BAB III PROSES PRODUKSI KABEL PADA MESIN EKSTRUDER 15 JA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PROSES PRODUKSI KABEL PADA MESIN EKSTRUDER 15 JA"

Transkripsi

1 BAB III PROSES PRODUKSI KABEL PADA MESIN EKSTRUDER 15 JA Dalam membuat atau memproduksi kabel listrik memerlukan suatu langkah langkah yang menggunakan alat alat / mesin mesin untuk mendukung, adapun urutan proses pada pembuatan kabel listrik, antara lain : 1. Proses Drawing 2. Proses Stranding 3. Proses Insulathing 4. Proses Screening 5. Proses Cabling 6. Proses Inner Sheathing 7. Proses Armouring 8. Proses Outer Sheating 3.1Proses Drawing (Penarikan) Proses drawing merupakan proses penarikan kawat yang bertujuan mengecilkan diameter awal kawat. Kawat yang biasa digunakan untuk membuat kabel kawat yang berbahan Alumunium / tembaga. Komponen utama dari mesin drawing adalah Dies. Kawat yang ditarik akan melewati dies, dengan gaya penarikan tertentu maka diameter yang keluar dari dies akan mengecil sesuai dengan ukuran diameter dies tersebut. Demikian seterusnya hingga kawat mencapai diameter yang diinginkan. Tahapan pengecilan kawat ini disesuaikan dengan perbandingan pengecilan dies dan jumlah dies yang digunakan. Selama proses drawing (pengecilan kawat) berlangsung, kawat yang diproses diberikan pelumasan khusus yang berfungsi untuk : Mengurangi gesekan antara kawat dengan permukaan Dies Membuang atau mengurangi panas yang terjadi pada kawat akibat terjadinya gesekan Dies tersebut. 19

2 Mengendapakan kotoran yang menempel pada kawat dan dies. Gambar 3.1 Mesin Drawing Doc. PT.SUCACO 3.2 Proses Stranding Proses stranding merupakan proses pemilinan dari beberapa kawat dengan diameter tertentu dipilin bersama menjadi satu sesuai dengan squernya (luas penampang). Pada proses pemilinan ini juga dilakukan secara bertahap, dari satu kawat yang menjadi pusat, kemudian diluarnya pemilinan dengan 7 kawat lalu diluarnya dengan pemilinan beberapa kawat dan tahapan dengan jumlah tertentu berdasarkan order / pemesanan yang telah ditentukan. Untuk setiap pemilinan akan didahului dengan pemberian powder yang bertujuan memblok air. Powder ini adalah bahan sejenis tepung yang bila terkena udara atau air akan mengembang dan tidak akan tembus. Alat yang digunakan pada proses pemilinan adalah mesin stranding. Ada beberapa mesin stranding yang dilihat dari jumlah bobin (penggulungan kawat) antara lain : Mesin stranding 6B, 12B, 19B, 37B, 54B, 61B (B = Bobin {gulungan kawat}) Ada dua macam proses stranding dilihat dari penggunaan diesnya : 20

3 1. round; penghantar yang dihasilkan tanpa dipress. Proses round menggunakan dies kayu dan biasanya digunakan untuk pembuatan penghantar tegangan rendah, bentuknya sesuai dengan bentuk masing masing kawat (bergelombang). 2. compact; penghantar yang dihasilkan dengan dipress proses compact yang menggunakan dies besi. Sehingga menghasilkan penghantar yang rata dan berbentuk hampir lingkaran. Proses compact ini untuk jenis kabel bertegangan tinggi. 3.3 Proses Insulathing. Proses insulathing merupakan proses pemberian lapisan pelindung dengan cara melapisi konduktor (kabel telanjang) dengan isolasi melalui tiga proses sekaligus (inner semicond, insulation, outer semicond), Sehingga menutupi penghantar. Bahan yang digunakan sejenis plastic (XLPE atau PVC). Mesin yang digunakan pada proses insulathing adalah mesin ekstruder, system kerja dari mesin extruder adalah konduktor yang sudah distranding / dipilin kemudian dilapisi dengan bahan sejenis plastic dengan proses pemanasan kemudian didinginkan menggunakan air. Pada pembuatan kabel listrik tegangan rendah menggunakan mesin extruder biasa. Sedangkan untuk kabel tegangan menengah dan tinggi menggunakan mesi extruder CCV (Catenary Continous Vulcanising) yang prosesnya mempunyai teknik tersendiri, yakni : bahan pelapis yang digunakan :inner semi konduktor, isolasi XLPE, crosslinked polyetyline dan outer semi konduktor yang dipanaskan hingga ± 400ºC dan mendapatkan tekanan, pendinginan menggunakan gas nitrogen. Proses tersebut terjadi dalam pipa, adapun fungsi nitrogen tersebut yaitu untuk pengenyalan kabel. Ketebalan lapisan isolasi ditentukan berdasarkan voltage dari konduktor, misalnya : 1. kabel dengan tegangan 3 kv, isolasinya ± 2,4 2,6 mm 2. kabel dengan tegangan 10 kv, isolasinya ± 4,5 3,6 mm 3. kabel dengan tegangan 15 kv, isolasinya ± 4,5 4,7 mm 21

