BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya dunia usaha. Perkembangan dunia usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Begitu juga di negara Indonesia. Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu aspek yang memberikan kontribusi yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sehingga terciptalah kesejahteraan nasional. Dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan semakin ketat dan menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran pajak dengan cara melakukan manajemen pajak. Suandy, 2011). Tujuan manajemen pajak dapat dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan.francis et al. Secara garis besar cost of debt dapat dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berkembang. Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan biaya.

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan internal, yaitu dari laba perusahaan saja, tidak akan cukup untuk

BAB I PENDAHULUAN. faktor, di Indonesia sendiri banyak yang mengemukakan bahwa faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapai apabila didukung melalui pembiayaan dari dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari perusahaan melakukan usahanya

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, efisiensi biaya, maupun kinerja yang makin tinggi. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. dari penurunan sektor industri di Bursa Efek Indonesia yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menarik minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan laju tatanan perekonomian dunia yang telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan hubungan antara struktur modal dan nilai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama

BAB I PENDAHULUAN. Negara dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berusaha meningkatkan nilai dari perusahaan. Peningkatkan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. sebuah perusahaan pasti dibutuhkan dana yang dimana dana tersebut dimiliki oleh para

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tidak lain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman era globalisasi ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan baru yang terjadi pada era globalisasi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan bisnis di Indonesia dewasa ini mengalami

Indeks PMI Manufaktur Capai Posisi Terbaik Dibawah Kepemimpinan Presiden Jokowi

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Usaha yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan digunakan sebagai alat pertanggungjawaban bagi pengurus

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang utama. Lebih kurang 70% APBN bersumber dari pajak. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. sejenis dengan merk yang berbeda beda dan kualitas dari barang tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lembaga keuangan berskala besar pada September Dampak krisis pun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Modal merupakan unsur penting dalam suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan dalam dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. Efek Indonesia maupun yang belum terdaftar, yang sudah go public. maupun yang belum go public sangat membutuhkan pasar keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. baik di sektor manufaktur ataupun jasa semakin tinggi. Hal ini akan mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai Rp1.822,5 T dan pendapatan yang berasal dari penerimaan pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. persaingan dunia usaha dan industri menjadi semakin ketat. Perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. Keberlangsungan sebuah perusahaan ditentukan oleh berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB I PENDAHULUAN. objek pajak melalui peningkatan jumlah PMA. Namun, dalam meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN nilai tukar rupiah jatuh sekitar 15 persen (Hussein: 2014). Nilai tukar rupiah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pengelolaan usaha lebih ditekankan untuk dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Telekomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam 3 kategori yaitu : perusahaan besar (large firm), perusahaan (Edy Suwito dan Arleen Herawaty, 2005: 138).

BAB I PENDAHULUAN. biaya, dimana dengan efisiensi maka produk berkualitas dapat ditekan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kesempatan berkembangnya perusahaan sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen untuk menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan pendanaan merupakan sebuah keputusan yang penting untuk. kelangsungan perusahaan. Perusahaan memerlukan pendanaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam menghadapi era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam keuangan perusahaan. Struktur modal sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

BAB 1 PENDAHULUAN. mengambil peluang ini karena industri sektor properti yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di antara berbagai macam sektor perusahaan yang listing di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam menjalankan serta mengembangkan kegiatan investasinya serta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. dari pemegang saham dan hutang. Menurut sifatnya ada dua macam tipe

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis di dunia telah mengalami kemajuan yang pesat, khususnya di Indonesia yang saat ini telah memasuki era globalisasi. Hal ini ditandai dengan semakin berkembangnya dunia usaha. Perkembangan dunia usaha ini menyebabkan tajamnya persaingan, oleh sebab itu perusahaan harus mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus berkembang sesuai dengan visi, misi dan tujuannya. Perkembangan bisnis menyebabkan perusahaan akan melakukan berbagai strategi dan usaha untuk memenangkan persaingan diantara perusahaan agar berjalan sesuai dengan tujuannya. Untuk melakukan usaha tersebut, perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar baik berupa dana yang berasal dari modal sendiri yaitu dari modal saham maupun dari pihak eksternal yaitu utang. Dalam memperoleh dana tersebut, tentunya akan ada biaya yang digunakan untuk bunga yang disebut dengan biaya modal dan biaya hutang. Kreditur selaku pihak eksternal, sebelum meminjamkan dana harus memperhatikan atau mempertimbangkan resiko-resiko yang akan dihadapi. Maka dari itu, selaku kreditur harus mengetahui tinggi rendahnya resiko dari kondisi pasar perusahaan tersebut. Berikut adalah hasil penelitian dari Survey Jetro mengenai beberapa negara yang memiliki resiko tinggi :

