Manajemen Aset Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PERBANDINGAN URUTAN PRIORITAS USULAN PROYEK PEMELIHARAAN JALAN PROVINSI EKSISTING DENGAN METODA PEMBOBOTAN DI SULAWESI SELATAN.

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

Tidak adanya metode khusus yang digunakan oleh Satuan Kerja Sementara Pemeliharaan Jalan Papua Barat dalam menentukan skala prioritas dalam

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juli 2012, ISSN

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISA PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN PASAR BARU DI KECAMATAN MUARADUA KABUPATEN OKU SELATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

STUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT

ANALISA PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN DI KOTA BIMA

Saut P. Munthe, A. Agung Gde Kartika. ST, M.Sc dan Budi Rahardjo. ST, MT Abstrak 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.

Penyebaran Kuisioner

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 3 METODE PENELITIAN

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

PEMILIHAN ALTERNATIF LOKASI TERMINAL DI KOTA SURAKARTA

BAB III METODE KAJIAN

Peralihan Moda Transportasi Jasa Pengiriman Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP): Studi Kasus PT. XYZ

WALIKOTA PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN MERANGIN

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN LALULINTAS DI WILAYAH BANDUNG METROPOLITAN AREA

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA

APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN BIDAN DI DESA MENGGUNAKAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

DAFTAR TABEL. Halaman. Tabel 2.1. Jalan Umum Menurut Fungsinya.. 9. Tabel Jalan Umum Menurut Statusnya. 10.

URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KOTA DI KOTA PONTIANAK DENGAN MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK

PENENTUAN PRIORITAS PERBAIKAN JALAN UNTUK JALAN BERASPAL STUDI KASUS: JALAN JAYAPURA SENTANI, PROPINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 3, No. 2 : , September 2016

MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA. Muh. Rasyid Ridha

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

ANALISIS PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN REHABILITASI BANGUNAN GEDUNG SD NEGERI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG.

BAB III METODE PENELITIAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

2 pengukuran kinerja masing-masing unit kerja. Model pengukuran kinerja yang digunakan di UNS saat ini masih bersifat manual yang cenderung mengedepan

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analisis Keputusan TIP FTP UB

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

STUDI ALTERNATIF LOKASI LAHAN TERMINAL BUS KOTA SABANG

Analisa Manfaat Dan Biaya Rusunawa Jemundo, Sidoarjo

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2013

PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Bahan dan Alat Teknik Pengumpulan Data Metode Analisis Analisis Spasial

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISA MANFAAT BIAYA MENGGUNAKAN PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN PRIORITAS PROYEK APBD PENANGANAN DRAINASE DI KOTA BANDUNG

DAFTAR PUSTAKA. 1. Anonim, (2003), Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan di Kab. Serang (2003), Dinas Perhubungan Kabupaten Serang, Banten

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

III. METODE PENELITIAN

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

Penentuan Prioritas Pemeliharaan Bangunan Gedung Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten OKU

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

Transkripsi:

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN DI KOTA PANGKALPINANG BERDASARKAN METODA PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang) 1) Saparudin, 1) Ria A.A. Soemitro dan 1) Ervina Ahyudanari 1) Manajemen Aset Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK Kegiatan peningkatan jalan merupakan salah satu bagian dari kegiatan pemeliharaan jaringan jalan yang dilakukan bagi jalan yang telah mencapai kondisi rusak ringan dan rusak berat. Dengan keterbatasan anggran dana maka kegiatan peningkatan jalan tidak dapat dilaksanakan sekaligus untuk semua ruas jalan yang ada setiap tahunnya. Untuk itulah perlu dilakukan suatu penelitian tentang metoda penentuan urutan prioritas terhadap ruas-ruas jalan yang akan dilakukan kegiatan peningkatan. Penelitian ini diawali dengan identifikasi masalah dan kondisi eksisting, pengumpulan data, serta analisa dan pembahasan, dengan jumlah ruas jalan penelitian sebanyak 43 ruas jalan yang masuk dalam Program Peningkatan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang Tahun 2003. Proses penelitian ini dilakukan tiga tahapan utama yaitu penentuan kriteria dan perhitungan nilai kriteria, penyusunan model hirarki dan analisa multi kriteria, serta penentuan urutan prioritas usulan kegiatan peningkatan jalan. Urutan priortias usulan ditentunkan berdasarkan peringkat dari besarnya nilai manfaat yang diperoleh dari jumlah perkalian nilai kriteria dengan bobot kriteria untuk setiap ruas jalan penelitian. Adapun kriteria yang digunakan berdasarkan bobot tingkat kepentingan yang diperoleh dengan menggunakan metoda Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah kriteria kondisi ruas jalan (21,06%), Lalu Lintas Harian Rata -rata (LHR) (17,36), potensi ekonomi komoditi unggulan (15,04%), manfaat pemakai jalan (13.36%), t rayek angkutan umum (9,37%), jumlah penduduk pengguna ruas jalan (5,63%), peranserta masyarakat (3,86%), usulan Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) (3,70%), aksesibilitas (3,68%), hirarki jalan (3,63%), dan jumlah fasilitas umum (3,30%). Hasil urutan prioritas usulan kegiatan peningkatan jalan dengan metoda pembangunan daerah ini terdapat 21 ruas jalan. Tiga urutan prioritas usulan pertama berdasarkan jumlah manfaat adalah ruas jalan Bukit Intan II (67,57), Kampung Bintang Luar (66,98) dan Lembawai I (58,39). Berdasarkan hasil evaluasi dinyatakan bahwa hasil urutan prioritas usulan dengan metoda pembangunan daerah dinilai lebih baik karena kriteria yang digunakan lebih lengkap, dapat mengetahui bobot tingkat kepentingan dari kriteria, mampu merumuskan priortias dalam kondisi lapangan yang kompleks, bersifat berkelanjutan, tepat sasaran dan sesuai dengan azas pemerataan pembangunan daerah. Kata kunci : urutan prioritas, peningkatan jalan, pembangunan daerah PENDAHULUAN Pemeliharaan jaringan jalan yang dari tahun ke tahun mengalami penurunan yang mengakibatkan kondisi jalan tersebut tidak dapat mencapai umur rencana. Selain

itu juga pemeliharaan jalan dilakukan sering tidak tepat sasaran, dimana di dalam menentukan prioritas ruas jalan yang akan mendapat kegiatan pemeliharaan jaringan jalan tidak berdasarkan prioritas tertentu. Pemeliharaan dari masing-masing kondisi jalan (baik, sedang, rusak ringan, rusak berat) ini harus memerlukan program yang tepat, sehingga nantinya kondisi jalan tersebut sesuai dengan umur rencana dan pada kondisi jalan mantap dengan tetap mengacu kepada peningkatan ekonomi masyarakat. Sedangkan kendala yang dihadapi Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang adalah keterbatasan dana yang mengakibatkan tidak memungkinkannya pemeliharaan jaringan jalan dapat dilakukan sekaligus secara bersamaan untuk semua ruas-ruas jalan kota pada setiap tahun anggaran. Selain itu juga di dalam membuat urutan prioritas usulan kegiatan pemeliharaan jaringan jalan, Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang tidak disusun berdasarkan prioritas tertentu. Tidak ada metode yang khusus yang digunakan dalam menentukan prioritas usulan kegiatan pemeliharaan jaringan jalan, sehingga sering kali kegiatan pemeliharaan jaringan jalan yang diusulkan tidak tepat sasaran. Perlunya suatu metode khusus di dalam menentukan urutan prioritas usulan pemeliharaan jaringan jalan yaitu suatu metode yang lebih mengarah kepada tujuan dan sasaran dari pembangunan daerah. Tujuan dan sasaran pembangunan daerah didasarkan pada visi dan misi yang telah dirancang, dibuat dan disepakati bersama sesuai dengan kondisi, potensi serta permasalahan yang ada di daerah untuk masa yang akan datang khususnya Kota Pangkalpinang. DASAR TEORI Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (UU RI No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan). Menurut PP RI No.26 Tahun 1985 tentang Jalan, pemeliharaan jaringan jalan dimaksudkan untuk kondisi jalan beserta kelengkapannya agar dapat berfungsi melayani pergerakan lalu lintas pada tingkat kecepatan, keamanan dan kenyamanan yang dibutuhkan oleh pemakai jalan. Sedangkan Kegiatan peningkatan jalan merupakan kegiatan penanganan untuk dapat meningkatkan kemampuan ruas jalan dalam kondisi tidak mantap atau kritis, agar ruas jalan mempunyai kondisi pelayanan mantap sesuai umur rencana yang ditetapkan. Renstrada merupakan dokumen perencanaan pembangunan lima tahunan yang memberikan arah kebijakan serta pedoman dalam pelaksanaan pembangunan daerah menuju suatu sistem pembangunan yang sistematis, terukur serta berkelanjutan. Untuk mewujudkan konsep pelaksanaan pembangunan daerah ini maka disusunlah beberapa tujuan dan sasaran sebagai penjabaran dari visi dan misi pemerintah daerah. Salah satu analisa multi kriteria yang sering dipakai adalah Analytical Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty (1988) yang dapat memecahkan masalah yang kompleks dimana aspek atau kriteria yang diambil cukup banyak. Model AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan infut utamanya persepsi manusia. Adapun prinsip-prinsip dari metode AHP adalah kesatuan, kompleksitas, saling ketergantungan, pengulangan proses, penilaian dan konsesus, tawar menawar, penyusunan hierarki, pengukuran, sintesis dan konsistensi (Saaty, 1993). D-2-2

