IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM 4.1 Aspek Fisik Wilayah Administrasi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

DAS Ciliwung Hulu dibagi menjadi tujuh Sub DAS yaitu (I) Sub DAS Tugu, (2)

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

BAB III TINJAUAN WILAYAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

Gambar 3. Hasil simulasi debit Sumberjaya Lampung. Gambar 4. Hasil simulasi debit di Mae Chaem Thailand

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

BAB III TINJAUAN LOKASI DAN WILAYAH

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

KONDISI UMUM WILAYAH KAJIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan tahun 1990

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM TAPAK

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KESESUAIAN LAHAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN KAJANG KABUPATEN BULUKUMBA

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Evaluasi lahan. Pengertian lahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Karakteristik Biofisik 4.1.1 Letak Geografis Lokasi penelitian terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua, Kabupaten Bogor yang terletak antara 6⁰37 10 LS sampai dengan 6⁰46 15 LS dan 106⁰49 48 BT sampai dengan E107⁰0 25 BT. Luas wilayah penelitian adalah 18.468 Ha. Selain berada di sistem DAS Ciliwung Hulu, wilayah ini juga berada pada kawasan Bopunjur dan merupakan daerah pegunungan dengan elevasi antara 362 m sampai 3000 m dpl. Batas dari lokasi penelitian adalah sebagai berikut: Sebelah barat berbatasan dengan DAS Cisadane, Sebelah timur berbatasan dengan Sub Das Cikeas, Sebelah utara berbatasan dengan DAS Ciliwung Tengah, dan Sebelah selatan berbatasan dengan DAS Cisadane Hulu. 4.1.2 Iklim Lokasi penelitian (Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua) mempunyai curah hujan rata-rata sebesar 2929 4956 mm/ tahun. Perbedaan bulan basah dan kering sangat mencolok yaitu 10.9 bulan basah per tahun dan hanya 0.6 bulan kering per tahun. Tipe iklim DAS Ciliwung Hulu menurut sistem klasifikasi Smith dan Ferguson (1951) yang didasarkan pada besarnya curah hujan, yaitu Bulan Basah (>200 mm) dan Bulan Kering (<100 mm) adalah termasuk ke dalam Type A (Abdurachman, 2009) Data iklim lainnya seperti suhu udara untuk periode tahun 2009-2010 diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Besar Wilayah II Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor. Suhu udara untuk wilayah Ciawi diwakili oleh Darmaga, sedangkan suhu udara untuk wilayah Cisarua dan Megamendung diwakili oleh wilayah Citeko.

27 Tabel 7. Data Iklim Lokasi Penelitian pada Tahun 2009-2010 Darmaga (Ciawi) Citeko (Cisarua, Megamendung) Bulan 2009 2010 2009 2010 Suhu CH Suhu CH Suhu CH Suhu CH (⁰C) (mm/bln) (⁰C) (mm/bln) (⁰C) (mm/bln) (⁰C) (mm/bln) Januari 25,0 360,8 25,3 252 20,1 594,2 20,6 416 Februari 25,1 305,3 25,9 461 19,5 534,1 21,3 531 Maret 25,8 261,1 26,0 415 21,0 386,4 21,5 471 April 26,2 259,9 27,1 43 21,8 220,6 22,5 82 Mei 26,1 570,6 26,7 331 21,7 368,7 22,4 289 Juni 26,1 338,1 25,9 303 21,7 128,4 21,4 255 Juli 25,8 131,1 25,8 270 21,2 87,2 21,3 137 Agustus 26,3 33,1 25,8 478 21,3 14,9 21,3 305 September 26,6 156,8 25,3 601 21,9 64,6 21,2 374 Oktober 26,0 415,8 25,4 436 21,8 356,1 21,3 425 November 26,3 407,0 25,0 284 21,6 308,6 21,5 286 Desember 26,1 258,2 25,5 177 21,4 229,9 20,7 291 Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor, 2010 Tabel 8. Data Hari Hujan Lokasi Penelitian pada Tahun 2009 Bulan Ciawi Cisarua Megamendung Januari 25 26 26 Februari 23 13 13 Maret 13 25 25 April 14 21 21 Mei 22 17 17 Juni 11 12 12 Juli 5 16 16 Agustus 7 11 11 September 8 10 10 Oktober 18 18 18 November 22 25 25 Desember 22 16 16 Rata-rata 15,83 18 17,5 Sumber: Kecamatan Ciawi, Cisarua, Megamendung dalam Angka, 2010