4 4. kabel dengan tegangan 20 kv, isolasinya ± 5,5 5,7 mm 5. kabel dengan tegangan 30 kv, isolasinya ± 6 6,2 mm pengggunaan mesin CCV ini harus pada tempat yang tinggi dan steril (diatas 20 m) karena untuk menghindari debu, yang dapat mengakibatkan kegagalan produk. Kerja pada mesin ini harus teliti karena akan digunakan pada tegangan tinggi. Sedikit gangguan akan mengakibatkan bocornya arus atau kerusakan kerusakan lainnya. 3.4 Proses Screening Proses screening merupakan proses pemberian lapisan pelindung dari gangguan elektris yang dilakukan secara helical sedemikian rupa sehingga menutupi celah celah bagian dalam. Umumnya lapisan menggunakan mterial copper tape (plat tembaga) ditambah dengan WTB (water bloking tape) dan sindon tape. Selain itu lapisan juga bisa berupa kawat tembaga dan alumunium sedemikian rupa sehingga melapisi sepanjang kabel. Pelapisan ini dimaksudkan untuk : Hantaran netral Lapisan pelindung listrik Hantaran hubungan tanah Alat yang digunakan pada proses ini adalah mesin tappiing dengan bahan copper tape, caranya : Kabel yang sudah dilapisi pada proses insulathing dilalankan sementara copper tapenya dipilin dengan pengaturan kecepatan dan jarak pilin yang sesuai. Proses screening tidak termasuk proses utama dari pembuatan power kabel namun dilaksanakan sesuai order kerja atau spesfikasi yang telah ditentukan. 3.5 Proses Cabling Proses cabling adalah proses pemilinan inti inti kabel yang berjumlah 2 inti sampai 5 inti, dipilin secara bersama sama menjadi satu dengan arah dana jarak pilin tertentu sesuai dengan proses stranding, namun pemilinan pada proses 22

5 stranding adalah kawat alumunium / tembaga. Sedang pada proses cabling, kawat yang dipilin sudah melalui proses insulathing. Alat yang digunakan pada proses ini adalah mesin DT yang mempunyai prinsip kerja hampir sama dengan mesin stranding, namun dengan dimensi dan gaya putar yang jauh lebih besar, dengan kecepatan putar yang sesuai (lebih lambat dari mesin stranding) dan dengan jumlah beban yang jauh lebih sedikit. 3.6 Proses Iner Sheathing Proses iner sheathing merupakan proses pemberian lapisan / selubung dalam, tengah, atau luar yang dilakukan secara extrusi sedemikian rupa sehingga menutupi celah celah atau lapisan sebelumnya menggunakan bahan sejenis PVC atau PE dengan ketebalan tertentu. Proses sheathing (bedding) pada bagian dalam bisa disebut juga iner sheathing, bedding bagian luar disebut outer sheathing. Alat yang digunakan pada proses ini adalah mesin extruder biasa (yang digunakan pada pembuatan power cable tegangan rendah) dengan cara kerja sama dengan proses insulation biasa proses bedding termasuk salah satu proses utama, artinya semua proses power cable pasti dilapisi pada lapisan luarnya dengan iner sheathing agar lapisan lapisan dalamnya terlindungi. 3.7 Proses Armoring Proses armoring adalah proses pelapisan power cable dengan lapisan plat baja atau kawat baja (steel wire) dengan tujuan memberikan pelindung power cable terhadap beban kejut. Biasanya untuk kabel kabel yang tertanam dalam tanah, karena kabel kabel tersebut biasanya mengalami gangguan gangguan seperti terpacul, tertekan dan lain lain. 23

