BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 15 April 3 Mei 2013, dimana

dokumen-dokumen yang mirip
SUMMARY Penggunaan Fly Ash

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel air diambil di Kost Kuning Jalan Pangeran Hidayat Kelurahan. Heledulaa Utara Kecamatan Kota Timur.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Metode Penelitian Pembuatan zeolit dari abu terbang batu bara (Musyoka et a l 2009).

Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak Buah Mengkudu. 12 Kg Buah mengkudu dipotong tipis- tipis

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

Lampiran 1. CoA Provitamin B5 (D-Panthenol)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

ADSORPSI LOGAM KADMIUM (Cd) OLEH ARANG AKTIF DARI TEMPURUNG AREN (Arenga pinnata) DENGAN AKTIVATOR HCl

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

BAB III. BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan September

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. bagus dan sehat. Kualitas air meliputi sifat air dengan segala komponen yang ada di

LAMPIRAN A DATA DAN PERHITUNGAN. Berat Sampel (gram) W 1 (gram)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

SNI Standar Nasional Indonesia

PENENTUAN PERSAMAAN GARIS REGRESI DARI KURVA LARUTAN STANDAR Cu. Tabel 7. Perhitungan mencari persamaan garis regresi larutan standar Cu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juni 2015 di Balai Besar

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol

BAB IV HASIL PENELITIAN

Lampiran A : Determinasi Tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi,

Minimalisir Logam Berat Ni Pada Limbah Cair Industri Elektroplating dengan Pseudomonas fluorescens

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah nata de ipomoea. Objek penelitian ini adalah daya adsorpsi direct red Teknis.

Lampiran 1 Hasil Uji Friedman, Uji Kruskal Wallis dan Uji Korelasi

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. PENGUKURAN MASSA JENIS MINYAK NILAM

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 83 yaitu mahasiswa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

7. LAMPIRAN Lampiran 1. Scoresheet Uji Sensori Hedonik

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PERCOBAAN

LAMPIRAN. Lampiran I Langkah kerja percobaan adsorpsi logam Cadmium (Cd 2+ ) Mempersiapkan lumpur PDAM

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

Gambar sekam padi setelah dihaluskan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2011

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

3 METODOLOGI PENELITIAN

Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Data Kadar Estrogen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

9. Pembuatan Larutan Cr ppm Diambil larutan Cr ppm sebanyak 20 ml dengan pipet volumetri berukuran 20 ml, kemudian dilarutkan dengan

JKK, Tahun 2016, Volume 5(3), halaman ISSN ADSORPSI BESI DAN BAHAN ORGANIK PADA AIR GAMBUT OLEH KARBON AKTIF KULIT DURIAN

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

III. METODOLOGI PENELITIAN. di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

PENURUNAN KADAR PHENOL DENGAN MEMANFAATKAN BAGASSE FLY ASH DAN CHITIN SEBAGAI ADSORBEN

BAB III MATERI DAN METODE. biji durian dengan suhu pengeringan yang berbeda dilaksanakan pada bulan

Standar Mutu Bihun Instan Menurut SNI No. Uraian Satuan Persyaratan 1. Keadaan : 1.1. bau 1.2. rasa 1.3. warna

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci: arang aktif, tempurung kelapa, kayu meranti, COD.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Uji Kinerja Alat Penjerap Warna dan ph Air Gambut Menggunakan Arang Aktif Tempurung Kelapa Suhendra a *, Winda Apriani a, Ellys Mei Sundari a

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kebutuhan air tidak pernah berhenti (Subarnas, 2007). Data

7. LAMPIRAN 7.1. Uji Organoleptik Penelitian Pendahuluan Panelis A B C

Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Sampel. Mata air yang terletak di Gunung Sitember. Tempat penampungan air minum sebelum dialirkan ke masyarakat

Penurunan Bod dan Cod Limbah Cair Industri Batik Menggunakan Karbon Aktif Melalui Proses Adsorpsi Secara Batch

