PERANCANGAN DAN FABRIKASI MESIN EXTRUSI SINGLE SCREW

dokumen-dokumen yang mirip
STABILITAS BENTUK DAN DIMENSI PLASTIK POLYPROPYLENE TERHADAP KECEPATAN PUTARAN SCREW MESIN EKSTRUSI

1. Pendahuluan PENGEMBANGAN MESIN INJEKSI PLASTIK SKALA INDUSTRI KECIL

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak

DISTRIBUSI TEMPERATUR AREA PEMOTONGAN PADA PROSES DRAY MACHINING BAJA AISI 1045

Gambar 9. Macam Proses Ekstrusi: a. Ekstrusi langsung, b. Ekstrusi tidak langsung.

Gambar 1.1. Contoh Peralatan Micro-Manufacturing (Qin, 2006)

ANALISIS PARAMETER OPERASI PADA PROSES PLASTIK INJECTION MoOLDING UNTUK PENGENDALIAN CACAT PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

PERANCANGAN PISAU MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG HADIYATULLAH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PELATIHAN TEKNIS TEKNOLOGI PLASTIK TRAINING PLASTICS EXTRUSION & TROUBLE SHOOTING

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSES MANUFAKTUR. yang dilakukan dalam proses manufaktur mesin pembuat tepung ini adalah : Mulai. Pengumpulan data.

RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

KETEGUHAN REKAT DAN BENTUK KERUSAKAN BLOCKBOARD BERBASIS KAYU KELAPA SAWIT

BAB III METODE PENELITIAN

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Mengukur bahan yang akan digunakan

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

T E K N O S I M 2009 Yogyakarta, 12 November 2009

BAB III PERAWATAN MESIN PELLET BIJI PLASTIK

BAB III METODE PERANCANGAN

1. MENGAPA PENGETAHUAN BAHAN DIPERLUKAN. Tergantung dari penugasan yang diterima, tapi seorang sarjana teknik industri

PENGUJIAN PROSEDUR PENGARANGAN DAN RANCANG BANGUN MESIN PENCETAK BRIKET ARANG TEMPURUNG KELAPA

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN LOGAM TERHADAP KEKERASAN PADA BAHAN ALUMINIUM BEKAS

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN CaCO 3 TERHADAP KUAT TARIK POLYPROPYLENE

PROSES MANUFACTURING

1. Pendahuluan PENGABDIAN BAGI PETANI IKAN BANDENG DESA JAMBO TIMU PEMKOT LHOKSEUMAWE YANG MENGHADAPI MASALAH TINGGINYA HARGA PAKAN IKAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

Optimasi Penerapan Teknologi Ekstrusi pada Prototipe Mesin Daur Ulang Limbah Styrofoam

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. guna. Alat/mesin pengerol pipa adalah alat/mesin yang digunakan untuk

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK MENTEGA (CHURNER) DENGAN SPEED CONTROL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Mechanical, Volume 4, Nomor 2, September 2013

RANCANG BANGUN ALAT UJI MEKANIK BATANG KENDALI RSG-GAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI JENIS MATERIAL ELEKTRODA TERHADAP PEFORMANSI PEMESINAN DRILLING EDM MENGGUNAKAN EDM TIPE RELAKSASI (RC)

BAB 3 REVERSE ENGINEERING GEARBOX

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODEL MESIN HARDENING SISTEM INDUKSI UNTUK MEMPERCEPAT WAKTU PEMANASAN

11.1 Pemrosesan Material Plastik

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

PENINGKATAN EFISIENSI PADA PRODUKSI SAMBAL MELALUI SCALE-UP ALAT PENGGILING BAHAN BAKU

Analisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan

PERANCANGAN MESIN PEMERAS SANTAN DENGAN SISTEM ROTARI KAPASITAS 281,448 LITER/JAM

BAB III PERANCANGAN ALAT. Muiai. Kapasitas: A4 Bahan pola : Lilin Pahat: Gurdi Daya: 1/16HP. Sketsa alat. Desain gambar

