BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENYUSUNAN PROGRAM BAB 3 PENYUSUNAN PROGRAM

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN. program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu software komputer untuk

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

BAB III METODA PERENCANAAN

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Fitria Yuliati

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR i DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN..

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan

PROGRAM KOMPUTER UNTUK DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat-syarat secara teknis maupun ekonomis. Syarat-Syarat umum jalan yang harus dipenuhi adalah:

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

STUDI KASUS: JALAN RUAS KM. 35 PULANG PISAU. Adi Sutrisno 06/198150/TK/32229

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS. kendaraan yang melanggar dan kendaraan tidak melanggar)

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

BAB III LANDASAN TEORI

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB IV ANALISA KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN BETON. genangan air laut karena pasang dengan ketinggian sekitar 30 cm. Hal ini mungkin

PERKERASAN DAN PELEBARAN RUAS JALAN PADA PAKET HEPANG NITA DENGAN SYSTEM LATASTON

PERENCANAAN DAN ANALISA BIAYA INVESTASI ANTARA PERKERASAN KAKU DENGAN PERKERASAN LENTUR PADA JALUR TRANS JAKARTA BUSWAY

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2)

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Pustaka Ulasan Pustaka Terhadap Penelitian Ini Ringkasan Penelitian Lain...

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

FASILITAS PEJALAN KAKI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Identifikasi Masalah. Pengamatan Pendahuluan

BAB 3 METODOLOGI. sehingga akan menghasilkan biaya konstruksi dan perawatan perkerasan lentur.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur (n)

BAB III METODE PERENCANAAN START

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sampai saat ini ada 3 (tiga) jenis perkerasan jalan yang sering digunakan, yaitu :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbandingan Konstruksi Flexible Pavement dan Rigid Pavement Flexible Pavement Rigid Pavement

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. : 1 jalur, 2 arah, 2 lajur, tak terbagi

BAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

TINJAUAN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN SIMPANG BULOH LINE PIPA STA , PEMKOT LHOKSEUMAWE 1 Romaynoor Ismy dan 2 Hayatun Nufus 1

RUANG LINGKUP PENULISAN Mengingat luasnya perencanaan ini, maka batasan masalah yang digunakan meliputi :

METODOLOGI. Kata Kunci--Perkerasan Lentur, CTB, Analisa dan Evaluasi Ekonomi. I. PENDAHULUAN

STUDI KARAKTERISTIK PENENTUAN TINGKAT PEMBEBANAN KENDARAAN TERHADAP TEBAL LAPIS PERKERASAN JALAN

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

ANALISIS TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE BINA MARGA 1987 DAN AASHTO Sri Nuryati

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PANDAN ARUM - PACET STA STA KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR

ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA, ASPHALT INSTITUTE DAN AASHTO 1993

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

TUGAS AKHIR ALTERNATIF PENINGKATAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN KAKU DI JL. HR. RASUNA SAID KOTA TANGERANG.

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

Perkerasan kaku Beton semen

KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA

7.1. PERKERASAN JALAN (PAVEMENT)

ANALISA DAMPAK BEBAN KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN. (Studi Kasus : Ruas Jalan Pahlawah, Kec. Citeureup, Kab. Bogor) Oleh:

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN BARU ANTARA RUAS JALAN TERMINAL INDIHIANG DENGANJALAN TASIKMALAYA BANDUNG (CISAYONG)

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

Dwi Sulistyo 1 Jenni Kusumaningrum 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dasar dan roda kendaraan, sehingga merupakan lapisan yang berhubungan

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

Aplikasi Penghitungan Pembuatan Jalan dan Lapis Tambahan Pada Aktifitas Perbaikan Jalan Perkerasan Lentur

PENGARUH KINERJA JEMBATAN TIMBANG KATONSARI TERHADAP KONDISI RUAS JALAN DEMAK KUDUS (Km 29 Km 36)

PERENCANAAN JALAN RING ROAD BARAT PEREMPATAN CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN BETON

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN YANG EFEKTIF UNTUK RUAS JALAN SEPUTIH RAMAN SIMPANG RANDU KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM

BAB VI PERENCANAAN TEKNIS JALAN

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN BESERTA ANGGARAN BIAYANYA PADA LAJUR KHUSUS BUS TRANS PAKUAN KOTA BOGOR KORIDOR TERMINAL BUBULAK-POOL BUS WISATA

