BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

ANIS SILVIA

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

Dr. Jauharoti Alfin, M. Si Zudan Rosyidi, MA

BBM 1: OBJEK KAJIAN FONETIK, ALAT UCAP, KLASIFIKASI BUNYI BAHASA, DAN PROSES TERBENTUKNYA BUNYI BAHASA

Harimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

اللغة هي اصوات يعب ر بها كل قوم عن اغراضهم

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

Bab 2. Landasan Teori. terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1), dalam

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna.

KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA

BAB II FONOLOGI, SINDROM DOWN, DAN PSIKOLINGUISTIK. bahasa. Lebih sempit lagi, fonologi murni membicarakan fungsi, perilaku, serta

Hakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

UST.HJ.MOHD SALEH BIN RAMLI PENSYARAH MAAHAD TAHFIZ NEGERI PAHANG BAHAGIAN 1

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI

B. Apakah pengembangan sumber daya manusia dapat Memperbaiki, meningkatkan pengetahuan secara teori atau praktek dan pelatihan, serta promosi...

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB 2. Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KANDUNGAN BAB TAJUK HALAMAN PENGAKUAN

PENDIDIKAN KARAKTER BAGI ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

AHMAD GAZALI NIM

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

mura>bah}ah BNI Syariah Kantor Cabang Surabaya... 60

FONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun

BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

ISI KANDUNGAN ABSTRAK PENGHARGAAN SENARAI RINGKASAN JADUAL TRANSLITERASI SENARAI JADUAL BAB : PENDAHULUAN. 1 Pendahuluan 1. 2 Latar Belakang Kajian 1

DAFTAR ISI. SAMPUL LUAR... i. SAMPUL DALAM... ii. ABSTRAK... iii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iv. PERNYATAAN KEASLIAN... v. KATA PENGANTAR...

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

FONETIK BAHASA MELAYU BEDUAI DESA BERENG BERKAWAT KECAMATAN BEDUAI KABUPATEN SANGGAU. Desain SOLIANDRI ANAWATI

Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN...iii. PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... v. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR TRANSLITERASI... x

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTTO... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GRAFIK... xiv

Peran Humas Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Kalimantan Selatan dalam Mempublikasikan Kegiatan Keagamaan Melalui Website

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERNYATAAN KEASLIAN... ii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii. PENGESAHAN... iv. ABSTRAK...v. PERSEMBAHAN...

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI SHALAT KEPADA SISWA SMAN DI KOTA BANJARMASIN

PERAN KEPALA SEKOLAH DAN GURU PAI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP PGRI 6 BANDAR LAMPUNG TESIS

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. akal budi untuk memahami hal-hal tersebut. Sebuah konsep yang kita tulis harus

BAB III : DESKRIPSI SISTEM KERJA DAN PENGUPAAN PENCARI DONATUR PADA YAYASAN PESANTREN AL-QUR AN NURUL FALAH SURABAYA

PENANAMAN NILAI-NILAI AQIDAH PADA ANAK USIA DINI DI RAUDHATUL ATHFAL BANJARMASIN TIMUR

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi,

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.

PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF SUFI HEALING DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW. Oleh

DAFTAR ISI. Pedoman Translitrasi... Abstraks...

Daftar Tabel... Pedoman Transliterasi Arab-Indonesia... Latar Belakang Masalah... Batasan Masalah Penelitian...

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Indonesia. Please purchase 'e-pdf Converter and Creator' on to remove this message.

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam

KONSEP PLURALISME AGAMA DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM STUDI ANALISIS PEMIKIRAN KH. ABDURRAHMAN WAHID SKRIPSI

IHSAN MUSTOFA NPM =

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Dimensi Komunikasi Interpersonal C. Komitmen Organisasi

DAFTAR ISI. i PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN JUDUL... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. BAB II PERILAKU KONSUMEN PADA PERUSAHAAN JASA A. Pemasaran Pengertian Pemasaran... 23

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM

Bab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti

BAB II LANDASAN TEORI

KONSEP PENGANGKATAN KEPALA NEGARA MENURUT PANDANGAN AL-MAWARDI DAN TAQIYUDDIN AN-NABHANI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TRANSLITERASI...