6 Alat yang digunakan pada proses ini adalah mesin streding dan tapping. Proses ini termasuk proses tambahan untuk kabel dengan spesifikasi tertentu, dimana proses armoring ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya. 3.8 proses Outer Sheathing Proses outer sheathing merupakan proses terakhir yang melapisi power cable dengan lapisan paling luar. Material yang digunakan yaitu PVC atau PE. Proses outer sheathing pada dasarnya sama dengan proses kerja iner sheathing hanya berbeda pada dimensi (ketebalan) dan tempatnya saja. System kerja yang digunakan sama dengan proses iner sheathing. 3.9 Pengertian extruder Extruder merupakan suatu proses perubahan material dari bentuk pelet (PVC) diextrusi (perubahan dari padat menjadi cair) menjadi bentuk cair. Proses perubahan ini melalui berbagai tahapan tahapan panas, tahapan tahapan panas tersebut antara lain sebagai berikut : Material tersebut setelah berada di hopper material tersebut jatuh menuju kedalam screw, tepatnya jatuh ke daerah feeding zone. Daerah feeding zone ini mempunyai daerah yang terdalam. Didalam daerah ini material tersebut mengalami pemanasan. Setelah mengalami pemanasan pada daerah feeding zone lalu material tersebut masuk kedalam compresion zone, didalam daerah ini selain material mengalami proses pemanasan juga material tersebut mengalami compresi sampai material tersebut meleleh, dan pada daerah ini juga berfungsi untuk mendorong balik udara yang ikut kembali kebagian umpan (feeding zone). Setelah mengalami proses compresi pada daerah compression zone kemudian material tersebut bergerak menuju daerah metering zone. Pada proses ini untuk material sendiri mempunyai daerah yang berlekuk saluran dangkal, fungsi dari saluran ini adalah memberikan tekanan balik sehingga 24

7 lelehan menjadi seragam, suhunya seragam, selain itu pengukuran penyalurannya tepat melewati die dengan laju alir tetap sehingga keluaran sangat seragam dan terkontrol. Proses pemanasan yang terakhir yang dialami oleh material ini adalah pada daerah disekitar neck dan die biasanya pada daerah ini pemanasan yang digunakan lebih besar dari pemanasan yang sebelumnya. Proses pemanasan yang digunakan pada mesin PEX 150 JA ini adalah sebagai berikut Material TEMPERATUR PROFILE EXTRUDER ZONE TEMPERATUR ( ºC ) Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z6 Z7 Z8 Z9 Z10 Z11 Z12 PVC YM2/ST Sheath Table temperatur panas pada mesin PEX 15 JA Sumber: PT.SUCACO Untuk mesin PEX 150 JA ini proses yang sering digunakan pada mesin ini adalah proses outer sheath, dan material yang digunakan untuk proses ini adalah PVC YM2 / ST2 sheath. Proses outer sheating itu sendiri adalah suatu proses pemberian lapisan (pelindung) dari gangguan elektrik atau mekanik 25

8 yang dilakukan secara extrusi sedemikian rupa, dan bahan atau material yang berfungsi untuk menutupi kabel yakni PVC. Pada dasarnya proses extrusi dapat dibedakan pada cara penekanan terhadap material kerja Direct Extrusion Pada dasarnya proses extrusi ini menekan material yang akan dibentuk sampai keluar melalui Die. Arah tumbukan searah dengan kedudukan Die, jadi arah keluaran material yang diextrusi dari penampang seperti garis lurus. Gambar 3.2 proses ekstrusi Sumber : PT.SUCACO 3.11 Indirect Extrusion Dimana pada extrusi jenis ini Die bergerak menekan material yang akan di bentuk. Jadi disini Die merupakan komponen yang menekan material yang ada di dalam penampang Hydrostatic Extrusion Disini proses penekanan material dilakukan dengan perantaraan fluida cair. Disamping itu juga extrusi ini dapat mengurangi gesekan antara penumbuk dengan dinding penumbuk Laterial Extrusion Extrusi dilakukan penumbuk terhadap material secara langsung, sehingga material yang akan dibentuk keluar melalui Die. Arah extrusi yang dilakukan adalah tegak lurus dalam arti posisi penumbuk dengan Die adalah tegak lurus. 26

9 Gambar 3.3 arah extrusi Sumber : PT.SUCACO Pada mesin extruder PEX proses extrusi dilakukan oleh Screw Double Flight. Dengan menggunakan temperatur tertentu dan kecepatan putar tertentu pula maka dapat dibuat material pelapis yang siap digunakan untuk melapisi kabel Jenis jenis Extrusi Jenis extrusi dapat dibedakan dari cara perlakuan terhadap material yang akan dibentuk. Die yang digunakan untuk proses extrusi pada setiap jenis extrusi juga berbeda. Cara penekanan yang terdapat pada setiap jenis extrusi tergantung dari perlakuan awal yang dilakukan terhadap material yang akan dibentuk Extrusi Panas Extrusi yang dilakukan dengan cara memberikan temperatur tertentu terhadap material yang akan diextrusi. Seperti untuk pengerjaan panas lainnya, extrusi dengan pemanasan sangat dibutuhkan panas yang tinggi. Pada extrusi ini resiko terjadinya deformasi sangat besar terhadap hasil akhir. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pendinginan untuk menurunkan temperatur secara cepat sebelum terjadi deformasi. Die yang digunakan adalah Die yang memiliki lubang untuk jalan keluar material akan ditekan. Mengenai bentuk lubang Die disesuaikan dengan jenis produk yang dibuat. 27