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV METODE PENELITIAN

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

4 Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 15 April 3 Mei 2013, dimana diawali dengan pengambilan Fly Ash di PT. PG Tolangohula pada tanggal 15 April. Kemudian dilanjutkan dengan persiapan penelitian dan pengambilan sampel di Kost Kuning pada tanggal 16 dan 17 April. Kemudian penelitian dimulai pada tanggal 18 April di Laboratorium Kimia Universitas Negeri Gorontalo untuk pemeriksaan Fe, ph, bau dan rasa. Penelitian di Laboratorium Kimia selesai pada tanggal 30 April 2013. Untuk pemeriksaan Fe dilanjutkan diperiksa di BTKL PPM Manado karena terdapat kesalahan perlakuan pada sampel yang akan diperiksa dan tidak jalannya SSA nyala laboratorium kimia UNG dengan baik. Sebelum di lakukan pengiriman sampel ke BTKL PPM dilakukan perlakuan di laboratorium kimia pada tanggal 30 April 2013 dan sampel dikirim pada hari yang sama. 4.1.2 Hasil Pengukuran Parameter Kimia 1. Pengukuran Fe Pada pengukuran Fe air tanah Kost Kuning dengan perlakuan variasi dosis Fly Ash digunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) Nyala. Data hasil pengukuran kandungan Fe dalam air tanah Kost kuning tertera dalam tabel 4.1 berikut. 39

40 Tabel 4.1 Data hasil pengukuran Fe air tanah Kost Kuning Ulangan Dosis Fly ash (mg/l) I (mg/l) II (mg/l) III (mg/l) 0 mg/l 1,2199 1,2199 1,2199 10 mg/l 0,2174 0,1170 0,1446 15 mg/l 0,0872 0,0288 0,0751 20 mg/l LD LD LD 30 mg/l LD LD LD Sumber : Data Primer, 2013 Ket: LD (Limit Detection) = 0,0174 mg/l Berdasarkan data diatas hasil pengukuran kadar Fe air tanah Kost kuning tanpa perlakuan = 0 mg/l memiliki kandungan Fe tertinggi yaitu 1,2199 di ulangan 1,2 dan 3. Terdapat LD (Limit Detection) dalam pengukuran pada dosis 20 mg/l dan 30 mg/l dimana artinya SSA Nyala yang digunakan tidak dapat lagi atau tidak akan lagi mendeteksi kandungan Fe dalam air tanah Kost Kuning karena telah sampai pada batas deteksi yang telah di tentukan melalui larutan standar yang digunakan. Dimana dalam pengukuran Fe dalam penelitian ini LD ditentukan sebesar 0,0174. Untuk hasil pengukuran kadar Fe air tanah Kost kuning terendah adalah 0,0288 mg/l pada dosis 15 mg/l Fly Ash di ulangan ke 2. Kemudian normalitas data hasil pengukuran Fe air tanah Kost Kuning diolah dengan menggunakan SPSS 17, dengan hasil pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pengukuran Fe Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Hasil Fe.349 9.002.689 9.001

41 Karena signifikansi tabel Kolmogorov Smirnov 0.002 < 0,05 maka data pengukuran Fe tidak berdistribusi normal oleh karena itu digunakan uji Non Parametrik yaitu Uji Kruskal Wallis. Uji Kruskal Wallis diolah dengan menggunakan SPSS 17 dengan hasil sebagai berikut pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Hasil Uji Kruskal Wallis Data Pengukuran Fe Hasil Chi-Square 7.448 df 2 Asymp. Sig..024 Jadi Asymp. Sig. = 0,024 < 0,05 menyatakan H0 ditolak dan terdapat perubahan yang nyata dalam penggunaan Fly Ash terhadap perubahan kandungan Fe air tanah Kost Kuning. 2. Pengukuran ph Pengukuran ph dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan ph meter. Data hasil pengukuran ph air tanah kost kuning tertera dalam tabel 4.4 Tabel 4.4 Data Hasil Pengukuran ph Ulangan Dosis Fly ash (mg/l) I II III 0 mg/l 5,79 5,61 5,75 10 mg/l 6,57 6,66 6,34 15 mg/l 6,54 6,62 6,60 20 mg/l 6,65 6,61 6,62 30 mg/l 6,45 6,45 6,50 Kemudian normalitas data hasil pengukuran ph air tanah Kost Kuning diolah dengan menggunakan SPSS 17, dengan hasil pada tabel 4.5.