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahapan utama, yaitu penentuan kriteria dan perhitungan nilai kriteria, penyusunan model hirarki dan analisa multi kriteria, dan penentuan urutan prioritas usulan kegiatan peningkatan jalan, dengan jumlah ruas jalan penelitian sebanyak 43 ruas jalan kota. Dalam penelitian ini, metode analisa multi kriteria yang dipakai untuk menentukan bobot tingkat kepentingan dari msing-masing kriteria adalah menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Penentuan Kriteria dan Perhitungan Kriteria Penentuan dan penyusunan kriteria pada metoda pembangunan daerah ini berdasarkan rumusan dari tujuan dan sasaran pada visi dan misi yang tercantum dalam dokumen pembangunan daerah berupa Renstrada (Rencana Strategis Daerah) Kota Pangkalpinang, yang didalamnya terdapat kriteria yang digunakan pada kondisi eksisting dan juga kriteria yang digunakan pada penelitian terdahulu (Setiawan Siregar, 2004). Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai untuk masing-masing kriteria berdasarkan data sekunder dan hasil survei lapangan. Penyusunan Model Hirarki dan Analisa Multi Kriteria Penyusunan model hirarki terdiri dari tiga level yaitu : 1. Level I (Tujuan) Tujuannya adalah menentukan urutan prioritas usulan kegiatan peningkatan jalan pada ruas jalan kota di Kota Pangkalpinang dengan menggunakan metoda pembangunan daerah. 2. Level II (Kriteria) Kriteria-kriteria yang digunakan adalah berdasarkan hasil rumusan terhadap dokumen pembangunan daerah dan selanjutnya dilakukan survei kuesioner responden untuk mendapatkan nilai bobot tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria serta akan mempengaruhi tujuan dengan bobot yang berbeda. 3. Level III (Penentuan Alternatif) Alternatif yang digunakan pada level III adalah ruas jalan kota yang masuk ke dalam program peningkatan jalan di Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang Tahun 2003 yaitu sebanyak 43 ruas jalan kota dalam kondisi rusak ringan dan rusak berat. Analisa multi kriteria adalah analisa yang dipakai untuk menentukan pilihan dengan menggunakan metode penilaian dan pembobotan terhadap beberapa kriteria yang mempengaruhi pengambil keputusan dalam membuat keputusan. Pengambil keputusan yang merupakan responden pada metoda pembangunan daerah ini adalah Tim Pembahas di Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang sebanyak delapan orang serta Tim Penyusun/Pembahas APBD Kota Pangkalpinang, dalam hal ini Tim Anggaran Kelompok Teknis Belanja Pelayanan Publik, jenis Belanja Modal sebanyak sembilan orang. Penentuan Urutan Prioritas Usulan Kegiatan Peningkatan Jalan Adapun langkah-langkah dalam menentukan urutan prioritas usulan sebagai berikut : 1. dari masing-masing kriteria terlebih dahulu dijadikan skala, karena masingmasing nilai mempunyai satuan yang berbeda. Pemberian skala dengan membagi jumlah nilai masing-masing dengan nilai tertinggi dari salah satu ruas jalan yang D-2-3

diteliti. 2. Skala tersebut dikalikan dengan bobot masing-masing kriteria yang telah diperoleh dan ditetapkan dari proses analisa multi kriteria dan kemudian akan menghasilkan nilai. 3. masing-masing kriteria ini (point 2) dijumlahkan berdasarkan ruas -ruas jalan yang diteliti dan hasilnya disebut dengan jumlah keuntungan (manfaat). Untuk menentukan peringkat adalah dengan cara melihat nilai jumlah keuntungan mulai dari yang terbesar sampai ke yang terkecil. Jumlah nilai terbesar/tertinggi merupakan peringkat prioritas teratas dan yang terendah meruapakan peringkat prioritas terakhir. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penentuan kriteria yang akan digunakan harus mengacu pada rumusan dari dokumen pembangunan daerah yaitu dokumen Renstrada. Hasil dari penentuan kriteria dan perhitungan nilai masing-masing kriteria yang digunakan pada metoda pembangunan daerah untuk setiap ruas jalan penelitian dapat dilihat pada Tabel. 4. Berikut adalah nilai terbesar dari masing-masing kriteria pada ruas jalan penelitian adalah: 1. Kriteria potensi ekonomi komoditi unggulan Kriteria potensi ekonomi dari hasil komoditi unggulan (PK) merupakan nilai dari tingkat penerimaan masyarakat yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat dari hasil produksi komoditi yang ada di wilayah ruas jalan penelitian. 2. Kriteria manfaat pemakai jalan Kriteria manfaat pemakai jalan (PJ) berupa penghematan biaya operasional kendaraan (BOK) dan nilai waktu kendaraan yaitu selisih sebelum dengan sesudah adanya kegiatan peningkatan jalan. Dari kedua kriteria diatas, kemudian dihitung analisa kelayakan manfaat ekonomi dengan nilai terbesar terdapat pada ruas jalan Lembawai I (105) yaitu sebesar Rp 4.260,91 juta (Tabel. 4). 3. Kriteria jumlah penduduk pengguna jalan Merupakan penduduk yang secara aktif menggunakan ruas jalan penelitian yang dihitung berdasarkan jumlah LHR dan jumlah penumpang untuk masing-masing jenis kendaraan. Jumlah penduduk pengguna ruas jalan (JP) terbesar terdapat pada ruas jalan Kampung Bintang Luar (005) yaitu sebesar 7.476 jiwa. 4. Kriteria jumlah fasilitas umum Kriteria jumlah fasilitas umum (FU) yang diperhitungkan antara lain sarana pendidikan, sarana kesehatan, tempat peribadatan, kantor pemerintahan dan pasar yang ada disepanjang ruas jalan penelitian. Jumlah fasilitas umum terbesar terdapat pada ruas jalan Tembus Bukit Merapin (175) yaitu sebanyak delapan buah. 5. Kriteria peranserta masyarakat Kriteria peranserta masyarakat (PM) adalah keterlibatan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pemeliharaan jaringan jalan antara lain pekerjaan pembersihan saluran, pekerjaan tebasan bahu jalan dan lahan penduduk yang terkena kegiatan. peranserta masyarakat terbesar terdapat pada ruas jalan Parit Lalang (065) yaitu sebesar Rp 525.070,00. 6. Kriteria usulan Unit Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) Kriteria usulan UDKP (UU) adalah usulan penanganan jalan dari masyarakat melalui Unit Daerah Kerja Pembangunan di kecamatan. Usulan UDKP D-2-4