PERANCANGAN MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG AGAM CHAIRUL ACHYAR

PERPINDAHAN PANAS PIPA KALOR SUDUT KEMIRINGAN

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

HASIL DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN TRIBOMETER TIPE PIN ON DISK DAN STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TRIBOLOGI POLIMER POLIMER

RANCANG BANGUN MESIN PENGADUK SERBUK KAYU DENGAN RESIN POLIMER MENGGUNAKAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Turbin blade [Gandjar et. al, 2008]

ANALISIS NOSEL BAHAN TUNGSTEN DIAMETER 200 mm HASIL PROSES PEMBENTUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin mixer peralatan yang sangat penting yang digunakan pada proses

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

SIMULASI PENGARUH FRICTION, SPEED, MATERIAL, DAN TEMPERATURE TERHADAP DAMAGE PADA BLOCK PRE FORMING DENGAN METODE TAGUCHI

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSES PRODUKSI KABEL PADA MESIN EKSTRUDER 15 JA

FM-UDINUS-PBM-08-04/R0 SILABUS MATAKULIAH. toleransi. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 04 September 2015

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir

O C. Temperatur injeksi di bawah temperatur leleh akan

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada)

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN ALAT INJEKSI PLASTIK UNTUK GAGANG PISAU PADA UKM PENGRAJIN PISAU DI DESA HADIPOLO KUDUS

Penerapan Mesin Pewarnaan Kain Batik Tulis Pada

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

Studi Pengaruh Besar Arus dan Arc On-Time Pada Electrical Discharge Machining (EDM) Sinking

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

MAKALAH PELATIHAN PENGOPERASIAN MESIN SANGRAI MLINJO

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

Transkripsi:

