IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hama Keong. memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat tingkat mortalitas, efikasi, dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Padi

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

TINJAUAN PUSTAKA Botani Padi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan salah satu

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c. Pada proses pembentukan magnetit, urea terurai menjadi N-organik (HNCO), NH + 4,

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan Berat Kering Tanaman. Hasil analisis data masing masing parameter akan. A. Tinggi Tanaman (cm)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Electrical Conductivity (EC) Menurut Sutiyoso (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,0 ms/cm.

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan bersifat irreversible (Anderson dan Beardall, 1991). Tanaman semasa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

12/04/2014. Pertemuan Ke-2

PEMBAHASAN UMUM Hubungan Karakter Morfologi dan Fisiologi dengan Hasil Padi Varietas Unggul

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Juli 2017 memiliki suhu harian rata-rata pada pagi hari sekitar 27,3 0 C dan rata rata

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

I. PENDAHULUAN. Selada (Lactuca sativa L.) merupakan salah satu tanaman sayur yang dikonsumsi

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabe (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di

II. TINJAUAN PUSTAKA. daya hidup benih yang ditunjukan dengan gejala pertumbuhan atau gejala

I. PENDAHULUAN. Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya kedelai pada tingkat petani di Indonesia, belum diusahakan pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. (Ocimum sanctum) untuk pengendalian akar gada (plasmodiophora brassicae)

I. PENDAHULUAN. Produktivitas padi pada tahun 2015 hanya mencapai 5,28 t/ha (Badan Pusat

Transkripsi:

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hama Keong Hasil sidik ragam menunjukan bahwa konsentrasi larutan garam memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian hama keong mas (lampiran 5). Rerata tingkat mortalitas, efikasi, dan kecepatan kematian dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 1. Rerata tingkat Mortalitas, Efikasi, dan Kecepatan Kematian Konsentrasi Larutan Garam Ket :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan uji Duncan pada taraf 5%. 1. Tingkat Mortalitas Aplikasi larutan garam dengan konsentrasi 4000 ppm sudah dapat meningkatkan mortalitas dengan tingkat mortalitas 84,00% dan tidak berbeda nyata dibanding dengan pestisida sintetis carbofuran 3% yang menunjukan tingkat mortalitas 96,00%. Kadar natrium klorida pada larutan garam konsentrasi 4000 ppm sudah setara dengan penggunaan pestisida sintetis carbofuran 3%. Hal ini dikarenakan kadar Natrium Klorida (NaCl) yang terdapat pada larutan garam konsentrasi 4000 ppm sudah tinggi dibandingkan dengan kadar tanpa larutan garam. Mortalitas (%) Efikasi (%) Kecepatan Kematian (hari) 0 ppm 32,00 c 16,00 c 12,28 a 2,000 ppm 76,00 b 70,00 b 3,2 b 4,000 ppm 84,00 ab 80,00 ab 2,92 b 6,000 ppm 88,00 ab 85,00 ab 2,86 b 8,000 ppm 88,00 ab 95,00 a 3,76 b 10,000 ppm 100,00 a 100,00 a 2,6 b Carbofuran 3% 96,00 a 100,00 a 3,12 b 24

