POTENSI PENERAPAN FASILITAS ANTAR-JEMPUT UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN MOBIL PRIBADI (STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA)

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MANAJEMEN TRANSPORTASI KAMPUS SEBAGAI UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN MOBIL (STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA) Abstrak

POTENSI PENERAPAN CAMPUS TRANSPORT MANAGEMENT DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA UNTUK MENGURANGI POLUSI UDARA

PENGELOLAAN LAYANAN ANTAR-JEMPUT UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN MOBIL

PENGELOLAAN LAYANAN ANTAR-JEMPUT UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN MOBIL

UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

POTENSI PENERAPAN REMOTE PARKING AREA UNTUK MENINGKATKAN OKUPANSI MOBIL DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

ANALISIS LAYANAN SHUTTLE UNTUK MENGOPTIMALKAN FASILITAS PARKIR DI KAMPUS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASIWA MENGGUNAKAN JASA ANTAR JEMPUT KE KAMPUS

PERBEDAAN FASILITAS PARKIR UNTUK MENDORONG MAHASISWA BERKENDARA BERSAMA KE KAMPUS

INSENTIF YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA BERKENDARA BERSAMA KE KAMPUS. Martua Feizal Lamora Sihombing 1, Martin 2, Rudy Setiawan 3

DAMPAK PENGATURAN JADWAL KEGIATAN AKADEMIK TERHADAP MOBILITAS KENDARAAN MAHASISWA DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMUDAHAN MANUVER PARKIR (STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA)

PERBEDAAN FASILITAS PARKIR UNTUK MENDORONG MAHASISWA BERKENDARA BERSAMA KE KAMPUS

PEMETAAN ZONA DAN RUTE POTENSIAL UNTUK PENERAPAN CARPOOL DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

PENERAPAN MANAJEMEN TRANSPORTASI KAMPUS SEBAGAI UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN MOBIL ( Studi kasus Di kampus III Gedung Bonaventura Universitas Atma Jaya

PEMETAAN ZONA DAN RUTE POTENSIAL UNTUK PENERAPAN CARPOOL (STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA)

DAMPAK PERUBAHAN DIMENSI PETAK PARKIR TERHADAP WAKTU MANUVER PARKIR PARALEL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA MENGGUNAKAN SEPEDA

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KENDARAAN PRIBADI DAN BUS KAMPUS Ronny Esha 1, Reza Aipassa 2, Rudy Setiawan 3

Kendaraan di DKI Panjang Jalan/ Luas Wilayah, km/km2. Kend/Panjang Jalan Sepeda Motor, , 61% 2.

ANALISIS KEBUTUHAN TRANSPORTASI DENGAN TDM

BAB VI. Berdasarkan analisis data pada bab IV melalui pendekatan Analytical Hierarchy

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO ABSTRAK

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS PADA KAWASAN JALAN RAYA NGINDEN DAN JALAN NGAGEL JAYA SELATAN

KARAKTERISTIK PERJALANAN SISWA SEKOLAH SWASTA PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA

TESIS MAGISTER. Oleh : YOSI ALWINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

SIMULASI MANAJEMEN LALU LINTAS UNTUK MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN JALAN RAYA JEMURSARI DAN JALAN MARGOREJO INDAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA JAMBI STUDI KASUS : RUTE ANGKOT LINE 4C JELUTUNG-PERUMNAS

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA

KARAKTERISTIK PEMILIHAN MODA SEPEDA MOTOR KELOMPOK MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM RIAU (Studi Kasus : Fakultas Teknik)

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. akan jasa transportasi, bukanlah merupakan kebutuhan langsung ( tujuan akhir yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODA/ANGKUTAN DI PERKOTAAN

PERBANDINGAN BEBERAPA ALTERNATIF MANAJEMEN LALULINTAS PADA SEKOLAH SWASTA DI PERUMAHAN PAKUWON CITY SURABAYA

ANALISIS KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN PARKIR MOBIL DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MENGURANGI KEMACETAN DI JALAN JEMURSARI DAN RAYA KENDANGSARI