28 4.1.3 Hidrologi Lokasi penelitian yang berada pada DAS Ciliwung Hulu merupakan sistem DAS dengan sungai utama adalah Sungai Ciliwung. Sungai ini mengalir dari arah selatan ke utara. Mata air dari Sungai Ciliwung berdasar dari Danau Telaga Warna yang terletak pada ketinggian 1433 m dpl. Kawasan Danau Telaga Warna juga dijadikan obyek wisata yang lahannya merupakan milik negara dan dikelola oleh Departemen Kehutanan dengan luas danau 1 ha dan area penyangga 5 ha. Gambar 7. Danau Telaga Warna, salah satu sumber mata air di DAS Ciliwung Hulu Intensitas curah hujan memiliki korelasi yang positif terhadap terjadinya peningkatan aliran limpasan (run off), yang dapat meningkatkan volume serta fluktuasi debit sungai. Tabel 9. Debit Maksimum dan Minimum Sungai Ciliwung di Bendungan Katulampa No. Tahun Besarnya Debit Sungai (liter/detik) Maksimum Minimum 1 2002 16.197,17 6.238,08 2 2003 7.599,25 4.983,58 3 2004 13.740,75 8.454,58 4 2005 13.574,50 6.914,42 5 2006 10.039,83 4.093,42 6 2007 13.748,92 7.506,67 7 2008 30.673,58 18.694,17 8 2009 29.097,00 15.963,83 Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor, 2011

29 Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa adanya fluktuasi debit sungai yang sangat besar. Hal ini merupakan salah satu indikator yang menunjukkan bahwa di lokasi penelitian telah mengalami kerusakan sehingga selalu menimbulkan ancaman banjir pada setiap tahunnya, khususnya pada musim penghujan. Berikut peta drainase yang dihasilkan dari penggabungan informasi mengenai kondisi drainase dari peta tanah DAS Ciliwung Hulu dengan peta tanah Kabupaten Bogor (Gambar 8) (Syartinilia, 2004). Sumber: Syartinilia, 2004 Gambar 8. Peta Drainase Lokasi Penelitian

30 4.1.4 Kemiringan Lahan Berdasarkan bentuk lerengnya, kemiringan lahan di lokasi penelitian bervariasi antara bentuk datar, landai, agak curam, curam sampai dengan sangat curam. Pembagian lokasi penelitian berdasarkan kemiringan lahan dan bentuk wilayah diklasifikasikan ke dalam bentuk kelas lereng seperti dapat dilihat pada Gambar 9 dan Tabel 10. Sumber: Syartinilia, 2004 Gambar 9. Peta Kemiringan Lahan di Lokasi Penelitian

31 Tabel 10. Kondisi Kemiringan Lahan Lokasi Penelitian No. Kelas Kemiringan (%) Luas (Ha) 1 0-8 3.809,07 2 8-15 3.627,54 3 15 25 3.261,96 4 25-40 2.924,1 5 40-55 1.999,08 6 > 55 2.844,36 Sumber: Syartinilia, 2004 4.1.5 Tanah dan Geologi Pada lokasi penelitian dijumpai 4 ordo tanah, yaitu Entisol, Inceptisol, Ultisol, dan Andisol. Keempat ordo tanah ini dijabarkan lebih detil menjadi 5 jenis tanah dengan luas yang bervariasi di lokasi penelitian (Tabel 11). Jenis tanah yang mendominasi adalah Latosol, Andosol, dan Regosol. Jenis tanah Latosol (Gambar 10) pada umumnya berbahan induk batuan vulkanik yang bersifat intermedier, bersolum dalam, ph agak tinggi dengan kepekaan erosi rendah. Jenis tanah latosol dan asosiasinya memiliki sifat tanah yang baik yaitu tekstur liat berdebu hingga lempung berliat, stuktur granular dan remah, kedalaman efektif umumnya >90 cm, dan agak tahan terhadap erosi, serta ph tanah yang agak netral dan kandungan bahan organik yang rendah atau sedang. Jenis tanah Regosol dan Andosol umumnya agak peka terhadap erosi, kedalaman efektifnya bervariasi, kandungan hara dan bahan organik relatif tinggi. Tabel 11. Jenis Tanah di Lokasi Penelitian No. Jenis Tanah Luas Hektar % 1 Andosol Coklat Kekuningan 5.522,37 30,65 2 Asosiasi Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat 4.788,27 26,06 3 Komplek Regosol Kelabu dan Litosol 366,16 1,99 4 Latosol Coklat 7.122,44 38,76 5 Latosol Coklat Kemerahan 576,65 3,14 Sumber: Peta tanah semi detail DAS Ciliwung Hulu skala 1 : 50.000, Puslitnak dan agroklimat, 1992.