Transkripsi:

BAB IV STUDI KASUS BAB STUDI KASUS Untuk menguji ketepatan program FPP dalam melakukan proses perhitungan, maka perlu dilakukan suatu pengujian. Pengujian ini adalah dengan membandingkan hasil dari perhitungan contoh soal secara manual dengan hasil perhitungan program FPP..1 CONTOH SOAL METODE ANALISA KOMPONEN Akan direncanakan tebal perkerasan jalan baru dengan ketentuan: Peranan Jalan : Jalan Arteri Tipe Jalan : 2 lajur 2 arah (2/2 UD) Usia Rencana : 10 tahun Pertumbuhan Lalulintas : 6 % Rencana Jenis Perkerasan : Perkerasan Lentur (Flexible) Kelandaian ratarata : 12 % Jenis Lapis Perkerasan : LASTON dengan tingkat kerataan >1000mm/km Curah Hujan : 750 mm/thn Lapisan Permukaan Laston dengan harga a 1 = 0.35 Lapisan Pondasi Atas Batu Pecah Kelas B dengan harga CBR 80 % dan a 2 = 0.13 Lapisan Pondasi Bawah Sirtu Kelas B dengan harga CBR 50 % dan a 3 = 0.12 Lapisan Tanah Dasar dengan harga CBR 3.05 % Datadata kendaraan dan jumlah kendaraan pada awal umur rencana: 6

7 No Jenis Kendaraan Volume Berat (ton) 1. Mobil Penumpang 5000 2 2. Bus 2000 9 3. Truk 10 ton 700 10. Truk 20 ton 200 20 5. Truk 3 sumbu 10 25 6. Truk Gandeng 5 31..1.1 PERHITUNGAN MANUAL 1) LaluLintas Rencana a) Angka ekivalen (E) masingmasing kendaraan: Mobil penumpang (sumbu depan 50 %; sumbu belakang 50 %) E = E sb.tunggal + E sb.tunggal = 0.5x2 8.16 0.5x2 8.16 = 0.0002 + 0.0002 = 0.000 Bus (sumbu depan 3 %; sumbu belakang 66 %) E = E sb.tunggal + E sb.tunggal = 0.3x9 8.16 0.66x9 8.16 = 0.0198 + 0.2808 = 0.3006 Truk 10 ton 1.2L (sumbu depan 3 %; sumbu belakang 66 %) E = E sb.tunggal + E sb.tunggal = 0.3x10 8.16 0.66x10 8.16 = 0.0301 + 0.280 = 0.581

8 Truk 20 ton 1.2H (sumbu depan 3 %; sumbu belakang 66 %) E = E sb.tunggal + E sb.tunggal = 0.3x20 8.16 0.66x20 8.16 = 0.823 + 6.875 = 7.3298 Truk 3 sumbu 1.22 (sumbu depan 25 %; sumbu belakang 75 %) E = E sb.tunggal + E sb.ganda 0.25x25 0.75x25 = x0. 086 8.16 8.16 = 0.32 + 2.397 = 2.716 Truk gandeng 1.2+2.2 (sumbu depan 16 %; sumbu belakang 1 36 %; sumbu belakang 2 2 %; sumbu belakang 3 2 %) E = E sb.tunggal + E sb.tunggal + E sb.tunggal + E sb.tunggal = 0.16x31. 8.16 0.36x31. 8.16 0.2x31. 8.16 0.2x31. 8.16 = 0.137 + 3.6827 + 0.727 + 0.727 = 5.2813 b) Dari data tipe jalan 2 lajur 2 arah dengna menggunakan Tabel 2.1 didapat angka koefisien distribusi kendaraan (C) untuk masingmasing kendaraan: Mobil penumpang = 0.50 Bus = 0.50 Truk 10 ton = 0.50 Truk 20 ton = 0.50 Truk 3 sumbu = 0.50 Truk gandeng = 0.50 c) Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan (dari Rumus 2.5): Mobil penumpang = 0.50 x 0.000 x 5000 = 1 Bus = 0.50 x 0.3006 x 2000 = 300.5677

