BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN MIE INSTAN ORANG TUA MURID DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MURID SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke tiga terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas sekarang ini, tingkat persaingan usaha di

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perubahan-perubahan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. baik yang kemudian berpengaruh terhadap berbagai sektor industri yang semakin

I. PENDAHULUAN. cukup memberikan efek yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi utama di

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

BAB I PENDAHULUAN. menuntut korporasi baik di dalam maupun di luar korporasi. Walaupun proses

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia selama 10 tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB I PENDAHULUAN. sasarannya karena kelangsungan hidup perusahaan tersebut sebagai organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke-3 terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang consumer goods. Semakin besar jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian yang menuju arah globalisasi, merek yang kuat

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk membeli. Konsumen dalam melakukan suatu keputusan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain menciptakan produk yang memiliki keunikan tersendiri dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. merupakan salah satu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

I. PENDAHULUAN. Persaingan dunia bisnis semakin ketat di era globalisasi saat ini. Berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Aktivitas masyarakat saat ini yang semakin tinggi menyebabkan pola konsumsi

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

: saya ingin mendapatkan data antropometri BB dan TB ibu.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang terjadi di negara-negara maju

BAB I PENDAHULUAN. baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUESIONER PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN USU TENTANG KONSUMSI MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) MEDAN TAHUN /../..

BAB I PENDAHULUAN. fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat sangatlah beraneka

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan

BAB I PENDAHULUAN. Periode usia bulan (toddler and preschooler) merupakan periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan adalah segala yang kita makan atau masukkan kedalam tubuh yang

Pengaruh sodium tripoliphosphat (STPP) terhadap sifat karak (kerupuk gendar) Noor Ernawati H UNIVERSITAS SEBELAS MARET I.

KUESIONER PENELITIAN

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baku utamanya adalah tepung terigu, yang diolah dengan merebus dalam air panas

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi pasar terus menunjukan perkembangan yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ada pepatah yang berbunyi Mempertahankan sesuatu lebih sulit daripada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia yang kaya akan kuliner khas dari berbagai provinsi

I. PENDAHULUAN Sejak diberlakukan Hukum Laut Internasional pada tahun 1982, luas laut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan luas perairan 5,8 juta kilometer persegi dan garis pantai 50 ribu mil kedua

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

I. PENDAHULUAN. Pangan menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 adalah segala. yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. penting. Saat ini minuman dijual dalam berbagai jenis dan bentuk, serta

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2004, angkanya terus mengalami kenaikan mencapai 9% dari total nilai

BAB I PENDAHULUAN. cukup berarti. Industri pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin berperan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam memasarkan sebuah produk, perusahaan memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB IV METODE PENELITIAN. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

ANALISIS PENGARUH ATRIBUT PRODUK MIE SEDAP TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN (Studi di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun diperkirakan sekitar 1,15%

BAB I PENDAHULUAN. sama peran brand akan semakin penting. Dengan demikian, brand saat ini tak

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

PENDAHULUAN. 2 Keamanan Air Minum Isi Ulang. Suprihatin.

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang jumlah penduduknya setiap tahun mengalami peningkatan. Banyaknya jumlah penduduk ini juga mengakibatkan banyaknya jumlah pangan yang perlu disediakan untuk dikonsumsi. Selain itu gaya hidup yang praktis juga mempengaruhi dalam mengkonsumsi pangan tersebut. Aktivitas manusia yang semakin hari semakin meningkat membuat waktu yang digunakan untuk mengolah makanan menjadi lebih terbatas. Sehingga makanan yang bersifat praktis dan cepat menjadi alternatif dalam menanggulangi masalah keterbatasan waktu tersebut. Mie instan adalah bahan pangan yang praktis dan cepat dalam pengolahannya. Selain itu beragam jenis rasa dan pelengkap dalam kemasan mie instan sudah banyak beredar di pasaran, sehingga tidak menyulitkan manusia dalam mengkonsumsinya. Bahan pangan mie instan yang memiliki kandungan karbohidrat yang cukup tinggi dapat digunakan sebagai pengganti bahan pangan seperti beras dan jagung. Walaupun mie instan memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi namun di masyarakat pedesaan makanan mie instan ini masih dijadikan lauk pauk. Berbeda dengan masyarakat kota, olahan mie instan dapat dikombinasikan dengan makanan olahan lain seperti telur, sosis, nugget, dan kornet. Harga yang murah dan mudahnya mendapatkan bahan pangan ini oleh masyarakat di kalangan mana pun membuat bahan pangan ini dapat dibeli tanpa kesulitan. Hal inilah yang membuat mie instan banyak digemari oleh masyarakat.

