BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. data Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) persennya merupakan penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilihat dari fisik, tetapi juga dilihat dari kelebihan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini, jumlah anak-anak yang berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat diukur secara kuantitas dari waktu ke waktu, dari satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehadiran anak umumnya merupakan hal yang dinanti-nantikan

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran Stres..., Muhamad Arista Akbar, FPSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. yang indah, bahkan anak dikatakan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB 1 PENDAHULUAN. familiar dikehidupan masyarakat adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berbagai alasan. Terlebih lagi alasan malu sehingga tidak sedikit yang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua. Anak bisa menjadi pengikat cinta kasih yang kuat bagi kedua orang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hadirnya seorang anak merupakan harapan dari setiap orangtua.

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

5. DISKUSI, KESIMPULAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua mendambakan memiliki anak yang sehat, baik secara jasmani maupun

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Keadaan disabilitas yang adalah keterbatasan fisik, kecacatan baik fisik maupun mental, serta berkebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menerima bahwa anaknya didiagnosa mengalami autisme.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan spiritual anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisik maupun mental. Tetapi tidak semua anak terlahir normal, anak yang tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berarti. Anak datang menawarkan hari-hari baru yang lebih indah, karena

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. impian setiap orang. Ketikamenikah, tentunya orang berkeinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah suatu anugerah yang sangat dinanti-nantikan oleh pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugerah, anak adalah titipan dari Allah SWT. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. sehat jasmani dan rohani. Namun pada kenyataannya tidak semua anak lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. tuanya,keberadaannya diharapkan dan ditunggu-tunggu serta disambut

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. belumlah lengkap tanpa seorang anak. Kehadiran anak yang sehat dan normal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

POLA ASUH DAN PENDAMPINGAN ORANGTUA BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Aini Mahabbati, M.A PLB FIP UNY HP:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak. Berdasarkan data dari Pusat Data Informasi Nasional (PUSDATIN)

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam sebuah rumah tangga setiap pasangan suami istri yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. semangat untuk menjadi lebih baik dari kegiatan belajar tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan, terampil dan pintar yang nantinya akan menjadi penerus dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada setiap budaya dan lingkungan masyarakat, keluarga memiliki struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang didambakan. Berbagai harapan sempurna mengenai anak pun mulai

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertentangan dengan hukum dan undang-undang. Tingkat krminalitas di Indonesia

BABI PENDAHULUAN. kehidupan individu selalu dan tidak lepas dari masalah yang ada sehingga kadangkala

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. masa pernikahan. Berbagai harapan mengenai keinginan memiliki anak pun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aktivitas sehari-hari. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk terbiasa menghadapai peran yang berbeda dari sebelumnya, karena memiliki anak berkebutuhan khusus (Miranda, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meninggal sebelum usia lima tahun didominasi oleh kelahiran prematur dan kelahiran bayi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. banyak anak yang mengalami gangguan perkembangan autisme. Dewasa ini,

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara normal terutama anak, namun itu semua tidak didapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melihat sisi positif sosok manusia. Pendiri psikologi positif, Seligman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran anak dalam kondisi sehat dan normal adalah harapan setiap ibu (UNICEF, 2010). Namun faktanya, tidak semua anak lahir dalam kondisi normal. Anak yang lahir dalam kondisi berkebutuhan khusus seringkali menimbulkan dinamika tersendiri pada keluarga. Orangtua diliputi rasa bersalah terhadap kelahiran anak berkebutuhan khusus (ABK) (Hallahan, Kauffman & Pullen, 2012). Data menunjukkan bahwa kelahiran anak dalam kondisi tidak normal atau kelahiran anak berkebutuhan khusus (ABK) masih banyak terjadi di Indonesia. Jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia cukup besar. Catatan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan terdapat 4,2 juta jiwa anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia yaitu presentase 10% anak usia sekolah (5-14 tahun) (Republika, 2014). Melihat pertumbuhan dan peningkatan jumlah penduduk Indonesia setiap tahun nya mengalami peningkatan, pemerintah memprediksi angka anak berkebutuhan khusus akan meningkat. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi anak, yaitu masa sebelum kelahiran (prenatal), saat kelahiran (perinatal) dan setelah kelahiran (postnatal). Winick (dalam Sternberg & Taylor, 1989) menjelaskan faktor yang perlu diperhatikan oleh ibu sebelum kelahiran (prenatal) adalah nutrisi yang diberikan oleh ibu selama mengandung. Brack (dalam Sternberg & Taylor, 1989) menjelaskan bahwa makanan, asupan gizi, penggunaan obat dan, konsumsi alkohol oleh ibu merupakan faktor-faktor pada fase prenatal (sebelum kelahiran) yang dapat mempengaruhi kondisi anak ketika lahir. Selain itu, usia kandungan,