10 Gambar 3.4 proses extrusi panas Sumber : PT.SUCACO 3.16 Extrusi Dingin Etrusi dingin disini tidak menggunakan metode pemanasan seperti halnya extrusi panas, tetapi hanya menggunakan temperatur ruang untuk membentuk material menjadi bentuk yang diinginkan. Biasanya extrusi dengan ini digunakan untuk membuat peralatan atau komponen utama mobil, sepeda motor, dan juga untuk kebutuhan alat alat pertanian. Extrusi dingin sendiri mempunyai beberapa keuntungan seperti : Meningkatkan hasil mekanik extrusi dari pengerjaan kekerasan. Control toleransi yang baik, dengan demikian sedikit hal yang dilakukan untuk finishing. Meningkatkan hasil permukaan akhir. Angka produksi dan harga kompetitif dengan menggunakan metode extrusi dingin dibandingkan menggunakan metode lain. Tingkat stressing (tegangan) pada peralatan yang dihasilkan dengan menggunakan metode ini adalah sangat tinggi. 28

11 Gambar 3.5 alat extrusi dingin Sumber : PT.SUCACO 3.17 Impact Extrusion Impact extrusion sama dengan extrusi tidak langsung dan seringkali dimasukan dalam kategori extrusi dingin. Ketebalan pipa extrusi lebih kecil dibandingkan Die, terdapat sela antara pipa penumbuk dengan sisi Die. Hal ini dimaksudkan agar material atau plat yang akan diextrusi dengan mengisi ruang kosong pada sisi Die. Untuk membentuk suatu model yang diinginkan tergantung dari bentuk penumbuk dan Dienya. Gambar 3.6 impact extrusion Sumber: PT.SUCACO 29

12 3.18 Hydrostatic Extrusion Di dalam hydrostatic extrusion yang diperlukan untuk proses extrusi dihasilkan oleh fluida yang selalu tersedia selama pengerjaan, akibatnya tidak terjadi gesekan pada dinding penampang selama proses extrusi. Metode ini dapat mengurangi kerusakan pada produk yang dapat terjadi selama proses extrusi, sebab pertambahan tekanan hydrostatic untuk material yang liat dan material yang getas sangat cocok untuk kebehasilan produk yang dihasilkan. Bagaimana pun untuk alasan keberhasilan extrusi terlihat pada rendahnya gesekan yang terjadi, pemakaian sudut Die yang rendah dan rasio extrusi yang tinggi. Untuk kegiatan komersial material yang liat cocok digunakan untuk metode Hydrostatic Extrusion. Metode ini biasanya menggunakan temperatur ruang untuk proses pembentukan dan menggunakan minyak dari tumbuhan sebagai fluidanya, sebab hal ini sangat baik untuk pelumasan dan viskositasnya tidak berpengaruh pada penekanan yang dilakukan. 3.19Faktor faktor yang mempengaruhi extrusi Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada proses extrusi suatu material. Beberapa faktor tersebut antara lain : 1. Jenis extrusi Jenis extrusi haruslah disesuaikan dengan jenis material yang akan dibentuk. Karena sifat dari beberapa material berbeda beda, maka perlu dilakukan pemilihan jenis extrusi yang cocok untuk material tersebut. 2. Suhu Kerja Setiap jenis extrusi mempunyai suhu kerja sendiri sendiri tergantung dari jenis material yang akan diextrusi. Pada prinsipnya pemberian suhu kerja dimaksudkan untuk mempermudah dalam proses extrusi. 3. Reduksi Penampang Penampang yang dipakai untuk setiap jenis extrusi sangat tergantung pada kualitas bahan dan keadaan permukaannya. Untuk membentuk suatu model yang 30

13 diinginkan, perlu diperhatikan dalam hal pembuatan penampang dan clearance yang sesuai dengan penumbuk. 4. Gesekan Gesekan dapat terjadi pada semua komponen yang bersinggungan tidak terkecuali pada proses extrusi. Untuk menghindari hal tersebut biasanya dilakukan pemberian pelumasan pada sela antara Die dan penumbuk. Pelumasan ini bertujuan untuk mengurangi gesekan dan dapat mengurangi resiko keausan. Pelumasan disini banyak melakukan fungsi lainnya seperti : 1. Membatasi panas yang timbul dengan mengurangi geskan sekecil mungkin. 2. Mengambil panas dari bagian bagian mesin yang lainnya. 3. Disamping itu juga dapat mengurangi resiko terjadinya karat. Untuk itulah dibutuhkan sifat dari minyak pelumas yang baik untuk mesin. Beberapa sifat dan syarat dari pelumas yang baik adalah : 1. Derajat kekentalan harus sesuai dengan jenis operasi mesin. 2. Mempunyai daya lekat yang baik. 3. Tidak mudah bercampur dengan barang barang lainnya (kotoran). 4. Mempunyai flash point yang tinggi dan tidak mudah untuk menguap. 5. Mudah memindahkan panas dan mempunyai titik beku yang rendah. 5. Kecepatan Kecepatan yang terjadi pada proses extrusi sangat berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan, biasanya diperlukan pendinginan guna mencegah hal tersebut. Semakin cepat pendinginan dilakukan maka semakin kecil pula resiko terjadinya defotmasi. Biasanya pendinginan dilakukan dengan air pada bak pendingin yang sudah disediakan. 31