32 Sumber: Syartinilia, 2004 Gambar 10. Peta Jenis Tanah Lokasi Penelitian Berdasarkan sifat erodibilitas, tanah Latosol tergolong peka, sedangkan erodibilitas tanah Andosol dan Regosol masing-masing tergolong peka dan sangat peka. Potensi erosi di lokasi penelitian relatif tinggi, sehingga limpasan air hujan yang masuk ke dalam sungai akan mengakibatkan sedimentasi yang tinggi. Lokasi penelitian dibangun oleh formasi geologi vulkanik, yaitu komplek utama Gunung Salak dan Komplek Gunung Pangrango. Deskripsi litologi lokasi ini adalah tufa glas litnik kristal: tufa pumice, breksi pumice, dan batu pasiran tufa, sedangkan kondisi fisiografi lokasi ini merupakan daerah pegunungan dan berbukit. Bahan induk tanah yang terdapat di lokasi ini berupa tufa vulkanik tua dan merupakan bahan dasar pembentuk jenis tanah Latosol. Adanya pencampuran

33 bahan vulkanik tua dan yang lebih muda memungkinkan terbentuknya jenis tanah lain yang berasosiasi dengan Latosol yaitu Regosol dan Andosol (Abdurrachman, 2009). 4.1.6 Kawasan Lindung dan Non-lindung Kecamatan Ciawi, Megamendung dan Cisarua merupakan area resapan air hujan. Untuk menjaga fungsi tersebut, maka seluas 15.556,8 ha merupakan kawasan lindung (84,2%) dan sisanya seluas 2.910,3 ha merupakan kawasan nonlindung (15,8%) (Syartinilia, 2004) (Gambar 11). Sumber: Syartinilia, 2004 Gambar 11. Kawasan lindung dan non-lindung di lokasi penelitian

34 4.1.7 Penutupan Lahan Kepemilikan lahan di lokasi penelitian digolongkan menjadi tiga, yaitu hak milik, lahan negara, dan hak guna usaha. Lahan hak milik merupakan lahan milik masyarakat yang tinggal di sekitar DAS Ciliwung Hulu di luar lahan negara dan lahan hak guna usaha. Biasanya digunakan untuk pemukiman, sawah, ladang, perkebunan, tempat rekreasi. Lahan negara merupakan lahan yang dikelola oleh pemerintah, seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumberdaya Alam seperti Cagar Alam Telaga Warna, dan PT. Perhutani untuk kawasan lindung dan kawasan hutan produksi. Sedangkan Pemda setempat seperti Balai Pengelolaan Sumberdaya Air, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah mengelola lahan dalam bentuk situ dan badan sungai. Sedangkan lahan hak guna usaha digunakan oleh PT. Gunung Mas dan PT. Ciliwung untuk areal perkebunan (tempat rekreasi Riung Gunung). Tipe penutupan lahan saat ini secara garis besar terbagi dalam 7 tipe penutupan lahan yaitu: 1. Hutan Hutan yang berada di lokasi penelitian terbagi menjadi dua, yaitu hutan lindung yang berstatus milik negara dan hutan produksi yang didominasi oleh tanaman pinus dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. 2. Perkebunan Tipe pemanfaatan lahan jenis ini didominasi oleh perkebunan teh. Perkebunan tersebut dikelola oleh PT. Gunung Mas dan PT. Ciliwung. Saat ini perkebunan telah menjadi obyek wisata, seperti Riung Gunung dan Agrowisata Paralayang.