terbesar terdapat pada ruas jalan Gang Gardu/Bangka (117) dan Arafuru (147) yaitu sebesar dua. 7. Kriteria kondisi ruas jalan Kriteria kondisi ruas jalan (KJ) berupa nilai tingkat kerusakan pada bagian ruas jalan penelitian. kondisi ruas jalan (KJ) terbesar terdapat pada ruas jalan Gang Gardu/Bangka (117) yaitu sebesar 23. 8. Kriteria lalu lintas harian rata-rata (LHR) Kriteria lalu lintas harian rata-rata (LHR) terbesar terdapat pada ruas Kampung Bintang Luar (005) yaitu sebesar 2.503 smp. 9. Kriteria hierarki jalan Kriteria hierarki jalan (HJ) merupakan p enilaian letak ruas jalan dan jumlah anak cabang pada ruas jalan penelitian. hierarki jalan terbesar terdapat pada ruas jalan Parit Lalang (065), Pancur (076), Bhakti -Pasir Garam (097), Pabrik Asap (132), Lingkungan Perum Bea Cukai (138) dan Inspeksi Sungai Rangkui (184) yaitu sebesar tujuh. 10. Kriteria trayek angkutan umum Kriteria trayek angkutan umum (TA) merupakan jumlah trayek/rute angkutan umum yang melewati ruas jalan penelitian. Jumlah trayek terbesar terdapat pada ruas jalan Kampung Bintang Luar (005) dan Bukit Intan II (112) yaitu sebesar dua buah trayek. 11. Kriteria aksesibilitas Kriteria aksesibilitas (As) merupakan penghematan waktu tempuh ke suatu tempat tujuan. terbesar terdapat pada ruas jalan Merpati (121) yaitu sebesar 23,98 menit. Selanjutnya penyusunan model hierarki penentuan urutan prioritas usulan ini dapat dilihat pada Gambar. 1. Setelah model hirarki ditetapkan, langkah selanjutnya adalah penyebaran kuisioner kepada responden yang telah ditentukan sebelumnya. Dari hasil jawaban responden pada kuisioner, dilakukanlah penilaian pembobotan tingkat kepentingan kriteria dengan menggunakan metoda AHP. D-2-5

URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN BERDASARKAN METODA PEMBANGUNAN DAERAH A B C D E F G H I J K PROGRAM PENINGKATAN JALAN 2003 Nomor Ruas Jalan : (005) (007) (065) (066) (068) (074) (076) (078) (088) (089) (097) (102) (105) (108) (109) (111) (112) (117) (119) (120) (121) (122) (123) (125) (131) (132) (138) (147) (149) (152) (153) (155) (157) (158) (160) (175) (184) (186) (187) (192) (208) (218) (271) Keterangan : A = Potensi Ekonomi Komoditi Unggulan (PK) F = Usulan UDKP (UU) K = Aksesibilitas (As) B = Manfaat Pemakai Jalan (PJ) G = Kondisi Ruas Jalan (KJ) C = Jumlah Penduduk Pengguna Jalan (JP) H = Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) D = Jumlah Fasilitas Umum (FU) I = Hirarki Jalan (HJ) E = Peranserta Masyarakat (PM) J = Jumlah Trayek Angkutan Umum (TA) Gambar. 1 Model Hirarki Penentuan Urutan Prioritas Usulan Kegiatan Peningkatan Jalan Dengan Metoda Pembangunan Daerah Langkah pertama adalah memasukkan nilai matriks yang diperoleh dari hasil jawaban responden pada kuisioner ke dalam matriks perbandingan berpasangan antarkriteria seperti Tabel. 1. Selanjuntnya membuat matriks normalisasi perbandingan berpasangan, dengan membagi semua nilai pada kolom kriteria dengan jumlah dari semua nilai per kolom kriteria (Tabel.2). Tabel. 1 Matriks Perbandingan Berpasangan K R I T E R I A PK PJ JP FU PM UU KJ LHR HJ TA As PK 1 2 3 5 5 4 1/3 1/3 5 3 7 K PJ 1/2 1 3 5 4 3 1/2 1 4 3 4 R JP 1/3 1/3 1 2 3 1 1/5 1/5 3 1/3 2 I FU 1/5 1/5 1/2 1 1/2 2 1/4 1/5 2 1/2 1/2 T PM 1/5 1/4 1/3 2 1 1/3 1/5 1/7 2 1/5 3 E UU 1/4 1/3 1 1/2 3 1 1/5 1/3 1/3 1/3 2 R KJ 3 2 5 4 5 5 1 2 5 3 3 I LHR 3 1 5 5 7 5 1/2 1 5 2 5 A HJ 1/5 1/4 1/3 1/2 1/2 3 1/5 1/5 1 1/5 3 TA 1/3 1/3 3 2 5 3 1/3 1/2 5 1 3 As 1/7 1/4 1/2 2 1/3 1/2 1/3 1/5 1/3 1/3 1 Jumlah 9.2429 7.9500 22.1667 29.5000 33.3333 24.5000 4.2167 6.1095 32.8333 13.9000 32.5000 Sumber : Hasil Olahan Data Survei D-2-6

Tabel. 2 Matriks Normalisasi Perbandingan Berpasangan PK 0.1082 0.2516 0.1353 0.1695 0.1500 0.1224 0.0791 0.0546 0.1523 0.2158 0.2154 1.6542 0.1504 3 K PJ 0.0541 0.1258 0.1353 0.1695 0.1200 0.1224 0.1186 0.1637 0.1218 0.2158 0.1231 1.4701 0.1336 4 R JP 0.0361 0.0419 0.0451 0.0678 0.0900 0.0816 0.0474 0.0327 0.0914 0.0240 0.0615 0.6196 0.0563 6 I FU 0.0216 0.0252 0.0226 0.0339 0.0150 0.0408 0.0593 0.0327 0.0609 0.0360 0.0154 0.3634 0.0330 11 T PM 0.0216 0.0314 0.0150 0.0678 0.0300 0.0204 0.0474 0.0234 0.0609 0.0144 0.0923 0.4248 0.0386 7 E UU 0.0361 0.0419 0.0226 0.0339 0.0600 0.0408 0.0474 0.0546 0.0152 0.0240 0.0308 0.4072 0.0370 8 R KJ 0.3246 0.2516 0.2256 0.1356 0.1500 0.2041 0.2372 0.3274 0.1523 0.2158 0.0923 2.3163 0.2106 1 I LHR 0.3246 0.1258 0.2256 0.1695 0.2100 0.1224 0.1186 0.1637 0.1523 0.1439 0.1538 1.9101 0.1736 2 A HJ 0.0216 0.0314 0.0150 0.0169 0.0150 0.0816 0.0474 0.0327 0.0305 0.0144 0.0923 0.3990 0.0363 10 TA 0.0361 0.0419 0.1353 0.0678 0.1500 0.1224 0.0791 0.0818 0.1523 0.0719 0.0923 1.0310 0.0937 5 As 0.0155 0.0314 0.0226 0.0678 0.0100 0.0408 0.1186 0.0327 0.0102 0.0240 0.0308 0.4043 0.0368 9 Jumlah 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 11.0000 1.0000 Sumber : Hasil Perhitungan Dalam pengambilan keputusan, perlu didasarkan atas pertimbangan dengan tingkat konsistensi yang wajar. Pada umumnya nilai rasio konsistensi yang wajar harus kurang dari 10 persen (< 0,10), jika lebih maka perlu dilakukan perbaikan atau survei ulang. Untuk mengukur ada tidaknya penyimpangan dari konsistensi maka perlu dihitung rasio kosistensi (CR) yang diperoleh dari perbandingan antara Indeks Konsistensi (CI) dan Indeks Random (RI). CI dihitung seperti pada Tabel. 3. Tabel. 3 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria (a) = Matrik (b) = max = CI = CR = n = 11 x Bobot (a)/bobot jml(b) / n ( max -n)/(n-1) CI / RI PK 1.9039 12.6605 PJ 1.6607 12.4260 JP 0.6974 12.3809 FU 0.3995 12.0938 PM 0.4739 12.2736 UU 0.4563 12.3241 KJ 2.6411 12.5422 LHR 2.2445 12.9253 HJ 0.4343 11.9712 TA 1.1762 12.5495 As 0.4191 11.4036 Jumlah 135.5507 Sumber : Hasil Perhitungan 12.3228 0.1323 RI= 1,51 0.0876 rasio konsistensi (CR) yang diperoleh pada penelitian ini yaitu sebesar 0,0876 ( CR 0,10 ), maka ini berarti penilaian tingkat kepentingan pada masing - masing kriteria yang digunakan adalah wajar atau konsisten. Kemudian dilakukan penentuan urutan prioritas usulan kegiatan peningkatan jalan dengan menjumlahkan semua nilai manfaat yang didapat dari perkalian antara nilai skala masing-masing kriteria dengan bobot kriteria itu sendiri untuk setiap ruas jalan penelitian. (Tabel. 4). Berdasarkan hasil perhitungan maka ruas jalan penelitian dengan nilai jumlah manfaat terbesar adalah ruas jalan Bukit Intan II (112) sebesar 67,57 dan sekaligus menduduki K R I T E R I A Jumlah Bobot PK PJ JP FU PM UU KJ LHR HJ TA As (jml/n) Rangking D-2-7

peringkat prioritas pertama. Prioritas kedua dan ketiga adalah pada ruas jalan Kampung Bintang Luar (005) dan Lembawai I (105) dengan nilai jumlah manfaat masing -masing adalah sebesar 66,98 dan 58,39 dan seterusnya. Jika berdasarkan batasan anggaran dana pada kondisi eksisting untuk usulan kegiatan peningkatan jalan Tahun 2004 yaitu sebesar Rp 6.344.425.000,00 dengan usulan sebanyak 14 ruas jalan, maka dengan metoda pembangunan daerah ini terdapat 21 ruas jalan yang akan diusulkan untuk kegiatan peningkatan jalan dengan batasan anggaran sebesar Rp. 6.499.425.000,00. KESIMPULAN 1. Parameter/kriteria yang digunakan lebih lengkap dan sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang tertuang dalam Renstrada. 2. Dengan metoda pembangunan daerah dapat mengetahui bobot tingkat kepentingan dari masing masing kriteria yang digunakan. 3. Mampu merumuskan urutan prioritas usulan dengan jumlah ruas jalan yang lebih banyak dan kondisi di lapangan yang sangat kompleks. 4. Hasil penentuan urutan prioritas usulan bersifat berkelanjutan, maksudnya untuk urutan prioritas yang tidak masuk dalam daftar usulan kegiatan peningkatan jalan Tahun 2004 dapat diusulkan langsung untuk usulan pada Tahun 2005 tanpa harus melakukan penelitian atau survei ulang terhadap ruas jalan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anonim; (2004); Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Jalan ; Jakarta Anonim; (1985); PP RI No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan ; Jakarta Anonim; (2003); Perda Kota Pangkalpinang No. 09 Tahun 2003 tentang Rencana Strategis Kota Pangkalpinang Tahun 2004-2008, Pangkalpinang Anonim; (1996); Laporan Kemajuan Studi Tentang Waktu Masing-masing Jenis Kendaraan ; (LAPI ITB), Bandung Departemen PU, Dirjen Bina Marga; (1994); Kabupaten Road Economic Evaluation Method (KREEM ); Jakarta Departemen Kimpraswil, Dirjen Tata Perkotaan dan Tata Perdesaan; (2003); Modul Diseminasi URMS untuk mendukung Pembentukan Pangkalan Data ; PT. Dessi Mecasilvest; Jakarta Grant, EL. W. G. Ireson dan Richard SL; (1996); Dasar-dasar Ekonomi Teknik Jilid I; PT. Rineka Cipta, Jakarta Kodoatie, Robert J, Ph.D; (2003); Manajemen dan Rekayasa Infrastruktur ; Pustaka Pelajar; Jakarta Saaty, Thomas L; (1993); Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin ; PT. Pustaka Binaan Presindo, Jakarta Setiawan Siregar, Agus Rusli; (2005); Evaluasi penentuan urutan prioritas usulan proyek jalan kabupaten di Kabupaten Belitung ; Tesis Program Magister Teknik, Bidang Keahlian Manajemen Aset Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Surabaya D-2-8

NO No. Ruas Ruas Jalan Penelitian Nama Ruas Pjg (km) 1 2 3 4 6 7 8 9 10=9xB 11 12 13=12xB 14 15 16=15xB 17 18 19=18xB 20 21 22=21xB 23 24 25=24xB 26 27 28=27xB 29 30 31=30xB 32 33 34=33xB 35 36 37=36xB 38 39 40 1 005 Kampung Bintang Luar 0,750 Laston RR 1.196,86 2,81 7,98 7.476 10,00 5,63 4 5,00 1,65 187.500 3,57 1,38 1 5,00 1,85 17 7,39 15,57 2.503 10,00 17,36 6 8,57 3,11 2 10,00 9,37 20,14 8,40 3,09 66,99 2 623.500.000,00 2 007 Kampung Bintang Dalam 0,960 Laston RR -143,84-0,34-0,96 4.129 5,52 3,11 5 6,25 2,06 205.875 3,92 1,51 0 0,00 0,00 17 7,39 15,57 1.442 5,76 10,00 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 19,31 8,05 2,96 36,85 28 3 065 Parit Lalang 1,200 Tapyt RR 904,29 2,12 6,03 3.451 4,62 2,60 6 7,50 2,48 525.070 10,00 3,86 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 1.245 4,97 8,64 7 10,00 3,63 1 5,00 4,69 16,73 6,98 2,57 50,96 6 199.700.000,00 4 066 Patit Lalang Ujung 2,000 TP/PMA RR 683,92 1,61 4,56 2.778 3,72 2,09 3 3,75 1,24 329.200 6,27 2,42 0 0,00 0,00 17 7,39 15,57 992 3,96 6,88 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 13,29 5,54 2,04 37,39 26 5 068 Sinar Bulan 0,340 PMA RR 588,23 1,38 3,92 2.854 3,82 2,15 2 2,50 0,83 50.600 0,96 0,37 0 0,00 0,00 17 7,39 15,57 965 3,86 6,69 5 7,14 2,59 1 5,00 4,69 18,39 7,67 2,82 39,63 19 186.000.000,00 6 074 Bukit Nyatoh I 0,221 PMA RR 3.129,61 7,34 20,86 2.637 3,53 1,99 3 3,75 1,24 193.125 3,68 1,42 1 5,00 1,85 17 7,39 15,57 915 3,66 6,35 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 11,66 4,86 1,79 53,13 5 125.000.000,00 7 076 Pancur 1,440 Tapyt/TP RR 334,88 0,79 2,23 2.484 3,32 1,87 7 8,75 2,89 477.175 9,09 3,51 0 0,00 0,00 19 8,26 17,40 886 3,54 6,15 7 10,00 3,63 0 0,00 0,00 7,09 2,96 1,09 38,76 21 675.000.000,00 8 078 Meleset 0,300 PMA RR 285,93 0,67 1,91 2.718 3,64 2,05 0 0,00 0,00 270.000 5,14 1,98 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 886 3,54 6,15 5 7,14 2,59 1 5,00 4,69 12,56 5,24 1,93 37,77 23 9 088 SMP V 0,500 PMA RR 147,29 0,35 0,98 2.838 3,80 2,14 3 3,75 1,24 144.250 2,75 1,06 0 0,00 0,00 20 8,70 18,31 983 3,93 6,82 6 8,57 3,11 0 0,00 0,00 18,29 7,63 2,81 36,47 31 10 089 Tembus SMP V 1,910 Tanah Puru RR 1.421,12 3,34 9,47 2.827 3,78 2,13 3 3,75 1,24 128.550 2,45 0,95 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 983 3,93 6,82 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 11,41 4,76 1,75 40,91 14 600.000.000,00 11 097 Bhakti-Pasir Garam 0,620 PMA RR 89,98 0,21 0,60 2.817 3,77 2,12 5 6,25 2,06 345.600 6,58 2,54 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 883 3,53 6,13 7 10,00 3,63 1 5,00 4,69 13,80 5,75 2,12 40,36 18 350.000.000,00 12 102 Manggis- H. Ranggi 0,370 Tapyt RR 522,59 1,23 3,48 2.838 3,80 2,14 1 1,25 0,41 337.500 6,43 2,48 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 881 3,52 6,11 6 8,57 3,11 0 0,00 0,00 18,89 7,88 2,90 37,12 27 13 105 Lembawai I 0,510 Tapyt RR 4.260,91 10,00 28,40 2.628 3,52 1,98 1 1,25 0,41 186.875 3,56 1,37 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 896 3,58 6,22 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 9,48 3,95 1,45 58,39 3 165.000.000,00 14 108 Penyaringan UPTB 0,500 Tapyt RR 544,78 1,28 3,63 2.931 3,92 2,21 2 2,50 0,83 300.000 5,71 2,21 0 0,00 0,00 19 8,26 17,40 983 3,93 6,82 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 9,28 3,87 1,42 36,58 30 15 109 Air Ledeng 0,190 Tapyt RR 1.557,78 3,66 10,38 2.756 3,69 2,08 0 0,00 0,00 237.663 4,53 1,75 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 965 3,86 