BAB II EKSPLORASI ISSUE BISNIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

Universitas Sumatera Utara

Analisa Risiko Investasi Penambahan Jalur Produksi di PT. XYZ dengan Metoda Capital Budgeting BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 2 PROSES BISNIS PERUSAHAAN

ANALISA PROSES BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. fungsional Logistic merupakan unit bisnis yang memiliki fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sempurna karena adanya kebutuhan project baru yang belum pasti, sehingga layout

BAB 1 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Aplikasi Sistem Informasi (1)

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

Lab. Teknik Industri Lanjut LEMBAGA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI. p j UNIVERSITAS GUNADARMA

Pertemuan 4 Sejarah Perkembangan ERP


Fungsi Bisnis dan Proses Bisnis


BAB 1 PENDAHULUAN. suatu paradigma baru bagi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Berbeda dengan

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

2 digudang juga harus tetap terpantau terus menerus. Untuk itu diperlukan sebuah sistem yang dapat memanajemen atau merencanakan keluar masuknya baran


BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Federal Karyatama adalah suatu perusahaan yang bergerak di bidang

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

PROYEK AKHIR SISTEM MANAJEMEN MUTU PERUSAHAAN SARI ROTI. PT NIPPON INDOSARI CORPINDO,Tbk.

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E*/**

Supply Chain Management. Tita Talitha,MT

Sistem Informasi Akuntansi I. Modul ke: 13Feb. Pengantar ERP (Enterprise Resource Planning) Fakultas. Afrizon, SE, M.Si, Ak. Program Studi Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. PT United Tractors Tbk (PTUT) merupakan salah satu distributor alat-alat berat

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

: Yan Ardiansyah NIM : STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. diperbaharui dalam perusahaan untuk dapat menjadi market leader didalam bisnis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin berkembangnya perdagangan bebas yang masuk, maka setiap

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 TINJAUAN SISTEM INFORMASI YANG BERJALAN

SISTEM INFORMASI E-BISNIS

BAB III KERANGKA PEMECAHAN MASALAH

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelengkap ERP (add-on system) dengan membuat dan menerapkan tiga modul

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP)

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis dan perkembangan

PT. INFODATA SOLUSI CIPTA. Product Info ISC ERP

Management Information Systems (MIS) Sistem Informasi Manajemen adalah sistem informasi yang dibutuhkan sebuah organisasi dengan pengolahan seluruh

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

LAMPIRAN WAWANCARA. Produk yang diproduksi dan dijual kepada pelanggan PT. Lucky Print Abadi. adalah kain bercorak. Kain dijual dalam ukuran yard.

BAB I PENDAHULUAN. Pada industri manufacture, sebuah proses yang berjalan dari penyediaan

BAB III OBJEK PENELITIAN

Pembahasan Materi #11

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

APLIKASI MANAJEMEN PERKANTORAN E */**

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses

Enterprise Resource Planning

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri di Indonesia yang semakin pesat, mendorong setiap

Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria

Week 11 SIA SIKLUS PRODUKSI. Awalludiyah Ambarwati

BAB 2 LANDASAN TEORI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan teknologi semakin besar. Peran teknologi akhir-akhir ini sangat

Struktur Organisasi PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

Oleh: Hana Pertiwi ST

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Rancang Bangun Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Distribusi Daging Sapi Nasional

Hakikat Rantai Pasokan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini

: Perencanaan pengadaan bahan baku bihun untuk meminimasi total biaya persediaan di PT. Tiga Pilar Sejahtera BAB I PENDAHULUAN

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Bab I Pendahuluan DOCKING INBOUND INPUT DATA PRODUK. Gambar I. 1 Proses Inbound

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Supply Chain Management (SCM)

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PROSES PEMBUATAN BISKUIT ORIORIO VANILA DI PT. SIANTAR TOP, Tbk WARU-SIDOARJO LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sangat cepat di segala bidang. Persaingan yang semakin ketat mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2008, berbagai sektor industri mengalami tantangan yang sangat