2 Tabel 1.1 Resiko Pada Beberapa Negara Inadoquate Undeveloped High or Tax risks Labor Infrastructur legal system rising and difficulties and problems in application of laws labor costs problems China 11.6% 45.1% 49.5% 23.2% 34.1% Thailand 10.5% 6.5% 30.1% 5.6% 12.7% Malaysia 10.0% 6.8% 15.9% 4.9% 9.3% Indonesia 36.4% 27.2% 21.0% 13.7% 22.1% India 56.8% 29.6% 7.9% 15,0% 23.7% Myanmar 60.4% 39.3% 3.3% 9.3% 9.6% Sumber : Survey Jetro 2013 Berdasarkan hasil penelitian, suatu negara dikategorikan memiliki resiko tinggi apabila memiliki persentase melebihi 20%. Dilihat dari infrastruktur Indonesia beresiko tinggi sebesar 36.4%, legal sytem di Indonesia yang masih sangat lemah yaitu 27.2%, masalah biaya tenaga kerja yang jauh lebih besar dibandingkan dengan India dan Myanmar sebesar 21.0%, 13.7% untuk masalah dan risiko pajak, serta kesulitan tenaga kerja sebesar 22.1%. Indonesia memiliki resiko yang cukup tinggi apabila dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang memiliki rata-rata persentase resiko dibawah 20%. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia termasuk negara High Risk. Gubernur BI secara eksplisit menyoroti keterkaitan antara ketersediaan pembiayaan dan tingginya suku bunga kredit, yang seolah menegaskan bahwa hambatan pembiayaan di Indonesia adalah disebabkan oleh tingginya suku bunga

3 kredit. Tingginya ongkos pembiayaan di Indonesia tecermin pada suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) yang sebesar 12 persen (November 2011), meskipun suku bunga acuan (BI Rate) sudah mencapai 6 persen. Sebagai perbandingan, di Malaysia dan Filipina, dengan suku bunga acuan masing-masing 3 persen dan 4,5 persen (reverse repo), dan tingkat suku bunga kredit bank hanya 6,5 persen dan 5,7 persen (Oktober 2011). (korantempo, 30 Januari 2012) Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan bahwa bunga kredit di Indonesia mencapai 10%, sementara di Malaysia hanya 2%. Sangat jelas bahwa Indonesia yang memiliki risiko investasi yang tinggi maka tingkat bunga yang didapat pun jauh lebih tinggi dibandingkan Malaysia, berbeda dengan Malaysia dengan tingkat risiko yang rendah akan mendapatkan tingkat bunga yang rendah pula (detikfinance, 18 Mei 2013). Apabila suatu negara termasuk negara High Risk, maka biaya hutang yang ditetapkan oleh kreditur pun akan semakin tinggi. Biaya hutang menurut Nurauliawati (2010) adalah tingkat pengembalian sebelum pajak yang harus dibayar perusahaan kepada pemberi pinjaman. Pada praktiknya dalam perhitungan pajak, perusahaan melakukan upayaupaya agar pajak yang dikeluarkan sesuai dengan harapan perusahaan. Maka, banyak perusahaan yang melakukan manajemen pajak (tax planning). Ada dua cara dalam melakukan manajemen pajak yaitu, penggelapan pajak (tax evasion) dan penghindaran pajak (tax avoidance). Menurut Dyreng (2008) penghindaran pajak merupakan segala bentuk kegiatan yang memberikan efek terhadap kewajiban pajak, baik kegiatan

4 diperbolehkan oleh pajak atau kegiatan khusus untuk mengurangi pajak. Praktek penghindaran pajak biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan hukum pajak dan tidak melanggar hukum perpajakan. Selain melakukan penghindaran pajak dengan menggunakan celah undang-undang, perusahaan dapat memanfaatkan deductible expense untuk memperkecil pajak. Salah satu cara memanfaatkan deductible expense adalah dengan menggunakan biaya hutang/biaya bunga. Ross (2005) menyatakan bahwa biaya hutang bukan kepemilikan dari perusahaan, biaya hutang merupakan biaya bisnis yang bisa menjadi pengurang dalam pajak (tax deductible). Penggunaan sumber dana yang dilakukan oleh perusahaan, menentukan besarnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Apakah perusahaan melakukan pendanaan berasal dari modal sendiri yaitu dari modal saham dan laba ditahan atau dari pihak eksternal yaitu utang. Dengan penggunaan utang sebagai sumber dana, dapat mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Perusahaan Manufaktur adalah perusahaan yang kegiatannya memproduksi barang. Sehingga untuk mempertahankan pangsa pasar, melakukan biaya pengembangan produk baru serta pengujian dibutuhkan dana yang besar. Apabila permodalan dari perusahaan tidak mencukupi, maka perusahaan akan meminjam dana dari kreditur. Krisis ekonomi global tahun 2008 berdampak besar pada pertumbuhan sektor manufaktur. Industri manufaktur yang tumbuh hingga 4,7 persen tahun