PERANAN DOA DALAM MEMBENTUK SIKAP OPTIMISME PADA PENDERITA STROKE DI KELURAHAN PEKAPURAN RAYA BANJARMASIN TIMUR

PENDIDIKAN KECERDASAN SPIRITUAL DALAM AL-QUR AN SURAT AL-MUZZAMMIL AYAT 1-8 (Kajian Tafsir Tahlili)

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERNYATAAN KEASLIAN... ii. PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii. PENGESAHAN... iv. MOTTO... v. PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. Halaman BAB II STUDI TOKOH. A. Pengertian Studi Tokoh B. Profil Tokoh... 30

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Mastery Learning

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO.. PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik

Mas{lah{ah Pengertian Tas{arrauf al-ima>m Ala> Ra iyyatihi Manu>tun Bi al-

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii. PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii. PANDUAN TRANSLITERASI... iv. ABSTRAK...

IMPLEMENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD IT BAITUL JANNAH BANDAR LAMPUNG

PEMBELAJARAN ALQURAN DI SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN AMUNTAI (Studi Kritis Terhadap Proses dan Hasil Pembelajaran) Oleh HAJI HAMLI NIM

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

DAKWAH ISLAM MELALUI PERGURUAN SENI BELA DIRI AL-WAAHID IAIN ANTASARI BANJARMASIN

Parlindungan Simbolon

MODEL PEMBELAJARAN AFEKTIF PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENANAMAN KARAKTER DI MI PESANTREN ANAK SHOLEH (PAS) BAITUL QUR AN GONTOR MLARAK PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi sehingga akan menentukan eksistensi seseorang dalam

DAFTAR ISI HALAMAN DAFTAR GAMBAR... PEDOMAN TRANSLITERASI... ABSTRAK INDONESIA... ABSTRAK ARAB...

KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK...

FONOLOGI BUNYI KONSONAN (Soalan Sebenar STPM: )

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN GURU SD IT BAITUL JANNAH BANDAR LAMPUNG

TAFSIR SURAT AL-ZALZALAH (Studi Perbandingan Antara Tafsir Thanthowi dengan Tafsir Thabathaba i)

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas

TESIS. Oleh : Dewi Amalia, S.Pd NIM :

PENGARUH MODALITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PAI SISWA KELAS IV-V SD SIDOREJO 03 BRANGSONG KENDAL SKRIPSI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TRANSLITRASI..

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2007 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Di dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris, terdapat tiga padanan kata yang mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise (suara), voice dan sound (Mu in 2004:47). Di dalam istilah ilmu bahasa pemakaiannya berbeda-beda. Dari kata lafz dipakai derivasi talafuz yang berarti pronunciation yakni pengucapan. Noise berarti I aqah yaitu gangguan bunyi (bunyi gaduh). Dari kata jahr dipakai derivasi majhur sama dengan voice sound, yaitu bunyi bahasa yang disertai dengan bergetarnya pita suara atau disebut juga bersuara. Menurut Kridalaksana (1984 : 31) bunyi secara umum berarti kesan pada pusat saraf sebagai akibat getaran gendangan telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Sederhananya bunyi adalah suatu yang terdengar (didengar) atau ditangkap oleh telinga (KBBI 1988 : 138). Adapun bunyi bahasa (saut lugawi / speed sound) mempunyai pengertian terbatas, menurut Harimurti bunyi bahasa yaitu satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan diamati dalam fonetik sebagai fon atau dalam fonologi sebagai fonem.