PERENCANAAN UNIT PENGGUDANGAN PADA PABRIK PENGOLAHAN BISKUIT MANIS DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 2,0 TON TEPUNG TERIGU/HARI

KONSEP SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat suatu tuntutan dalam

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan, menganalisis kebutuhan informasi,

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Finance for Non-Finance Manager: Balanced Scorecards

PERANAN SIM DALAM KEGIATAN MANAJEMEN. Nurochman, SST,.Akt,.MT

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

Transkripsi:

Pay to Analisa Risiko Investasi Penambahan Jalur Produksi di PT. XYZ dengan Metoda Capital Budgeting BAB II EKSPLORASI ISSUE BISNIS 2.1 Proses Bisnis PT. XYZ Proses bisnis yang dijalankan PT. XYZ adalah memproduksi biskuit, dan alurnya dapat dilihat pada gambar 2.1. New Product PROCESS MAPPING PT. XYZ New Product Development (NPD) Distribution Sales Marketing : - Customer Complaint -Customer Satisfaction/ Survey New Product : Manufacturing Manufacturing Personnel Sales Forecast (Distributor Order ) Distributor Stock Capacity : -Machine -Labour Finish Good Stock (N) Warehouse Payroll Order to Factory Fix : N Tent. : N+1 Master Production Schedule Research & Development New Product : Release Formulir FG - Training Personel - Recruitment Export Order (N+1) Purchase Order Stock Status RM/PM Material Requirement Planning Bill Of Material Standard Process - Control Chart Packaging Purchase Order & Delivery Shedule Supplier s Invoice Purchase Request Purchasing - Suplier Audit - Suplier Evaluation Schedule Delivery NO RM/PM Incoming Inspections Yes Delivery Note OK? Inventory Quality Assurance Receiving - Suplier Audit Report - Food Safety Audit Weekly Production Planning Inggredient Preparation Sugar Grinder Biscuits Recycling Creaming Process Baking Process Forming Process RMI/ RPI Mixing Process RMS Engineering 1. Prev. Maintenance 2. Service Equipment 3. Industrial Safety 4. Process Productivity Improvement RMU/ PMU Accounts Payable Accounting Process Inspection Accounts Receivable Gambar 2.1 Proses Bisnis PT. XYZ 2.1.1 Proses Produksi PT. XYZ Proses produksi biskuit itu sendiri meliputi beberapa tahap antara lain: 1. Inggredient Preparation Proses ini meliputi penyaringan, pemeriksaan, penimbangan, dan menyiapkan bahan baku dalam satu tempat untuk setiap batch. Pada tahap awal adalah menyiapkan komposisi bahan dengan cara penimbangan sesuai dengan komposisi yang ditetapkan. Pengawasan mutu tahap ini 13

dilakukan dengan menganalisa material dari sisi : organoleptik, kadar air, alveograph, ph, brix, bilangan peroksida, serta kuantitas dari komponen bahan baku pada setiap pengiriman. 2. Mixing Pencampuran semua ingredient untuk membuat adonan biskuit. Pengawasan mutu yang dilakukan pada tahap ini adalah : formula, urutan mixing, waktu, suhu, rest time, ph washing untuk setiap batch. 3. Resting Time Penyimpanan adonan untuk mencapai kestabilan. 4. Cutting/Moulding Pencetakan adonan biskuit. Pengawasan mutu yang dilakukan pada tahap ini adalah : berat adonan, topping, dan milk wash untuk setiap 15 menit. 5. Baking Pemanggangan biskuit di oven. Pengawasan mutu yang dilakukan pada tahap ini adalah: organoleptik, berat biskuit, panjang, tebal, diamater, kadar air, dan oil spray untuk setiap 15 ~ 30 menit. 6. Cooling Proses pendinginan biskuit untuk mencegah kondensasi saat pengemasan. Pengawasan mutu yang dilakukan pada tahap ini adalah: temperatur, dan kondensasi untuk setiap batch. 7. Creaming Pemberian krim pada biskuit, khusus untuk jenis sandwich. Pengawasan mutu yang dilakukan pada tahap ini adalah: organoleptik, berat krim, warna, suhu, ph, ketebalan untuk setiap batch. 8. Packaging Pengemasan biskuit dengan kemasan primer, sekunder maupun tersier. Pengawasan mutu yang dilakukan pada tahap ini adalah : breakage, jumlah biskuit, berat biskuit, sealing, kode, dan pallet, sliding, khusus untuk biskuit 14

jenis sandwich pengawasan mutu tersebut diikuti dengan pisa tower, cream centering dilakukan sesuai instruksi kerja dari formulir yang digunakan. 9. Warehousing Penyimpanan dan pengiriman biskuit dari gudang ke distributor atau konsumen. Sedangkan alur pembuatan biskuit dapat dilihat pada gambar 2.2. Production Process Ingredient Preparation Mixing Resting Time Cutting/Moulding Baking Cooling Creaming Packaging Distribution Gambar 2.2 Proses Produksi Biskuit 15

2.1.2 Manajemen rantai pasok PT. XYZ Investasi penambahan jalur produksi yang menjadi pembahasan utama penelitian proyek akhir ini merupakan landasan atau pijakan dasar bagi strategi proses pengembangan bisnis di masa mendatang. Proses investasi yang berkaitan dengan Strategi Manajemen Rantai Pasok ditampilkan pada gambar 2.3 berikut ini. Supply Chain Management A Close loop Process Strategy Customers Historical Sales & Marketing Events/Activities/Seasons Forecast Customer Service System/IT Supplier Management Order Administration Master Schedule MRP Procurement Capex Production Planning & Control Capacity & Manpower Planning Industrial Planning/PPIC HR Production Warehousing Logistics Shipping Warehousing Posisi Proyek Akhir Dalam Proses Bisnis Gambar 2.3 Strategi Proses Manajemen Rantai Pasok 2.1.3 Proses Bisnis Pendukung Proses bisnis pendukung yang ada di PT. XYZ meliputi berbagai bidang antara lain: Infrastruktur Perusahaan Perusahaan menyediakan dan memelihara infrastruktur yang dibutuhkan untuk mencapai kesesuaian persyaratan mutu dan keamanan produk. 16

Infrastruktur tersebut meliputi gedung, ruang kerja, dan sarana pendukung, peralatan proses, dan jasa-jasa pendukung diantaranya: transportasi dan komunikasi. Disamping itu perusahaan menyediakan lingkungan kerja yang kondusif untuk memastikan kesehatan dan keselamatan kerja para karyawan dan lingkungan. Teknologi Teknologi pembuatan biskuit dilakukan secara in line, mulai dari forming sampai area packaging, sehingga diperoleh effisiensi dan produktivitas yang tinggi. Sedangkan teknologi informasi yang digunakan sudah terintegrasi, dimana setiap transaksi akan ter update secara real time. Riset dan Pengembangan Menyediakan pendukung ilmiah yang dibutuhkan untuk kredibilitas argumentasi perusahaan terhadap kesehatan dan nutrisi. Membantu inovasi produk, mengenali dan mengembangkan proses dan bahan yang membuat suatu perbedaan yang nyata bagi konsumen. Memisahkan produk PT. XYZ sedemikian rupa, sehingga sulit bagi pesaing untuk meniru. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan menetapkan personil yang melakukan pekerjaan dan mempengaruhi mutu serta keamanan pangan harus kompeten atas dasar pendidikan, ketrampilan, dan pengalaman yang memadai, dengan cara menyediakan pelatihan dan kegiatan lain untuk memenuhi kompetensi karyawan dan mengevaluasi efektifitas dari pelatihan yang telah dilakukan. 17

