BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mereka harus membayar mahal untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

STANDAR SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar B el akang Pen eli tian

BAB III ISU-ISU STRATEGIS Identifikasi Isu-Isu strategis Lingkungan Internal

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses belajar sepanjang hidup manusia, sejak lahir hingga

STANDAR SARANA DAN PRASARANA SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan (dalam sistem sosial)

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan. globalisasi adalah kondisi sumber daya manusia ( SDM ) masih relatif rendah

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

STANDAR SARANA DAN PRASARANA SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan pertumbuhan manusia terus terjadi selama hidupnya, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

BAB I PENDAHULUA N. mensejahterakan kehidupan masyarakat. Ketatnya persaingan dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Penyusunan Usulan DAK Bidang Pendidikan Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia,

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum URAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

STANDAR SARANA DAN PRASARANA PEMBELAJARAN

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH BATOH BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Mulyasa (2010) bahwa, pembangunan sumber daya manusia

Bandar Lampung, Desember 2015 KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI LAMPUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan

BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. itu, kegiatan pembelajaran harus direncanakan dalam bentuk program

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. A. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Sarana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana kita ketahui kualitas pendidikan di era sekarang ini memperoleh prioritas dalam

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kota Pekalongan Tahun 2014 BAB IV PENUTUP

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

KABUPATEN BADUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BOJONEGORO. Jl. Pattimura No. 09 Bojonegoro

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMALISASI FASILITAS ALAT PRAKTIK UNTUK MENCAPAI TUNTUTAN KOMPETENSI SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KATA PENGANTAR. Prof. Dr. Dodi Nandika, MS RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Berdasarkan UU Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional (sisdiknas), disebutkan dalam pasal 1 ayat (14), Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan (5) batasan istilah. Kelima hal pokok itu dipaparkan berikut ini.

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR DINAS PENDIDIKAN Jl. Perintis Kemerdekaan No. 3 Cianjur INAS PENDIDIKAN KABUPATEN CIANJU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB VII STANDAR PENGELOLAAN

STANDAR NON AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA TAHUN JAKARTA

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP)

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

JURNAL SKRIPSI. Oleh Nuryadin Bambang Sutjiroso

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

BAB I PENDAHULUAN. untuk berubah dari model pendidikan yang tradisional menjadi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENDIDIKAN BACA TULIS AL QUR'AN

BAB I PENDAHULUAN. Trisno Yuwono dan Pius Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, (Surabaya: Arkola, 1994), hlm

I. PENDAHULUAN. segala sesuatu tentang peta, mulai dari sejarah, perkembangan, pembuatan,

MENGKAJI DAN MENANTI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERMENDIKNAS RI NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/ MADRASAH

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA BAGIAN UMUM SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Provinsi Lampung

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

Perbaikan Juknis DAK Tahun 2013 Dan Rencana Kebijakan DAK Bidang Dikmen Tahun 2014

KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA

2013, No

Komponen kelembagaan sekolah; kurikulum, proses dan hasil belajar, administrasi dan manajemen satuan pendidikan, organisasi kelembagaan satuan

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

KEBIJAKAN NON AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA TAHUN JAKARTA

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sebagaimana dinyatakan para ahli, bahwa keberhasilan pembangunan negara-negara berkembang menjadi negara industri baru belakangan ini karena didukung oleh tersedianya sumber daya manusia yang terdidik dalam jumlah yang memadai. Melalui pendidikan ini, suatu bangsa dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Pada saat ini, pendidikan nasional masih dihadapkan pada berbagai permasalahan, diantaranya menurut Sudjimat (Solikan, 2010:1) adalah 1) masih rendahnya pemerataan dan perluasan akses pendidikan, 2) masih rendahnya kualitas, relevansi dan daya saing keluaran pendidikan, dan 3) masih rendahnya manajemen pengelolaan dan akuntabilitas pendidikan. Permasalahan tersebut merupakan tantangan bagi semua stakeholder dunia pendidikan mulai dari pemerintah sebagai pemegang kebijakan sampai masyarakat sebagai penerima dan pengendali pendidikan. Sebagai langkah untuk mengatasi masalah pendidikan di atas, pemerintah telah membuat kebijakan pendidikan nasional yang didasarkan pada visi, misi, dan strategi yang ditetapkan yaitu menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan 1

kompetitif (Kemendikbud, 2012:8). Untuk menunjang visi misi tersebut, dijelaskan juga paradigma pendidikan nasional yang didasarkan pada empat aspek yaitu : 1) pemberdayaan manusia seutuhnya, 2) pembelajaran sepanjang hayat berpusat pada siswa, 3) pendidikan untuk semua, dan 4) pendidikan untuk perkembangan, pengembangan dan/atau pembangunan berkelanjutan (Amtu 2011:277). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dalam melaksanakan paradigma pendidikan tersebut telah membuat kebijakan antara lain dengan meningkatkan rasio jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Peran SMK yang sangat strategis dalam menghasilkan tenaga yang handal dan siap kerja di dunia industri merupakan alternatif bagi pemecahan permasalahan perluasanan akses pendidikan. Peningkatan jumlah SMK yang semakin pesat, diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan sumber daya manusia tingkat menengah yang siap kerja, cerdas, dan kompetitif yang pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Program peningkatan jumlah SMK terhadap SMA dengan perbandingan 60 : 40 tentunya akan membawa konsekuensi terhadap kesiapan pada pelaksanaan di lapangan. Dampak peningkatan jumlah SMK tersebut harus diimbangi pula dengan kesiapan tenaga pendidik professional sesuai bidang kompetensi kejuruannya. Selain itu, kesiapan siswa untuk siap kerja harus didukung dengan kebutuhan dunia industri dalam menampung lulusan SMK baik dari segi kurikulum maupun proses pembelajarannya. Hal ini perlu diimbangi pula dengan peningkatan jumlah sarana prasarana praktek siswa, sehingga siswa akan 2

memperoleh praktek pembelajaran yang bisa siap pakai di dunia industri. Standar sarana prasarana suatu lembaga pendidikan telah diatur oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional. Pada PP No. 19/2005 Bab VII Pasal 42 dengan tegas disebutkan bahwa; (1) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (2) Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolah raga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat bekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Standar sarana dan prasarana untuk SMK, secara khusus telah tertuang dalam Permendiknas No. 40 Tahun 2008 yang mencakup kriteria minimum sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh sebuah SMK. Pengadaan sarana prasarana pada SMK, khususnya SMK Negeri merupakan tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan. Oleh karena itu, Dinas Pendidikan setiap tahunnya selalu menganggarkan alokasi biaya untuk kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah, khususnya SMK. Adapun tujuan kebijakan pendidikan dalam pengadaan sarana prasarana ini dituangkan 3

dalam Renstra Kerja Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2012 yang meliputi kebijakan untuk meningkatkan ketersediaan layanan pendidikan, meningkatkan keterjangkauan layanan pendidikan, meningkatkan kualitas/mutu layanan pendidikan, meningkatkan kesetaraan layanan pendidikan dan meningkatkan kepastian/keterjaminan layanan pendidikan. Pelaksanaan Renstra Kerja Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ini akan berhasil apabila didukung oleh program-program dalam operasional pelaksanaan di lapangan. Kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah ini dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan pengadaan, hingga distribusi yang bisa tepat sasaran dan berdaya guna bagi kemajuan SMK. Tahapan kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah yang tepat, maka dimungkinkan perkembangan kemajuan dunia pendidikan kita akan semakin pesat. Kabupaten Pasuruan memiliki 14 SMK Negeri yang tersebar dalam 13 kecamatan. Setiap SMK mempunyai program keahlian yang berbeda sehingga kebutuhan sarana prasarana masing-masing SMK berbeda pula. Hal ini menuntut kebijaksanaan dari Dinas Pendidikan terkait dengan pengadaan sarana prasarana sekolah sehingga masing-masing SMK dapat terpenuhi sarana prasarananya sesuai standar sarana prasarana sekolah. Permasalahan pengadaan sarana prasarana sekolah mulai proses perencanaan, pelaksanaan pengadaan, hingga distribusi pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan sering kali kita jumpai pada tingkat implementasi. Pada kegiatan perencanaan, berdasarkan informasi awal dari beberapa bendahara dan pengurus sekolah sering kita jumpai permasalahan waktu kegiatan perencanaan 4

yang terlalu pendek, sehingga sekolah terkesan merencana kebutuhan sarana prasarana secara mendadak dan tanpa perhitungan yang jelas. Selain itu jumlah anggaran yang diberikan untuk masing-masing SMK tidak sama. Besaran anggaran untuk masing-masing SMK tidak jelas apakah didasarkan pada jumlah siswa atau berdasarkan program keahlian atau berdasarkan aspek-aspek lainnya. Permasalahan pada proses perencanaan lainnya adalah keahlian masingmasing SMK dalam merencana pengadaan sarana prasarana sehingga bisa berdaya guna dan tepat sasaran. Jumlah anggaran yang terbatas, menuntut perencana anggaran masing-masing SMK harus bisa memanfaatkan anggaran semaksimal mungkin guna pengadaan sarana prasarana yang dapat meningkatkan kompetensi siswa. Para perencana anggaran harus pandai dalam membuat perencanaan anggaran kerja sekolahnya masing-masing. Pada proses pelaksanaan pengadaan terdapat berbagai permasalahan. Sebagaimana dinyatakan beberapa pengurus SMK, permasalahan-permasalahan itu antara lain, pertama proses pengadaan barang dilaksanakan oleh dinas pendidikan, sehingga memungkinkan terjadi ketidaktepatan maksud barang yang direncanakan sekolah dengan realisasi hasil pengadaan. Kedua, ketidaksiapan para tenaga kependidikan dalam menerapkan proses pengadaan sarana prasarana yang disesuaikan dengan Keppres No. 80 Tahun 2003 atau Perpres No. 54 tahun 2010. Hal ini dikarenakan kurangnya pengalaman dan masih sedikitnya tenaga ahli Dinas Pendidikan yang mempunyai sertifikat keahlian dalam bidang pengadaan barang milik pemerintah. Ketiga, masih minimnya sosialisasi proses pengadaan yang ditangani dinas pendidikan sehingga masing-masing SMK tidak paham 5

tentang proses pengadaan yang dilaksanakan dinas pendidikan dan hanya menerima hasilnya saja. Adapun pada proses distribusi berdasarkan informasi beberapa pengurus barang SMK terdapat permasalahan-permasalahan yang terjadi antara lain, pertama tidak tepatnya waktu distribusi sarana prasarana hasil pengadaan sampai ke masing-masing SMK. Distribusi sarana prasarana biasanya sampai ke masingmasing SMK melebihi waktu yang direncanakan. Kedua, adanya ketidaktepatan spesifikasi sarana prasarana yang direncanakan dengan realisasi sarana prasarana yang diterima sekolah. Ketiga, permasalahan jumlah sarana prasarana hasil pengadaan biasanya didistribusikan secara bertahap, tidak sekaligus sehingga memungkinkan pemanfaatan sarana prasarana tidak bisa maksimal. Berdasarkan informasi awal para pengurus barang sekolah, seharusnya Dinas Pendidikan melaksanakan tahapan pengadaan sarana prasarana pada SMK negeri di Kabupaten Pasuruan senantiasa melibatkan pihak SMK. Pihak SMK harus diajak koordinasi mulai tahap perencanaan, pelaksanaan pengadaan hingga distribusi sarana prasarana sekolah yang dibutuhkan masing-masing SMK. Untuk meningkatkan hasil pengadaan sarana prasarana SMK secara maksimal, maka dinas pendidikan seharusnya senantiasa meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada tenaga kependidikan masing-masing SMK dalam hal proses pengadaan sarana prasarana, sehingga masing-masing SMK bisa melaksanakan pengadaan sarana prasarana secara mandiri. Di samping itu pihak dinas pendidikan juga harus mempunyai jadwal yang jelas dan tersusun secara rapi mulai proses perencanaan, proses pelaksanaan pengadaan hingga proses distribusi 6

sarana prasarana sekolah pada masing-masing SMK. Pentingnya pengadaan sarana prasarana sekolah pada SMK ini, maka penelitian ini akan mengupas tentang bagaimana implementasi kebijakan pengadaan sarana prasarana sekolah pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan mulai dari proses perencanaan, proses pelaksanaan pengadaan, hingga proses distribusi. Implementasi kebijakan ini merupakan kebijakan yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Pasuruan terkait pengadaan sarana prasarana SMK Negeri dari tahap proses perencanaan, proses pelaksanaan pengadaan, hingga proses distribusi sarana prasarana. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian berbagai permasalahan yang terdapat pada latar belakang di atas maka perlu dirumuskan permasalahan-permasalahan dari kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah mulai proses perencanaan, proses pelaksanaan pengadaan hingga proses distribusi sarana prasarana sekolah. Permasalahan itu secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut : 1) Bagaimana mekanisme implementasi kebijakan Dinas Pendidikan dalam kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah mulai proses perencanaan, proses pelaksanaan pengadaan hingga proses distribusi sarana prasarana pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan? 2) Faktor-faktor apa saja yang mendukung kebijakan Dinas Pendidikan dalam kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan? 7