9 Truk 10 ton = 0.50 x 0.581 x 700 = 160.339 Truk 20 ton = 0.50 x 7.3298 x 200 = 732.9801 Truk 3 sumbu = 0.50 x 2.716 x 10 = 13.7079 Truk gandeng = 0.50 x 5.2813 x 5 = 13.2033 LEP = 1221.7983 d) Menghitung Lintas Ekivalen Akhir (LEA): Dari Rumus 2.6: LEA = LEP (1+i) UR LEA = 1221.7983 (1+0.06) 10 LEA = 2188.057 e) Menghitung Lintas Ekivalen Tengah (LET): Dari Rumus 2.7: LET = ½ (LEP+LEA) LET = ½ (1221.7983 + 2188.057) LET = 170.9625 f) Menghitung Lintas Ekivalen Rencana (LER) Dari Rumus 2.8: LER = LET x FP LER = LET x (UR/10) LER = 170.9625 x (10/10) LER = 170.9625 2) Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) Dengan menggunakan grafik korelasi CBR dengan DDT pada Gambar 2.2 didapat: Lapisan pondasi atas CBR = 80 % DDT = 9.88 Lapisan pondasi bawah CBR = 50 % DDT = 9.01 Lapisan tanah dasar CBR = 3.05 % DDT = 3.78 3) Faktor Regional Dari data: jalan arteri dengan curah hujan ratarata/tahun = 750 mm, kelandaian ratarata = 6 %

50 2000 700 200 10 5 % kendaraan berat = x 100% 36.83% 5000 2000 700 200 10 5 Dari Tabel 2.3 didapat FR = 2.5 ) Indeks Permukaan a) Indeks Permukaan Awal Direncanakan lapisan permukaan LASTON dengan tingkat kerataan >1000mm/km, maka dari Tabel 2.5 diambil IPo = 3.5 b) Indeks Permukaan Akhir Direncanakan jalan arteri dengan LER = 170.9625 (perhitungan 1f), maka dari Tabel 2. didapat IPt = 2.5 5) Indeks Tebal Perkerasan Wt 18 = LER x 365 UR = 170.9625 x 365 x 10 = 6222981.691 log Wt 18 = log 6222981.691 = 6.790 FR = 2.5 IPo = 3.5 IPt = 2.5 Dengan menggunakan Rumus 2.1 ITP Gt 1 DDT logwt18 9.36log 1 0.20 log 0.372 3 2.5 FR 1.175 109 0.0 5.19 ITP 1 2.5 didapat ITP untuk masingmasing lapisan perkerasan dengan Trial and Error: Lapisan permukaan (DDT = 9.88) didapat: ITP = 6.7 Lapisan pondasi atas (DDT = 9.01) didapat: ITP = 7.5 Lapisan pondasi bawah (DDT = 3.78) didapat: ITP = 11.5

51 6) Tebal Perkerasan MasingMasing Lapisan a) Lapisan permukaan (LASTON) ITP = 6.67 a 1 = 0.35 maka: ITP = a 1 d 1 6.7 = 0.35 x d 1 d 1 = 19.1 cm 20 cm b) Lapisan pondasi atas (Batu Pecah kelas B) ITP = 7. a 2 = 0.13 maka: ITP = a 1 d 1 + a 2 d 2 7. = 0.35 x 20 + 0.13 x d 2 d 2 = 3.08 cm < batas minimal, maka d 2 = 20 cm (Tabel 2.6) c) Lapisan pondasi atas (Batu Pecah kelas B) ITP = 11.5 a 3 = 0.12 maka: ITP = a 1 d 1 + a 2 d 2 + a 3 d 3 11.5 = 0.35 x 20 + 0.13 x 20 + 0.12 d 3 d 3 = 15.83 cm 16 cm Maka tebal total lapisan perkerasan lentur yang direncanakan adalah: dtotal = d1 + d2 + d3 = 20 + 20 + 16 = 56 cm.1.2 PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN FPP Untuk soal yang sama seperti di atas, maka akan dihitung tebal perkerasan lentur tersebut dengan menggunakan program FPP. 1) Menghitung nilai LER Datadata input yang dimasukkan pada form 1 (Gambar.1) adalah: Umur rencana = 10 tahun Pertumbuhan lalulintas = 6 %

52 Jumlah lajur = 2 Jumlah arah = 2 Gambar.1 Input pada Form Flex Bina Marga [1] Kemudian pada form 2 (Gambar.2), akan dimasukkan data jenis kendaraan beserta volume dan berat kendaraan. Gambar.2 Hasil Perhitungan Nilai LER pada Form Flexi Bina Marga [2]