2.2 Analisa Situasi Industri biskuit mengalami pertumbuhan yang sangat baik, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah pasar biskuit di Indonesia. Pada tahun 2006 jumlah nya sudah mencapai 328,800 ton, padahal pada tahun 2002 hanya berjumlah 216,842 ton saja. Pertumbuhan ini didorong oleh telah diterimanya biskuit sebagai makanan tambahan, dan peningkatan daya beli masyarakat terhadap produk biskuit, sehingga pengembangan industri ini menjadi suatu tujuan yang ingin dicapai oleh produsen biskuit. 2.2.1 Suplai dan Demand Suplai dan demand biskuit merupakan aspek pasar yang harus dianalisa untuk mengidentifikasi kesempatan pengembangan usaha PT. XYZ di Indonesia. Peningkatan dari tahun ke tahun mendorong perusahaan ini untuk terus melakukan perbaikan berkesinambungan (continuos improvement) untuk mencapai keunggulan bersaing (competitive advantage), serta memperbesar peredaran jumlah suplai biskuit yang diproduksi oleh PT. XYZ di Indonesia. Dalam pembahasan proyek akhir ini, jumlah proyeksi suplai dan demand tersebut ditentukan melalui metode peramalan trend. 1 2.2.1.1 Suplai Biskuit PT. XYZ Jumlah suplai biskuit PT. XYZ menunjukkan pangsa pasar (market share) yang telah dicapai perusahaan tersebut. Dengan mengetahui jumlah suplai biskuit pada masa lalu dan sekarang, PT. XYZ dapat memproyeksikan potensi suplai yang masih dapat diraih oleh perusahaan di masa yang akan datang. Suplai biskuit yang diproduksi oleh PT. XYZ mengalami peningkatan, yang semula hanya berjumlah 21,738 ton pada tahun 2002 sampai mencapai 57,000 1 Suratman, 2001, Studi Kelayakan proyek: Teknik dan Penyusunan Laporan, Edisi Pertama J & J Learning 18

ton pada tahun 2006. Peningkatan yang terjadi dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 27.34%. Pertumbuhan ini mendasari PT. XYZ untuk melakukan ekspansi usahanya di Indonesia. Pertumbuhan suplai biskuit PT. XYZ dan proyeksinya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Produksi Biskuit/Tahun PT. XYZ 90.000 80.000 (Ton) 70.000 60.000 50.000 40.000 30.000 20.000 57.000 45.392 35.820 21.738 26.502 Produksi Biskuit/Tahun 10.000 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Proyeksi Produksi Biskuit/Tahun Tahun Gambar 2.4 Suplai Biskuit PT. XYZ 2.2.1.2 Demand Biskuit PT. XYZ Demand saat ini sering dapat dikumpulkan dari catatan statistik, sedangkan untuk masa yang akan datang perlu diadakan proyeksi dengan menggunakan berbagai variabel saat ini. Hal ini dinamakan metode peramalan yang dilakukan dengan runut waktu (time series). Dari peramalan demand dapat dilihat masih ada potensi pasar dan masih membuka peluang bagi PT. XYZ untuk terus meningkatkan pangsa pasar nya di Indonesia. 19

Demand biskuit produksi PT. XYZ pada tahun 2007 sebesar 57,000 ton, dan proyeksi di tahun 2008 adalah 64,568 ton. PT. XYZ membagi demand tersebut ke dalam berbagai bentuk SKU (Stock Keeping Unit) sebagai bentuk penerapan strategi marketing mix. Demand ini diperoleh dengan cara peramalan yang menggunakan masukan data masa lalu (historical), customer service, musim (season), data sekunder yang diperoleh oleh Divisi Sales dan Marketing, dan menjadi target yang harus dipenuhi oleh Divisi Sales. Manajemen PT. XYZ menyusun demand tahunan ke dalam 4 triwulan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah evaluasi terhadap penjualan yang sudah dicapai, dan melakukan review setiap triwulan. Demand biskuit produksi PT. XYZ dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.1 Demand Biskuit PT. XYZ Satuan: Ton Produk Q1 2007 Q2 2007 Q3 2007 Q4 2007 Q1 2008 Q2 2008 Q3 2008 Q4 2008 DEMAND 1 7,100 9,425 7,920 6,555 6,843 8,663 9,560 6,634 2 1,420 1,371 373 112 2,374 3,007 3,318 2,301 3 180 1,030 1,227 1,288 0 0 0 0 4 225 5 1,462 1,571 1,787 1,679 648 819 905 628 6 242 275 259 2,158 2,733 3,018 2,091 7 1,013 1,088 1,238 1,163 8 750 750 750 750 648 819 905 628 9 25 25 75 75 43 55 61 41 10 990 1,470 1,364 1,470 1,364 1,470 1,364 Total demand 12,175 16,490 15,114 13,245 14,184 17,460 19,237 13,687 Sumber: Demand Dept. PT. XYZ, Divisi Sales 2.2.2 Pertumbuhan (Growth) Pertumbuhan pasar biskuit dapat diperoleh dari berbagai macam sumber. Data pasar biskuit yang digunakan pada pembahasan proyek akhir ini 20