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP)

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

BAB 5 ANALISIS DATA. Tabel 5.1 Rekapitulasi Data Survey Parkir Pelataran. Pelataran Parkir Sabuga Atas Waktu. Pelataran Parkir Timur

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT TREM DI JALAN RAYA DARMO SURABAYA

MODA/ANGKUTAN DI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran masyarakat dalam kesehatan sehingga pengunjung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGELOLAAN LAYANAN ANTAR-JEMPUT UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN MOBIL

KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN DI KOTA YOGYAKARTA

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MENGURANGI KEMACETAN DI JALAN JEMURSARI DAN RAYA KENDANGSARI

PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA

KARAKTERISTIK BANGKITAN PERJALANAN DAN KEBUTUHAN PARKIR KENDARAAN PADA SATU TATAGUNA LAHAN CAMPURAN

REKAYASA TRANSPORTASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

2 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG

Karakteristik Pengguna Kereta Api Komuter Surabaya - Sidoarjo

PRESENTASI TUGAS AKHIR DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

Sistem Pengaturan Parki di Kampus C Universitas Baturaja

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

STUDI KELAYAKAN EKONOMI DALAM PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR ( Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Daerah Demak )

Studi Penggunaan Lahan Parkir Mobil di Kampus Itenas Bandung

Pengelompokkan Kategori Berdasarkan Karakteristik Ruas Jalan

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS UNTUK MENGURANGI KEMACETAN DI PERUMAHAN JEMUR ANDAYANI

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM (Rute, Terminal, Tempat Henti)

DAMPAK PERUBAHAN DIMENSI RUANG PARKIR TERHADAP WAKTU MANUVER PARKIR (STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Analisis Finansial Fasilitas Park and Ride Sebagai Pelayanan Infrastruktur Kota Bandung (Studi Kasus: Gedebage)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rancangan Sirkulasi Pada Terminal Intermoda Bekasi Timur

ANALISIS KINERJA PARKIR SEPANJANG JALAN WALIKOTA MUSTAJAB SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peran yang sangat penting dalam membantu

PENGGUNAAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM MENGANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA KE KAMPUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

ANALISA PERMINTAAN PARKIR DI STASIUN PONCOL DAN TAWANG SEMARANG

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Perencanaan angkutan pemadu moda mencangkup : Kebumen dan Purworejo kemudian NYIA. dan Magelang kemudian NYIA.

feeder) terhadap layanan angkutan umum lainnya. Pelayanan yang baik dari angkutan umum khususnya taksi merupakan kiat untuk mendapatkan konsumen. Sala

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA

Transkripsi:

POTENSI PENERAPAN FASILITAS ANTAR-JEMPUT UNTUK MENGURANGI PENGGUNAAN MOBIL PRIBADI (STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA) Rudy Setiawan, ST., MT. Staf Pengajar Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya, 60236 (P):031-2983392 (F):031-8417658 rudy@peter.petra.ac.id Abstrak Penggunaan mobil pribadi sebagai moda transportasi utama dari dan menuju kampus berdampak pada peningkatan kebutuhan lahan parkir dan kepadatan lalulintas pada beberapa ruas jalan disekitar kampus. Masalah tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan melakukan penambahan luas lahan parkir dan pelebaran jalan, solusi tersebut menjadi tidak efektif untuk jangka panjang selama tingkat ketergantungan terhadap penggunaan mobil pribadi masih sangat dominan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan Campus Transport Management (CTM) untuk meningkatkan efisiensi transportasi, berupa peralihan penggunaan moda Single Occupancy Vehicle (SOV) menjadi High Occupancy Vehicle (HOV). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dampak penerapan fasilitas antar-jemput bagi mahasiswa untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi di Universitas Kristen Petra. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner kepada 470 responden penguna mobil pribadi. Hasil analisa mengindikasikan bahwa alasan utama responden berminat terhadap fasilitas antar-jemput adalah penghematan biaya (38,1%-42,4%) dan kepraktisan (31%-37,3%). Jika seandainya fasilitas antar-jemput jadi dilaksanakan di Universitas Kristen Petra dan didukung dengan insentif antara lain berupa subsidi biaya sebesar 25%-50%, fasilitas Guaranteed Ride Home (GRH) dan layanan Ridematching; maka diperkirakan akan terjadi pengurangan penggunaan mobil pribadi oleh mahasiswa sebesar 50,6% atau sebanyak 1.594 mobil per 12 jam, dan pengurangan kebutuhan parkir sebanyak 1.052 petak parkir per 12 jam. Jumlah mahasiswa yang berminat bersedia beralih ke moda antar-jemput sebanyak 1.822 orang per 12 jam, jika diasumsikan satu mobil antarjemput mampu menampung maksimum 7 orang penumpang dan setiap mobil hanya beroperasi satu kali dalam sehari maka dibutuhkan sekitar 260 mobil antar-jemput per 12 jam. Mahasiswa yang tidak berminat dengan fasilitas antar-jemput cenderung menggunakan mobil pribadi sendirian (okupansi = 1 atau SOV) dan diantar supir atau berkendara bersama teman (okupansi > 1 atau HOV) masing-masing sebanyak 61,6% dan 14,9% Kata kunci: Campus Transport Management, Ridesharing, Fasilitas Antar-jemput. 1

1. PENDAHULUAN Penggunaan mobil pribadi sebagai moda transportasi utama dari dan menuju kampus berdampak pada peningkatan kebutuhan lahan parkir dan kepadatan lalulintas pada beberapa ruas jalan disekitar kampus. Masalah tersebut tidak dapat diatasi hanya dengan melakukan penambahan luas lahan parkir dan pelebaran jalan, solusi tersebut menjadi tidak efektif untuk jangka panjang selama tingkat ketergantungan mahasiswa terhadap penggunaan mobil pribadi masih sangat dominan. Tingginya tingkat ketergantungan terhadap mobil pribadi sebenarnya merupakan kecenderungan yang sudah berlangsung selama abad terakhir, yaitu terjadinya siklus berulang peningkatan perjalanan dengan menggunakan mobil pribadi, pengurangan pilihan moda alternatif, kebijakan tata-guna lahan dan pembangunan prasarana yang semakin berorientasi kepada pengguna mobil pribadi semakin mendorong tingginya tingkat ketergantungan terhadap mobil pribadi pada sebagian besar komunitas di seluruh dunia. Gambar 1 memperlihatkan ilustrasi dari siklus tersebut (OTE, 2005). Automobile-Oriented Land Use Patterns Increased Per Capita Motor Vehicle Travel Automobile-Oriented Transport Policies and Planning Practices Generous Parking Supply Automobile-Oriented Land Use Planning Automobile Dependency Reduced Non-Automobile Travel Options Social Stigma Associated With Alternative Modes Suburbanization and Degraded Urban Neighborhoods Gambar 1. Siklus Ketergantungan Terhadap Mobil Pribadi Untuk mengatasi tingginya ketergantungan terhadap penggunaan mobil pribadi perlu dilakukan pendekatan alternatif selain sekedar menambah supply, yaitu dengan mengatur demand, salah satu caranya adalah melalui upaya mendorong peralihan moda dari Single Occupancy Vehicle (SOV) menjadi High Occupancy Vehicle (HOV) yang merupakan salah satu bagian dari program Transportation Demand Management (TDM). Pmpinan pada beberapa perguruan tinggi di luar negeri menemukan bahwa program University TDM atau Campus Transport Management (CTM) sangatlah populer bagi kalangan mahasiswa dan karyawan yang memperoleh manfaat berupa penghematan biaya dan alternatif moda transportasi selain bermobil sendirian setiap hari. Mahasiswa mempunyai kesempatan berpengalaman dengan berbagai macam moda transportasi yang akan mempengaruhi perilaku mereka dalam memilih moda transportasi di masa mendatang. (Toor, s.a.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dampak penerapan fasilitas antar-jemput bagi mahasiswa untuk mengurangi penggunaan mobil pribadi di Universitas Kristen Petra (UKP). 2

2. LANDASAN TEORI 2.1 Transportation Demand Management Transportation Demand Management (TDM) yang juga dikenal dengan sebutan mobility management meliputi semua metode yang dapat meningkatkan pemanfaatan fasilitas dan sarana transportasi yang telah ada dengan lebih efisien dengan mengatur atau meminimalisasi pemanfaatan kendaraan bermotor dengan mempengaruhi perilaku perjalanan yang meliputi: frekuensi, tujuan, moda dan waktu perjalanan (Tanariboon, 1992 dan OTE, 2006a). Tujuan utama dari TDM adalah untuk mengurangi jumlah kendaraan yang menggunakan sistem jaringan jalan dengan menyediakan berbagai pilihan mobilitas (kemudahan melakukan perjalanan) bagi siapa saja yang berkeinginan untuk melakukan perjalanan. (Harata, 1994 dan Zupan, s.a) Adapun tujuan umum dari TDM adalah: meningkatkan efisiensi pergerakan lalulintas secara menyeluruh dengan menyediakan aksesibilitas yang tinggi dengan cara menyeimbangkan antara permintaan (demand) dan sarana penunjang (supply) yang tersedia, penghematan penggunaan bahan bakar dan waktu tempuh perjalanan secara lebih efisien. 2.2 Campus Transport Management Campus Transport Management (CTM) merupakan penerapan TDM pada lingkungan kampus. Program CTM berusaha meningkatkan pilihan dalam transportasi dan mengurangi banyaknya perjalanan dengan menggunakan mobil pribadi yang dilakukan oleh mahasiswa pada lingkungan kampus. (OTE, 2006b). Penerapan program CTM memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Mampu mengurangi jumlah perjalanan menggunakan moda kendaraan pribadi sebesar 10-30% 2. Mengurangi kebutuhan lahan parkir dan masalah kemacetan lalulintas di sekitar lingkungan kampus. 3. Memberikan keamanan dan ketenangan yang lebih baik, serta mengurangi konflik sosial dengan warga sekitar. 4. Peningkatan kualitas kesehatan lingkungan. 2.3 Ridesharing, Carpool dan Vanpool Ridesharing atau Carpool memiliki pengertian penggunaan suatu kendaraan pribadi oleh 2 orang traveler atau lebih yang berasal dari daerah asal (origin) yang berdekatan dan memiliki daerah tujuan (destination) dan jadwal yang sama. Masalah pembagian biaya dan lainnya diatur sesuai dengan kesepakatan masing-masing (OTE, 2006c). Vanpools, memiliki definisi yang hampir sama dengan carpool, hanya kendaraan yang digunakan berukuran lebih besar. Selain itu, program ini bisa disubsidi atau disponsori penuh oleh pihak luar yang bukan merupakan peserta (pengguna layanan) sehingga pengguna bisa saja masih tetap membayar sejumlah uang. Kondisi tersebut dapat digambarkan seperti kendaraan antar jemput pada suatu instansi pendidikan maupun suatu perusahaan. Peserta merupakan anggota yang telah didaftar, sehingga orang yang bukan merupakan anggota tidak diperkenankan naik (Grava, 1997 dan Khisty, 2002) 3

Prinsip semakin banyak peserta program semakin besar peluang untuk mendapatkan kelompok peserta dengan tujuan dan waktu perjalan yang sama merupakan salah satu faktor keberhasilan penerapan program Ridesharing (OTE, 2006c). Umumnya pengguna mobil pribadi terutama yang termasuk dalam kategori SOV cenderung enggan untuk beralih ke HOV (Ridesharing). Sehingga mereka harus didorong dengan memberikan insentif berupa berbagai kemudahan dan fasilitas yang menarik (www.commutesolutions.com). 2.4 Potensi Penerapan Fasilitas Antar-Jemput di Universitas Kristen Petra Studi terdahulu mengindikasikan bahwa mahasiswa UKP cukup berminat dengan fasilitas antar-jemput yang dikelola oleh pihak universitas dengan distribusi respon sebagai berikut: 25% berminat, 20% ragu-ragu, 55% tidak berminat. Penelitian tersebut dilakukan dengan asumsi kondisi sistem antar-jemput sebagaimana adanya pada saat itu, yaitu: fasilitas antar-jemput dikelola oleh pihak ketiga atau pribadi termasuk penentuan biaya, dan tanpa subsidi dari pihak UKP (Budi, 2002). Menurut Candra (2004) tiga fasilitas antar-jemput yang dianggap paling mempengaruhi kesediaan mahasiswa untuk beralih dari penggunaan mobil pribadi adalah kenyamanan (46%), ketepatan waktu (37%), dan keamanan/keselamatan (11%). Selain itu sistem antar-jemput konvesional yaitu door-to-door lebih diminati daripada sistem antarjemput berupa kesepakatan diantara para peserta untuk bertemu disuatu tempat transit, baik bagi pengguna mobil pribadi maupun bagi mereka yang selama ini telah memanfaatkan fasilitas antar-jemput. Berdasarkan beberapa hasil tersebut, dalam penelitian ini terdapat beberapa asumsi insentif yang perlu diberikan oleh UKP untuk mendukung keberhasilan pengoperasian fasilitas antar-jemput yang ditawarkan kepada mahasiswa, antara lain: semua armada dilengkapi dengan fasilitas AC, subsidi biaya hingga 25%-50% (tergantung seberapa dekat lokasi tempat tinggal antar penumpang dalam satu mobil), dan layanan pengantaran pulang dengan armada pengganti (Guaranteed Ride Home) bila mahasiswa perlu pulang lebih awal dari jadwal yang telah ditentukan dengan melapor pada kantor administrasi. 3. METODOLOGI PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner sebanyak 470 set kepada mahasiswa pengguna mobil pribadi untuk mengetahui karakteristik responden dan respon mereka terhadap fasilitas antar-jemput berikut insentif yang ditawarkan. 4. ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Gambar 2 memperlihatkan minat responden terhadap fasilitas antar-jemput berdasarkan jurusan dan program studi mereka. Jurusan Arsitektur termasuk salah satu jurusan yang cenderung tidak berminat terhadap fasilitas antar-jemput, diduga salah satu alasannya adalah kesulitan jika harus membawa tugas kuliah yang umumnya berdimensi cukup besar tanpa menggunakan mobil pribadi. 4

45 40 Jumlah Responden (orang) 35 30 25 20 15 10 5 0 S. Inggris S. Tionghoa Sipil Arsitektur PPKAI Elektro Mesin Industri Informatika Manajemen Akuntansi Perhotelan Jurusan/Program Studi Pemasaran Pariwisata IBM Interior K. Visual I. Komunikasi Berminat Tidak Berminat Gambar 2 Minat Terhadap Fasilitas Antar-Jemput Berdasarkan Jurusan/Program Studi Respon mahasiswa terhadap fasilitas antar-jemput berdasarkan jarak tempat tinggal mereka dari kampus seperti terlihat pada Gambar 3. Terlihat bahwa pada umunya responden dengan jarak tempat tinggal atau radius 6 km dari kampus cukup banyak yang berminat dengan fasilitas antar-jemput. Hal tersebut sesuai dengan yang diharapkan karena untuk jarak yang lebih dekat 1 km diusulkan untuk dilayani dengan campus shuttle yang akan dioperasikan oleh pihak UKP dan jarak antara 1 km hingga 6 km (atau bahkan lebih) diposisikan bagi mereka yang memilih program carpool. 32 28 Jumlah Responden (orang) 24 20 16 12 8 4 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jarak Tempat Tinggal Dari Kampus (km) Sangat berminat Berminat Tidak berminat Sangat tidak berminat Gambar 3 Minat Terhadap Fasilitas Antar-Jemput Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal 5

Temuan menarik yang lain adalah hubungan antara minat terhadap fasilitas antar-jemput dengan jenis kelamin responden sebagaimana terlihat pada Gambar 4. Terlihat bahwa perempuan cenderung lebih berminat terhadap fasilitas antar jemput dibandingkan dengan laki-laki. Hal tersebut cukup konsisten dengan penelitian sebelumnya (Candra, 2004) bahwa persentase responden laki-laki yang mau beralih dari moda mobil pribadi menjadi antar-jemput lebih rendah dibanding responden perempuan, terutama bagi mereka yang selama ini sudah terbiasa berkendara sendirian (SOV). 140 120 Laki-laki Perempuan Jumlah Responden 100 80 60 40 20 0 Sangat berminat Berminat Tidak berminat Sangat tidak berminat Respon Terhadap Fasilitas Antar-Jemput Gambar 4 Minat Terhadap Fasilitas Antar-Jemput Berdasarkan Jenis Kelamin Responden Gambar 5 dan 6 memperlihatkan berbagai alasan utama responden yang sangat berminat maupun yang berminat terhadap fasilitas antar-jemput. Terlihat bahwa dua alasan utama mereka mau beralih dari mobil pribadi menjadi antar-jemput adalah: penghematan biaya (38,1%-42,4%) dan kepraktisan (31%-37,3%). Tidak perlu cari tempat parkir 19.0% Tertarik dengan insentif/fasilitas 7.1% Lain-lain 4.8% Hemat biaya 38.1% Praktis 31.0% Gambar 5 Alasan Sangat Berminat Terhadap Fasilitas Antar-Jemput 6

Tidak perlu cari tempat parkir 7.1% Lain-lain Tertarik dengan 1.5% insentif/fasilitas 11.7% Hemat biaya 42.4% Praktis 37.3% Gambar 6 Alasan Berminat Terhadap Fasilitas Antar-Jemput Dua alasan utama bagi responden yang tidak berminat maupun yang sangat tidak berminat terhadap fasilitas antar-jemput adalah: jadwal yang tidak fleksibel (62,1%- 63%) dan ketidakpraktisan (20,7%-23,2%) sebagaimana terlihat pada Gambar 7 dan 8. Biaya 6.4% Jarak tempat tinggal dekat 5.9% Lain-lain 1.5% Tidak praktis 23.2% Jadwal tidak fleksibel 63.0% Gambar 7 Alasan Tidak Berminat Terhadap Fasilitas Antar-Jemput Jarak tempat tinggal dekat 10.3% Lain-lain 6.9% Tidak praktis 20.7% Jadwal tidak fleksibel 62.1% Gambar 8 Sangat Tidak Berminat Terhadap Fasilitas Antar-Jemput Gambar 9 memperlihatkan persentase pemilihan moda transportasi bagi mereka yang tidak tertarik dengan fasilitas antar-jemput, terlihat bahwa sebagian besar masih cenderung memilih berkendara sendirian (SOV), sehingga perlu dipikirkan bentuk insentif atau bahkan dis-insentif yang lain agar dapat memperkecil persentase penggunaan SOV. 7

Campus Shuttle 6.5% Motor 9.5% High Occupancy Vehicle (HOV) 14.9% Lain-lain 7.5% Single Occupancy Vehicle (SOV) 61.6% Gambar 9 Pemilihan Moda Bagi Responden Yang Tidak Berminat Terhadap Fasilitas Antar-Jemput Berdasarkan hasil studi terdahulu (Setiawan, 2005 dan Aanningtyas, 2006) diperoleh informasi bahwa jumlah mobil mahasiswa yang masuk ke lahan parkir kampus selama adalah 3.150 mobil/12 jam dengan jumlah petak parkir tersedia sebanyak 850 petak, dan komposisi pengguna mobil pribadi kategori membawa sendiri (membutuhkan tempat parkir) dan diantar supir (tidak membutuhkan tempat parkir) masing-masing adalah 72,1% dan 27,9%. Dengan demikian kebutuhan petak parkir per 12 jam dapat dihitung sebagai berikut: 3.150 mobil/12jam x 72,1% = 2.271 mobil/12jam, dengan kapasitas lahan parkir sebesar 850 petak maka dapat dihitung parking turn-over (PTO) adalah sebesar 2.271/850 = 2,67 (satu petak parkir digunakan sekitar 3 kali per hari). Gambar 10 memperlihatkan rangkuman perhitungan pengurangan penggunaan mobil pribadi dan pengurangan kebutuhan petak parkir selama 12 jam hasil dari pengolahan kuesioner. Kondisi Saat Ini 3,150 mobil/hari Berminat dengan Antar-Jemput (50,6%) 1,594 mobil/hari Menggunakan Petak Parkir Drivers (66%) 1,052 mobil/hari Tidak Parkir, Hanya menaikkan & menurunkan penumpang Non Drivers (34%) 542 mobil/hari Pengurangan Penggunaan Mobil Pribadi per hari (33,4%) Pengurangan Penggunaan Mobil Pribadi per hari (17,2%) Pengurangan Kebutuhan Parkir HOV 101mobil/hari (2 orang/mobil) SOV 951mobil/hari (1 orang/mobil) HOV 127mobil/hari (2 orang/mobil+supir) SOV 415mobil/hari (1 orang/mobil+supir) Pengurangan Jumlah Parkir 1052mobil/hari (2x101)+951 +(2x127)+415 =1822orang/hari 1822/7orang/mobil = ± 260mobil Gambar 10 Pengurangan Penggunaan Mobil Pribadi dan Kebutuhan Petak Parkir Pelaksanaan fasilitas antar-jemput bagi mahasiswa diperkirakan dapat mengurangi jumlah mobil pribadi sebanyak 1.594 mobil/12jam, yang dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama (membawa mobil) = 1.052 mobil/12jam dan kelompok kedua (diantar supir) =542 mobil/jam. 8

Kelompok pertama memberikan dampak pada pengurangan kebutuhan petak parkir menjadi 2.271 mobil/12jam 1.052 mobil/12jam = 1.219 mobil/12jam, selanjutnya dapat dihitung PTO adalah sebesar 1.219/850 = 1,67 (satu petak parkir digunakan sekitar 2 kali per hari). Jika diasumsikan PTO sebesar 2,67 sudah dianggap memadai sesuai dengan kondisi pada saat ini, maka dapat dihitung jumlah petak parkir yang harus disediakan yaitu: 1.217/2,67 456 petak parkir. Jadi petak parkir yang tersedia pada saat ini (850 petak) dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu bagi mahasiswa yang tetap bersikeras membawa mobil sendiri (456 petak), dan bagi armada fasilitas antar-jemput maupun bagi mahasiswa yang berinisiatif untuk berkendara bersama dengan teman (carpool) dengan jumlah penumpang per mobil minimum 2 orang (394 petak) dengan jarak relatif lebih dekat dengan pusat kegiatan dan terlindung dari gangguan cuaca (preferential parking treatment). 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Asumsi insentif biaya antar-jemput dalam kisaran 25% - 50% ternyata cukup berhasil menarik minat responden untuk beralih dari mobil pribadi ke antarjemput dengan alasan utama penghematan biaya (38,1%-42,4%) dan kepraktisan (31%-37,3%). Jika seandainya fasilitas antar-jemput jadi diimplementasikan di Universitas Kristen Petra dengan didukung fasilitas sebagaimana telah dibahas pada bagian sebelumnya, maka diperkirakan akan terjadi pengurangan penggunaan mobil pribadi oleh mahasiswa sebesar 50,6% atau sebanyak 1.594 mobil per 12 jam, dan pengurangan kebutuhan parkir sebanyak 1.052 petak parkir per 12 jam. Jumlah mahasiswa yang bersedia beralih ke moda antar-jemput sebanyak 1.822 orang per 12 jam, jika diasumsikan satu mobil antar-jemput mampu menampung maksimum 7 orang penumpang dan setiap mobil hanya beroperasi satu kali dalam sehari maka dibutuhkan sekitar 260 mobil antar-jemput per 12 jam. Lahan parkir dapat dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama (456 petak) untuk mereka yang tetap membawa mobil sendirian, dan bagian kedua (394 petak) tersedia untuk mendukung preferential parking treatment bagi mereka yang berkendara bersama teman (carpool) dan bagi pengguna fasilitas antar-jemput. Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya, antara lain: Pembuatan model logit-biner untuk mengetahui sensitifitas perubahan biaya moda antar-jemput (penambahan atau pengurangan insentif) terhadap persentase pengguna mobil pribadi yang mau beralih ke moda antar-jemput. Studi kelayakan berkaitan dengan mekanisme sistem pengelolaan fasilitas antarjemput yang paling sesuai, dimana UKP berperan sebagai regulator, pihak ketiga sebagai operator, dan mahasiswa sebagai konsumen. Kajian berkaitan dengan pembuatan dan simulasi sistem ridematching berdasarkan sebaran jumlah peminat menurut wilayah tempat tinggal maupun waktu kegiatan perkuliahan, untuk menunjang keberhasilan pengoperasian ridesharing. 9

6. DAFTAR PUSTAKA Aanningtyas, dan Chrisantono T., 2006. Potensi Penerapan Campus Transport Management di Universitas Kristen Petra, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Universitas Kristen Petra. Budi, B.S. dan Mirdiyanti, I., 2002. Analisa Karakteristik Parkir Mobil di Universitas Kristen Petra Termasuk Model Bangkitan dan Tarikan Pergerakan, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Universitas Kristen Petra. Commute Solution, Carpool Incentive Programs: Implementing Commuter Benefits Under the Commuter Choice Leadership Initiative, www.commutesolutions.com/letsride/resources/commuterchoice/carpool.pdf Grava, S., 2002, Urban Transportation Systems: choices for communities, 1st ed., McGraw-Hill, New York. Harata, noboru. (1994). Guidelines for Urban Transportation Demand Management. Japan. University of Tokyo. Khristy, C.J. & Lall, B.K., 2002, Transportation Engineering-An Introduction, 3rd ed., Pearson Education Inc., New Jersey. Online Transportation Encyclopedia, 2005, Automobile Dependency: Transportation and Land Use Patterns That Cause High Levels of Automobile Use and Reduced Transport Options, http://www.vtpi.org/tdm/tdm100.htm. Online Transportation Encyclopedia, 2006a, Parking Management, http://www.vtpi.org/tdm/tdm28.htm. Online Transportation Encyclopedia, 2006b, Campus Transport Management: Trip Reduction Programs on College, University and Research Campuses, http://www.vtpi.org/tdm/tdm5.htm Online Transportation Encyclopedia, 2006c, Ridesharing: Car and Van Pooling, http://www.vtpi.org/tdm/tdm34.htm Setiawan, R., 2004. Simposium VII Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi (FSTPT). Penerapan Manajemen Transportasi Kampus Sebagai Upaya Mengurangi Penggunaan Mobil (Studi Kasus Universitas Kristen Petra). Universitas Parahyangan. Setiawan, R., 2005, Civil Engineering National Conference: Sustainability Construction & Structural Engineering Based on Professionalism. Studi Kelayakan Pembangunan Gedung Parkir dan Analisis Willingness To Pay (Studi Kasus di Universitas Kristen Petra). Unika Soegijapranta. Setiawan, R., 2006. Proceeding of International Civil Engineering Conference, Toward Sustainable Civil Engineering Practice, Reducing Car Use Through Carpool Program (Case Study Petra Christian University). Susanto, C. Dan Winarto, 2004. Dampak Peralihan Moda Mahasiswa Universitas Kristen Petra Dari dan Ke Kampus Terhadap Lalulintas di Siwalankerto, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Universitas Kristen Petra. Tanariboon, Yordphol. (1992). An Overtime and Future Direction of TDM in Asian Metropolises. Regional Development Dialogue vol.13 no.3 Toor, W., Finding a New Way: Campus Transportation For The 21st Century, www.colorado.edu/cuenvironmentalcenter/publications/new_way.pdf. Zupan, J.M., s.a, Transportation Demand Management: A Cautious Look, Transportation Research Record 1346. 10