35 3. Semak belukar Tipe penutupan lahan ini merupakan bagian sebelum punggung bukit yang belum ditanami sehingga ditumbuhi tanaman liar, rumputrumputan, alang-alang, dan tanaman paku-pakuan. 4. Sawah Pemanfaatan lahan jenis ini memegang peranan sangat penting dan banyak dijumpai bercampur dengan areal pemukiman. Sebagian besar sawahnya menggunakan sistem pengairan baik teknis ataupun sederhana (95%), dan sisanya menggunakan sistem pengairan tadah hujan (5%) (Balai Pengelolaan DAS Ciliwung-Citarum, 2003). 5. Ladang Tipe penutupan lahan ini umumnya menempati daerah yang agak tinggi. Termasuk usaha pertanian tanaman pangan lahan kering yang dirotasikan dengan padi gogo atau tanaman sayuran. Tanaman yang umum diusahakan adalah jagung, ubi jalar, kacang tanah, kedelai, singkong, tanaman sayuran.

36 6. Pemukiman Tipe pemukiman di DAS Ciliwung Hulu merupakan tipe pemukiman pedesaan yang digabung dengan sistem pertanian atau perkebunan. Tempat tinggal cenderung menyebar dan memusat. Dari tahun ke tahun, jumlah pemukiman di kawasan ini cenderung meningkat pesat, terutama ke arah berkembangnya kawasan wisata. Selain sebagai tempat tinggal (hunian), pemukiman di kawasan ini juga berfungsi sebagai tempat peristirahatan yang hanya dihuni pada saat tertentu saja. Tabel 12. Jumlah Bangunan Menurut Jenisnya di Lokasi Penelitian Tahun 2009 No. Kecamatan Permanen Semi Tidak Permanen Permanen Jumlah 1 Ciawi 12.599 1.905 1.801 16.305 2 Cisarua 20.826 2.506 204 23.536 3 Megamendung 12.847 4.443 2.202 19.492 Jumlah 46.272 8.854 4.207 59.333 Sumber: Kecamatan Ciawi, Cisarua, Megamendung dalam Angka, 2010 7. Badan Air Lokasi penelitian yang terdiri dari Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua merupakan kecamatan yang terletak di sistem DAS Ciliwung Hulu dengan sungai utama yaitu Sungai Ciliwung. Sungai ini mengalir dari utara hingga ke selatan. Mata airnya berdasar di Telaga Warna. yang terletak pada ketinggian 1433 m dpl.

37 4.2 Karakteristik Sosial Ekonomi dan Kependudukan 4.2.1 Sosial Ekonomi Kegiatan ekonomi masyarakat di wilayah ini sangat beragam dan terus mengalami pergeseran. Pergeseran kegiatan ekonomi masyarakat dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan, dan jasa telah terjadi secara nyata di ketiga kecamatan ini. Kegiatan ekonomi masyarakat di bidang pertanian, dimana kegiatan usahanya tergantung pada lahan sudah semakin terbatas. Demikian pula jika melihat perkembangan tingginya alih fungsi (konversi) lahan dan alih pemilikan lahan pada wilayah ini, ada kecenderungan yang sangat kuat bahwa kegiatan ekonomi berbasis lahan tidak dapat dipertahankan lagi. Semenjak timbulnya arus komersialisasi lahan, banyak masyarakat petani lokal yang tergiur melepaskan sebagian atau seluruh lahan miliknya kepada orang kota yang bermodal kuat. Pada kondisi ini sebagian masyarakat mencari pekerjaan di sektor non-pertanian seperti menjadi tukang ojek sepeda motor, penjaga villa peristirahatan milik orang kota, karyawan rumah makan, padang golf, dan sebagainya. Tingkat Pendidikan penduduk di lokasi penelitian relatif rendah, karena didominasi oleh belum sekolah-tidak tamat SD-Tamat SD. Berdasarkan data tahun 2009, di Cisarua jumlah penduduk yang belum sekolah-tidak tamat SD- Tamat SD mencapai 54,6% dari jumlah penduduknya, dan di Megamendung mencapai 67,4%. Sementara yang mampu tamat hingga jenjang perguruan tinggi hanya 1% untuk Kecamatan Cisarua dan 0,64% untuk Kecamatan Megamendung. Sementara selebihnya merupakan tamatan SLTP, SLTA, dan akademi (Tabel 13). Tabel 13. Tingkat Pendidikan di Lokasi Penelitian Tahun 2009 No. Tingkat Pendidikan Cisarua Megamendung 1 Belum sekolah-tidak tamat SD-Tamat SD 60.585 61.532 2 Tamat SLTP 23.383 16.714 3 Tamat SLTA 24.825 11.456 4 Tamat Akademi 999 896 5 Tamat Universitas 1.110 585 Total 110.902 91.183 Sumber: Kecamatan Cisarua, Megamendung dalam Angka, 2010