2.2 Landasan Teori Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada, baik di lapangan maupun kepustakaan. Selain itu, landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. 2.2.1 Fonologi Secara garis besar, Fonologi adalah suatu sub-disiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang bunyi bahasa. Lebih sempit lagi, fonologi murni membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguistik. 2.2.2 Bunyi Bahasa Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi bahasa dapat pula diartikan sebagai bunyi yang diartikulasikan yang menghasilkan gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga manusia. Dalam pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor utama yang terlibat, yakni sumber tenaga, alat ucap yang menimbulkan getaran, dan rongga pengubah getaran. Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan pernapasan sebagai sumber tenaganya. Pada saat kita mengeluarkan nafas, paruparu kita menghembuskan tenaga yang berupa arus udara. Arus udara itu dapat mengalami perubahan pada pita suara yang terletak pada pangkal tenggorokan atau laring. Arus udara dari paru-paru itu dapat membuka kedua pita suara yang merapat sehingga menghasilkan ciri-ciri bunyi tertentu.

Bunyi bahasa yang arus udaranya keluar melalui mulut disebut bunyi oral; bunyi bahasa yang arus udaranya keluar dari hidung disebut bunyi sengau atau bunyi nasal. Bunyi bahasa yang arus udaranya sebagian keluar melalui mulut dan sebagain keluar dari hidung disebut bunyi yang disengaukan atau dinasalisasi. Apabila pita suara direnggangkan sehingga udara tidak tersekat oleh pita suara, maka bunyi bahasa yang dihasilkan akan terasa ringan. Macam bunyi bahasa yang pertama itu umumnya dinamakan bunyi bersuara, sedangkan yang kedua disebut bunyi takbersuara. 2.2.3 Fonetik Artikulatoris Seperti sudah disebutkan di muka, fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa meperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Kemudian, menurut urutan proses terjadinya bunyi bahasa itu, dibedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. (http://susilo/fonologi Bahasa Indonesia 2009) Fonetik artikulatoris, disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis, mempelajari bagaimana mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi-bunyi itu diklasifikasikan. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisi atau fenomena alam. Bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, intensitasnya, dan timbrenya, sedangkan fonetik auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh telinga kita. Dari ketiga jenis fonetik ini, yang paling berurusan dengan dunia linguistik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana

bunyi-bunyi bahasa itu dihasilkan atau diucapkan manusia. (http://susilo/fonologi Bahasa Indonesia 2009) Pike (dalam Verhaar 1990 : 13) mengatakan bahwa fonetik artikulatoris (organis) menyelidiki bagaimana bunyi-bunyi bahasa dihasilkan dengan alat-alat tertentu. Hal pertama yang perlu diuraikan dalam fonetik artikulatoris ialah alatalat bicara. Di bawah ini disebutkan satu per satu alat ucap manusia yang berguna dalam membentuk bunyi bahasa.

1. paru-paru (lungs) 2. tenggorokan (trachea) 3. pangkal tenggorokan (larynx) 4. pita suara (vocal cords) 5. krikoid (cricoid) 6. tiroid (tyroid) atau gondok laki 7. aritenoid (arythenoid) 8. rongga anak tekak (pharynx) 9. epiglotis (epiglottis) 10. akar lidah (root of tangue) 11. punggung lidah (dorsum) 12. tengah lidah (medium) 14. ujung lidah (apex) 15. anak tekak (uvula) 16. langit-langit lunak (velum) 17. langit-langit keras (palatum) 18. gusi (alveolum) 19. gigi atas (denta) 20. gigi bawah (denta) 21. bibir atas (labia) 22. bibir bawah (labia) 23. mulut (mouth) 24. rongga mulut (mouth cavity) 25. rongga hidung (nasal cavit 13. daun lidah (lamina) Bunyi-bunyi yang terjadi pada alat-alat ucap itu biasanya diberi nama sesuai dengan nama alat ucap itu. Namun, tidak biasa disebut bunyi gigi atau bunyi bibir, melainkan bunyi dental dan bunyi labial, yakni istilah berupa bentuk ajektif dari bahasa latinnya. 2.2.4 Produksi Bunyi Ujaran Dalam proses pembentukan bunyi bahasa ada tiga faktor yang terlibat, yaitu : 1. Sumber tenaga (udara yang dihembuskan oleh paru-paru) 2. Alat ucap yang dilewati udara dari paru-paru (batang tenggorok, kerongkongan, rongga mulut dan rongga hidung) 3. Artikulator (penghambat)

Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulai dengan proses pemompaan udara keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorok ke pangkal tenggorok, yang di dalamnya terdapat pita suara. Supaya udara bisa terus keluar, pita suara itu harus berada dalam posisi terbuka. Setelah melalui pita suara, yang merupakan jalan satu-satunya untuk bisa keluar, apakah melalui rongga mulut atau rongga hidung. Kalau udara yang dari paru-paru itu keluar tanpa mendapat hambatan apa-apa, maka kita tidak akan mendengar bunyi apa-apa, selain bunyi nafas. Hambatan terhadap udara atau arus udara yang keluar dari paru-paru itu dapat terjadi mulai tempat yang paling di dalam, yaitu pita suara, sampai pada tempat yang paling luar, yaitu bibir atas dan bawah. Dalam proses artikulasi, biasanya, telibat dua macam artikulator, yaitu artikulator aktif dan artikulator pasif. Yang dimaksud dengan artikulator aktif adalah alat ucap yang bergerak atau digerakkan, misalnya, bibir bawah, ujung lidah, dan daun lidah, sedangkan yang dimaksud dengan artikulator pasif adalah alat ucap yang tidak dapat bergerak atau yang didekati oleh artikulator aktif, misalnya, bibir atas, gigi atas, dan langit-langit keras. Agar lebih jelas proses terbentuknya bunyi bahasa, dapat dilihat dalam gambar berikut ini.

2.2.5 Klasifikasi Bunyi Ujaran (Konsonan) Sebagaimana telah dijelaskan bahwa terjadinya bunyi bahasa itu disebabkan oleh adanya hembusan udara dari paru-paru ke luar. Adapun macam bunyi bahasa dan sifatnya, pada dasarnya ditentukan oleh ada tidaknya hambatan di dalam jalannya arus udara, cara dan tempat terjadinya hambatan, dan melalui rongga mana udara itu mengalir ke luar. Faktor-faktor ini menjadi dasar pengklasifikasian bunyi-bunyi bahasa.

Ada tidaknya hambatan di dalam jalannya arus udara dari paru-paru keluar merupakan dasar klasifikasi yang pertama. Atas dasar ini, bunyi bahasa dibagi menjadi tiga macam: vokal, konsonan, dan semi-vokal. Vokal adalah bunyi bahasa yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat hambatan/rintangan. Konsonan adalah bunyi bahasa yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat hambatan/rintangan, sedangkan semi vokal ialah bunyi bahasa yang secara praktis termasuk konsonan, tetapi hanya karena waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyi-bunyi itu disebut semi-vokal, dan oleh karena itu di dalam pembahasannya masih tetap masuk dalam kelompok bahasan konsonan. Konsonan dapat dikategorikan berdasarkan tiga faktor: (1) keadaan pita suara, (2) daerah artikulasi, dan (3) cara artikulasi. Bila ditinjau dari faktor keadaan pita suara sebagai alat artikulasi, maka konsonan dapat diklasifikasikan kepada konsonan bersuara dan konsonan tidak bersuara. (Cahyono & agus 1995:84-88) dan (Mu in 2004: 67-71) a. Konsonan bersuara Dalam bahasa Arab, konsonan bersuara disebut dengan, yaitu apabila pita suara turut bergetar pada saat pelafalan. Dalam bahasa Indonesia, bunyi-bunyi yang termasuk konsonan bersuara adalah: [b], [d], [j], [g], [q], [z], [m], [n], [ň], [r], [l], [w], dan [y]. Sementara dalam bahasa Arab, / [ظ] [j], / [ج] [dh], / [ض] [z], / [ز] [dz], / [ذ] [d], / [د],[ b ] / [ب] yaitu bunyi-bunyi [zh], [ر] / [r], [?], / [ع] [غ] / [gh], [ل] / [l], [م] / [m], [ن] / [n], [و] / [w], [ي] / [y].