PERANCANGAN DAN FABRIKASI MESIN EXTRUSI SINGLE SCREW Sumardi dan Indra Mawardi Dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRACT Penelitian ini dilakukan dimulai dari desain sampai mesin ekstrusi dapat digunakan. Mesin ekstrusi yang dibangun adalah tipe single screw. Pada penelitian ini perubahan bentuk produk tersebut akan dianalisis dengan memvariasikan temperatur proses terhadap temperatur melting dari jenis plastik polypropylene. Temperatur proses yang digunakan sebagai variabel bebas pada penelitian ini adalah 165 0, dan 180 0, C, dan putaran screw konstan 60 rpm. Bentuk produk adalah batangan silinder dengan ukuran die 5 mm. Dari hasil penelitian ini telah dibangun sebuah mesin ekstrusi single screw. Dengan menggunakan bentuk dan dimensi ekstruded sebagai indikator keberhasilan maka, temparatuer proses yang sesuai untuk mesin dengan single screw pada perbandingan L/D = 14 pada kisaran 180 0 C. Kata-kata kunci : Ekdtrusi, Single screw, plastik, polypropylene 1. PENDAHULUAN Polimer atau yang lebih dikenal dengan nama plastik secara bertahan telah menggantikan material kayu dan logam dalam produk-produk rumah tangga sampai peralatan angkasa luar. Indonesia yang merupakan salah satu negara sedang berkembang menghadapi kendala tersendiri dalam memproduksi plastik. Akibat dari itu semua, Indonesia masih tertinggal jauh dalam pemakaian plastik terutama untuk industri (Suratno, 2003). Konsumsi plastik yang rendah ini disebabkan oleh kurangnya teknologi pengolahan plastik yang dimiliki negara ini. Disamping itu juga masih kurangnya pengetahuan dasar dan peralatan produksi produk plastik yang terdapat pada lembagalembaga pendidikan. Salah satu pemecahan permasalahan tersebut adalah melalui penelitian yang berbasis riset desain dan fabrikasi. Perancangan dan fabrikasi mesin ekstrusi dilakukan merupakan langkah awal untuk menambah investasi peralatan uji dan pengetahuan tentang cara-cara memproses plastik. Michaeli. W (2004) melalui papernya memaparkan metode baru desain geometri die untuk ekstrusi. Metode ini menggunakan gabungan finite element analisis (FEA) dan flow analisis network (FAN). Hasil risetnya dalah algoritma untuk optimasi aliran pada saluran dies ekstrusi secara aoutomatis. Michaeli. W (2004) juga meneliti gesekan polypropelene (PP) di dalam feed section dari single screw ekstrusi, yang menghasilkan additive, filler dan bentuk pellet berpengaruh terhadap gesekan di dalam extruders. Disamping itu melihat karakteristik melting point dari PP yang sesuai untuk ekstrusi. Hal ini dilakukan karena beberapa rujukan menunjukan perbedaan melting point dari PP, seperti Howe (1999), PP mempunyai melting point 459 0 K (186 0 C), dan Rosato (1997) menyatakan bahawa melt temperatur melting untuk polypropylene berkisar antara 200 s.d 300 0 C. Selain itu hasil penelitian Noriega (2004) menunjukan adanya pengaruh temperatur melting poin polimer yang diekstrud menggunakan single screw. Tujuan penelitian ini adalah; merancang serta memfabrikasi mesin mesin ekstrusi single screw. Disamping itu untuk menguji kebrhasilan mesin dilakukan beberapa variasi temperatur proses. 2. METODOLOGI Desain awal dan perhitungan dimensi komponen utama sangat diperlukan pada manufaktur sebuah mesin ekstrusi. Sebuah mesin ekstrusi pada dasarnya terdiri atas dua komponen utama, yaitu : barrel dan screw. Secara tipikal, diameter dalam barrel berkisar dari 1 s.d 6 in (25 s.d 150 mm), dan panjang barrel relatif terhadap diameternya, biasanya rasio perbandingan L/D antara 10 s.d 30. Perbadingan barrel dan screw tersebut sesuai dengan penyataan Groover (1996), panjang barrel relatif terhadap diameternya, biasanya rasio perbandingan L/D antara 10 s.d 30. Sedangkan diameter dan panjang screw disesuaikan dengan diameter barrel. Kelonggaran antara barrel dan screw sangat kecil yaitu 0,002 in (0,05 mm), pengambilan ini mengacu pada Rosato (1997). Dalam penggunaannya diameter screw mempengaruhi laju aliran plastik dalam barrel. Jenis screw yang akan digunakan disesuaikan dengan kapasitas dari motor penggerak. Pemilihan diameter dan panajang screw didasarkan pada 1