6,69 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 10,08 4,20 1,55 41,00 13 85.000.000,00 16 111 Asam I 0,310 Tapyt RR 1.175,05 2,76 7,83 2.255 3,02 1,70 5 6,25 2,06 59.400 1,13 0,44 1 5,00 1,85 18 7,83 16,48 789 3,15 5,47 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 18,62 7,76 2,86 40,77 15 125.000.000,00 17 112 Bukit Intan II 0,860 PMA RR 1.485,74 3,49 9,90 6.207 8,30 4,67 6 7,50 2,48 385.000 7,33 2,83 1 5,00 1,85 18 7,83 16,48 2.102 8,40 14,58 4 5,71 2,07 2 10,00 9,37 21,70 9,05 3,33 67,57 1 425.500.000,00 18 117 Gang Gardu/Bangka 0,600 Tanah Puru RB 990,16 2,32 6,60 1.674 2,24 1,26 2 2,50 0,83 123.100 2,34 0,90 2 10,00 3,70 23 10,00 21,06 532 2,13 3,69 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 17,98 7,50 2,76 42,87 11 200.000.000,00 19 119 Mantri 0,400 Tapyt RR 79,99 0,19 0,53 2.114 2,83 1,59 1 1,25 0,41 150.000 2,86 1,10 0 0,00 0,00 19 8,26 17,40 685 2,74 4,75 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 17,99 7,50 2,76 31,14 39 20 120 Opas 0,300 Tanah Puru RR 682,00 1,60 4,55 2.543 3,40 1,92 5 6,25 2,06 177.370 3,38 1,30 0 0,00 0,00 17 7,39 15,57 864 3,45 5,99 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 17,41 7,26 2,67 36,65 29 21 121 Merpati 0,346 Tapyt RR 92,89 0,22 0,62 2.444 3,27 1,84 2 2,50 0,83 146.250 2,79 1,08 1 5,00 1,85 17 7,39 15,57 759 3,03 5,27 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 23,98 10,00 3,68 33,31 32 22 122 Palapa 0,150 Tapyt RR 141,48 0,33 0,94 2.694 3,60 2,03 1 1,25 0,41 138.600 2,64 1,02 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 878 3,51 6,09 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 19,96 8,32 3,06 32,11 35 23 123 Air Mangkok - TPA 1,840 PMA/TP RR 147,04 0,35 0,98 2.636 3,53 1,99 2 2,50 0,83 413.900 7,88 3,04 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 893 3,57 6,19 4 5,71 2,07 1 5,00 4,69 9,70 4,05 1,49 37,76 24 24 125 Akses Mangga 0,800 Tanah Puru RB 1.941,61 4,56 12,94 2.211 2,96 1,67 2 2,50 0,83 274.500 5,23 2,02 0 0,00 0,00 22 9,57 20,14 781 3,12 5,42 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 16,15 6,73 2,48 48,08 9 225.000.000,00 25 131 Al-Hidayah 0,460 PMA RR 334,99 0,79 2,23 2.263 3,03 1,70 1 1,25 0,41 114.475 2,18 0,84 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 789 3,15 5,47 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 12,91 5,38 1,98 31,20 38 26 132 Pabrik Asap 1,300 Tanah Puru RR 2.247,55 5,27 14,98 2.463 3,29 1,85 3 3,75 1,24 309.250 5,89 2,27 0 0,00 0,00 19 8,26 17,40 805 3,22 5,58 7 10,00 3,63 1 5,00 4,69 15,86 6,61 2,43 54,08 4 250.000.000,00 27 138 Ling. Perum Bea Cukai 0,280 Tapyt RR 347,96 0,82 2,32 2.211 2,96 1,67 0 0,00 0,00 199.500 3,80 1,47 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 688 2,75 4,77 7 10,00 3,63 0 0,00 0,00 10,26 4,28 1,57 31,91 36 28 147 Arafuru 0,900 PMA RR 1.156,21 2,71 7,71 3.113 4,16 2,34 6 7,50 2,48 296.250 5,64 2,18 2 10,00 3,70 18 7,83 16,48 1.034 4,13 7,17 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 14,26 5,95 2,19 46,84 10 435.625.000,00 29 149 Air Itam Ex-PKGB 2,800 Tanah Puru RR 1.291,83 3,03 8,61 2.689 3,60 2,03 5 6,25 2,06 450.350 8,58 3,31 0 0,00 0,00 17 7,39 15,57 893 3,57 6,19 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 5,88 2,45 0,90 40,75 16 365.000.000,00 30 152 H. Bakri 0,220 PMA RR 261,97 0,61 1,75 2.952 3,95 2,22 2 2,50 0,83 410.400 7,82 3,02 1 5,00 1,85 18 7,83 16,48 938 3,75 6,51 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 15,85 6,61 2,43 37,67 25 31 153 Kenangan Dalam 