BAB II PROFIL PT. KARYA KABEL TALIARTA

BAB II PROFIL PT. KARYA KABEL TALIARTA BAB II PROFIL PT. KARYA KABEL TALIARTA 2.1 Latar Belakang Berdirinya PT. Karya Kabel Taliarta PT. Karya Kabel Taliarta mengawali produksi kabel mobil (Auto Wire) dan kabel NYZ..Twin Round di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hari ke hari semakin memicu terjadinya banyak perubahan yang merangsang

BAB 1 PENDAHULUAN. hari ke hari semakin memicu terjadinya banyak perubahan yang merangsang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan dinamis dari hari ke hari semakin memicu terjadinya banyak perubahan yang merangsang terjadinya

Lebih terperinci

Perencanaan Proses Produksi. : kegiatan yang menjadi bagian proses didepannya

Perencanaan Proses Produksi. : kegiatan yang menjadi bagian proses didepannya Layout EM 150 71 72 Perencanaan Proses Keterangan gambar : : ruang lingkup departemen PPC : kegiatan yang menjadi bagian proses didepannya 73 Arti Kode Pengenal untuk Kabel Listrik Kode Huruf N NA NFA

Lebih terperinci

INJ 24 x 3 Three Core Heatshrinkable Cable Joint

INJ 24 x 3 Three Core Heatshrinkable Cable Joint FASTINDO Connecting Power Instruksi Pemasangan INJ 24 x Three Core Heatshrinkable Cable Joint Karakteristik dan Aplikasi Produk : TEGANGAN LISTRIK UKURAN KONDUKTOR ISOLASI KABEL JENIS KONDUKTOR JUMLAH

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

INJ - 24 x 1 Single Core Heatshrinkable Cable Joint

INJ - 24 x 1 Single Core Heatshrinkable Cable Joint FASTINDO Connecting Power Instruksi Pemasangan INJ - 24 x 1 Single Core Heatshrinkable Cable Joint Karakteristik dan Aplikasi Produk : INSTALASI ISOLASI KABEL TEGANGAN LISTRIK JUMLAH INTI UKURAN KONDUKTOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, maka semakin ketat pula persaingan usaha yang terjadi terutama di industri

BAB 1 PENDAHULUAN. ini, maka semakin ketat pula persaingan usaha yang terjadi terutama di industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan sekarang ini, maka semakin ketat pula persaingan usaha yang terjadi terutama di industri manufaktur.

Lebih terperinci

PROSES MANUFACTURING

PROSES MANUFACTURING PROSES MANUFACTURING Proses Pengerjaan Logam mengalami deformasi plastik dan perubahan bentuk pengerjaan panas, gaya deformasi yang diperlukan adalah lebih rendah dan perubahan sifat mekanik tidak seberapa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai perusahaan kabel nasional terkemuka, PT Kabel XYZ Tbk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai perusahaan kabel nasional terkemuka, PT Kabel XYZ Tbk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai perusahaan kabel nasional terkemuka, PT Kabel XYZ Tbk memasok hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan dalam maupun luar negeri. Perusahaan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi kepuasan dan memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi kepuasan dan memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dewasa ini menuntut berkembangnya perindustrian pula. Perkembangan dunia industri dewasa ini menuntut banyak perusahaan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 PENGERTIAN Berdasarkan IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 disebutkan bahwa Circuit Breaker (CB) atau Pemutus Tenaga (PMT) merupakan peralatan saklar /

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Electrical discharge machining (EDM) yang merupakan metode

BAB I PENDAHULUAN. Electrical discharge machining (EDM) yang merupakan metode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Electrical discharge machining (EDM) yang merupakan metode permesinan non-tradisional dan mulai dikembangkan diakhir tahun 1940-an, telah banyak digunakan diseluruh

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

MODUL II VISKOSITAS. Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum.

MODUL II VISKOSITAS. Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. MODUL II VISKOSITAS Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang praktikum

Lebih terperinci

FASTINDO Connecting Power

FASTINDO Connecting Power FASTINDO Connecting Power Instruksi Pemasangan IND - 936 HEATSHRINK THREE CORE TERMINATION APLIKASI PRODUK TEGANGAN LISTRIK UKURAN KONDUKTOR JENIS ISOLASI KABEL MATERIAL KONDUKTOR APLIKASI Untuk 6 s/d

Lebih terperinci

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam

1 BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan utama dan komponen penting dalam kehidupan. Energi listrik dibangkitkan melalui pembangkit dan disalurkan ke konsumen-konsumen

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di 22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada)

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada) PROSES PENGERJAAN PANAS PROSES PENGERJAAN PANAS Adalah proses merubah bentuk logam tanpa terjadi pencairan (T proses : T cair > 0,5), volume benda kerja tetap dan tak adanya geram (besi halus sisa proses).