rasio perbandingan (L/D) dengan range 6 s.d 48, akan tetapi kebanyakan proses plastik mengambil ratio L/D sebesar 24 s.d 36 (Rosato, 1997). Jenis single screw yang digunakan pada mesin ekstrusi ini adalah tipe metering screw. Untuk material barrel dibuat dari material stainless steel dan screw digunakan material ASSAB 718 HH, material ini mempunyai kekerasan 38 HRC, dan untuk die yang akan digunakan dibuat dari baja karbon sedang dengan bentuk selindris berukuran diameter 5 mm. Metode Pengujian Pada proses ekstrusi bentuk produk dengan dimensi toleransi yang ketat tidak mudah didapat, karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut antara lain, yaitu: temperatur yang digunakan, besarnya tekanan dan kecepatan putaran screw. Tekanan dan putaran screw adalah tetap (merupakan variabel tetap), dimana setiap perubahan temperatur, putaran dan tekanan yang digunakan tetap sama (konstan). Putaran yang digunakan untuk pengujian ini adalah 60 rpm, putaran ini didapat dari hasil reduksi putaran mesin oleh gaerbox dan puli. Dikarenakan putaran yang digunakan konstan pada 60 rpm, maka tekanan yang yang terjadipun berkondisi konstan. Bahan plastik yang digunakan untuk pengujian ferformance adalah polypropylene (PP). Variabel bebas pada penelitian ini adalah temperatur proses. Temperatur proses yang digunakan sebagai variabel bebas adalah 165 0 dan 180 0 C. Pemilihan temperatur proses ini didasari oleh beberapa teori yang menyatakan tempartur melting dari polimer PP berada kisaran 170 0 s.d 200 0 C. Setiap variasi temperatur proses diambil sampel produk yang akan dianalisis, baik dari dimensi maupun kerusakan permukaan yang terjadi. Untuk pemeriksaan dimensi akan diukur dimensi produk berdasarkan temperatur proses yang digunakan. Demikian juga halnya dengan kerusakan produk, yang mana indikator penilainya hanya dilihat dengan kasa mata dan mikroskop digital. Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah : 1. Mesin ekstrusi dapat dioperasikan dengan baik. 2. Bentuk ekstruded mendekati atau sama dengan bentuk dies (bentuk dies adalah silinder) 3. Ukuran atau dimensi ekstruded mendekati atau sama dengan ukuran dies (dies berukuran diamater 5 mm) 4. Tidak ditemukan cacat pada permukaan ekstruded. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Manufakturing Prototipe Dari hasil desain dan manufaktur telah berhasil dibangun satu unit mesin ekstrusi single screw seperti yang diperlihatkan Gambar 1. 3 Gambar 1. Mesin Ekstrusi Single Screw Hasil Manufaktur Mesin ekstrusi hasil manufaktur ini terdiri dari beberapa komponen utama, dan komponen pendukung, yaitu : 1. Single Screw Salah satu komponen utama dari mesin ekstrusi adalah screw. Screw berfungsi sebagai poros pendorong, pemotong, dan pengaduk plastik panas yang terdapat di dalam barrel. Bentuk single screw yang dibuat adalah tipe metering screw (Gambar 2), dengan perbedaan kedalaman spiral untuk setiap daerah yaitu feed section, compression section, dan metering section. Dalam penggunaannya diameter screw mempengaruhi laju aliran plastik dalam barrel. Untuk mesin ekstrusi ini, screw dibuat dari material ASSAB 718 HH dengan dimensi panjang 465 mm dan berdiameter 33 mm. Pemilihan dimensi screw atas dasar rasio L/D. Dari dimensi yang telah dipilih rasio L/D adalah 14, dan rasio ini termasuk dalam kisaran angka yang dianjurkan secara toeri, yaitu 10 s.d 30. Gambar 2 Single Screw 2. Barrel Barrel adalah komponen pasangan screw yang berbentuk selongsong yang merupakan ruang pemanas dimana screw berada 4 5 6 7 1 : Screw 5 : Box Control 2 : Barrel 6 : Motor 3 : Dies 7 : Reducer 4 : Heater 2 1 2

di dalamnya. Barrel berfungsi sebagai tempat proses plastisisasi, tempat dimana berlangsungnya proses pengumpanan, pemanasan, dan pengadukan. Oleh karenanya barrel dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat dijadikan tempat pemasangan elemen pemanas dan die produk. Barrel yang merupakan komponen utama, dibuat dari material stainless steel dengan dimensin panjang 465 mm dan berdiameter 33 mm. Panjang dan diameter barrel disesuaikan dengan panjang dan diameter screw, diamna selisih atau kelonggaran antara barrel dan screw adalah 0,05 mm. Gambar 3 Barrel 3. Cetakan (die) Gambar 4 diperlihatkan bentuk dari cetakan (die). Cetakan ini terbuat dari material baja karbon tinggi dan produk yang dihasilkan berbentuk selindris. Centakan dibuat berbentuk pleng yang dapat pasangkan pada pleng tetap yang terdapat di ujung barrel. Gambar 5 Elemen Pemanas 5. Box Kontrol Temperatur Box kontrol temperatur adalah sebuah kotak yang berfungsi sebagai tempat diletakkannya komponen-komponen pengatur temperatur untuk panas plastik, thermokopel, dan swicth on-off dari motor penggerak. Pada box ini terdapat beberapa tombol seperti; tombol on-off, maju-mundur motor penggerak, dan swicth pengatur temperatur proses. 6. Motor Penggerak Unit penggerak (driver unit) untuk mesin ekstrusi ini merupakan sebuah motor listrik 1-phasa dengan putaran 1420 rpm, daya 1 HP, dan tegangan sebesar 220 Volt. Motor dihubungkan ke gearbox reduksi melalui melalui sebuah puli dan sabuk untuk mereduksi putaran. 7. Gearbox Reduksi Gearbox reduksi berfungsi sebagai pereduksi putaran. Gearbox reduksi ini mempunyai perbandingan reduksi dengan rasio 1 : 30, dan komponen ini dihubungkan dengan motor melalui sebuah puli dan sabuk. Gambar 4. Bentuk Cetakan 4. Elemen Pemanas Elemen pemanas (heater element) adalah komponen yang menghasilkan panas untuk pemprosesan plastik pada mesin ekstrusi ini. Elemen ini terdiri dari tiga buah dan dipasang pada barrel. Elemen ini diletakan pada bagian pengumpan (feed section), penekan (compression section) dan bagian pengaduk (metering section). Untuk pengaturan temperatur proses plastinisasi, elemen pemanas ini dihubungkan ke box kontrol temperatur (thermokopel). Bentuk dari ketiga elemen pemanas diperlihatkan pada Gambar.5. 3.2 Hasil Uji Coba Proses ekstrusi dilakukan pada kondisi bertekanan dan bertemperatur tinggi untuk mencairkan plastik. Akibat adanya faktor temperatur dalam proses produksi, maka akan terjadi pula perubahan bentuk produk setelah dingin. Dari hasil penelitian dengan memvariasikan temperatur proses terhadap temparatur melting, pada putaran konstan dihasilkan beberapa karakteristik bentuk produk yang berbeda. Temperatur proses 165 0 C Bentuk dan penampang produk yang dihasilkan pada temperatur proses 165 0 C telah mulai berbentuk batangan bulat meskipun kontur yang terbentuk belum sesuai dengan bentuk die. Dari dimensi, jika diukur diameter rata-rata produk yang dihasilkan terhadap diameter die, terjadi selisih, ukuran produk lebih besar 100% dari ukuran diameter die. Gambar 6 yang merupakan perbesaran 6X dari penampang produk, pada gambar penampang produk ini 3