42 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Pengukuran ph Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Hasil ph.306 15.001.719 15.000 Karena signifikansi tabel Kolmogorov Smirnov 0.001 < 0,05 maka data pengukuran ph tidak berdistribusi normal oleh karena itu digunakan uji Non Parametrik yaitu Uji Kruskal Wallis. Uji Kruskal Wallis diolah dengan menggunakan SPSS 17 dengan hasil sebagai berikut pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Hasil Uji Kruskal Wallis Data Pengukuran ph Hasil Chi-Square 10.044 df 4 Asymp. Sig..040 Jadi Asymp. Sig. = 0,04 < 0,05 menyatakan H0 ditolak dan terdapat perubahan yang nyata dalam penggunaan Fly Ash terhadap perubahan ph air tanah Kost Kuning. 4.1.3 Hasil Pemeriksaan Parameter Fisik 1. Bau Pemeriksaan bau air tanah di lakukan dengan metode organoleptik. Berikut data hasil pemeriksaan bau air tanah Kost Kuning seperti yang tertera di tabel 4.7.

43 Tabel 4.7 Data Hasil Pemeriksaan Bau Dosis Fly Ash (mg/l) Hasil 0 mg/l Tidak Berbau 10 mg/l Tidak Berbau 15 mg/l Tidak Berbau 20 mg/l Tidak Berbau 30 mg/l Tidak Berbau Berdasarkan hasil tabel diatas tidak terdapat perubahan hasil pemeriksaan bau air tanah Kost Kuning. Dari kelima dosis yang diperiksa semua memiliki hasil yang sama yaitu tidak berbau. 2. Rasa Pemeriksaan rasa air tanah dilakukan dengan metode organoleptik. Berikut data hasil pemeriksaan rasa air tanah Kost Kuning seperti yang tertera dalam tabel 4.8. Tabel 4.8 Data Hasil Pemeriksaan Rasa Dosis Fly Ash (mg/l) Hasil Pemeriksaan 0 mg/l Berasa 10 mg/l Tidak Berasa 15 mg/l Tidak Berasa 20 mg/l Tidak Berasa 30 mg/l Tidak Berasa Sumber: Data primer, 2013 Berdasarkan tabel 4.8 hanya hasil pemeriksaan air tanah Kost Kuning tanpa perlakuan Fly Ash yaitu 1 atau berasa. Hasil pemeriksaan air tanah Kost Kuning dengan dosis perlakuan 10, 15, 20 dan 30 mg/l Fly Ash semuanya 0 atau tidak berasa.

44 4.2 Pembahasan 4.2.1 Kadar Fe air tanah Kost Kuning 1.2000 1.0000 0.8000 0.6000 0.4000 0.2000 - Hasil Pengukuran FE Air Tanah Kost Kuning 0 mg/l 10 mg/l 15 mg/l I 1.2199 0.2174 0.0872 II 1.2199 0.1170 0.0288 III 1.2199 0.1446 0.0751 Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran Fe air tanah Kost Kuning Berdasarkan hasil diatas setiap dosis dapat direratakan dan didapatkan hasil berdasarkan dosis untuk 0 mg/l adalah 1,2199, 10 mg/l adalah 0,1596 dan 15 mg/l adalah 0,0637. Kemudian berdasarkan hasil rerata didapatkan hasil dan presentase penurunan seperti yang tertera dalam tabel 4.9. Tabel 4.9 Hasil dan Persentase Penurunan Kadar Fe Air Tanah Berdasarkan Rerata Penurunan Persentase (%) 1 1,0630 91,70 2 0,0959 8,30 Total 1,1589 100 Ket: 1 = 0 mg/l 10 mg/l dan 2 = 10 mg/l 15 mg/l Berdasarkan gambar 4.1 dan tabel 4.9 diatas terlihat bahwa sebelum adanya perlakuan penggunaan fly ash pada sampel air tanah (keadaan awal) kadar FE sebesar 1,2199 mg/l. Setelah diberikan perlakuan fly ash dengan dosis 10 mg/l, pengukuran kadar Fe berdasarkan rerata mengalami penurunan 1,0630