5 2007 melambat menjadi 2,1 persen tahun 2009. Industri manufaktur nonmigas yang tumbuh 5,1 persen tahun 2007 kini hanya 2,5 persen. Melambatnya permintaan global memunculkan kekhawatiran adanya penyusutan jumlah perusahaan manufaktur. Dari 29.000 perusahaan manufaktur skala menengah dan besar pada tahun 2006, diprediksi hanya ada 27.000 perusahaan yang masih beroperasi pada tahun 2008. Tidak hanya manufaktur skala besar, industri skala mikro dan kecil pun anjlok 2,1 persen dan 5 persen dihantam krisis tahun 2008. (http://bisniskeuangan.kompas.com) Tren penurunan daya saing Industri Manufaktur nasional terekam dalam banyak laporan dan kajian perbandingan daya kompetitif internasional. International Institute for Management Development (IMD) dalam World Competitiveness Report 2004, misalnya, menempatkan Indonesia pada posisi ke- 58 dari 60 negara yang diteliti. Peringkat ini turun dari posisi ke-43 pada 2000, serta posisi ke-46 pada 2001. Penurunan dan rendahnya daya saing perekonomian nasional serta Sektor Manufaktur menurut catatan IMD disebabkan setidaknya oleh 5 faktor: Pertama, kinerja perdagangan internasional, investasi, ketenagakerjaan dan stabilitas harga yang buruk. Kedua, inefisiensi kelembagaan pemerintahan dan pengelolaan keuangan negara/ fiskal. Ketiga, banyaknya peraturan dan perundang-undangan yang kurang kondusif bagi dunia usaha. Keempat, rendahnya produktivitas dunia usaha akibat pasar tenaga kerja yang tidak optimal, akses ke sumber keuangan, serta praktik dan nilai manajerial yang relatif masih kurang menunjang. Kelima, masih terbatasnya infrastruktur, baik infrastruktur

6 fisik, teknologi maupun infrastruktur dasar lain yang terkait dengan kebutuhan masyarakat dan industri. Pemerintah menyebut pertumbuhan sejumlah sektor industri manufaktur nasional diperkirakan akan mengalami penurunan di semester I-2012. Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto menjelaskan, pihaknya belum mengetahui berapa besar angka penurunan itu. Menurutnya, sektor baja menurun karena terjadi kelangkaan bahan baku, sedangkan untuk pertumbuhan sektor tekstil, dipengaruhi oleh permintaan ekspor yang menurun. Kondisi itu, terjadi karena perlambatan ekonomi di dunia. (www.okezone.com) Kinerja industri manufaktur kuartal ketiga 2012 mengalami pelambatan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan produksi sektor manufaktur dalam setahun hanya 3,61%. Pertumbuhan ini turun drastis, dari pertumbuhan produksi manufaktur kuartal ketiga 2012 terhadap kuartal ketiga 2011 yang tumbuh 7,57%. BPS mencatat beberapa bidang manufaktur menunjukkan pertumbuhan negatif, seperti furniture yang merosot 15,85%, tekstil yang anjlok 15,38%, serta industri mesin dan peralatannya yang turun 12,94%. Selain itu, penurunan produksi juga terjadi di sektor kulit, barang dari kulit, dan alas kaki sebesar 9,67%. Lalu industri kertas dan barang dari kertas turun sebesar 8,38% dan logam dasar juga turun 1,84%. (www.kemenperin.go.id). Berdasarkan hal tersebut, menunjukkan bahwa penurunan pada perusahaan manufaktur sangat signifikan. Sehingga hal tersebut menyebabkan risiko tinggi

7 bagi para kreditur, dan berdampak pada suku bunga yang tinggi pula. Dari fenomena - fenomena diatas maka peneliti akan meneliti perusahaan manufaktur sebagai subjek penelitian ini. Hasil penelitian Indah Masri (2012) pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI pada tahun 2008-2010 menunjukkan pengaruh tax avoidance terhadap cost of debt adalah positif. Kreditur memandang penghindaran pajak tersebut sebagai resiko sehingga perilaku tax avoidance justru meningkatkan cost of debt. Namun muncul hasil yang beragam dan menarik untuk dikaji lebih dalam. Hasil penelitian Widya Sartika (2012) pada perusahaan manufaktur yang tercatat pada BEI pada tahun 2008 2010 menunjukkan penghindaran pajak dan biaya hutang berpengaruh negatif. Adanya hasil yang tidak konsisten dari penelitianpenelitian sebelumnya menyebabkan isu ini menjadi topik yang penting dan menarik untuk diteliti kembali. Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan menggunakan judul Pengaruh Penghindaran Pajak terhadap Biaya Hutang (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka identifikasi permasalahan penelitian ini terfokus pada:

8 1. Bagaimana gambaran penghindaran pajak pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012? 2. Bagaimana gambaran biaya hutang pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012? 3. Apakah penghindaran pajak berpengaruh positif terhadap biaya hutang pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran Penghindaran pajak pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. 2. Untuk mengetahui gambaran Biaya hutang pada perusahaan Manufaktur terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. 3. Untuk mengetahui apakah penghindaran pajak berpengaruh positif terhadap biaya hutang pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis

9 Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu perpajakan, akuntansi keuangan dan manajemen keuangan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penghindaran pajak dan biaya utang. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi Pihak Perusahaan / Manajemen Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan yang berarti dalam mengevaluasi kegiatan penghindaran pajak pada perusahaan. b. Bagi Calon Investor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada calon investor mengenai seberapa besar pengaruh penghindaran pajak terhadap biaya utang sebagai bahan pertimbangan untuk menanamkan modalnya. c. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membantu pemerintah dalam menanggulangi penghindaran pajak yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan.