KERAGAMAN AGRONOMIS BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA MODEL PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

dokumen-dokumen yang mirip
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI VARIETAS MEKONGGA TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK ANORGANIK NITROGEN DAN PUPUK ORGANIK CAIR

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

Jurnal online Pertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU Vol.1, No.1. Juni 2013

PENGARUH UMUR BIBIT TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI VARIETAS INPARI 17

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

SELEKSI POTENSI HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI GOGO DI DESA SIDOMULYO KABUPATEN KULON PROGO

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian,Perlakuan dan Analisis Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN KOMPONEN HASIL EMPAT VARIETAS UNGGUL BARU PADI INPARA DI BENGKULU ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

BAB III METODE PENELITIAN

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

Keragaan Beberapa Varietas Unggul Baru Padi pada Lahan Sawah di Kalimantan Barat

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PENGARUH MACAM PERLAKUAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU TANAMAN PADI

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

KAJIAN APLIKASI PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN AN- ORGANIK TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam pembangunan nasional. Keberhasilan pembangunan

PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA GALUR PADI TAHAN TUNGRO DI KABUPATEN BANJAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENGARUH PEMUPUKAN N, P, K PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI (Oryza sativa L.) KEPRAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

Varietas Unggul Mendukung Usahatani Padi di Lahan Lebak. Morphological Characterization and Content of Sugar Some Sweet Potato Germplasm Local Lampung

Kata kunci : kompos, Azolla, pupuk anorganik, produksi

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

RINGKASAN. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

Sumber : Nurman S.P. (

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAMPUNG SELATAN

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

ABSTRAK. Kata Kunci: Padi, Varietas Inpari 13, Pupuk, Jajar Legowo

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU PADI SAWAH DI LAHAN PASANG SURUT KABUPATEN SERUYAN. Astri Anto, Sandis Wahyu Prasetiyo

PENDAHULUAN Latar Belakang

KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI GOGO DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI. Mildaerizanti, Desi Hernita, Salwati dan B.Murdolelono BPTP JAMBI BPTP NTT

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN OMISSION PLOT Kajian Efektifitas Pengelolaan Lahan Sawah Irigasi Pada Kawasan Penambangan Nikel Di Wasile - Maluku Utara

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Tinggi tanaman padi akibat penambahan jenis dan dosis amelioran.

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH AKSESI GULMA Echinochloa crus-galli TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

PENAMPILAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI VARIETAS UNGGUL BARU PADI RAWA PADA LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA

Pengkajian Beberapa Varietas Unggul Baru (Vub) Padi Di Lahan Rawa Lebak Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah Solusi Vol. 1 No.1 Januari Maret 2014: 1-10 KERAGAMAN AGRONOMIS BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA MODEL PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Yudhi Mahmud, Sulistyo Sidik Purnomo Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Universitas Singaperbangsa Karawang Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan varietas unggul baru tanaman padi (Oryza sativa L.) apa yang menghasilkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi tertinggi pada model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi di Desa Kuta Raharja Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Tempat percobaan berada pada ketinggian 18 meter di atas permukaan laut dengan jenis tanah Aluvial kelabu. Tempat percobaan berdasarkan Klasifikasi iklim Schmidt and Ferguson, tergolong tipe E (agak kering). Percobaan dilaksanakan pada musim kemarau 2013 selama 5 bulan mulai dari bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktor Tunggal, yang terdiri dari 5 perlakuan. Adapun 5 perlakuan itu adalah A = Varietas Mekongga, B = Varietas Sidenuk C = Varietas Ciherang, D = Inpari 18 dan, E = Varietas Inpari 19. Hasil penelitian menunjukkan Terdapat pengaruh macam varietas terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, bobot 1.000 butir gabah isi dan hasil gabah kering giling (GKG) dari kelima varietas tanaman padi yang digunakan. Varietas Mekongga memperoleh hasil gabah kering giling tertinggi, yaitu 6,82 kg/petak atau setara dengan 7,58 ton/ha berbeda nyata dengan empat varietas lainnya. Kata Kunci : Varietas Unggul baru, PTT, PENDAHULUAN Padi merupakan komoditas pangan utama di Indonesia. Tingkat produksi maupun konsumsi padi selalu menempati urutan pertama diantara komoditas tanaman pangan lainnya. Konsumsi padi dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan penduduk. Demikian juga dengan produksi maupun produktivitas padi semakin meningkat seiring dengan penggunaan varietas unggul dan teknik budaya yang intensif. Pada tahun 1978 produksi padi nasional sebesar 25.77 juta ton sedangkan pada tahun 1984 menjadi 38.14 juta ton dengan produktivitas 3.91 ton/ha. Pada tahun 2000, produksi nasional mencapai 51.89 juta ton dengan produktivitas sekitar 4.4 ton/ha (Departemen Pertanian, 2006). Permasalahan yang muncul adalah terjadinya pelandaian peningkatan produksi dan produktivitas padi secara nasional. Produksi tahun 1981 1990 meningkat sebesar 4.08% per tahun, tahun 1991-2000 sebesar 1.31% per tahun, sedangkan tahun 2001-2007 sebesar 0.58% (Badan Pusat Statistik, 2008). Angka 1

tersebut menunjukkan penurunan tingkat kanaikan produksi pada dekade ini cukup besar jika dibandingkan dengan dekade sebelumnya. Pada satu sisi, kebutuhan pangan nasional terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk sedangkan sisi lain upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional dengan cara selalu mengimpor, selain menguras banyak devisa, juga tidak strategis bagi kepentingan ketahanan nasional dalam jangka panjang. Hal ini secara tidak langsung membutuhkan solusi dari segi varietas tanaman pangan yang berkualitas. Sasaran perbaikan varietas padi adalah menghasilkan varietas varietas baru yang mempunyai sifat-sifat unggul sesuai dengan tujuan pengembangan pada masing-masing tipologi wilayah padi yaitu : lahan sawah, dataran tinggi, gogo, lebak air dalam dan pasang surut (Harahap dan Silitongga, 1993). Varietas yang memiliki prospek untuk menggantikan varietas Ciherang sebagai varietas padi sawah utama yang ditanami petani adalah varietas Mekongga, varietas Inpari 18, varietas Inpari 19, dan varietas Inpari Sidenuk. Varietas ini termasuk dalam golongan varietas unggul baru yang belum dikenal masyarakat, khususnya para petani di Kabupaten Karawang, sehingga perlu diketahui bagaimana kemampuan adaptasinya jika ditanam di daerah Karawang dan dapat menjadi pilihan atau alternatif varietas tanaman padi yang dapat ditanam dengan hasil yang lebih baik. Pengelolaan Tanaman Terpadu atau PTT padi sawah bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman dari segi hasil dan kualitas melalui penerapan teknologi yang cocok dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) serta menjaga kelestarian lingkungan. Dengan meningkatnya hasil produksi diharapkan pendapatan petani akan meningkat. METODE PENELITIAN Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi di Desa Kutaraharja Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pada musim kemarau tahun 2013 selama lima bulan dari bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013. Bahan yang digunakan adalah benih kelas FS (Foundation seed) tanaman padi varietas unggul baru Ciherang, Mekongga, Sidenuk, Inpari 18, Inpari 19, pupuk Urea (46% N), pupuk SP36 (36% P2O5 ), pupuk KCl (60 % K2O) dan pestisida. Metode penelitian menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari 5 yang masing-masing diulang 5 kali. Analisis keragaman (Analysis of Variance) dilakukan untuk semua data hasil pengamatan utama. Jika hasil uji F untuk perlakuan dalam sidik ragam menunjukkan berbeda nyata, maka untuk mengetahui perlakuan paling baik pengujian dilajutkan dengan uji beda rata-rata dengan menggunakan Duncan multiple range test (DMRT) pada taraf nyata 5 % (Gomez dan Gomez, 2007) Kegiatan pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan penunjang dan pengamatan utama. Pengamatan penunjang adalah pengamatan yang datanya tidak disertai analisis statistik, meliputi keadaan cuaca selama percobaan yaitu suhu dan curah hujan selama 10 tahun terakhir dan keadaan OPT selama 2

percobaan. Sedangkan Pengamatan utama adalah pengamatan yang diuji secara statistic meliputi pengamatan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, bobot 1.000 butir gabah isi dan hasil gabah kering giling (GKG). HASIL DAN PEMBAHASAN Selama percobaan dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober, suhu dan kelembaban udara tidak mengalami perubahan cukup berarti. Kisaran suhu harian selama percobaan antara 24 0 C 33 0 C, sedangkan kelembaban relatif antara 45% - 80%. Kisaran suhu dan kelembaban relatif tempat percobaan berada pada kisaran yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi, seperti yang dikemukakan oleh Fagi dan Las (1989), bahwa tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 35 0 C. Secara umum pelaksanaan percobaan di lapangan berjalan lancar, tidak terjadi serangan hama yang mengkhawatirkan, dan tidak terjadi serangan penyakit yang mengkhawatirkan. Pengumpulan data serangan hama dan penyakit didasarkan pada jenis dan gejala serangan hama dan penyakit selama percobaan. Serangan hama mulai terlihat pada saat tanaman berumur 5 hari setelah tanam. Hama yang menyerang yaitu siput Murbai atau keong emas (Pomacea canaliculata). Serangan hama tikus (Rattus rattus argentiventer) terjadi pada umur 14 dan 21 hst. Pada umur 28 hari setelah tanam terjadi serangan hama penggerek batang padi (Scirpophaga spp ) dengan intensitas rendah, dan dapat diatasi secara kimia menggunakan insektisida. 1. Tinggi Tanaman per Rumpun Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat pengaruh nyata macam varietas terhadap keragaan tinggi tanaman dari lima varietas yang diteiliti tertera pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Pengaruh macam varietas tanaman padi terhadap tinggi tanaman padi sawah di Kecamatan Banyusari Karawang pada umur 14 70 hst. Perlakuan Rata-rata tinggi tanaman per rumpun umur Kode Varietas 14 hst 28 hst 42 hst 56 hst 70 hst (cm) A Mekongga 39,93b 65,09b 85,15b 93,83b 104,96b B Sidenuk 41,91b 65,99b 84,01b 93,81b 105,77b C Ciherang 41,35b 65,00b 89,04b 106,02a 110,69a D Inpari 18 46,96a 67,27b 87,87b 101.27a 101,55b 3

E Inpari 19 48,02a 74,81a 98,12a 103,61a 105,61ab Koefisien Keragaman (%) 7,45 5,23 5,47 4,39 3,78 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. Varietas Inpari 19 sejak 14 hst hingga 42 hst memiliki tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan varietas lainnya, baru pada umur 56 hst tinggi tanaman tertinggi dicapai oleh varietas Ciherang berbeda nyata dengan varietas Mekongga dan Sidenuk, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 18 dan Inpari 19. Pada umur 70 hst tinggi tanaman tertinggi dicapai oleh varietas Ciherang berbeda nyata dengan varietas Mekongga, Sidenuk dan Inpari 18, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 19. 2. Jumlah Anakan per Rumpun Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat pengaruh nyata macam varietas terhadap keragaan jumlah anakan per rumpun dari lima varietas yang diteiliti tertera pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Pengaruh macam varietas tanaman padi terhadap jumlah anakan per rumpun padi sawah di Kecamatan Banyusari Karawang pada umur 14 70 hst. Kode Perlakuan Varietas Rata-rata jumlah anakan per rumpun umur 14 hst 28 hst 42 hst 56 hst 70 hst (batang) A Mekongga 6,88a 16,82a 20,44a 15,94a 14,46a B Sidenuk 5,84ab 15,56a 17,84b 13,7b 11,86b C Ciherang 5,64ab 14,42ab 17,14b 12.16 bc 10,10b D Inpari 18 5,22b 12,10bc 14,32c 11,3c 10,30b E Inpari 19 6,40ab 10,72c 13,66c 11,06c 10,08b Koefisien Keragaman (%) 15,52 12,97 9,97 10,68 13,19 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. Pada umur 14 hst jumlah anakan terbanyak dicapai oleh varietas Mekongga, berbeda nyata dengan varietas Inpari 18, namun tidak berbeda nyata 4

dengan varietas Sidenuk, Ciherang dan Inpari 19. Pada umur 28 hst jumlah anakan terbanyak masih dicapai oleh varietas Mekongga berbeda nyata dengan varietas Inpari 18 dan Inpari 19. Pada umur 42 70 hst varietas Mekongga memiliki jumlah anakan paling banyak berbeda nyata dengan varietas lainnya. Secara umum jumlah anakan menurun pada saat tanaman padi mencapai periode generatif, diduga karena adanya kompetisi yang menyebabkan kebutuhan nutrisi, cahaya dan ruang tumbuh menjadi tidak tercukupi sehingga pertumbuhan jumlah anakan terganggu dan akhirnya mati (Sastroutomo, 2009). 3. Jumlah malai per rumpun Jumlah malai per rumpun terbanyak dicapai oleh varietas Mekongga berbeda nyata dengan empat varietas lainnya. Perolehan jumlah malai per rumpun berkaitan erat dengan kemampuan tanaman menghasilkan anakan dan kemampuan mempertahankan berbagai fungsi fisiologis tanaman. Semakin banyak anakan yang terbentuk semakin besar peluang terbentuknya anakan yang menghasilkan malai. Hal ini sejalan dengan pendapat Murayama (1995) yang menyatakan bahwa pada saat tanaman mulai berbunga hampir seluruh hasil fotosintesis dialokasikan ke bagian generatif tanaman (malai) dalam bentuk tepung. Selain itu, terjadi juga mobilisasi karbohidrat protein dan mineral yang ada di daun, batang dan akar untuk dipindahkan ke malai. Tabel 3. Pengaruh macam varietas tanaman padi terhadap komponen hasil tanaman padi sawah di Kecamatan Banyusari Karawang, 2013. Kode Perlakuan Varietas Jumlah malai per rumpun Jumlah gabah per malai Persentase gabah isi Bobot 1000 butir gabah isi (Batang) (Butir) (%) (gram) A Mekongga 14,1a 108,52b 94,86a 27,8a B Sidenuk 11,66b 132,55a 91,44bc 25,26b C Ciherang 9,86b 120,86ab 90,84bc 26,68b D Inpari 18 10,22b 106,07b 92,66ab 28,46a E Inpari 19 9,98b 120,45ab 90,02c 25,6b Koefisien Keragaman (%) 13,57 10,36 1,67 5,74 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. 5

4. Jumlah gabah per malai Jumlah gabah per malai terbanyak diperoleh oleh varietas Sidenuk berbeda nyata dengan Mekongga dan Inpari 18, tapi tidak berbeda nyata dengan varietas Ciherang dan Inpari 19. Kemampuan tanaman untuk menghasilkan jumlah gabah per malai dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satu faktor yang paling penting adalah karakteristik panjang malai dan ketersediaan hara. Setiap varietas memiliki karakteristik panjang malai yang berbeda. Adanya perbedaan panjang malai berpengaruh terhadap perbedaan jumlah bakal gabah dengan kecenderungan semakin panjang malai semakin banyak bakal gabah yang terbentuk. Perbedaan jumlah gabah per malai yang dihasilkan dari masing-masing varietas disebabkan oleh faktor genetik masing-masing varietas, berdasarkan deskripsi varietas Sidenuk memang memiliki jumlah gabah paling banyak, yaitu 175 200 butir. Hal ini sejalan dengan pendapat Guswara (2007) jumlah gabah per malai dipengaruhi oleh faktor genetik. Disamping itu faktor lingkungan ikut berperan dalam tinggi rendahnya jumlah gabah permalai, karena keadaan cuaca yang cerah dapat meningkatkan laju fotosintesa, energi cahaya yang digunakan untuk merombak air dan gas asam arang dirubah menjadi makanan, fotosintat yang dihasilkan akan disimpan dalam jaringan batang dan daun, kemudian akan ditranslokasikan ke gabah tingkat pematangan 5. Persentase Gabah Isi Hasil analisis ragam dan uji beda nyata Duncan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase gabah isi tertinggi diperoleh varietas Mekongga, yaitu 94,86% berbeda nyata dengan varietas Sidenuk, Ciherang dan Inpari 19, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Inpari 18. Perbedaan persentase gabah isi ini diduga disebabkan oleh faktor genetik dari tiap varietas tanaman padi yang digunakan. Varietas Mekongga relatif lebih stabil dibanding varietas lainnya sehingga memiliki persentase gabah isi yang tinggi. Tingginya persentase gabah isi per malai sangat dipengaruhi oleh jumlah gabah per malai dan jaminan hara yang tersedia. Kondisi lingkungan tumbuh yang sesuai cenderung merangsang proses inisiasi malai menjadi sempurna, sehingga peluang terbentuknya bakal gabah menjadi lebih banyak. Namun demikian semakin banyak gabah yang terbentuk, meningkatkan beban tanaman untuk membentuk gabah bernas. Apabila saat proses pengisian gabah, tidak diimbangi dengan ketersediaan hara yang mencukupi akan banyak terbentuk gabah hampa. Persentase gabah isi merupakan salah satu indikator produktivitas tanaman, semakin tinggi persentase gabah isi yang diperoleh suatu varietas menandakan varietas tersebut mempunyai produktivitas yang tinggi 6. Bobot 1.000 butir gabah isi Hasil analisis ragam dan uji beda nyata Duncan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa bobot 1.000 butir gabah isi tertinggi diperoleh varietas Inpari 18, yaitu 28,46 gram berbeda nyata dengan varietas Sidenuk, Ciherang dan Inpari 19, namun tidak berbeda nyata dengan varietas Mekongga. Perbedaan bobot 1000 butir gabah isi antara hasil percobaan dan deskripsi membuktikan bahwa walaupun secara genotifik varietas-varietas tersebut sudah stabil namun faktor lingkungan sangat mempengaruhi sifat fenotifik dari suatu varietas. 6

7. Hasil Gabah Kering Giling Hasil analisis statistik terhadap data hasil gabah kering giling (GKG) dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf nyata 5% tertera pada Tabel 4. Hasil analisis statistik terhadap hasil gabah kering giling menunjukkan varietas Mekongga memperoleh hasil tertinggi sebesar 6,82 kg/petak atau setara dengan 7,58 ton/ha, berbeda nyata dengan hasil gabah kering giling empat varietas lainnya. Hasil gabah berhubungan erat dengan komponen hasil seperti jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi dan bobot 1.000 butir gabah isi. Tingginya perolehan hasil gabah kering giling varietas Mekongga ditunjang oleh perolehan jumlah malai per rumpun, persentase gabah isi dan bobot 1.000 butir gabah isi yang lebih banyak dibanding perlakuan lainnya. Tabel 4. Pengaruh macam varietas tanaman padi terhadap hasil gabah kering giling tanaman padi sawah di Kecamatan Banyusari Karawang. 2013. Perlakuan Hasil Gabah Kering Giling Kode Varietas (kg/petak) (ton/ha) A Mekongga 6.82a 7,58 B Sidenuk 5,98b 6,64 C Ciherang 5,8b 6,44 D Inpari 18 5,96b 6,62 E Inpari 19 5,5b 6,11 Koefisien Keragaman (%) 7,78 Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukan tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh macam varietas terhadap tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, bobot 1.000 butir gabah isi dan hasil gabah kering giling (GKG) dari kelima varietas tanaman padi yang digunakan. 7

2. Varietas Mekongga memperoleh hasil gabah kering giling tertinggi, yaitu 6,82 kg/petak atau setara dengan 7,58 ton/ha berbeda nyata dengan empat varietas lainnya. DAFTAR PUSTAKA Atman. 2005. Pengaruh Sistim Tanam Bershaf dengan P-starter (shafter) pada Padi Sawah varietas Batang Piaman. Jurnal Stigma Vol. XIII No. 4, Oktober-Desember 2005. Faperta Universitas Andalas Padang; 579-582. Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Indonesia.. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. 2010. Macam Varietas Unggul. http://bbpadi.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 6 Maret 2013. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. 2011. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Pada Lahan Sawah Dengan Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. http://bali.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 16 April 2013. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Potensi Varietas Unggul Baru Tanaman Padi. Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Padi. Bogor Bambang. 2010. Benih Tahan Banting. http://majalahpadi.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Maret 2013. Budianto D. 2003. Kebijaksanaan Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Peningkatan Produktivitas Padi Terpadu Di Indonesia. Prosiding Lokakarya pelaksanaan program peningkatan Produktivitas Padi Terpadu (P3T) Tahun 2003. Puslitbangtan. Bogor. Departemen Pertanian. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Gogo. Pedoman bagi penyuluh pertanian. Badan Litbangtan. Departemen Pertanian. Jakarta. Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Karawang. Paparan Target Produksi Tanaman pangan di Kabupaten Karawang Tahun Anggaran 2013. Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Kabupaten Karawang. Karawang. Gomez, A. K.,dan Gomez, A.A. 2007. Prosedur Statistik Untuk Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia Press. 698 hal. Guswara, A., Tita, R., E. Sutisna, dan I. Las. 2003. Intersepsi Radiasi Dalam Berbagai Populasi Padi Tipe Baru. Laporan Kemajuan Penelitian. 2003. 11 p. tidak dipublikasikan. 8

Guswara, A.2007. Peningkatan Hasil Tanaman Padi Melalui Pengembangan Padi Hibrida : Dalam Kumpulan RDTP/ROPP. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.. Harahap, Z. dan Silitongga. 1993. Perbaikan Varietas Padi Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. http://www.bps.go.id (03 April 2011) Ihsan, Nurman. 2012. Macam Macam Karakteristik Varietas Padi Unggul Baru. http://ceritanurmanadi.wordpress.com. Diakses pada tanggal 16 April 2013 Ishaq, Iskandar, Kasdi Subagyono, dan Agus Nurawan. 2009. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pertanian, Jakarta. Kush. G. S. and R. C. Aquino. 1990. Breeding For High Yield Potential In Rice. Paper Presented At The International Rice Research Conference. 27 31 Augustus. Seoul, Korea. Murayama, N 1995. Fertilizer application to rice in relation to nutriphysiology of ripening. 2.j.Agri.Sci.24:71-77.(J) dalam skripsi H. Sukardi. 2006. Pengaruh Kombinasi Dosis Pupuk Anorganik (NPK) dan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Fakultas Pertanian Unsika. Manurung, S.O. dan M. Ismunadji. 1989. Morfologi Padi. Dalam Padi Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman, Bogor. Hal. 319. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. 2011. Usaha Tani Padi Dengan Pendekatan PTT. Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian.Jakarta. Sabiha. 2012. Varietas Inpari Untuk Rakyat..http://blog.ub.ac.id. Diakses Pada Tanggal 6 Maret 2013. Sastroutomo, S., 2009. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka. Jakarta. Simorangkir, Yudho.2011. Sawah Irigasi. http://yudhozone.blogspot.com Diakses Pada Tanggal 12 Maret 2013. Sudirman. 2005. Deskripsi Tanaman Padi. http://theriiz.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Maret 2013. Suhendar, Yan. 2011. Pemilihan Varietas Unggul Baru. http://www.agrinaonline.com. Diakses pada tanggal 16 April 2013. 9

Suteja. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bina Aksara, Jakarta. 193 hal. Suryatna. 2007. Subsidi Benih Dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Produksi Pangan, Kebijaksanaan Pembangunan Pertanian, Analisis Kebijaksanaan Antisipatif Dan Responsif. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor. 10