Lebih terperinci

FASTINDO Connecting Power

FASTINDO Connecting Power FASTINDO Connecting Power Instruksi Pemasangan IND - 932 ELASTIC SLIP-ON THREE CORE TERMINATION ELTI - 3C ND (Gambar Indoor 24 kv) ELTO - 3C ND (Gambar Indoor 24 kv) Karakteristik dan Aplikasi Produk :

Lebih terperinci

Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 20 Kv

Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 20 Kv Pengaruh Arus Bocor Terhadap Perubahan Temperatur Pada Kabel Bawah Tanah 2 Kv Erhaneli*,Musnadi** *Dosen Jurusan Teknik Elektro **Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

TEORI SAMBUNGAN SUSUT TEORI SAMBUNGAN SUSUT 5.1. Pengertian Sambungan Susut Sambungan susut merupakan sambungan dengan sistem suaian paksa (Interference fits, Shrink fits, Press fits) banyak digunakan di Industri dalam perancangan

Lebih terperinci

BAB III METOLOGI PENELITIAN

BAB III METOLOGI PENELITIAN BAB III METOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Metode yang digunakan adalah untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat. Skripsi ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Flowchart Pengambilan Data Winding Cu-Cu Winding Cu-Cu Bagian Elektrik Bagian Elektrik Kumparan Kumparan Inti Besi Inti Besi Bagian Mekanik Bagian Mekanik Selesai

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

FASTINDO Connecting Power

FASTINDO Connecting Power FASTINDO Connecting Power Instruksi Pemasangan IND - 931 ELASTIC SLIP-ON SINGLE CORE TERMINATION ELTI - 1C - ND (Gambar Indoor 24 kv) ELTO - 1C - ND (Gambar Outdoor 24 kv) Karakteristik dan Aplikasi Produk

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak

PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM. Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2. Abstrak PENGARUH VARIASI SUDUT DIES TERHADAP PENARIKAN KAWAT ALUMINIUM Oleh : Asfarizal 1 dan Adri Jamil 2 1 Dosen Teknik Mesin - Institut Teknologi Padang 2 Alumni Teknik Mesin Institut Teknologi Padang Abstrak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan listrik, salah satunya adalah isolasi. Isolasi adalah suatu alat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan listrik, salah satunya adalah isolasi. Isolasi adalah suatu alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sangat bergantung pada kebutuhan energi. Energi tersebut diperoleh dari berbagai sumber, kemudian didistribusikan dalam bentuk listrik. Listrik

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN:

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: PERANCANGAN KABEL TELEPON UDARA UK.100 x 2 x 0.6 mm di PT. SUCACO Tbk. DENGAN MENENTUKAN DIAMETER ISOLASI SESUAI STEL K - 001-2003. Versi 2.1 Yohanes Bayu Kristanto 1, Mudrik alaydrus 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting

TUGAS AKHIR. Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting TUGAS AKHIR Pengaruh Tekanan Udara Terhadap Laju Pengikisan Plat Baja ST 37 Pada Proses Sandblasting Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

11.1 Pemrosesan Material Plastik

11.1 Pemrosesan Material Plastik 11.1 Pemrosesan Material Plastik Banyak proses yang digunakan untuk mengubah granula, pelet plastik menjadi bentuk produk seperti lembaran, batang, bagian terekstrusi, pipa atau bagian cetakan yang terselesaikan.

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim KONDUKTOR Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim digunakan adalah aluminium dan tembaga. Aluminium

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

Jenis Bahan Konduktor

Jenis Bahan Konduktor Jenis Bahan Konduktor Bahan bahan yang dipakai untuk konduktor harus memenuhi persyaratan persyaratan sebagai berikut: 1. Konduktifitasnya cukup baik. 2. Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi.

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

Mengenal Proses Deep Drawing

Mengenal Proses Deep Drawing Definisi Drawing Mengenal Proses Deep Drawing Deep Drawing atau biasa disebut drawing adalah salah satu jenis proses pembentukan logam, dimana bentuk pada umumnya berupa silinder dan selalu mempunyai kedalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. machining adalah proses pemotongan bahan dengan memanfaatkan energi

BAB I PENDAHULUAN. machining adalah proses pemotongan bahan dengan memanfaatkan energi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Electrical discharge machining (EDM) atau disebut juga spark machining adalah proses pemotongan bahan dengan memanfaatkan energi panas yang dihasilkan oleh loncatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Extruder merupakan suatu proses perubahan material dari bentuk pelet (PE) diextrusi (perubahan dari bentuk padat menjadi cair) proses perubahan ini melalui berbagai