53 Berdasarkan hasil perhitungan program FPP, didapat LER = 1705.107 2) Faktor Regional dan Indeks Perkerasan Datadata yang diperlukan dalam form 3 (Gambar.3) ini untuk mendapatkan nilai Faktor Regional dan Indeks Perkerasan adalah: Curah hujan = 750 mm/tahun Kelandaian ratarata = 12 % Jenis lapisan perkerasan = LASTON Kerataan / roughness = >1000 mm/km Klasifikasi jalan = Jalan Arteri Gambar.3 Hasil Perhitungan Nilai Faktor Regional dan Indeks Perkerasan Nilainilai yang didapat dalam form ini: Faktor Regional = 2.5 IPo = 3.53.9 IPt = 2.5

5 3) Daya Dukung Tanah (DDT) Datadata yang dimasukkan pada form (Gambar.), adalah: Jenis bahan lapisan atas = LASTON Jenis bahan lapisan pondasi atas = Batu pecah (kelas B) Jenis bahan lapisan pondasi bawah = Sirtu/pitrun (kelas B) CBR pondasi atas (CBR 2 ) = 80 % CBR pondasi bawah (CBR 3 ) = 50 % CBR tanah dasar (CBR ) = 3.05 % IPo = 3.5 IPt = 2.5 Gambar. Hasil Perhitungan untuk Nilai DDT MasingMasing Lapisan Nilai DDT masingmasing lapisan yang didapat: DDT pondasi atas (DDT 2 ) = 9.88 DDT pondasi bawah (DDT 3 ) = 9.01 DDT tanah dasar (DDT ) = 3.78

55 ) Tebal perkerasan (d) Datadata yang dimasukkan : Koefisien kekuatan lapisan atas (a 1 ) = 0.35 Koefisien kekuatan lapisan pondasi atas (a 2 ) = 0.13 Koefisien kekuatan lapisan pomdasi bawah (a 3 ) = 0.15 Gambar.5 Hasil Perhitungan untuk Nilai Tebal Perkerasan (d) Hasil proses perhitungan program FPP, didapat: Tebal lapisan atas (d 1 ) = 20 cm Tebal lapisan pondasi atas (d 2 ) = 20 cm Tebal lapisan pondasi bawah (d 3 ) = 16 cm Tebal lapisan perkerasan lentur total (d total ) = 56 cm.2 CONTAH SOAL PERKERASAN KAKU Akan direncanakan tebal perkerasan jalan baru dengan ketentuan: Peranan Jalan : Jalan Arteri

56 Tipe Jalan : 6 lajur 2 arah terbagi (6/2 D) Usia Rencana : 20 tahun Kuat tekan 28 hari beton : 350 kg/cm 2 Pertumbuhan lalulintas : 6 % Nilai CBR : 2. % Datadata kendaraan dan jumlah kendaraan pada awal umur rencana: No Jenis Kendaraan Volume Berat (ton) 1. Mobil Penumpang 100 2 2. Bus 50 9 3. Truk 10 ton 90 10. Truk 20 ton 10 20 5. Truk 3 sumbu 10 25 6. Truk Gandeng 5 31..2.1 PERHITUNGAN MANUAL 1). LaluLintas Rencana a) Jumlah sumbu kendaraan niaga: Jenis Jumlah sumbu (ton) Konfigurasi Sumbu Kendaraan kndrn. sumbu depan belakang depan belakang Mobil penumpang 100 2800.500.500 Bus 50 900 3.060 5.90 Truk 10 ton 90 180 3.00 6.600 Truk 20 ton 10 20 6.800 13.200 Truk 3 sumbu 10 20 6.250 18.750 SGRG Truk gandeng 5 20 5.02 11.30 7.536 7.536 Jumlah 1965 390 Jumlah sumbu kendaraan niaga harian (JSKNH) JSKNH = jumlah sumbu kendaraan total jumlah sumbu mobil penumpang = 390 2800 = 110 buah

57 Dari Rumus 2.15, dicari harga R: 1 i 1 R e log 1 i n 20 1 0.06 1 37.876 e log 1 0.06 Dari Rumus 2.1, maka jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN): JSKN = 365 x JSKNH x R JSKN = 365 x 110 x 37.876 = 15760203.6 buah Koefisien distribusi kendaraan niaga (Cd) dan Faktor Keamanan (FK) Dari data tipe jalan, dengan menggunakan Tabel 2.10 didapat: Cd = 0. Dan dari data peranan jalan, yaitu jalan arteri, dengan menggunakan Tabel 2.11 didapat: FK = 1.1 b) Jumlah repetisi beban Dari Rumus 2.18 diperoleh harga repetisi kumulatif dari tiap kombinasi konfigurasi/beban sumbu pada lajur rencana seperti ditampilkan pada tabel perhitungan di bawah. Konfigurasi Sumbu Persentase Konfigurasi Jumlah Repetisi Selama Sumbu (ton) Sumbu (%) Umur Rencana 1.000 5000 : 110 = 35.53 220028.9381 1.000 5000 : 110 = 35.53 220029.9381 3.060 2000 : 110 = 11.2 720009.3015 5.90 2000 : 110 = 11.2 720009.3015 3.00 700 : 110 = 2.28 1001.8603 6.600 700 : 110 = 2.28 1001.8603 6.800 200 : 110 = 0.25 13.200 200 : 110 = 0.25 6.250 10 : 110 = 0.25 SGRG 18.750 10 : 110 = 0.25 5.02 5 : 110 = 0.13 11.30 5 : 110 = 0.13 7.536 5 : 110 = 0.13 7.536 5 : 110 = 0.13

58 2). Mutu beton rencana Pada data digunakan beton dengan kuat tekan 28 hari sebesar 350 kg/cm 2 f c = 350 = 3 Mpa > 30 Mpa (minimum yang disarankan) 10.2 dari Rumus 2.13: fr = 0.62 f ' c = 0.62 3 = 3.6 Mpa > 3.5 Mpa (minimum yang disarankan) 3). Kekuatan tanah dasar Dari data soal diperoleh nilai CBR = 2. %. Dengan menggunakan Grafik korelasi CBRk pada gambar 2., diperoleh k = 22 kpa/mm untuk CBR 2. % ). Tebal pelat beton Sebagai langkah awal diasumsikan: tebal pelat beton = 220 mm > 150 mm (minimum yang disarankan) Dengan bantuan nomogram pada Gambar 2.5, 2.6, dan 2.7, diperiksa apakah estimasi tebal pelat cukup atau tidak, dari jumlah persentase fatigue yang terjadi (disyaratkan 100 %) Tebal pelat = 220 mm Koef. sumbu Sumbu (ton) Rencana FK = 1.1 Repetisi Tegangan yang terjadi (Mpa) Perbandingan tegangan Jumlah Repetisi yang diijinkan Persentase Fatigue (%) 1.000 1.100 220028.9381 1.000 1.100 220029.9381 3.060 3.366 720009.3015 5.90 6.53 720009.3015 3.00 3.70 1001.8603 6.600 7.260 1001.8603 1. 0.396 6.800 7.80 1.80 0.96 13.200 1.520 2.7 0.75 38 3653.02

59 6.250 6.875 1.62 0.6 SGRG 18.750 20.625 2.28 0.628 1800 108.11 5.02 5.526 11.30 12.3 2.2 0.666 5100 156.86 7.536 8.290 1.58 0.35 7.536 8.290 1.58 0.35 JUMLAH 3917.99 Dengan tebal pelat = 220 mm, ternyata Jumlah Fatigue = 3917.99 % > 100 %, maka perhitungan harus diulang dengan memperbesar tebal pelat. Tebal pelat = 20 mm Koef. sumbu Sumbu (ton) Rencana FK = 1.1 Repetisi Tegangan yang terjadi (Mpa) Perbandingan tegangan Jumlah Repetisi yang diijinkan Persentase Fatigue (%) 1.000 1.100 220028.9381 1.000 1.100 220029.9381 3.060 3.366 720009.3015 5.90 6.53 720009.3015 3.00 3.70 1001.8603 6.600 7.260 1001.8603 6.800 7.80 1.5 0.2 13.200 1.520 2. 0.672 300 372.10 6.250 6.875 SGRG 18.750 20.625 2.08 0.573 69600 22.99 5.02 5.526 11.30 12.3 2.1 0.589 3500 18.39 7.536 8.290 7.536 8.290 JUMLAH 13.8 Dengan tebal pelat = 20 mm, ternyata Jumlah Fatigue = 13.8 % > 100 %, maka perhitungan harus diulang dengan memperbesar tebal pelat.