0,173 PMA RR -82,90-0,19-0,55 2.461 3,29 1,85 1 1,25 0,41 353.250 6,73 2,60 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 785 3,14 5,45 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 16,87 7,04 2,59 30,90 40 32 155 Kresna 0,400 PMA RR 237,54 0,56 1,58 2.754 3,68 2,07 2 2,50 0,83 275.750 5,25 2,03 1 5,00 1,85 17 7,39 15,57 896 3,58 6,22 5 7,14 2,59 1 5,00 4,69 10,93 4,56 1,68 39,10 20 213.000.000,00 33 157 Sahabat 0,360 Tanah Puru RR 612,03 1,44 4,08 3.008 4,02 2,27 0 0,00 0,00 302.825 5,77 2,23 0 0,00 0,00 19 8,26 17,40 1.037 4,14 7,19 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 17,61 7,34 2,70 38,46 22 34 158 SD. 16 Bukit Tani 0,846 Tanah Puru RR 1.696,83 3,98 11,31 2.589 3,46 1,95 4 5,00 1,65 276.400 5,26 2,03 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 835 3,34 5,79 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 10,00 4,17 1,53 42,82 12 300.000.000,00 35 160 Buntu 0,300 Tanah Puru RR 378,59 0,89 2,52 2.122 2,84 1,60 0 0,00 0,00 201.600 3,84 1,48 0 0,00 0,00 19 8,26 17,40 667 2,67 4,63 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 17,64 7,36 2,71 32,93 33 36 175 Tembus Bukit Merapin 3,900 Tanah Puru RR 1.329,85 3,12 8,86 2.841 3,80 2,14 8 10,00 3,30 445.100 8,48 3,27 1 5,00 1,85 19 8,26 17,40 905 3,62 6,28 5 7,14 2,59 1 5,00 4,69 0,00 0,00 0,00 50,38 7 475.000.000,00 37 184 Inspeksi Sungai Rangkui 1,847 Batu Pecah RR -1.256,52-2,95-8,38 2.083 2,79 1,57 3 3,75 1,24 0 0,00 0,00 0 0,00 0,00 17 7,39 15,57 722 2,89 5,01 7 10,00 3,63 0 0,00 0,00 17,25 7,19 2,65 21,28 43 38 186 Bukit Berbunga 0,994 Batu Pecah RR 1.220,74 2,86 8,14 2.197 2,94 1,65 5 6,25 2,06 401.750 7,65 2,95 1 5,00 1,85 17 7,39 15,57 728 2,91 5,05 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 8,66 3,61 1,33 40,68 17 250.000.000,00 39 187 Air Kampak 0,152 Batu Pecah RR 452,57 1,06 3,02 1.897 2,54 1,43 0 0,00 0,00 168.500 3,21 1,24 0 0,00 0,00 19 8,26 17,40 618 2,47 4,29 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 12,29 5,13 1,89 31,33 37 40 192 Kantor Lurah Semabung 0,450 PMA RR 1.661,75 3,90 11,08 2.988 4,00 2,25 3 3,75 1,24 360.000 6,86 2,65 0 0,00 0,00 17 7,39 15,57 968 3,87 6,71 5 7,14 2,59 1 5,00 4,69 21,10 8,80 3,24 50,01 8 226.100.000,00 41 208 Ling. Pustu Keramat 1,500 PMA RR -109,28-0,26-0,73 2.370 3,17 1,78 2 2,50 0,83 0 0,00 0,00 1 5,00 1,85 17 7,39 15,57 695 2,78 4,82 5 7,14 2,59 0 0,00 0,00 14,31 5,97 2,20 28,91 42 42 218 Kresna Dalam 0,450 PMA RR 254,92 0,60 1,70 2.161 2,89 1,63 1 1,25 0,41 201.600 3,84 1,48 0 0,00 0,00 19 8,26 17,40 646 2,58 4,48 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 9,83 4,10 1,51 30,68 41 43 271 Len Listrik 0,825 PMA RR 118,60 0,28 0,79 2.520 3,37 1,90 3 3,75 1,24 249.375 4,75 1,83 0 0,00 0,00 18 7,83 16,48 768 3,07 5,33 4 5,71 2,07 0 0,00 0,00 16,51 6,88 2,53 32,18 34 Jumlah 6.499.425.000,00 Ket : Skala = ( / Terbesar) x 10 Sumber : Hasil Perhitungan Tabel. 4 Kriteria, Jumlah Manfaat dan Urutan Prioritas Usulan Untuk Masing-masing Ruas Jalan Penelitian Kriteria Aspek Ekonomi Aspek Layanan Sosial Aspek Layanan Transportasi PK & PJ (B = 2.840) JP (B = 0.563) FU (B = 0.330) PM (B = 0.386) UU (B = 0.370) KJ (B = 2.106) LHR (B = 1.736) HJ (B = 0.363) TA (B = 0.937) (Rp.jt) Skala Manfaat (jiwa) Skala Manfaat Skala Manfaat (buah) (Rp) Skala Manfaat Skala Manfaat (%) Skala Manfaat (smp) Skala Manfaat Skala Manfaat Skala Manfaat (buah) As (B = 0.368) Skala Manfaat (mnt) Jenis Kondisi Perkerasan Jumlah Manfaat Uruta n Anggaran Dana Priori (Rp) tas

D-2-10