b. Konsonan tidak bersuara Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah yaitu apabila pita suara tidak turut bergetar ketika bunyi-bunyi itu diartikulasikan. Dalam bahasa Indonesia, huruf-huruf konsonan yang tidak bersuara dimaksud adalah [p], [t], [c], [k], [f], [s], [sy], [x], dan [h]. Sementara dalam bahasa Arab konsonan yang / [ك] [q], / [ق] [t], / [ت] [th], / [ط] adalah: termasuk tidak bersuara ( ) [k], [ص] / [sh], [س] / [s], [ف] / [f], [ث] / [ts], [ش] / [sy], [خ] / [kh], dan [ح] / [h]. Bila ditinjau dari faktor daerah artikulasinya, konsonan dapat bersifat sebagai berikut: (Cahyono & Agus 1995:84-86) dan (Mu in 2004: 67-71) 1. Bunyi bilabial ( / huruf bibir), yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara mempertemukan antara bibir atas dengan bibir bawah. Kedua bibir tersebut terkatup rapat sehingga udara dari paru-paru tertahan untuk sementara waktu sebelum katupan itu dilepaskan. Huruf-huruf yang dihasilkan adalah: [b], [p], [m], dan [w]. Dalam bahasa Arab adalah hurufhuruf: [ب] / [b], [م] / [m], dan [و] / [w]. Huruf-huruf:,[ب] [b], dan [p] dihasilkan melalui penghambatan udara secara sempurna, kemudian melepaskannya secara tiba-tiba, sehingga ia keluar dengan letupan, hanya saja huruf [p] tidak bersuara. Sementara bunyi [م] dan [m] termasuk nasal dan bersuara, yaitu bibir atas dan bawah terkatup rapat, dan udara keluar melalui rongga hidung. 2. Bunyi labiodental ( ), yaitu bunyi yang dihasilkan antara gigi atas dan bibir bawah. Bibir bawah ditekankan pada gigi atas sehingga terjadi penyempitan udara. Jadi, hambatan udara tidak sempurna. Karena itu, udara keluar secara bergeser melalui sela-sela bibir dengan gigi dan

melalui lubang-lubang di antara gigi. Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi [v] dan [f]. Dalam bahasa Arab adalah huruf [و] / [w]. Kosonan [v] diucapkan dengan bersuara, sedangkan [و] dan [f] tidak bersuara. 3. Bunyi dental/alveolar ( ), yaitu bunyi yang dihasilkan melalui sentuhan ujung lidah kepada pangkal gigi atas di depan gusi. Proses artikulasi ini melahirkan beberapa konsonan, dalam bahasa Indonesia yaitu bunyi [t], [d], [l], [n], [s], [r], dan [z]. Dalam bahasa Arab dikenal dengan huruf-huruf: [ت] / [t], [ث] / [ts], [د] / [d], [ذ] / [dz], [ر] / [r], / [ن] [l], dan / [ل] [z], / [ظ] [th], / [ط] [dh], / [ض] [sh], / [ص] [s], / [س] [z], / [ز] [n]. Bunyi [t], [d],,[د] dan [ض] termasuk konsonan letup. Sementara [l], [n],,[ت] dan [ط] tidak. Proses artikulasi [l] dan [ل] bagian tengah rongga mulut terhalang, dan udara keluar melalui kedua sisi lidah yang bersentuhan dengan bagain depan gusi. Sementara proses artikulasi [n] dan anak tekak dan langit-langit lunak turun menutup udara ke rongga [ن] mulut, sehingga udara keluar melalui rongga hidung. 4. Bunyi velar ( يقلح ), adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara menempelkan belakang lidah (artikulator aktif) pada langit-langit lunak (artikulator pasif). Dalam bahasa Indonesia, konsonan yang dihasilkan adalah: [k], [g], [x], dan [kh]. Dalam bahasa Arab adalah bunyi: [ك] / [k], [kh]. / [خ] [q], dan / [ق] [gh], / [غ] 5. Bunyi palatal ( يكنح ), adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara menekan daun lidah pada langit-langit keras. Dalam bahasa Indonesia lahirlah bunyi/huruf: [c], [j], [y], [sy] dan [ny]. Dalam bahasa Arab lahirnya huruf-huruf: [ج] / [j], [ش] / [sy], dan [ي] / [y].