2 Konsumsi mie instan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jika tahun 2000 konsumsi mie instan per kapita baru 3,7 kilogram/tahun (ekuivalen dengan 53,1 bungkus), pada 2005 meningkat menjadi 5 kilogram/tahun. Seiring dengan peningkatan konsumsi mie instan. Produsen mie instan dalam negeri juga mengalami peningkatan yang cukup pesat. Jika pada 2001 baru ada 57 perusahaan yang terjun ke bisnis ini, setahun kemudian naik menjadi 59 dan untuk 2005 meningkat menjadi 84 perusahaan. 1 Meskipun demikian sebagian pangsa pasar masih dipegang oleh PT. Indofood Sukses Makmur, begitu pun dalam jumlah produksi mie yang dihasilkan. Selain PT. Indofood Sukses Makmur ada PT. Sayap Mas Utama (Wings Food) yang sukses dalam mengambil pangsa pasar. Perusahaan yang mengandalkan merek Mie Sedaap ini mampu meraup pasar sebesar 25,9%. Selain itu perusahaan-perusahaan lain tidak ketinggalan dalam meraup pangsa pasar produk mie instan ini meskipun tidak sebaik PT. Sayap Mas Utama. Berbagai varian mie baik mie goreng maupun mie rebus diproduksi dengan beragam pilihan rasa membuat pilihan konsumen semakin banyak. Presentase pangsa pasar Mie Instan di Indonesia tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Presentase Pangsa Pasar Mie Instan di Indonesia Tahun 2007 Nama Merek Pangsa Pasar Indomie 62,9 Mie Sedaap 25,9 Supermie 4,2 Sarimi 1,9 Mie Kare 1,4 Sumber: SWA, 2007 Perkembangan produksi mie instan di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 produksi mie instan adalah 718.460 ton, sedangkan pada tahun 2002 meningkat menjadi 822.979 ton dan perubahan 1 www.wartaekonomi.commie Instan: Mulai Mengganti Bahan Pokok [10 Februari 2008]

3 persentasenya adalah 14,55%. Walaupun pada tahun 2003 produksi meningkat akan tetapi perubahan persentasenya menurun menjadi 5,00 % begitu pun pada tahun 2004 mengalami penurunan persentase sebesar 3,60% meskipun produksinya meningkat. Perkembangan produksi mie instan dari tahun 2001 hingga tahun 2004 di dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Produksi dan Konsumsi Mie Instan Di Indonesia Tahun 2001-2004 Tahun Produksi mie instan Konsumsi mie instan Surplus ton bungkus ton bungkus ton bungkus 2001 718.460 1.026.371.429 482.805,120 689.721.600 2002 822.979 1.175.684.286 633.693,830 905.276.900 2003 864.128 1.234.468.571 699.079,552 998.685.074 2004 895.237 1.278.910.000 750.208,606 1.071.726.580 Sumber : Departemen Perindustrian dan Perdagangan (2005) 235.654,88 336.649.829 189.285,17 270.407.386 165.048,448 235.783.497 145.028,394 207.183.420 Peningkatan produksi mie instan disebabkan oleh peningkatan konsumsi oleh masyarakat. Perkembangan konsumsi mie instan di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tabel 2, tahun 2001 konsumsi mie instan sebesar 482.805,120 ton, sedangkan pada tahun 2002 meningkat menjadi 633. 693,830 atau memiliki perubahan persentase sebesar 31,25 %. Pada tahun 2003 dan 2004 konsumsi juga meningkat meskipun perubahan persentasenya menurun. Sisa mie instan yang tidak dikonsumsi diekspor ke luar negeri. Negara yang menjadi sasaran ekspor antara lain Cina, Malaysia, India dan negara-negara Uni Eropa. 2 Meningkatnya konsumsi mie instan ini karena bahan pangan ini mudah diterima oleh semua kalangan. Para konsumen mie instan berasal dari beragam kalangan mulai dari kalangan atas, kalangan menengah hingga kalangan bawah. Selain itu tingkat pendidikannya pun beragam mulai dari sarjana, lulusan sekolah menengah, sekolah dasar hingga yang tidak sekolah. Selain itu konsumennya pun 2 http://www.sinarharapan.co.id/berita/uni Eropa Beri Kemudahan Ekspor/RI Harus Manfaatkan Maksimal [1 April 2008]