38 4.2.2 Kependudukan Jumlah penduduk di lokasi penelitian pada tahun 1997-2009 mengalami perubahan. Pada tahun 1997-2009 jumlah penduduk terbanyak setiap tahunnya terdapat di Kecamatan Cisarua (Tabel 14). Tabel 14. Jumlah Penduduk di Lokasi Penelitian Tahun 1997-2009 Kecamatan 1997 2000 2007 2008 2009 Ciawi 71.323 71.167 92.510 92.642 93.749 Cisarua 75.517 86.525 109.800 109.882 110.040 Megamendung 74.469 72.818 91.069 91.036 91.518 Total 221.309 230.510 293.379 293.560 295.307 Sumber: Kabupaten Bogor dalam Angka, 1997, 2000, 2007, 2010 Jumlah penduduk di Kecamatan Ciawi mengalami penurunan pada tahun 2000, namun pada tahun 2007-2009 jumlah penduduknya terus meningkat. Hal yang serupa juga dialami oleh Kecamatan Megamendung yang mengalami penurunan pada tahun 2000 dan mengalami peningkatan sampai tahun 2009. Berbeda dengan Kecamatan Cisarua yang terus mengalami penningkatan jumlah penduduk dari tahun 1997-2009. Namun secara keseluruhan, jumlah penduduk di tiga kecamatan ini mengalami peningkatan dari tahun 1997-2009 (Gambar 12). Gambar 12. Grafik Peningkatan Jumlah Penduduk di Lokasi Penelitian

39 4.2.3 Pariwisata Sektor pariwisata di lokasi penelitian berkembang cukup baik, hal ini dapat terlihat dari jumlah wisatawan pada tahun 2009 mencapai 1.195.448 yang terdiri dari 1.180.772 wisatawan nusantara dan 14.676 wisatawan mancanegara (Tabel 15). Keadaan ini didukung oleh kondisi lokasi penelitian yang memiliki suhu udara yang nyaman serta pemandangan alam pegunungan yang indah yang mampu menarik perhatian wisatawan untuk datang ke lokasi ini. Tabel 15. Obyek Wisata dan Jumlah Wisatawan di Lokasi Penelitian tahun 2009 Obyek Wisata Jenis Wisatawan Nusantara Mancanegara Jumlah Taman Safari Indonesia 632.205 7.687 639.892 Wisata Agro Gunung Mas 273.093 2.129 275.222 Telaga Warna 14.511 520 15.031 Panorama Alam Riung Gunung 12.960 30 12.990 Curug Cilember 187.203 4.300 191.503 Taman Bunga Melrimba 60.800 10 60.810 Jumlah 1.180.772 14.676 1.195.448 Sumber: Kabupaten Bogor dalam Angka, 2010 4.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Dalam Perda Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2005-2025 (Gambar 13), RTRW merupakan perencanaan tata ruang yang mencakup struktur ruang dan pola ruang. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat pemukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. RTRW ini disusun agar mampu mendukung proses pengendalian pemanfaatan ruang, yakni upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dalam Perda tentang RTRW tahun 2005-2025 dijelaskan bahwa:

40 1. kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. 2. kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 3. kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan. 4. kawasan pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

Gambar 13. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bogor sampai dengan Tahun 2025