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC

BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L CC BAB III PENGUKURAN DAN GAMBAR KOMPONEN UTAMA PADA MESIN MITSUBISHI L 100 546 CC 3.1. Pengertian Bagian utama pada sebuah mesin yang sangat berpengaruh dalam jalannya mesin yang didalamnya terdapat suatu

Lebih terperinci

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN Oleh : MUH. NURHIDAYAT 5201412071 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG A. Las TIG ( Tungsten Inert Gas) 1. Pengertian

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK 30 BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil rancang bangun mesin akan ditampilkan dalam Bab IV ini. Pada penelitian ini Prodak yang di buat adalah Mesin Cetak Pellet Plastik Plastik, Hasil

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA

BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA BAB II ISOLATOR PENDUKUNG HANTARAN UDARA Isolator memegang peranan penting dalam penyaluran daya listrik dari gardu induk ke gardu distribusi. Isolator merupakan suatu peralatan listrik yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu material yang sangat penting bagi kebutuhan manusia adalah logam. Seiring dengan jaman yang semakin maju, kebutuhan akan logam menjadi semakin tinggi.

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

Peralatan Las Busur Nyala Listrik

Peralatan Las Busur Nyala Listrik Peralatan Las Busur Nyala Listrik Peralatan Las Busur Nyala Listrik 1. Mesin Las 2. Kabel Las 3. Pemegang Elektroda 4. Elektroda (Electrode) 5. Bahan Tambah (Fluks) Mesin Las Mesin las busur nyala listrik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 PENGUKURAN VISKOSITAS MINYAK NYAMPLUNG Nilai viskositas adalah nilai yang menunjukan kekentalan suatu fluida. semakin kental suatu fuida maka nilai viskositasnya semakin besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat untuk mendukung kegiatannya sehari-hari. Di kota-kota besar

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat untuk mendukung kegiatannya sehari-hari. Di kota-kota besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini, listrik sudah menjadi kebutuhan penting bagi setiap lapisan masyarakat untuk mendukung kegiatannya sehari-hari. Di kota-kota besar sudah jarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompresor adalah alat pemampat atau pengkompresi udara, dengan kata lain kompresor adalah penghasil udara bertekanan. Karena udara dimampatkan maka mempunyai tekanan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK Hendra Rudianto (5113131020) Pryo Utomo (5113131035) Sapridahani Harahap (5113131037) Taruna Iswara (5113131038) Teddy Firmansyah (5113131040) Oleh : Kelompok

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM

TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM TATA CARA PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI KUAT TEKAN DAN LENTUR TANAH SEMEN DI LABORATORIUM SNI 03-6798-2002 BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi prosedur pembuatan dan perawatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW 30 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 KESIMPULAN 5.1.1 Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW mesin las GMAW ini adalah mesin las yang menggunakan shielding gas. Shielding gas berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi pemesinan saat ini telah berkembang sangat pesat, bermula pada tahun 1940-an dimana pembuatan produk benda masih menggunakan mesin perkakas konvensional

Lebih terperinci

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan dibuatnya laporan ini, sebagai hasil praktikum yang sudah dilakukan dan berberapa pengalaman maupun temuan semasa praktikum, kita dapat mengevaluasinya secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Solar Menurut Syarifuddin (2012), solar sebagai bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang diproses di tempat pengilangan minyak dan dipisah-pisahkan hasilnya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki BAB II DASAR TEORI 2.1 Isolator Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki tegangan dan juga tidak bertegangan. Sehingga bagian yang tidak bertegangan ini harus dipisahkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Daftar Riwayat Hidup. Kartu Mata Kuliah. Surat Keterangan Survey Tugas Akhir

LAMPIRAN A. Daftar Riwayat Hidup. Kartu Mata Kuliah. Surat Keterangan Survey Tugas Akhir 111 LAMPIRAN A Daftar Riwayat Hidup Kartu Mata Kuliah Surat Keterangan Survey Tugas Akhir SURAT KETERANGAN SURVEY TUGAS AKHIR 114 115 LAMPIRAN B Faktor Batas Kendali Peta Variabel FAKTOR BATAS KENDALI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Konstruksi dari beton banyak memiliki keuntungan yakni beton termasuk tahan aus dan tahan terhadap kebakaran, beton sangat kokoh dan kuat terhadap beban gempa bumi, getaran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Modul Praktikum Penentuan Karakterisasi Rangkaian Pompa BAB II LANDASAN TEORI

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Modul Praktikum Penentuan Karakterisasi Rangkaian Pompa BAB II LANDASAN TEORI 3 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Pustaka II.1.1.Fluida Fluida dipergunakan untuk menyebut zat yang mudah berubah bentuk tergantung pada wadah yang ditempati. Termasuk di dalam definisi ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Logam Logam cor diklasifikasikan menurut kandungan karbon yang terkandung di dalamnya yaitu kelompok baja dan besi cor. Logam cor yang memiliki persentase karbon