4 berasal dari semua umur mulai dari konsumen yang berumur lanjut, remaja, hingga anak-anak. 3 Anak-anak adalah kalangan yang potensial sebagai konsumen. Anak merupakan sasaran yang memiliki potensi besar dalam peningkatan pemasaran produk barang dan jasa bagi produsen. 4 Sifatnya yang lugu, suka meniru sehingga mudah dipengaruhi untuk mengkonsumsi barang dan jasa untuk meningkatkan penjualan produknya. Konsumsi tersebut mulai dari makanan, minuman, pakaian, perlengkapan sekolah dan aksesoris. Walaupun anak-anak tidak memiliki penghasilan namun orang tua merekalah yang bertanggung jawab dalam setiap keinginan dan kebutuhan anaknya. Anak bisa mempengaruhi keputusan orangtua untuk melakukan pembelian (sebagai influencer). 5 Rasa mie instan yang lezat dan cocok di lidah membuat anak-anak menyukainya. Dibandingkan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan anak-anak lebih menyukai sajian dari olahan mie instan. Sehingga mie instan lebih populer di mata anak-anak. 1.2 Perumusan Masalah Karbohidrat yang dikandung mie instan mampu menggantikan peran bahan pangan lain seperti nasi, jagung, dan ubi-ubian. Selain itu yang membedakan dengan bahan pangan alam, mie instan memiliki rasa yang beraneka ragam yang berasal dari bumbu di dalam kemasan. Bumbu dan pelengkap yang ada dalam mie instan menggunakan MSG (Monososdium Glutamat) atau vetsin. 6 Vetsin merupakan garam organik antara ion natrium (sodium) dan glutamat. Penggunaan MSG yang merupakan food 3 http://www.isa-tpg.blogspot.com/msg dalam Mie Instan [1 April 2008] 4 http://endrowahmar.blogspot.com/peran Keluarga dalam Pembelian Produk [27 Januari 2008] 5 Mix Marketing Xtra edisi 01/V/14 Januari-17 Februari 2008 6 Jurnal Halal No. 58/X/2005