25 Garam merupakan benda padatan berwarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium klorida, dan lain-lain (Suryani, 2013). Natrium Klorida (NaCl) merupakan larutan yang lebih tinggi konsentrasinya dibandingkan dengan cairan pada hama keong mas, sehingga terjadi peristiwa osmosis. Osmosis adalah perpindahan partikel dari larutan yang lebih rendah konsentrasinya menuju larutan yang lebih tinggi konsentrasinya. Tubuh keong mas terdiri dari cairan-cairan berlendir yang jika diberi larutan garam maka akan terjadi peristiwa Osmosis. Perpindahan partikel terjadi dari tubuh keong mas yang rendah konsentrasinya menuju larutan garam yang lebih tinggi konsentrasinya. Akibatnya, tubuh keong mas akan mengerut dan mati (Kimball, 1983) Aplikasi larutan garam konsentrasi 2000 ppm menghasilkan tingkat mortalitas lebih besar dibandingkan dengan perlakuan tanpa larutan garam, tetapi lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan pembanding pestisida sintetis carbofuran 3%. Hal ini dikarenakan konsentrasi yang diaplikasikan lebih rendah sehingga kandungan natrium klorida yang ada pada konsentrasi 2000 ppm belum dapat memberikan tingkat mortalitas yang setara dengan aplikasi pestisida sintetis carbofuran 3%. Tingkat mortalitas dipengaruhi oleh konsentrasi larutan garam yang diberikan, semakin tinggi konsentrasi yang diaplikasikan semakin tinggi pula tingkat mortalitas hama keong mas, dan semakin rendah konsentrasi yang diaplikasikan semakin rendah pula tingkat mortalitas hama keong mas.

26 Kematian hama keong mas yang disebabkan akibat konsentrasi larutan garam dapat ditandai dengan kondisi fisik seperti tidak aktif makan, tidak respon bila disentuh, bagian tubuh mengkerut dan berubah warna menjadi merah kecoklatan, berlendir, berbau dan jika diangkat bobotnya lebih ringan dibandingkan keong yang masih hidup tertutup. 2. Tingkat Efikasi Tingkat efikasi merupakan suatu uji kemanjuran larutan yang dipergunakan dalam pengendalian populasi hama. Nilai efikasi akan semakin tinggi bila jumlah populasi hama setelah pengendalian semakin kecil dari populasi hama sebelum pengendalian (Natawigena, 2007). Aplikasi larutan garam konsentrasi 4000 ppm sudah dapat meningkatkan tingkat efikasi hama keong mas, dengan tingkat efikasi 80,00% (Tabel 2). Tingkat efikasi larutan garam konsentrasi 4000 ppm sudah sebanding dengan tingkat efikasi pestisida sintetis carbofuran 3% yang menunjukan tingkat efikasi 100,00%. Ini menunjukan bahwa daya racun larutan garam 4000 ppm sudah sebanding dengan daya racun pestisida sintetis carbofuran 3%. Hal tersebut dikarenakan kandungan natrium klorida (NaCl) yang terkandung pada larutan garam bersifat racun kontak. Selain kontak langsung dengan hama keong mas, larutan garam juga sebagai racun lambung akan berfungsi bila mana hama keong mas memakan, mengunyah, atau mengisap bagian tanaman yang sudah tersemprot larutan garam maka tanaman menjadi bersifat racun.

27 Natrium klorida yang terkandung dalam larutan garam menyebabkan terjadinya peristiwa osmosis pada keong. Osmosis merupakan perpindahan partikel dari larutan yang lebih rendah konsentrasinya menuju larutan yang lebih tinggi konsentrasinya. Tubuh keong mas terdiri dari cairan-cairan berlendir yang jika diberi larutan garam maka akan terjadi peristiwa Osmosis. Perpindahan partikel terjadi dari tubuh keong mas yang rendah konsentrasinya menuju larutan garam yang lebih pekat. Akibatnya, tubuh keong mas akan mengerut dan mati (Kimbal, 1983) Aplikasi larutan garam dengan konsentrasi 2000 ppm menunjukan tingkat efikasi 70,00%, lebih tinggi dengan aplikasi kontrol tanpa larutan garam tetapi lebih rendah dengan aplikasi pembanding pestisida sintetis carbofuran 3% dengan tingkat efikasi 100,00%. Hal itu karena kadar garam yang digunakan masih sedikit sehingga tingkat kemanjuran natrium klorida (NaCl) yang terkandung pada larutan garam konsentrasi 2000 ppm belum dapat sebanding dengan daya racun pestisida sintetis carbofuran 3%.. Tinggkat efikasi menunjukan tingkat kemanjuran larutan garam yang mengandung Natruim Klorida (NaCl) yaitu larutan garam yang lebih pekat dibandingkan dengan cairan pada keong mas sehingga mampu membunuh hama keong mas melalui proses osmosis. Tingkat efikasi dipengaruhi oleh konsentrasi larutan garam, semangkin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semangkin tinggi nilai efikasi yang dihasilkan dan semangkin rendah konsentrasi maka semangkin rendah nilai efikasinya.

28 3. Kecepatan Kematian Tingkat kecepatan kematian aplikasi larutan garam konsentrasi 2000 ppm sudah menunjukan kecepatan kematian lebih baik dengan aplikasi kontrol tanpa larutan garam dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pembanding aplikasi pestisida sintetis carbofuran 3%. Aplikasi larutan garam konsentrasi 2000 ppm sudah dapat menyebabkan kematian hama keong mas mulai hari ke-3,2 lebih cepat dari aplikasi larutan tanpa larutan garam yang baru ada kematian pada hari ke-12,28 dan sama dengan aplikasi pestisida sintetis carbofuran 3% yang sudah dapat menyebabkan kematian hama keong mas pada hari ke-3,12. Secara umum, kematian hama keong mas setelah perlakuan berlangsung relatif cepat dalam hitungan hari. Hama keong mas yang mendapat perlakuan larutan garam konsentrasi 2000 ppm mulai mati pada hari ke-3,2 setelah perlakuan, sedangkan pada kontrol tanpa larutan garam mulai ada kematian hama keong mas pada hari ke-12. Cepatnya kematian hama keong mas dapat disebabkan oleh reaksi natrium klorida (NaCl) yang terkandung dalam larutan garam bekerja secara cepat dalam menghambat aktivitas hama keong mas. Tingkat kecepatan kematian dipengaruhi terhadap konsentrasi yang diberikan, semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi pula tingkat kecepatan kematian keong mas. Dengan konsentrasi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengendalikan keong mas. Hasil ini didukung oleh pendapat Natawigena (1993), bahwa proses kematian hama akan semakin cepat dengan pertambahan konsentrsai larutan yang digunakan.

29 B. Pertumbuhan Tanaman Padi Hasil sidik ragam menunjukan bahwa konsentrasi larutan garam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman padi yang meliputi: tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, bobot segar dan bobot kering tanaman (lampiran 5). Rerata hasil pengamatan pertumbuhan tanaman padi dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 2. Rerata Tinggi tanaman, Jumlah daun, Jumlah anakan, Bobot segar dan bobot kering Konsentrasi Larutan Garam Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Jumlah Anakan (rumpun) Bobot segar (g) Bobot kering (g) 0 ppm 49,89 a 32,557 a 10,000 a 22,327 a 7,657 a 2,000 ppm 51,11 a 31,667 a 10,443 a 23,983 a 8,710 a 4,000 ppm 51,56 a 37,110 a 11,890 a 26,100 a 9,427 a 6,000 ppm 53,56 a 38,890 a 11,777 a 29,910 a 10,867a 8,000 ppm 52,22 a 38,553 a 11,667 a 28,193 a 9,450 a 10,000 ppm 51,44 a 32,667 a 9,780 a 24,460 a 8,043 a Carbofuran 3% 53,89 a 33,000 a 9,777 a 28,687 a 10,603a Ket :Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan sidik ragam. 1. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Pertumbuhan tanaman dimulai dengan terjadinya pembelahan sel yang menyebabkan berkembangnya suatu jaringan yang berakibat terhadap bertambah besarnya suatu protoplasma sehingga ukuran dan

30 bobot kering tanaman tersebut menjadi bertambah yang menyebabkan bertambah tingginya suatu tanaman. Aplikasi larutan garam konsentrasi 10.000 ppm belum mempengaruhi laju tinggi tanaman padi. Ditunjukan dengan angka rata-rata hasil pengamatan aplikasi garam konsentrasi 10.000 ppm yaitu 51,44 cm yang tidak berbeda nyata dengan aplikasi kontrol tanpa larutan garam dengan angka rata-rata 49,89 cm dan aplikasi pestisida sintetis carbofuran 3% dengan angka rata-rata tinggi tanaman 53,89 cm. Hal ini karena konsentrasi larutan garam yang diaplikasikan masih dapat ditoleransi oleh tanaman padi sehingga tidak memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhannya. Tanaman padi dapat menghindari terjadinya ketidakseimbangan hara atau keracunan dengan empat cara, yaitu: eksklusi, ekskresi, sekresi dan dilusi. Eksklusi terjadi secara pasif dengan adanya dinding sel yang tidak permeabel terhadap garam atau ion-ion dari garam tersebut. Ekskresi dan sekresi merupakan pemompaan ion secara aktif masing-masing ke luar tanaman dan ke dalam vakuola. Sedangkan dilusi dapat terjadi dengan adanya pertumbuhan yang cepat. Hal ini disimpulkan dari hasil analisis bahwa bagian yang tumbuh cepat mengandung Na dan Cl lebih rendah dari bagian yang tumbuh lambat (Levitt, 1980). Tinggi rendahnya pertumbuhan tanaman tergantung dari dua faktor yaitu faktor internal berasal dari tanaman tersebut contohnya kemampuan tumbuh berdasarkan deskripsi tanaman, sedangkan faktor eksternal yaitu faktor lingkungan yang terpenting adalah tanah dan iklim dan faktor internal berasal dari

Tinggi tanaman (Cm) 31 tanaman tersebut contohnya ketahanan terhadap penyakit, tekanan iklim, laju fotosintesis, respirasi, aktivitas enzim dan pengaruh genetiknya. Sedangkan faktor eksternalnya adalah iklim, tanah dan keadaan biologis (Setyadi,1984). Tanpa larutan garam Konsentrasi 2000 ppm Konsentrasi 4000 ppm Konsentrasi 6000 ppm Konsentrasi 8000 ppm Konsentrasi 10000 ppm carbofuran 3% minggu ke- Gambar 1. Rerata tinggi tanaman Pada gambar 1, pertumbuhan tinggi tanaman padi masing-masing perlakuan relatif sama. Namun jika dilihat dari pertumbuhan tinggi tanaman per minggu terlihat pertumbuhan yang fluktuatif. Pada awal pertumbuhan di minggu ke 1 sampai minggu ke 2 dan minggu ke 2 sampai minggu ke 3 kenaikan relatif tinggi. Kemudian pada minggu ke 3 sampai minggu ke 4 kenaikan kurva relatif rendah. Keadaan tersebut dikarenakan tanaman padi memasuki fase generatif atau pembuahan. Tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan carbofuran 3% sedangkan tinggi tanaman terendah pada perlakuan larutan tanpa larutan garam. Tinggi tanaman berhubungan dengan banyaknya jumlah produksi padi per tanaman. Selain itu, penggunaan larutan garam tidak berpengaruh terhadap sifat fisiologis tanaman padi, melainkan pada kekebalan tanaman terhadap serangan hama keong mas.

32 Sifat fisiologis tanaman padi dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengairan, cahaya matahari, suhu, kelembaban, unsur hara dan sifat genetik pada tanaman tersebut. Adanya gejala-gejala tidak normalnya pertumbuhan tanaman tidak mesti dipengaruhi oleh tidak cukupnya unsur hara. Sebagai contoh pertumbuhan tanaman terhambat atau pendek dapat disebabkan oleh gangguan iklim, udara dingin dan/atau temperatur akar, tidak cukupnya air dan rendahnya cahaya matahari yang mengenai batang tanaman akan merangsang aktivitas auksin untuk memacu perkembangan sel dan meningkatnya perkembangan sel pada ruas batang dapat meningkatkan tinggi tanaman (Rismunandar, 2000). 2. Jumlah Daun Daun sangat berhubungan dengan aktivitas fotosintesis karena mengandung klorofil yang sangat diperlukan oleh tanaman dalam prose fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun maka hasil fotosintesis semakin tinggi sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik (Ekawati, 2006). Aplikasi larutan garam konsentrasi 10.000 ppm belum memberikan pengaruh terhadap jumlah daun. Hal tersebut dibuktikan dengan angka rata-rata hasil pengamatan aplikasi larutan konsentrasi 10.000 ppm yaitu 32,667 helai yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol aplikasi tanpa larutan garam dengan angka rata-rata 32,557 helai dan aplikasi pestisida sintetis carbofuran 3% dengan angka rata-rata jumlah daun 33 helai. Hal ini menunjukan bahwa pemberian larutan garam untuk pengendalian hama keong mas tidak ada pengaruh terhadap jumlah daun tanaman padi, semua perlakuan masih toleran terhadap pertumbuhan

Jumlah daun 33 padi khususnya jumlah daun. Walaupun tanaman terkontak dan teracuni kadar garam, pertumbuhan jumlah daun dapat ditunjag dengan asupan hara dan air yang tercukupi. Levit (1980) menyebutkan bahwa penurunan jumlah dan luas daun disebabkan juga oleh persediaan hara dan air yang rendah serta adanya akumulasi ion Na+ dan Cl- yang tinggi dalam jaringan tanaman sehingga menghambat proses diferensiasi sel pada titik tumbuh. Toleransi tanaman terhadap salinitas merupakan kemampuan tanaman untuk tumbuh dan menyelesaikan daur hidupnya serta mampu memberikan hasil pada cekaman garam. Mekanisme toleransi tanaman terhadap sal initas terdiri atas dua macam yaitu osmotik dan ionik. Pengaruh osmotik merupakan respon cepat dari tanaman yang membatasi penyerapan air akibat salini tas di daerah perakaran. Pengaruh ionik adalah kemampuan tanaman dalam mengatasi keracunan interseluler dari kelebihan ion. Tanpa larutan garam Konsentrasi 2000 ppm Konsentrasi 4000 ppm Konsentrasi 6000 ppm Konsentrasi 8000 ppm Konsentrasi 10000 ppm Carbofuran 3% minggu ke- Gambar 2. Rerata jumlah daun

34 Pada gambar 2, menunjukan bahwa jumlah daun pada masing-masing perlakuan relatif sama. Pada masing-masing pengamatan yang dilakukan setiap minggunya mengalami peningkatan jumlah daun. Pada pengamatan minggu ke 2 mengalami peningkatan yang masih relatif rendah dari jumlah daun minggu ke 1. Namun pada pengamatan minggu ke 3 dan ke 4 jumlah daun mengalami peningkatan yang relatif tinggi jika dibandingkan dengan pengamatan minggu ke 2. Hal tersebut bisa terjadi karena pada minggu ke 2, 3 dan 4 padi dilakukan pemupukan sehingga dapat merangsang pertumbuhan jumlah daun. Pada pengamatan tiap minggunya, perlakuan larutan garam konsentrasi 10.000 ppm mempunyai jumlah daun terbanyak sedangkan perlakuan larutan konsentrasi 2.000 ppm mempunyai jumlah daun paling sedikit. 3. Jumlah Anakan Pertumbuhan vegetatif, akan banyak terjadi perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi pada tanaman, salah satunya yaitu jumlah anakan. Banyak yang beranggapan bahwa semakin banyak anakan dari suatu tanaman, maka hasil yang didapat juga akan semakin tinggi/banyak. Aplikasi larutan garam konsentrasi 10.000 ppm tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak ada beda nyata antara jumlah anakan perlakuan garam konsentrasi 10.000 ppm dengan aplikasi tanpa larutan garam dan aplikasi pestisida sintetis carbofuran 3%. Rerata jumlah anakan aplikasi larutan garam konsentrasi 10.000 ppm yaitu 9,780 rumpun tidak beda nyata degan aplikasi tanpa larutan garam yaitu 10,000 rumpun dan aplikasi pestisida sintetis carbofuran 3% yaitu 9,777 rumpun. Hal ini karena kadar

35 garam 10.000 ppm belum dapat menurunkan jumlah anakan tanaman padi dengan proses adaftasi tanaman terhadap cekaman kadar garam. Menurut Somaatmaja (1995) suatu varietas dapat dikatakan adaptif, apabila tumbuh baik pada wilayah penyebarannya. Menurut Suparyono dan Agus (1993) masing-masing varietas padi mempunyai ciri khas tersendiri dan terganutng pada sifat genetik dan kemampuan tumbuh dan dapat memiliki toleransi pada berbagai kondisi lingkungan tumbuhnya. Jumlah anakan bila dikaitkan dengan tinggi tanaman, ada kecenderungan tanaman yang tinggi menghasilkan jumlah anakan yang lebih sedikit. Krismawati dan Arifin (2011), menyatakan bahwa jumlah anakan berbeda dari setiap varietas dan daya adaptasi dari varietas yang berbeda dimana ditentukan oleh interaksi antara genotipe dan lingkungan. Varietas IR64 lebih toleran yang mampu tumbuh dan menghasilkan anakan yang lebih banyak, sedangkan varietas Bawan memiliki toleransi yang rendah yang mengakibatkan anakan yang dihasilkan juga sedikit. Gambar 3. Rerata jumlah anakan

36 Gambar 3 menunjukan adanya peningkatan jumlah anakan setiap minggunya. Peningkatan jumlah daun yang paling signifikan terjadi pada minggu ke-2 menuju minggu ke-3 dengan jumlah daun rata-rata 8 rumpun. Hal ini terjadi karena pada saat minggu ke-2 dilakukan pemupukan sehingga tanaman mendapat respon dari unsur hara yang diberikan. Peningkatan jumlah anakan yang terjadi relatif sama dari semua perlakuan yang diaplikasikan. Jumlah anakan paling banyak ditunjukan oleh perlakuan larutan garam konsentrasi 4.000 ppm, sedangkan jumlah daun paling sedikit ditunjukan oleh perlakuan larutan garam konsentrasi 10.000 ppm. Menurut Taslim, Partohatdjono dan Djunainah (1993) bahwa jumlah anakan perrumpun, jumlah anakan produkif dan panjang malai sangat dipengaruhi oleh sifat genetika dan lingkungan tumbuhnya. Sifat genetika akan muncul melalui pertumbuhan organ apabila faktor lingkungan sesuai. Masing-masing varietas padi mempunyai cirri-ciri khas tersendiri dan tergantung pada sifat genetik yang dikandung masing-masing varietas serta kemampuan dan daya adaptasinya terhadap lingkungan tumbuhnya. Menurut Prawiranata (1981), menyatakan bahwa tersedianya air dapat merangsang terbentuknya anakan, karena air yang diperlukan untuk fotosintesis tanaman cukup tersedia, dimana CO 2 dan air diubah menjadi karbohidrat sederhana yang dihasilkan melalui metabolisme, diubah menjadi lipid, asam nukleat, protein dan molekul lainnya.

37 4. Warna Daun Hasil pengamatan warna daun dengan menggunakan munshell color chart menunjukan adanya perbedaan tingkat kehijauan warna daun padi dari berbagai perlakuan larutan garam. Hasil pengamatan warna daun disajikan pada tabel 4. Tabel 3. Skala Hasil Pengamatan Warna Daun Konsentrasi garam Ulangan Skala Warna daun 0 ppm 1 5 GY 5/8 2 5 GY 5/6 3 5 GY 5/8 2000 ppm 1 5 GY 5/8 2 5 GY 6/6 3 5 GY 5/8 4000 ppm 1 5 GY 5/8 2 5 GY 5/8 3 5 GY 6/8 6000 ppm 1 5 GY 5/8 2 5 GY 5/8 3 5 GY 5/8 8000 ppm 1 5 GY 6/8 2 5 GY 6/6 3 5 GY 6/8 10000 ppm 1 5 GY 6/8 2 5 GY 6/8 3 5 GY 6/8 carbofuran 3% 1 5 GY 6/8 2 5 GY 6/6 3 5 GY 6/8

38 Hasil pengamatan warna daun padi ditetapkan standar warna daun padi untuk mendapatkan hasil padi yang optimal yaitu pada skala 5GY 5/8 sampai 5GY6/8 (Gardner, dkk, 1991) seperti pada gambar 4, sedangkan hasil pengamatan warna hijau daun pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 4. Gambar 4. Warna daun skala 5GY 5/8 dan 6/8 Aplikasi masing-masing konsentrasi larutan garam tidak memberikan pengaruh negatif terhadap warna daun. Hal tersebut dibuktikan dengan perbandingan hasil pengamatan warna daun aplikasi masing-masing konsentrasi larutan garam (tabel 4) dengan warna daun padi optimal (gambar 4) yang tidak ada perbedaan nyata. Hal tersebut dikarenakan tanaman padi masih dapat mentoleransi asupan larutan garam yang ada. Faktor terbesar yang memberikan pengaruh negatif terhadap perubahan warna daun adalah jumlah hara Nitrogen dan ketersediaan air. Aplikasi larutan garam sampai pada konsentrasi 10.000 ppm tidak memberikan pengaruh negatif terhadap warna daun jika ketersediaan unsur hara Nitrogen dan air tercukupi. Devlin and Witham 1983 dalam Anischan Gani, (2014), menyatakan bahwa dari semua unsur hara yang diberikan ke tanah, sejauh ini pemupukan

39 Nitrogen paling berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman. Tak dapat diragukan lagi, pemupukan Nitrogen adalah suatu faktor penting dalam produksi tanaman. Gejala kekurangan Nitrogen yang paling mudah terlihat adalah menguningnya dedaunan (chlorosis) karena hilangnya chlorofil, pigmen hijau yang berperan dalam proses fotosintesis, yang terdistribusi agak merata pada keseluruhan daun. Kekurangan Nitrogen dicirikan oleh kecepatan pertumbuhan yang rendah dan tanaman kerdil. Gardner, dkk. (1991) mengatakan bahwa agar pemanfaatan radiasi matahari oleh tanaman budidaya dapat dilakukan secara efisien, maka penyerapan radiasi tersebut harus sebagian oleh jaringan fotosintesisnya yang hijau. Fotosintesis menjadi satu-satunya sumber energi bagi kehidupan tanaman selama pertumbuhan. 5. Bobot Segar Aplikasi larutan garam konsentrasi 10.000 ppm tidak memberikan pengaruh terhadap bobot segar tanaman padi. Hal itu karena larutan garam dengan konsentrasi tersebut tidak mempunyai efek yang cukup bearti bagi tanaman padi. Aplikasi larutan garam konsentrasi 10.000 ppm menunjukan angka rata-rata bobot segar 24,460 g tidak ada beda nyata dengan perlakuan kontrol aplikasi tanpa larutan garam dengan angka rata-rata 22,327 g dan aplikasi pestisida sintetis carbofuran 3% dengan angka 28,68 g. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh pembentukan asimilat dari daun yang akan digunakan untuk pertumbuhan tanaman, perkembangan cadangan