Lebih terperinci

12/27/2013. Latihan Materi UAS FISIKA FTP FISIKA FLUIDA. Latihan Soal

12/27/2013. Latihan Materi UAS FISIKA FTP FISIKA FLUIDA. Latihan Soal Latihan Materi UAS FISIKA FTP FISIKA FLUIDA Latihan Soal 1 Kohesi dan Adhesi Manakah yang termasuk gaya tarik kohesi? Manakah yang termasuk gaya tarik adhesi C A B D Tegangan Permukaan Jika gaya tarik

Lebih terperinci

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 5: Kabel fleksibel (kabel senur)

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 5: Kabel fleksibel (kabel senur) Standar Nasional Indonesia Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 5: Kabel fleksibel (kabel senur) ICS 29.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI JENIS INSTALASI LISTRIK Menurut Arus listrik yang dialirkan 1. Instalasi Arus Searah (DC) 2. Instalasi Arus Bolak-Balik (AC) Menurut Pemakaian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 30 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Hasil rancang bangun mesin akan ditampilkan dalam Bab IV ini. Pada penelitian ini Prodak yang di buat adalah Mesin Ekstrusi Cetak Pellet

Lebih terperinci

Kategori Sifat Material

Kategori Sifat Material 1 TIN107 Material Teknik Kategori Sifat Material 2 Fisik Mekanik Teknologi Kimia 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sifat Fisik 3 Kemampuan suatu bahan/material ditinjau dari sifat-sifat fisikanya. Sifat yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. k = A T. = kecepatan aliran panas [W] A = luas daerah hantaran panas [m 2 ] ΔT/m = gradient temperatur disepanjang material

BAB 2 DASAR TEORI. k = A T. = kecepatan aliran panas [W] A = luas daerah hantaran panas [m 2 ] ΔT/m = gradient temperatur disepanjang material 3 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Dasar Dasar Mekanisme Perpindahan Energi Panas Pada dasarnya terdapat tiga macam proses perpindahan energi panas. Proses tersebut adalah perpindahan energi secara konduksi, konveksi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis, BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Perancangan Mesin Pemisah Biji Buah Sirsak Proses pembuatan mesin pemisah biji buah sirsak melalui beberapa tahapan perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah,

Lebih terperinci

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH Oleh : Sugeng Santoso, Feri Yulianto Abstrak Sistem pembumian

Lebih terperinci

Gambar 9. Macam Proses Ekstrusi: a. Ekstrusi langsung, b. Ekstrusi tidak langsung.

Gambar 9. Macam Proses Ekstrusi: a. Ekstrusi langsung, b. Ekstrusi tidak langsung. BAB 4. EKSTRUSI Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses pembentukan material melalui proses ekstrusi. Sub Kompetensi : Menguasai cara pembentukan plastik melalui ekstrusi langsung. DASAR

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Es krim adalah sejenis makanan semi padat. Di pasaran, es krim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Es krim adalah sejenis makanan semi padat. Di pasaran, es krim BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas dan pembuatan es krim Es krim adalah sejenis makanan semi padat. Di pasaran, es krim digolongkan atas kategori economy, good average dan deluxe. Perbedaan utama dari

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pompa Pompa adalah peralatan mekanis untuk meningkatkan energi tekanan pada cairan yang di pompa. Pompa mengubah energi mekanis dari mesin penggerak pompa menjadi energi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR

BAB III TEORI DASAR KONDENSOR BAB III TEORI DASAR KONDENSOR 3.1. Kondensor PT. Krakatau Daya Listrik merupakan salah satu anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel yang berfungsi sebagai penyuplai aliran listrik bagi PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data, untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat.

Lebih terperinci

MODUL 1 2 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA

MODUL 1 2 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA MODUL 1 2 DI KLAT PRODUKTI F MULOK I I BAHAN KERJA () TINGKAT : XII PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1-2 Bahan yang ada disekitar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA

LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA LAPORAN PRAKTIKUM LAS DAN TEMPA Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek Las dan Tempa Disusun Oleh: FAJAR RIZKI SAPUTRA K2513021 PTM A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND. yang diharapkan. Tahap terakhir ini termasuk dalam tahap pengetesan stand BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ENGINE STAND 4.1. Hasil Rancang Bangun Stand Engine Cutting Hasil dari stand engine sendiri adalah dimana semua akhir proses perancangan telah selesai dan penempatan komponennya

Lebih terperinci

BAB II BUSUR API LISTRIK

BAB II BUSUR API LISTRIK BAB II BUSUR API LISTRIK II.1 Definisi Busur Api Listrik Bahan isolasi atau dielekrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Bila bahan isolasi tersebut

Lebih terperinci