gizi yang dikonsumsi serta ketegangan emosi yang dirasakan ibu dapat mempengaruhi kondisi kelahiran anak (Santrock, 2011). Anak berkebutuhan khusus (ABK) terdiri dari beberapa macam. Kirk, dkk. (2012) mengkategorikan ke dalam enam perbedaan, yaitu perbedaan intelektual, cara berkomunikasi, proses pembelajaran, fungsi penginderaan, kondisi fisik, dan ketidakmampuan atau kelainan ganda lainnya. Kelahiran anak dalam kondisi berkebutuhan khusus dapat memunculkan berbagai macam reaksi dari orangtua. Reaksi yang ditunjukkan orang tua dapat berupa reaksi negatif maupun reaksi positif. Reaksi negatif antara lain penolakan atau penyangkalan (Baskiewicz dkk. dalam Hallahan dkk., 2012; Kandel & Merick, 2007; Mangunsong, 1998), rasa bersalah, kesedihan (Kandel & Merick, 2007; Mangunsong, 1998), kecenderungan untuk meminta perlindungan, depresi (Kandel & Merick, 2007), kaget, marah (Baskiewicz dkk. dalam Hallahan dkk., 2012; Mangunsong, 1998), kacau, cemas, takut (Baskiewicz dkk. dalam Hallahan dkk., 2012), gejolak batin, tidak percaya, dan kecewa (Mangunsong, 1998). Reaksi positif yang pada akhirnya dapat muncul adalah penerimaan (Baskiewicz dkk. dalam Hallahan dkk., 2012; Kandel & Merick, 2007). Peran ibu saat melahirkan mengakibatkan figur seorang ibu rentan terhadap masalah penyesuaian dengan kondisi anak (Mangunsong dkk., 1998). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosok ibu dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) cenderung memiliki masalah dengan kesehatan mental dibandingkan dengan sosok ayah (Mangunsong dkk., 1998). Orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki pengalaman stres yang lebih tinggi dibandingkan orangtua dengan anak normal. Stres yang dialami orangtua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) dikarenakan adanya rasa bersalah, rendahnya

harga diri, tidak menerima kenyataan dan tidak adanya dukungan sosial (Fathi, Zolfaghari & Hashemi, 2011). Menurut Chalidah (2005) anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang menyimpang dari kriteria normal. Kriteria yang dimaksud adalah dari segi mental, sensori, fisik, perilaku sosial, emosional, komunikasi, maupun gabungan dari beberapa variabel. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami keterbatasan secara fisik, mental, intelektual, sosial dan, emosional. Keterbatasan tersebut dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak (Undang-undang RI, 2011). Anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki hak yang sama seperti anak yang lain meskipun memiliki keterbatasan baik dalam hal pertumbuhan maupun perkembangan. Hak anak berkebutuhan khusus (ABK) tercantum dalam undang-undang No. 19 Tahun 2011. Anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki hak untuk dilindungi, dihormati, dan hak-hak yang lain (Undang-undang RI, 2011). Beberapa waktu yang lalu terjadi kasus reaksi penolakan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK) di Cikarang Barat. Orangtua diduga sengaja membuang anak karena lahir dalam keadaan bibir sumbing (Kompas, 2014). Bu Wulan adalah guru SLB N di Yogyakarta. Bu Wulan menceritakan bahwa banyak terjadi reaksi penolakan yang ditunjukkan oleh orangtua kepada anak berkebutuhan khusus (ABK) (dalam komunikasi personal dengan peneliti, 2014). Penolakan tersebut terlihat dari beberapa sikap orangtua terhadap anak. Sikap tersebut antara lain orangtua tidak terlihat menemani anak di sekolah, orangtua tidak terlihat hadir saat pengambilan rapor, dan anak diantar oleh sopir dan babysitter. Tidak hanya di sekolah, fenomena penolakan anak berkebutuhan khusus (ABK) oleh orangtua juga sering ditemui dalam kehidupan sehari-

hari. Fakta yang ada menggambarkan sikap orangtua berat untuk menerima keadaan anak dalam kondisi kekurangan. Selain penolakan, reaksi lain yang ditunjukkan orangtua terhadap kelahiran anak adalah penerimaan. Penelitian Setiyowati (2011), menghasilkan bahwa adanya penerimaan yang dilakukan orangtua terhadap anak tunagrahita. Anak tunagrahita merupakan salah satu kategori anak berkebutuhan khusus (ABK). Orangtua dapat mengatasi kesulitan dalam mendidik dan mengarahkan anak dengan cara memahami kondisi anak dan mengenali karakteristik anak. Selain itu, orangtua menunjukkan sikap penerimaan dengan menjalin komunikasi, memberikan perhatian dan kasih sayang, serta melibatkan diri dalam setiap kegiatan yang dilakukan anak. Peneliti melakukan observasi di salah satu SLB N di Yogyakarta. Peneliti mengamati perilaku orangtua dan anak ketika di sekolah. Peneliti melihat seorang ayah mengantarkan anak ke sekolah menggunakan motor. Sang ayah membawa selendang untuk menggendong anak dan papan plastik dipasang di bagian belakang motor sebagai tempat anak bersandar. Ayah menunggu di luar kelas, mengantar ke kamar kecil, dan menggendong anak sampai ke motor ketika pelajaran telah selesai. Perilaku seorang ayah tersebut menunjukkaan penerimaan terhadap kondisi anak. Fenomena-fenomena di atas menunjukkan adanya reaksi penolakan dan penerimaan orangtua, dimulai dari kelahiran anak hingga anak berada di bangku sekolah. Oleh karena itu, peneliti merumuskan masalah Bagaimana Dinamika Psikologis Penerimaan Orangtua dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)?. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis penerimaan orangtua terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

C. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya dalam Bidang Klinis dan Perkembangan. 2. Manfaat secara Praktis Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan gambaran tentang dinamika psikologis penerimaan orangtua dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) kepada orangtua yang lain dan pembaca. Informasi dan gambaran mengenai dinamika psikologis penerimaan orangtua dapat membantu pembaca dan orangtua lain untuk mengurangi faktor resiko pemicu stres dalam menghadapi dan merawat anak sehari-hari.