6. Bunyi glotal ( يرامزم ), adalah bunyi yang dihasilkan dengan cara merapatkan dua pita suara sehingga udara dari paru-paru yang melewati antara akar lidah dan dinding belakang rongga kerongkongan terhambat. Proses artikulasi ini melahirkan huruf [h] dan [?] dalam bahasa Indonesia dan huruf [ح] / [h], [ه] / [h], [ع] / [?], dan [ء] / [?] dalam bahasa Arab. Jika dilihat dari sisi cara artikulasi, maka konsonan dapat dibedakan menjadi: (Cahyono 1995:86-88) dan (Mu in 2004: 63-65) 1. Hambat (Letupan), ( ) Menurut Marsono (dalam Abdul Muin), konsonan letup adalah: Konsonan yang terjadi dengan cara menghambat secara penuh arus udara, kemudian dilepaskan secara tiba-tiba. Dalam bahasa Indonesia, bunyi-bunyi yang termasuk konsonan letup adalah: [b], [d], [g], [p], [t], [k], [c], [j], dan [?]. Dalam bahasa Arab yaitu: [k]. / [ك] [t], dan / [ت] [q], / [ق] [th], / [ط] [d], / [د] [dh], / [ض] [b], / [ب] 2. Geseran atau frikatif ( ) Yaitu konsonan yang dihasilkan melalui penyempitan jalannya arus udara yang dihembuskan dari paru-paru, sehingga jalannya udara terhalang, dan keluar dengan bergeser. Jadi, perbedaannya dengan konsonan letup yaitu, konsonan letup penyempitan arus udara dilakukan secara sempurna, sementara pada konsonan geseran penyempitan udara tidak secara sempurna tetap merenggang. Dalam bahasa Indonesia, bunyi-bunyi yang dihasilkan melalui konsonan geseran adalah: [f], [v], [s], [z], [sy], [h], [kh], dan [x]. Sementara dalam

/ [ه] [h], / [ح] [sy], / ] ش] [s], / [س] [ts], / [ث] [f], / [ف] yaitu: bahasa Arab [h], [خ] / [kh], [ز] / [z], [ذ] / [dz], [ظ] / [zh], [ع] / [?], dan [غ] / [gh]. ) يفنأ ( nasal 3. Sengauan atau Menurut Chaer, posisi artikulator di sini menghambat sepenuhnya aliran udara melalui mulut, tetapi membiarkannya keluar melalui ronga hidung dengan bebas. Dalam bahasa Indonesia bunyi yang muncul adalah [m], [n]. Sementara dalam bahasa Arab adalah bunyi [م] / [m] dan [ن] / [n], serta beberapa tanwin: [- --] / [an], [- --] / [in] dan [- --] / [un]. ) زازتها ( Getaran 4. Bunyi getaran terjadi seiring dengan artikulator aktif melakukan kontak beruntun dengan artikulator pasif, sehingga getaran bunyi itu terjadi berulang-ulang. Seperti konsonan [r] dalam bahasa Indonesia, atau konsonan [ر] / [r] dalam bahasa Arab. ) يبناج ( lateral 5. Sampingan atau Bunyi lateral dihasilkan oleh artikulator aktif menghambat aliran udara pada bagian tengah mulut, lalu membiarkan udara keluar melalui samping lidah. Seperti konsonan [l] dalam bahasa Indonesia, atau konsonan [ل] / [l] dalam bahasa Arab. ) هبش فرح ةلع ( vokal 6. Semi Bunyi ini dihasilkan oleh artikulator aktif dan pasif membentuk ruang yang mendekati posisi terbuka seperti dalam pembentukan vokal, tetapi tidak cukup sempit untuk menghasilkan konsonan geseran. Oleh karena itu, bunyi yang dihasilkan sering disebut dengan semi-vokal. Yaitu bunyi [y] dan [w]. Dalam bahasa Arab adalah bunyi [ي] / [y].

Peta Konsonan Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab. Cara Artikulasi Daerah Artikulasi Bilabial Labio- Dental Dental/ Alveolar Palatal Velar Glotal Faringal Hambat Tidak Bersuara p t ط ت c k ك - ق? Bersuara b ب d ض د j ج g q Frikatif Tidak Bersuara f ف s ث س - sy ش x خ h ح ه ص Bersuara z ع ء غ ظ ذ ز Nasal Bersuara m م n ن ň ŋ Getar Bersuara r ر Lateral Semi Vokal Bersuara l ل Bersuara w و y ي (Cahyono 1995:88) dan (Mu in 2004:74) Dari tabel di atas dapat diketahui peta persamaan, perbedaan dan kemiripan antara konsonan bahasa Arab dan bahasa Indonesia. 2.3 Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki atau mempelajari (KBBI 2003 : 1198). Pustaka adalah kitab, buku, buku primbon (KBBI 2003 : 912). Bunyi bahasa (speech sound) menurut Kridalaksana (2001:33) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan diamati dalam fonetik sebagai fon

atau dalam fonologi sebagai fonem. Bunyi-bunyi bahasa ini dipelajari dalam satuan bidang ilmu, yaitu fonologi. Kridalaksana (2001: 57) menyebutkan bahwa fonologi merupakan bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Setiap bahasa mempunyai bunyi-bunyi bahasa yang sangat spesifik. Dikatakan spesifik karena bunyi bahasa yang ada dalam suatu bahasa belum tentu dikenal dalam bahasa lain. Oleh karena itu, ada kecenderungan bahwa bunyi bahasa yang tidak dikenal dalam suatu bahasa oleh bahasa tertentu akan disesuaikan dengan bunyi bahasa yang dekat dengan bahasanya (Jawat 1999: 45). Menurut Mu in (2004), untuk memudahkan penguraian dan penganalisaan yang tepat, maka dipakai prinsip pembedaan dari segi tempat artikulasi makhraj sebagai pertama, kemudian dilanjutkan pada cara pengucapan dan berbagai rinciannya. Makhraj merupakan pembeda yang prinsip, karena apabila dua konsonan dalam keseluruhan sifatnya memiliki persamaan sedangkan makhrajnya berbeda atau berjauhan, maka tidak berarti dua konsonan itu sangat bermiripan, misalnya [z] dengan [ع] / [?]. Tetapi sebaliknya, apabila dua konsonan itu memiliki makhraj yang sama atau berdekatan sekali, maka kemiripan itu dapat / [س] [sho], dan [za] atau / [ص] [s], [da], / [د] [to] dan / [ط] [t], terjadi, misalnya [sa], [ث] / [tsa], dan [z], [ذ] / [dza]. Gustianingsih (2009) dalam disertasi yang berjudul Produksi dan Komprehensi Bunyi Ujaran Bahasa Indonesia pada Anak Autistic Spectrum Disorder : Kajian Neuropsikolinguistik mengatakan bahwa ternyata anak autis itu bunyi ujarannya tidak sama dengan bunyi ujaran anak normal, dalam pengucapannya sering terjadi pelesapan bunyi, pertukaran bunyi, pernambahan