3) Faktor-faktor apa saja yang menghambat kebijakan Dinas Pendidikan dalam kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan? 4) Bagaimana strategi Dinas Pendidikan untuk mengatasi hambatan kebijakan pengadaan sarana prasarana sekolah pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Menganalisis mekanisme implementasi kebijakan Dinas Pendidikan dalam kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah mulai proses perencanaan, proses pelaksanaan pengadaan hingga proses distribusi pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan. 2) Menganalisis faktor-faktor pendukung kebijakan Dinas Pendidikan dalam kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan. 3) Menganalisis faktor-faktor penghambat kebijakan Dinas Pendidikan dalam kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan 4) Menganalisis strategi Dinas Pendidikan untuk mengatasi hambatan kebijakan pengadaan sarana prasarana sekolah pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan. 8

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian kebijakan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Penulis mendapatkan informasi dan memahami proses kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan sehingga dapat memberikan masukan pada Dinas Pendidikan untuk penyempurnaan mekanisme pengadaan sarana prasarana sekolah pada masa mendatang. 2. Bagi Dinas Pendidikan. Sebagai bahan informasi kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah dan mengetahui kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perbaikan dalam pengadaan sarana prasarana sekolah di dinas pendidikan Kabupaten Pasuruan selanjutnya. 3. Bagi Sekolah. Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan kemampuan sekolah dalam berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan terkait dengan pengadaan sarana prasarana sekolah. 9

4. Bagi Peneliti selanjutnya Sebagai informasi dan acuan untuk pengembangan penelitian-penelitian tentang pengadaan sarana prasarana sekolah secara lebih luas. 1.5 Penegasan Istilah Sebagai penjelasan agar tidak menjadi salah persepsi dan pelebaran pandangan terhadap penelitian ini, maka diperlukan penegasan istilah. Penegasan istilah dalam penelitian ini meliputi : 1) Implementasi merupakan proses yang memerlukan tindakan-tindakan sistematis dari pengorganisasian, interpretasi dan aplikasi kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah oleh Dinas Pendidikan pada SMKN Negeri di Kabupaten Pasuruan. Kebijakan merupakan suatu tindakan yang dilaksanakan Dinas Pendidikan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam kegiatan pengadaan sarana prasarana sekolah pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan. 2) Pengadaan merupakan proses kegiatan pemilihan untuk melengkapi sarana prasarana sekolah yang dilaksanakan Dinas Pendidikan terhadap SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan. 3) Sarana pendidikan merupakan segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam proses pendidikan untuk menjalankan fungsi sekolah guna mencapai tujuannya. Prasarana pendidikan merupakan segala macam alat yang digunakan secara tidak langsung palam proses pendidikan untuk menjalankan fungsi sekolah guna mencapai tujuannya. 10

1.6 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian diperlukan sebagai pedoman dalam penelitian supaya menjadi terfokus dalam menjawab permasalahan yang ada. Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi: 1) Kebijakan pengadaan sarana prasarana sekolah adalah kebijakan Dinas Pendidikan dalam melaksanakan pengadaan sarana prasarana sekolah pada SMK Negeri di Kabupaten Pasuruan selama satu tahun yang meliputi, waktu kegiatan, pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan pengadaan sarana prasarana, proses atau mekanisme yang digunakan dalam pelaksanaan pengadaan sarana prasarana, kendala-kendala yang dihadapi dan pendukungpendukung mulai proses perencanaan, pelaksanaan pengadaan, hingga distribusi sarana prasarana. 2) Pengadaan sarana prasarana sekolah pada SMK Negeri merupakan pelaksanaan program pengadaan untuk melengkapi sarana prasarana sekolah oleh Dinas Pendidikan yang didanai melalui dana APBN, APBD I, dan APBD II yang dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran Dinas Pendidikan untuk SMK. 11