terlihat di bagian inti produk terdapat daerah berwarna putih, daerah ini adalah butiran plastik yang belum menjadi viscos secara sempurna. Pada temperatur proses ini dapat dikatakan proses plastisasi (pencairan plastik) belum terjadi secara sempurna. Diameter die Gambar 6. Penampang Produk pada Temperatur Proses 165 0 C Temperatur proses 180 0 C Pada temperatur 180 0 C, produk telah mulai berbentuk batangan bulat dengan kontur yang sesuai dengan bentuk die, akan tetapi diameter rata-rata produk yang dihasilkan terhadap diameter die masih terjadi selisih cukup besar yaitu 100% dari ukuran diameter die. Pada gambar 8, penampang produk merupakan perbesaran 6 kali, terlihat daerah butiran plastik yang belum menjadi viscos secara sempurna (warna putih) di daerah inti produk mulai berkurang dan terkosentrasi pada inti. Diameter die Plastik yang belum mencair sempurna Plastik yang belum mencair sempurna Gambar 8. Penampang Produk pada Temperatur Proses 180 0 C Pembahasan Sebuah mesin ekstrusi pada dasarnya terdiri atas dua komponen utama, yaitu: barrel dan screw. Secara keseluruhan, dari test performance terhadap mesin ekstrusi single screw dengan perbandingan L/D = 14, mesin telah dapat menghasilkan produk (ekstruded) dengan baik. Jika dibandingkan dengan mesin hasil pabrikan, mesin ini masih terdapat kekurangan dari sistem pendingin, bentuk dies dan sezing (penepat ukuran). Ini terlihat dari hasil ekstruded, yang banyak berpengaruh terhadap sistem pendingin dan dies. Akan tetapi mesin ini akan mempunyai keunggulan dari sisi kompertebel, sederhana dan murah, jika digunakan untuk memproduksi produk-produk dengan dimensi kecil dan sederhana. Keunggulan tersebut akan tercapai jika dilengkapi tiga komponen yangbelum lengkap tersebut yaitu; sistem pendingin, dies yang baik dan penepat ukuran produk. Proses ekstrusi dilakukan pada kondisi bertekanan dan bertemperatur tinggi untuk mencairkan plastik. Akibat adanya faktor temperatur dalam proses produksi, maka akan terjadi pula perubahan bentuk produk setelah dingin. Hasil pengujian terhadap analisis variasi temperatur 165 0 dan 180 0 C terhadap perubahan bentuk menunjukan karakteristik yang berbeda dari setiap temperatur tersebut. Pada temperatur proses yang lebih rendah butiran plastik belum menjadi viscos secara sempurna (proses plastisasi belum terjadi secara sempurna), ini terlihat di bagian inti produk terdapat daerah berwarna putih. Pada temperatur proses yang tinggi, butiran plastik telah menjadi viscos secara sempurna, akan tetapi dikarenakan temperatur proses yang cukup tinggi menyebabkan plastik terlalu cair dan produk terekstrut tidak berbentuk bulat tetapi berbentuk elip. Dengan menggunakan bentuk dan dimensi ekstruded sebagai indikator keberhasilan maka, temparatur proses yang sesuai untuk mesin ini pada 180 0 C. Penyimpangan ukuran ekstruded terjadi hingga 100% dari ukuran die, hal ini dikarenakan buruknya sistem pendingin dan tidak adanya komponen sistem penepat ukuran (sezing). 4. KESIMPULAN Hasil rancangan dan pengujian yang dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Telah terbangun dan tersedianya sebuah mesin ekstrusi tipe single screw untuk kebutuhan pengujian dan praktikum mahasiswa di Jurusan Teknik Mesin PNL. 2. Spesifikasi mesin ekstrusi tipe single screw yang dibangun adalah a. Dimensi rangka 120 x 50 x 90 mm b. Perbandingan L/D barrel screw adalah 14 c. Motor penggerak 1,4 HP d. Pemanas menggunakan 3 heater 47 x 100, CPM 475 W, 220V e. Kapasitas Laju = 11461,26 mm 3 /menit 3. Temperatur proses ekstrusi yang sesuai untuk memproduksi batangan silinder dengan single screw pada perbandingan 4

L/D = 14 dan kecepatan putaran screw 60 rpm adalah 180 0 C. 4. Pada temperatur proses yang lebih rendah (165 0 C) butiran plastik belum menjadi viscos secara sempurna (proses plastisasi belum terjadi secara sempurna). 5. Dimensi produk batangan silinder yang dihasilkan dengan ekstrusi single screw, perbandingan L/D = 14 dan kecepatan putaran screw 60 rpm, mempunyai penyimpangan hingga 100% dari ukuran die. 5. DAFTAR PUSTAKA Howe, David. 1999. Polimer Data Handbook. Oxford University Press, Inc New York Groover. Mikel P. 1996. Fundamentals of Modern Manufacturing Materials, Processes and Systems, John Wiley & Sons Inc. New York Michaeli,W., Kaul,S. Approach of an Automati Extrusion Die Optimization, Journal of Applied Polymer Engineering, Vol. 24, No. 5, 2004 Michaeli,W., Imhoff, A. Friction in the Feed Section of Single Screw Extruders Dependent on Pellet Shape, Fillers and Additives, Journal of Applied Polymer Engineering, Vol. 24, No. 5, 2004 Noriega, P,M., Osswald and Ferrier, N. In Line Measurement of the Polymer Melting Behavior in Single Screw Extruders, Journal of Applied Polymer Engineering, Vol. 24, No. 6, 2004 Rosato, D. 1997. Plastics Processing Data Handbook, Ed.2, Chapman & Hall, London. Suratno, B.,. 2003. Polimer and Composite Material, Seminar Dosen Tamu di Magister T. Mesin USU, Sentra Teknologi Polimer, Serpong 5