40 makanan dan pengolahan sel. Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang menentukan bobot segar tanaman, dengan tersedianya unsur hara yang kecukupan tanaman dapat melakukan proses pertumbuhannya dengan baik dan menghasilkan bobot segar tanaman relatif tinggi. Ketersedian unsur hara dalam penelitian ini relatif sama karena pemberian unsur hara pada masing-masing perlakuan adalah sama dan diduga kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara yang tersedia juga sama karena varietas digunakan sejenis. Bobot segar tanaman tanaman padi antar perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Jadi dapat dikatakan bahwa pada tanaman tersebut kandungan air dan unsurnya sama. Hal ini karena pemberian larutan garam tidak menyebabkan perbedaan penyerapan air dan penimbunan hasil fotosintesis. Bobot basah dipengaruhi oleh kandungan air pada sel-sel tanaman yang kadarnya dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara, sehingga bobot kering tanaman lebih menunjukkan status pertumbuhan tanaman ( Sitompul dan Guritno, 1995). 6. Bobot Kering Aplikasi larutan garam konsentrasi 10.000 ppm menghasilkan bobot kering tanaman tidak berbeda nyata dengan aplikasi kontrol tanpa larutan garam dan pestisida sintetis carbofuran 3%. Hal ini dikarenakan bobot kering tanaman dipengaruhi oleh jumlah anakan, semangkin banyak jumlah anakan semangkin tinggi bobot kering yang dihasilkan tanaman dan dipengaruhi oleh kemampuan tanaman dalam mendapatkan asimilat dari proses fotosintsis. Hubungan bobot segar dan bobot kering tanaman dengan pertumbuhan yaitu jumlah kadar air yang

41 dapat diserap oleh tanaman. Jika tanaman dapat menyerap secara optimal kadar air yang ada di dalam tanah tanah maka bobot segar dan bobot keringnya akan tinggi dibandingkan dengan tanaman yang menyerap air secara tidak optimal. Hal ini juga dipengaruh oleh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman sejauh mana berhubungan erat dengan proses fotosintesis. Dalam proses ini energi cahaya diperlukan untuk berlangsungnya penyatuan CO2 dan air untuk membentuk karbohidrat. Semakin besar jumlah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis sampai dengan optimum (maksimal). Untuk menghasilkan bobot kering yang maksimal, tanaman memerlukan intensitas cahaya penuh. Bobot kering tanaman yang tinggi menggambarkan kemampuan tanaman menghasilkan asimilat yang besar pula. Pada aplikasi larutan garam yang diujikan tidak berpengaruh terhadap bobot kering tanaman padi. Hal ini disebabkan berbagai konsentrasi larutan garam tidak mempunyai efek terhadap bobot kering tanaman. Beberapa proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam mekanisme toleransi dan adaptasi tanaman terhadap salinitas. Sebagai contoh (i) cekaman garam menginduksi akumulasi senyawa organik spesifik di dalam sitosol sel yang dapat bertindak sebagai osmoregulator; (ii) tanaman juga dapat mencegah akumulasi Na dan Cl dalam sitoplasma melalui eksklusi Na dan Cl ke lingkungan eksternal (media tumbuh); (iii) kompartementasi ke dalam vakuola atau mentranslokasi Na dan Cl ke jaringan-jaringan lain (Marchner, 1998).

42 Respon tanaman terhadap salinitas tinggi memiliki kemiripan dengan respon tanaman terhadap cekaman kekeringan. Perubahan bentuk morfologi dan anatomi tanaman, seperti ukuran daun lebih kecil, jumlah stomata lebih sedikit, penebalan kutikula, dan lignifikasi akar lebih awal. Bentuk mekanisme fisiologisnya yaitu kemampuan tanaman menyesuaikan diri terhadap tekanan osmotik yang mencakup penyerapan maupun akumulasi ion-ion dan sintesis senyawa organik, mengatur konsentrasi garam dalam sitoplasma melalui transport membran, dan ketahanan relatif membran dalam mengatur transfer ion dari sitoplasma dan vakuola serta organel lainnya (Maas & Hoffman 1998).