bunyi dan metatesis. Ketidaknormalan itu disebabkan karena ada gangguan pada saraf-saraf bahasa anak tersebut. Yeni. (2009) dalam skripsi yang berjudul Interpretasi Lafal Fonem Bahasa Indonesia Penderita Bibir Sumbing mengatakan bahwa bunyi vokal pada PBSB mengalami gangguan, tetapi gangguan itu tidak sampai mengganggu fungsi fonem vokal tersebut. Gangguan yang dimaksud hanya berupa penambahan bunyi sengau pada setiap vokal yang ada karena terdapat celah pada rongga hidung hingga langit-langit, yaitu a, i, u, e, é, o menjadi [ã, õ, ĩ, ũ, e]. Semi vokal /w/ dan /y/ pada PBSB tidak hanya mengalami gangguan karena kerusakan alat ucap PBSB tidak mempengaruhi bunyi tersebut. Kendala artikulatoris adalah kendala berupa kerusakan artikulator pada PBSB sehingga tidak dapat menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dengan baik. Kerusakan artikulator yang diderita oleh PBSB adalah bibir atas (upper lip), rongga hidung (nasal cavity), langit-langit (palate), dan gigi (teeth). Lusna. 2004 dalam skripsi yang berjudul Sistem Vokal Bahasa Melayu Langkat Dialek Tanjung Pura (Sebuah Studi Generatif). mengatakan, penerapan teori Fonologi Generatif (FG) dalam sistem vokal Bahasa Melayu Langkat Dialek Tanjung Pura (BMLDTP) tingkat presisinya lebih memadai untuk mengungkapkan berbagai fenomena fonoligis dari pada hasil penelitian sistem vokal BMLDTP yang pernah diteliti oleh peneliti lain dengan menerapkan teori struktural. Dalam penganalisisannya pada bab II, BMLDTP memiliki 21 segmen vokal, yaitu [i, I, ĩ, Ĩ, e:, u, U, ũ, Ũ, o:, ũ, ǝ, ǝ, ε, ε, ε:, ǝ, ǝ, ǝ:, ɔ, ɔ, ɔ:]. Berdasarkan posisi lidah dan bentuk bibir, ciri vokal [i, ĩ], tinggi (tegang), depan, tidak bundar, segmen [I, Ĩ] tinggi (kendur), depa, tidak bundar, segmen [U, Ũ], tinggi (kendur),

belakang, bundar, dan segmen [o:], sedang, belakang, bundar. Selanjutnya, segmen [ε, ε, ε:] bercirikan rendah, depan, tidak bundar, segmen [a, a, a:] rendah, tengah, tidak bundar, dan segmen [ɔ, ɔ, ɔ:] rendah, belakang, bundar. Simanjorang. 2004 dalam skripsi yang berjudul Refleksi Fonem dan Leksikon Bahasa Proto Austronesia dalam Bahasa Karo mengatakan PAN sebagai bahasa asal atau bahasa induk ternyata memiliki banyak perubahan dalam BK sebagai bahasa tuturannya. Dalam penelitian ini, perubahan tersebut hanya berkisar pada bidang fonoligi dan leksikonya. Fonem-fonem dalam BK ada yang merupakan inovasi dan ada juga yang merupakan pewarisan langsung antara lain adalah /a, u, ǝ/ dan yang mengalami inovasi adalah, *a dan *i. Konsonan yang mengalami pewarisan linear adalah, /b, d, g, k, l, m, p, r, s, t, w, ƞ/,?, yang smengalami inovasi antara lain adalah /h, j, n, z,?/. fonem diftong semuanyadiwariskan secara linear.