45 (91,70%) sehingga Fe menjadi 0.1596 mg/l. Kemudian pada pemberian dosis 15 mg/l Fly ash pengukuran Fe berdasarkan rerata adalah 0,0637 dengan penurunan 0,0959 (8,30%) dari dosis 10 mg/l. Pada pemberian dosis fly ash 20 mg/l dan dosis 30 mg/l kadar Fe pada air tanah sudah mencapai LD. Gambar 4.2 SSA Nyala Yang Digunakan Dalam Penelitiann Berdasarkan hasil pengolahan uji Kruskal Wallis terdapat perubahan yang nyata pada kandungan Fe air tanah Kost Kuning dengan kriteria H0 ditolak dimana Asymp. Sig. = 0,024 < 0,05. Dengan data hasil pengukuran tertinggi 1,2199 mg/l pada dosiss fly ash 0 mg/l diulangan 1, 2 dan 3 serta data hasil pengukuran terendah yaitu mg/l pada dosis Fly Ash 30 mg/l diulangann ke 3. Dari hasil pengukuran tertinggi dan terendah 0,0288 mg/l didapatkan range penurunan kandungan Fe sebanyak 1,1911 mg/l. Namun hasil pengukuran air tanah Kost Kuning tanpa perlakuan yaitu 1,2199 belum memenuhi baku mutu kandungan Fe pada air bersih yang ditetapkan pada Permenkes nomor 416/MENKES/IX/1990 yaitu 1,0 mg/l. Setelah perlakuan Fly Ash pada dosis 10,15 dan 20 mg/l terdapat penurunan kandungan Fe yang bertingkat sesuai banyaknya dosis yaitu semakin

46 banyak Fly Ash yang digunakan maka semakin banyak penurunan kadar Fe yang terjadi. Keberhasilan Fly Ash untuk menyerap kandungan Fe dalam air tanah Kost Kuning karena kandungan bahan bahan kimia memiliki sifat alami sebagai absorben seperti pasir silika (SiO 2 ) dan karbon (C) serta luas permukaan dan pori pori yang potensial sebagai adsorben. (Mufrodi, Nur Widiastuti dan Rany Cintia Kardika, 2008: 2). Hal ini mejadikan Fly Ash dapat menurunkan kadar Fe air tanah Kost Kuning dan telah menjadikan air tanah Kost Kuning memenuhi baku mutu pada dosis Fly Ash 10 mg/l diulangan pertama yaitu 0,2714 mg/l dimana baku mutu Fe adalah 1,0 mg/l. Dan penurunan kadar Fe terus berlanjut pada dosis dosis selanjutnya. Keberhasilan penyerapan Fly Ash juga dipengaruhi oleh aktivasi, diameter adsorben, waktu kontak, konsentrasi larutan adsorbat, kecepatan pengadukan dan ph larutan adsorbat (Afrianita, Dewi Fitria dan Putri Rahma Sari, 2010: 2). Dalam penelitian ini aktivasi tidak dilakukan, diameter adsorben ditentukan sebesar 45 µm, waktu kontak ditentukan selama 90 menit, konsentrasi larutan adsorbat sebanyak 100 ml, kecepatan pengadukan ditentukan 150 rpm dan ph larutan adsorbat tidak ditentukan. Dalam penelitian ini aktivasi tidak dilakukan karena pertimbangan waktu penelitian karena aktivasi dilakukan dengan merendam Fly Ash kedalam larutan HCl kemudian dikeringkan selama 3 hari untuk memperbesar pori pori Fly Ash. Diameter adsorben ditentukan sbesar 45 µm karena menurut Afrianita (2010) semakin kecil diameter adsorben maka semakin luas permukaan aktif adsorben.

47 Waktu kontak ditentukan 90 menit karena menurut Afrianita (2010) pada waktu kontak 90 menit kerja adsorbsi berjalan dengan efektif. Konsentrasi larutan adsorbat ditentukan 100 ml karena pertimbangan kesetimbangan mol dengan dosis yang akan digunakan, karena semakin jauh perbandingan konsentrasi larutan adsorbat dengan dosis adsorben semakin membuat kesetimbangan mol tidak akan terpenuhi. Kecepatan pengadukan ditentukan 150 rpm karena menurut penelitian yang dilakukan Afrianita (2010) kecepatan pengadukan yang optimum adalah 150 rpm. ph larutan adsorbat dalam penelitian ini tidak ditentukan karena pertimbangan dalam penelitian ini dilakukan pengukuran ph berdasarkan perlakuan. Karena kandungan adsorben alami seperti SiO 2 dan karbon serta kontrol atau penentuan diameter adsorben, waktu kontak, konsentrasi larutan dan kecepatan pengadukan yang dilakukan dalam penelitian ini menjadi faktor berhasilnya Fly Ash menyerap kandungan Fe dalam air tanah Kost Kuning dan memenuhi baku mutu.

48 4.2.2 Tingkat ph air tanah Kost Kuning 6.8 6.6 6.4 6.2 5.8 6 5.6 5.4 5.2 5 Hasil Pengukuran ph Air Tanah Kost Kuning 0 mg/l 10 mg/l 15 mg/l 20 mg/l 30 mg/l I 5.79 6.57 6.54 6.65 6.45 II 5.61 6.66 6.62 6.61 6.45 III 5.75 6.34 6.6 6.62 6.5 Gambar 4.3 Grafik Pengukuran ph Berdasarkan hasil diatas setiap dosis dapat direratakan dan didapatkan hasil berdasarkan dosis untuk 0 mg/l = 5,71, 10 mg/l = 6,52, 15 mg/l = 6,59, 20 mg/l = 6,63 dan 30 mg/l = 6,47. Kemudian berdasarkan hasil rerata didapatkan hasil dan presentase kenaikan ph air tanah seperti yang tertera dalam tabel 4.10. Tabel 4.10 Hasil dan Persentase Kenaikan ph Air Tanah Berdasarkan Rerata Kenaikan Persentase (%) 1 0,81 88,04 2 0,07 7,61 3 0,04 4,35 Total 0,92 100 Ket: 1 = 0 mg/l 10 mg/l, 2 = 10 mg/l 15 mg/l dan 3 = 15 mg/l 20 mg/l Berdasarkan gambar 4.3 dan tabel 4.9 diatas maka dapat terlihat bahwa keadaan awal ph sebelum diberikan perlakuan dengan fly ash yakni pengukuran pertama ph 5,79, pengulangan kedua ph 5,61 dan pengulangan ketiga 5,75 dengan rerata 5,71. Setelah diberikan perlakuan fly ash dengan dosis 10 mg/l

49 pada sampel air tanah terjadi kenaikan ph berdasarkan rerata dari keadaan aawal menjadi 6,52 dengan kenaikan 0,81 (88.04%). Pemberian perlakuan fly ash dengan dosis 15 mg/l pada sampel air tanah terjadi kenaikan ph berdasarkan rerata dari dosis 10 mg/l menjadi 6,59 dengan kenaikan 0,07 (7,61%). Pemberian perlakuan fly ash dengan dosis 20 mg/l pada sampel air tanah terjadi di kenaikan ph berdasarkan rerata dari dosis 15 mg/l menjadi 6,63 dengan kenaikan 0, 0,04 (4,35%). Pemberian perlakuan fly ash dengan dosis 30 mg/l pada sampel ampel air tanah terjadi penurunan ph berdasarkan rerata dari dosis 20 mg/l menjadi 6.47 dengan penurunan 0,16 (-17,39%),, pada dosis ini ph air tanah tidak lagi memnuhi kriteria baku mutu. Gambar 4.4 Proses Pembacaan ph Dengan ph Meter Berdasarkan hasil pengolahan uji Kruskal Wallis terdapat perubahan yang nyata pada ph air tanah Kost Kuning dengan kriteria H0 ditolak dimana Asymp. Sig. = 0,04 < 0,05. Dengan data hasil pengukuran tertinggi 6,66 pada dosis fly ash 10 mg/l diulangan ke 2 serta data hasil pengukuran engukuran terendah yaitu 5,7 pada air tanah tanpa perlakuan diulangan ke 2. 2. Dari hasil pengukuran tertinggi dan

50 terendah didapatkan range perubahan derajat keasaman sebanyak 1,05. Seperti halnya pemeriksaan kandungan Fe pada air tanah tanpa perlakuan Fly Ash pada pemeriksaan ph air tanah Kost kuning tanpa perlakuan, air tanah Kost Kuning belum memenuhi baku mutu ph air bersih yaitu 6,5 9. Setelah perlakuan Fly Ash pada dosis 10 mg/l ph air tanah Kost Kuning telah memenuhi baku mutu yaitu pada rata rata 6,52 dan kemudian meningkat lagi pada perlakuan dosis Fly Ash 15 mg/l dengan rata rata 6,59 sampai pada dosis 20 mg/l naik lagi menjadi 6,63. Namun terjadi penurunan ph pada dosis 30 mg/l dengan rata rata 6,47. ph dalam air tanah sangat mempengaruhi kandungan Fe dalam air tanah karena semakin rendah ph maka semakin mudah pula Fe larut dalam air tanah dan pada pengukuran Fe didapatkan kadar Fe dalam air tanpa perlakuan tidak memenuhi baku mutu hal ini berbanding lurus dengan hasil ph yang asam dan tidak memenuhi baku mutu. Perlakuan Fly Ash dapat meningkatkan ph air tanah Kost Kuning karena pada dasarnya Fly Ash memiliki ph 8 11. Dengan adanya kontak dengan air tanah partikel Fly Ash yang larut dalam air tanah dapat meningkatkan ph air tanah. Dan dengan penggunaan kertas saring dalam penelitian ini sebelum melakukan pengukuran diharapkan dapat menjadi replika cara kerja karbon aktif yang sering digunakan saat ini dan memastikan tidak ada partikel partikel yang tertinggal yang dapat mengubah karakteristik air tanah seperti ph, bau dan rasa secara dratis. 4.2.3 Bau air tanah Kost Kuning Berdasarkan hasil di tabel 4.7 tidak terdapat pengaruh sama sekali pemberian dosis Fly Ash terhadap perubahan bau air tanah Kost Kuning. Air tanah

51 Kost Kuning sebelum perlakuan atau 0 mg/l sudah memenuhi baku mutu yaitu tidak berbau. Kemudian pemeriksaan air tanah Kost Kuning yang telah diberikan dosis 10, 15, 20 dan 30 mg/l Fly Ash juga tidak memberikan hasil yang berbeda dengan air tanah Kost Kuning tanpa perlakuan. Hal ini disebabkan karena karakteristik Fly Ash yang tidak berbau dan pengaruh kandungan Fly Ash yang sebagian besar hilang karena telah disaring dengan kertas saring. 4.2.4 Rasa air tanah Kost Kuning Berdasarkan tabel 4.8 hanya air tanah Kost Kuning tanpa perlakuan Fly Ash yang berasa dan selanjutnya pada air tanah dengan perlakuan Fly Ash semua tidak berasa. Rasa yang muncul di air tanah Kost Kuning tanpa perlakuan adalah rasa yang agak pahit. Berdasarkan hasil ini, hal ini berbanding lurus dengan hasil pengukuran ph air tanah Kost Kuning dimana tanpa perlakuan Fly Ash rata ph air tanah Kost Kuning adalah 5,71. Pada kondisi ini air cenderung akan berasa agak pahit sama dengan hasil pemeriksaan rasa pada air tanah Kost Kuning. Dan setelah perlakuan pada dosis 10, 15, 20 dan 30 mg/l dimana ph telah mendekati keadaan ph netral air dan telah memenuhi baku mutu air, hal ini sejalan pula dengan rasa air tanah yang sudah tidak berasa.