merupakan data sekunder, yaitu data yang pengumpulan, pencatatan dilakukan oleh pihak ketiga. Di lain pihak proyeksi pasar biskuit di masa yang akan datang menggunakan trend peningkatan yang terjadi pada industri tersebut dengan asumsi ekspor dan impor biskuit adalah tetap. Pasar biskuit terus bertumbuh dengan tingkat pertumbuhan sekitar 10%. 2 Dengan tingkat pertumbuhan sebesar itu, maka pasar biskuit dapat diproyeksikan mencapai sekitar 361,680 pada tahun 2007, dan 397,850 pada tahun 2008. Pertumbuhan pasar biskuit yang terjadi di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut ini. Pasar Biskuit di Indonesia 500,000 (Ton) 400,000 300,000 200,000 328,800 287,774 216,842 237,038250,810 Pasar Biskuit di Indonesia Proyeksi Pertumbuhan Pasar Biskuit 100,000 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Gambar 2.5 Proyeksi Pertumbuhan Pasar Biskuit di Indonesia 2.2.3 Potensi Pasar Potensi pasar biskuit merupakan peluang yang masih dapat diraih oleh para pemain yang bergerak pada industri ini. Dengan tingkat pertumbuhan pasar 2 http://www.businessreview.co.id, 2007 21

seperti yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, maka diperoleh potensi pasar biskuit sebesar 32,880 ton pada tahun 2007 dan 36,168 ton pada tahun 2008. Jumlah ini menarik minat manajemen PT. XYZ untuk ikut merebut potensi pasar tersebut. 2.2.4 Posisi kompetisi Untuk dapat memenangkan persaingan di dalam kelompok industri, perusahaan harus memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage). PT. XYZ mencapai keunggulan dengan menghasilkan produk biskuit bernutrisi yang terjangkau (affordable), penerapan strategi marketing mix, melakukan inovasi, serta pendistribusian yang merata. Hal ini mendorong diterimanya biskuit produksi PT. XYZ oleh seluruh lapisan masyarakat. Keunggulan kompetitif akan membedakan perusahaan dari kompetitornya dalam hal bagaimana meraih sukses yang menyebabkan perusahaan mempunyai prestasi yang jauh lebih dari pada kompetitornya. Prestasi yang diraih oleh PT. XYZ adalah dapat mengimbangi persaingan pasar biskuit di Indonesia, walaupun perusahaan ini relatif baru beroperasi sendiri, setelah memisahkan diri dari rekanan di Indonesia. Kompetisi pada industri biskuit terjadi dengan sangat ketat, karena pasar biskuit ini memiliki daya tarik besar. PT. XYZ sebagai salah satu produsen biskuit hanya menguasai 15,4 % pangsa pasar dari sisi volume. Pesaing utama yang menguasi pasar biskuit masih di pegang oleh Khong Guan. Perusahaan tersebut sudah lama memimpin pasar biskuit di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan bagi PT. XYZ untuk mengungguli pesaingnya agar dapat menguasai pasar biskuit di Indonesia.. 22

