambahan hujan. 6. UCAPAN TERIMA KASIH Kepada personil yang terlibat di Posko maupun di Posmet serta Crew Skadron 4Lanud Abd. Saleh Malang dalam kegiatan modifikasi cuaca di Malang pada bulan Januari s/d Pebruari 1998. DAFTAR PUSTAKA BMG, 1998. Prakiraan Musim Hujan 1998/1999Di Indonesia, Jakarta. Haryanto, U., Karakteristik Index U-3 Pada Hari-Hari Dengan Curah Hujan Lebih Dari 5 mm Pada Beberapa Daerah Di Indonesia, Dalam Jurnal Sains &Teknologi Modifikasi Cuaca Vo. 1, No.2,Desember 2000. Sri Harto, Br., Analisis Hidrologi, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 303. Sandy, 1987, Iklim Regional Jurusan Geografi FMIPA-UI, Jakarta. Sandy, I Made, 1986, Republik Indonesia Geografi Regional, Geografi FMIPA UI, Jakarta. UPT. Hujan Buatan, 1998. Laporan Kehgiatan Penyemaian Awan/ Modifikasi Cuaca di Sub DPS Kali Brantas Tanggal 15 24 Januari 1998 dan 03 12 Pebruari 1998. UPT. Hujan Buatan, 2000, Seksi Data UPT. Hujan BPP. Terknologi UPT.Hujan Buatan, Kegiatan Harian Penyemaian Awan/ Modifikasi Cuaca di Sub DPS Kali Brantas 15 24 Januari 1998 dan 03 12 Pebruari 1998. DATA PENULIS, lahir di Jakarta 11 Oktober 1961. Lulus Sarjana Geografi FMIPA-Universitas Indonesia, tahun 1986, menyelesaikan S2 bidang Regional Planning dari Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada tahun 1997. Bekerja di UPT. Hujan BPPT sejak 1989, pada Kelompok Hidrologi dan Lingkungan UPT. Hujan Buatan, Deputi TPSA BPPTeknologi. Kursus dan Pelatihan yang pernah diikuti: Kursus AMDAL tipe A (Dasar-Dasar AMDAL) dan tipe C (Penilai Dokumen AMDAL). Pada Tahun 2001 diangkat sebagai Peneliti Muda Bidang Pengembangan Wilayah dan Modifikasi Cuaca. 100