60 Tebal pelat = 260 mm Koef. sumbu Sumbu (ton) Rencana FK = 1.1 Repetisi Tegangan yang terjadi (Mpa) Perbandingan tegangan Jumlah Repetisi yang diijinkan Persentase Fatigue (%) 1.000 1.100 220028.9381 1.000 1.100 220029.9381 3.060 3.366 720009.3015 5.90 6.53 720009.3015 3.00 3.70 1001.8603 6.600 7.260 1001.8603 6.800 7.80 13.200 1.520 2.18 0.600 32000 50.00 6.250 6.875 SGRG 18.750 20.625 1.86 0.512 380000.21 5.02 5.526 11.30 12.3 1.92 0.529 26000 3.25 7.536 8.290 7.536 8.290 JUMLAH 57.6 Dengan tebal pelat = 260 mm, ternyata Jumlah Fatigue = 57.6 % > 100 %, maka tebal pelat minimal yang harus digunakan = 260 mm. 5). Ukuran dowel dan tie bar Dowel yang dipakai, berdasarkan Tabel 2.8: = 32 mm panjang = 50 mm jarak = 300 mm Tie bar yang dipakai, berdasarkan Tabel 2.9: = 16 mm panjang = 750 mm jarak = 900 mm

61.2.2 PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN FPP Contoh soal perhitungan tebal perkerasan kaku yang di atas akan dikerjakan dengan menggunakan program FPP. 1). Menghitung Faktor pertumbuhan lalulintas, Faktor Keamanan, Koefisien Ddistribusi kendaraan niaga, serta Modulus keruntuhan beton (R, FK, Cd, fr) Datadata input dalam form ini adalah: Jumlah lajur = 6 Jumlah arah = 2 Peranan jalan = Jalan arteri Kuat tekan beton = 350 kg/cm 2 Pertumbuhan lalulintas = 6 % Umur rencana = 20 tahun Data di atas diproses oleh program FPP, dan mendapatkan hasil: R = 37.878 Cd = 0. FK = 1.1 fr = 3.63 Hasil perhitungan program FPP dapat dilihat pada Gambar.6.

62 Gambar.6 Hasil Perhitungan Nilai R, Cd, FK, fr dengan Program FPP 2). Nilai jumlah sumbu kendaraan niaga Data yang dibutuhkan adalah: No Jenis Kendaraan Volume Berat (ton) 1. Mobil Penumpang 100 2 2. Bus 50 9 3. Truk 10 ton 90 10. Truk 20 ton 10 20 5. Truk 3 sumbu 10 25 6. Truk Gandeng 5 31. Data kendaraan di atas akan diproses untuk mendapatkan nilai JSKN (Gambar.7).

63 Gambar.7 Nilai JSKN pada Perhitungan Program FPP Nilai JSKN = 15761219 buah 3). Jumlah repetisi beban selama umur rencana dan kekuatan tanah dasar Dari data jenis kendaraan di atas, kemudian diproses untuk mendapatkan Jumlah Repetisi selama umur rencana seperti yang terlihat pada Gambar.8. Untuk kekuatan tanah dasar, data yang dibutuhkan adalah CBR = 2. %, kemudian dengan menggunakan bantuan grafik didapat nilai k = 22 kpa/mm (Gambar.9). Form ini merupakan alat bantu grafik untuk mencari nilai korelasi CBR dengan nilai k.

6 Gambar.8 Nilai Jumlah Repetisi dengan Program FPP Gambar.9 Nilai k dengan Program FPP

65 ). Tebal pelat beton yang direncanakan Data yang dibutuhkan adalah asumsi tebal pelat yaitu dicoba untuk tebal pelat beton = 20 mm. Dengan menggunakan nomogram,, dan SGRG didapat nilai % fatigue 13.5 % > 100 %, maka tebal pelat harus di perbesar (Gambar.10). Gambar.10 Hasil Perhitungan % Fatigue dengan Program FPP Tebal pelat diperbesar menjadi 260 mm, didapat % fatigue 57.5 % 100 %, maka tebal pelat minimal yang direncanakan adalah 260 mm (Gambar.11).

66 Gambar.11 Tebal Pelat Minimal Hasil Perhitungan Program FPP Hasil perhitungan program FPP, didapat tebal pelat = 260 mm Dan untuk ukuran dowel dan tie bar didapat: dowel : = 32 mm panjang = 50 mm jarak = 300 mm tie bar : = 16 mm panjang = 750 mm jarak = 900 mm