Posisi kompetisi pasar biskuit pada saat ini dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut. Posisi Kompetisi Volume Share 35.0% 30.0% 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% 31.5% 15.4% 17.7% 8.1% 7.9% 9.5% 9.9% Universal Indofood Interbis Sejahtera PT. XYZ Khong Guan Ultra Prima Abadi Mayora Others Perusahaan Sumber: Nielsen National Grocery 50% SD Volume Share to Total Biscuit Gambar 2.6 Posisi Kompetisi 2.3 Akar Masalah Permasalahan yang timbul untuk mengimbangi pertumbuhan pasar adalah keterbatasan dari kapasitas terpasang jalur produksi biskuit di PT. XYZ, sehingga tidak memungkinkan lagi untuk menambah suplai biskuit, sedangkan demand dan pertumbuhan pasar sangat besar. 2.3.1 Utilisasi Kapasitas (Capacity Utilization) Kapasitas produksi memberikan gambaran atas keluaran (output) produksi yang dapat dicapai oleh jalur produksi. Besar kapasitas produksi merupakan parameter penting untuk dipakai sebagai masukan perhitungan aspek finansial. 23

Kapasitas tersebut dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu: a) Kapasitas design Kapasitas design adalah kapasitas menurut rancangan design engineering, yaitu maksimum output yang dapat dicapai menurut perhitungan. Kapasitas design PT. XYZ adalah 64,000 ton per tahun. b) Kapasitas efektif Kapasitas efektif adalah kapasitas yang sesungguhnya setelah memasukkan parameter-parameter seperti faktor servis, pemeliharaan, dan kondisi-kondisi lain yang dihadapi dalam operasi. Kapasitas efektif PT. XYZ adalah 57,600 ton per tahun, artinya PT. XYZ sudah melakukan utilisasi terhadap jalur produksi yang ada sebesar 90%. Utilisasi kapasitas jalur produksi yang terpasang di PT. XYZ dijelaskan pada tabel berikut ini. Tabel 2.2 Utilisasi Kapasitas Produksi PT. XYZ Periode Q1 2007 Q2 2007 Q3 2007 Q4 2007 Q1 2008 Q2 2008 Q3 2008 Q4 2008 Kapasitas Design 12,160 17,280 17,280 17,280 12,160 17,280 17,280 17,280 Kapasitas Efektif 10,944 15,552 15,552 15,552 10,944 15,552 15,552 15,552 Demand 12,175 16,490 15,114 13,245 14,184 17,460 19,237 13,687 Kapasitas Tersedia (ton) Kapasitas Tersedia (%) -1,231-938 438 2,307-3,240-1,908-3,685 1,865-10% -5% 3% 13% -27% -11% -21% 11% Dari utilisasi kapasitas produksi diatas, dapat dilihat bahwa pada dasarnya PT. XYZ akan memiliki kekurangan kapasitas produksi sebesar 6,968 ton pada tahun 2008 agar dapat memenuhi demand yang sudah direncanakan. 2.3.2 Penambahan Kapasitas yang Dibutuhkan Skala operasi merupakan kuantitas unit produk yang seharusnya dihasilkan pada suatu periode tertentu. Dalam rangka untuk mencapai optimalisasi 24

keuntungan, maka konsep yang digunakan dalam menentukan skala operasi adalah bergantung pada kemungkinan perkembangan pangsa pasar yang dapat diraih dan kapasitas mesin yang dimiliki perusahaan. Pertumbuhan pangsa pasar biskuit yang terjadi menunjukkan bahwa pada saat ini PT. XYZ mengalami kekurangan kapasitas, oleh karena itu harus diatasi dengan penambahan jumlah produksi biskuit. Dengan kekurangan kapasitas sebesar 6,968 ton, maka penambahan yang harus dilakukan ditetapkan sebesar 8,000 ton per tahun atau 22,12% dari total potensi pasar yang ada. Hal ini dilakukan karena: 1. Harus memiliki cadangan (buffer) untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan pasar. 2. Dapat menggunakan panjang oven minimum yang ada yaitu: 30 meter sehingga tidak mengeluarkan biaya investasi yang sangat besar. 3. Dapat meningkatkan (upgrade) kapasitas oven, apabila diperlukan di kemudian hari. 25