5 additif telah diatur penggunaannya oleh FAO/WHO. Aturan ini menetapkan bahwa konsumsi MSG tiap hari per orang tidak boleh melebihi ambang batas aman yakni 120 mg/kg BB/hari. 7 Mengkonsumsi semangkuk mie goreng atau mie rebus pada anak-anak telah melewati batas aman maksimal yang telah ditentukan FAO/WHO. Semangkuk mie rebus mengandung 2.250 2.780 Mg dan semangkuk mie goreng mengandung 2.900 3.400 Mg. 8 Sehingga jika berat anak 25 kg maka ia hanya boleh mengkonsumsi MSG sebanyak 3.000 Mg/hari. Itu berarti jika mengkonsumsi mie goreng telah melewati batas aman. Bahkan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS menyatakan batas aman penggunaan MSG adalah 2000 Mg/hari. 9 Selain itu kelemahan dari konsumsi mie instan adalah kandungan natriumnya yang tinggi. Natrium yang terkandung dalam mie instan berasal dari garam (NaCl) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang yang umum digunakan adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1% dari bobot total mie instan per takaran saji. Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita maag dan hipertensi. 10 Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah mengkonsumsi mie instan dapat mengakibatkan obesitas (kegemukan). Hal ini dikarenakan mie mengandung karbohidrat sederhana, lemak, dan kadar natrium tinggi. Sehingga jika dikonsumsi anak-anak secara terus menerus akan mengakibatkan obesitas, kenaikan kadar gula darah dan kenaikan tensi darah. 11 Mie instat sebenarnya bentuknya sangat panjang, namun saat pemprosesan mie dilipat, digoreng dan dikeringkan dalam oven panas. Penggorengan inilah yang membuat mie mengandung lemak. Bahan baku utama mie instant memang 7 Jurnal Halal No. 51/IX/2004 8 http://www.medikaholistik.com, Waspadailah MSg/vetsin Faktor Potensial Pencetus Hipertensi dan Kanker[1 April 2008] 9 http://www.isa-tpg.blogspot.com,/ MSG dalam Mie Instan[1 April 2008] 10,11 http://clickcentre.blogspot.com/efek-makan-mie-bagi-kesehatan.html/21 Januari 2010

6 tepung terigu, namun, selama proses pembuatannya, dipakai juga minyak sayur, garam, natrium polifosfat (pengemulsi, penstabil dan pengental), natrium karbonat dan kalium karbonat (keduanya pengatur keasaman), tartrazine (pewarna kuning) 12. Kandungan minyak dalam mie instan yang dapat mencapai 30% dari bobot kering. Hal tersebut perlu diwaspadai bagi penderita obesitas atau mereka yang sedang menjalani program penurunan berat badan 13. Anak-anak dalam mengkonsumsi makanan tidak terlalu memikirkan kandungan yang ada dalam makanan yang akan dikonsumsi. Padahal masa anakanak adalah masa di mana pertumbuhan dan perkembangannya untuk tubuh dan otaknya melaju pesat. Mengkonsumsi mie instan yang mengandung vetsin dapat mengakibatkan efek buruk pada anak-anak. Mengkonsumsi mie instan yang berkarbohidrat tinggi menyebabkan ketidakseimbangan gizi. Anak-anak hanya memperoleh zat sumber energi, sedangkan zat pengatur (sayur dan buah) dan zat pembangun (protein) belum mencukupi. Apabila anak-anak diperbolehkan terusmenerus mengkonsumsi makanan yang kurang sehat pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu. Selain itu semakin banyaknya penggunaan vetsin pada makanan seperti mie instan, makanan cepat saji dan makanan ringan dapat merusak pola makan yang seimbang pada anak. Sensor rasa di lidah anak akan terbiasa dengan rasa gurih vetsin. Hal ini mengakibatkan terbentuknya selera makan yang tinggi terhadap vetsin pada anak. Sehingga anak-anak akan lebih sulit dalam mengkonsumsi makanan yang dimasak di rumah terutama sayur-sayuran. 14 Orang tua memiliki peran dalam setiap keinginan dan kebutuhan anakanaknya. Orang tua juga perlu memberikan pengertian yang baik bagi anaknya 12 http://www.indonesiaindonesia.com/wanita-hamil-balita-hindari-mie-instan [21 Januari 2010] 13 http://clickcentre.blogspot.com/efek-makan-mie-bagi-kesehatan.html [21 Januari 2010] 14 Jurnal Halal No. 51/IX/2004

7 tentang bahayanya jika makan makanan yang kurang sehat secara terus-menerus. Selain itu dalam hal keputusan pembelian, orang tualah yang memiliki kekuasaan penuh. Akan tetapi kesibukan orang tua mengakibatkan sulitnya memberikan pengertian pada anak-anaknya. Pola hidup praktis membuat para orang tua memilih jalan aman untuk anak-anak mereka. Menurut Sumarwan (2002) memahami bagaimana peran anggota keluarga dalam pengambilan keputusan suatu produk sangat diperlukan. Produk mainan misalnya dipakai oleh anak-anak dan mereka mempengaruhi orang tuanya. Namun, pembeli dan pengembil keputusan pembelian produk mainan tersebut ayah, ibu atau keduanya. Begitu pun dengan produk mie instan, di dalam sebuah keluarga produk tersebut dapat saja diinginkan anak-anak namun orang tua mereka tidak mengkonsumsinya. Atau dapat saja produk mie instan tersebut dikonsumsi semua anggota keluarga. Sekolah Alam Bogor adalah sekolah yang menggunakan alam dan kegiatan sehari-hari sebagai alat pembelajaran. Salah satu kegiatan yang digunakan dalam pembelajaran adalah snacktime dan makan siang. Snacktime adalah kegiatan di mana anak-anak membawa makanan ringan dari rumah untuk dimakan di sekolah sekitar pukul sembilan pagi. Pada kegiatan snacktime inilah sekolah memasukkan pembelajaran tentang makanan yang baik maupun yang buruk untuk dikonsumsi manusia. Salah satu pembelajaran yang cukup gencar adalah pembatasan dalam hal pengkonsumsian makanan yang mengandung zat aditif seperti penguat rasa (MSG), pengawet, pewarna seperti makanan-makanan ringan yang beredar di pasaran dan mie instan. Akan tetapi, meskipun pengetahuan akan zat aditif telah

8 diberikan hampir setiap hari. Anak-anak masih menyukai mie instan sebagai makanan yang dibawa untuk snack mereka terutama mie goreng. Banyaknya merek mie instan yang beredar di pasaran membuat anak-anak memiliki banyak pilihan dalam mengkonsumsi mie instan. Selain itu promosi yang dilakukan produsen mie instan cukup gencar terutama promosi iklan di televisi. Televisi dibandingkan media massa lainnya mempunyai sifat istimewa karena merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan, maupun pendidikan (Asmira, 2006). Hal inilah yang membuat anak-anak mampu mengingat dengan baik merek-merek mie instan tersebut. Apalagi bintang iklan yang digunakan umumnya adalah keluarga besar yang anak-anak berperan di dalamnya. Selain itu produk mie instan kerapkali menjadi sponsor acara yang memiliki rating tinggi. Hal lain yang juga memacu pengkonsumsian mie instan adalah lingkungan sekitar anak-anak yang cenderung praktis karena kedua orang tua mereka yang bekerja. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana proses keputusan pembelian mie instan orang tua yang anaknya mengkonsumsi mie instan? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen (anak-anak) dalam mengkonsumsi mie instan meskipun pengetahuan tentang kandungan berbahaya mie instan sudah diberikan di sekolah? 3. Apa rekomendasi yang sesuai untuk pendidik/sekolah dan orang tua terkait dengan pengetahuan mie instan untuk anak-anak?

9 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini menggunakan anak-anak sebagai responden. Sedangkan responden lain yang digunakan adalah orang tua untuk melihat keputusan pembelian. Berdasarkan pada uraian perumusan masalah ada tiga tujuan yang ingin penulis ambil yaitu:. 1. Menganalisis tahapan proses keputusan pembelian mie instan orang tua yang anaknya mengkonsumsi mie instan 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen (anak-anak) dalam mengkonsumsi mie instan. 3. Rekomendasi ke sekolah, pendidik, dan orang tua terkait dengan pengetahuan akan mie instan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dan membutuhkannya. Bagi orang tua murid mampu mengetahui faktor-faktor keinginan dan kebutuhan anak akan konsumsi mie instan. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan masukan untuk para produsen mie instan dalam memproduksi dan menghasilkan mereknya. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan studi literatur untuk penelitianpenelitian yang akan datang.