2 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung
|
|
- Leony Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PENANGANAN PERGERAKAN TRUK KONTAINER KOSONG DALAM PERGERAKAN ANGKUTAN BARANG DAN DAMPAKNYA TERHADAP EFISIENSI BIAYA TRANSPORTASI (KASUS PELABUHAN TANJUNG PRIOK) Ofyar Z. Tamin 1, Harmein Rahman 2, Sony S. Wibowo 3 dan Dimas B. Dharmowijoyo 4 1 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung ofyar@trans.si.itb.ac.id 2 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung rahmanharmein@gmail.com 3 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung sswibowo@trans.si.itb.ac.id 4 Program Studi Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10 Bandung dimas@trans.si.itb.ac.id 1. ABSTRAK Pelabuhan Tanjung Priok memiliki hinterland utama di wilayah kawasan industri di propinsi Jawa Barat dan Banten di mana angkutan peti kemas dari pelabuhan ke hinterland maupun sebaliknya sangat dominan menggunakan truk kontainer yang memanfaatkan moda jalan raya. Operasi pergerakan truk dari/menuju pelabuhan sekarang ini dirasakan sangat tidak efektif. Rendahnya kapasitas container Yard (CY) di pelabuhan Tanjung Priok mengakibatkan kontainer kosong ini harus dipindahkan kembali ke depo di sekitar Pelabuhan. Pemborosan menjadi lebih besar ketika lokasi depo tersebut jauh dari pelabuhan. Pergerakan truk menjadi sangat tidak efektif dan sangat membebani jaringan jalan. Oleh karena itu, diperlukan upaya penghematan dalam bentuk efektivitas pergerakan angkutan barang yaitu bagaimana pola operasi diatur sedemikian rupa sehingga terjadi penghematan Biaya Operasi Kendaraan (BOK) dan penerunan jarak perjalanan (distance vehicle) dari truk kosong. Dari hasil simulasi, dengan menerapkan 3 skenario pada 5 lokasi kawasan industri, didapatkan hasil bahwa efisiensi yang terjadi tidak hanya dari pengurangan waku tempuh, jarak tempuh, serta peningkatan trip/hari, tetapi juga pengurangan kebutuhan truk secara signifikan. Selain itu, penghematan BOK juga bisa didapatkan karena merupakan fungsi dari pengurangan jarak operasi yang juga akan mempengaruhi waktu tempuh. Dari perhitungan pengurangan jarak operasi ternyata akan menghasilkan penghematan BOK yang cukup tinggi. Total penghematan BOK dan investasi jumlah armada truk pada 5 lokasi kawasan industri mencapai Rp 2,5 trilyun (2011), Rp 4,3 trilyun (2014), Rp 5,8 trilyun (2016), dan Rp 7,4 trilun (2019). Sudah barang tentu, semua hal ini bisa didapatkan dengan menyediakan lahan buat Buffer Parking dimana biaya dibutuhkan untuk pengadaannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan total penghematan BOK dan biaya investasi truk yang dibutuhkan. Kata kunci: Tanjung Priok, Buffer Parking, Container, Transportation Cost STRATEGI MENGATASI PERMASALAHAN DI DKI-JAKARTA Dalam banyak kajian telah disimpulkan beberapa strategi dalam mengatasi kemacetan. Tamin (2000) telah mengusulkan konsep Predict and Prevent melalui strategi Travel Demand Management (TDM). Tamin (2000) juga mengusulkan bahwa terdapat 4 kebijakan di dalam menerapkan TDM ini yaitu pergeseran lokasi, waktu, moda, dan rute. Tamin (2010) juga mengatakan bahwa strategi pengembangan angkutan umum merupakan strategi utama untuk mengefisenkan pengurangan penggunaan kendaraan pribadi. Sedangkan Pembatasan Kendaraan dan Kebijakan Parkir merupakan strategi pendukung untuk mengefektifkan pengalihan para pengguna kendaraan pribadi menjadi angkutan umum. Tetapi sebelum program pengembangan angkutan umum ini selesai maka diperlukan strategi taktis lainnya yang dapat memberikan kelancaran atau mengurangi hambatan di jaringan jalan dalam kota. Pada Studi Perencanaan Teknis Transit Oriented Development (TOD) (2009) disampaikan bahwa terdapat 2 strategi utama dalam mengatasi kemacetan yaitu mengurangi penggunaan kendaraan dan mengurangi pergerakan. Prayudyanto (2009) telah menemukan suatu kombinasi terbaik dari strategi pengurangan penggunaan kendaraan yaitu dengan mengkombinasikan strategi Pengembangan Angkutan Umum Massal dengan Pembatasan Kendaraan dan Kebijakan Parkir untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-291
2 Gambar 1. Strategi Pengurangan Penggunaan Kendaraan Pribadi atau TDM Sumber: Tamin (2000) TDM STRATEGY TOD STRATEGY Pengurangan Pergerakan Kendaraan Pribadi Pengurangan Pergerakan Skenario Transportasi (Pergeseran Waktu, Rute dan Moda) Skenario Tata Ruang (Pergeseran Lokasi dan Penerapan TOD) Gambar 2. Strategi Mengatasi Kemacetan Sumber: Studi Perencanaan Teknis Transit Oriented Development (TOD) (2009) Prinsip dari Pembatasan Kendaraan ini berbagai macam, dari membatasi pergerakan kendaraan pribadi menuju wilayah CBD pada jam-jam sibuk hingga mengurangi pembatasan kendaraan yang tidak perlu masuk ke dalam wilayah perkotaan. 2. ANALISIS OPTIMASI PERGERAKAN TRUK KOSONG (EMPTY TRUCK) Kondisi eksisting dan permasalahan Operasi dari truk menuju ke pelabuhan ini dirasakan sangat tidak efektif. Rendahnya kapasitas Container Yard (CY) di pelabuhan mengakibatkan kontainer-kontainer kosong ini harus dipindahkan ke Depo-depo di sekitar Pelabuhan. Oleh karena itu pergerakan truk menjadi sangat tidak efektif dan membebani jaringan jalan. Pada Gambar 3 disampaikan pergerakan eksisting dari truk saat kosong kemudian mengangkut barang dan menghantarkannnya ke pelabuhan. Pergerakan truk kontainer bermula dan berakhir di pool truk. Pergerakan truk kontainer eksisting dengan tujuan ekspor dimulai ketika truk mulai bergerak dari pool, menuju depo untuk mengambil kontainer kosong, lalu ke pabrik untuk mengisi kontainer, dan membawa kontainer bermuatan tersebut ke pelabuhan, dan akhirnya truk kembali ke pool. Dan sebaliknya untuk pergerakan truk impor. Kondisi ini menciptakan keadaan dimana banyak waktu yang terbuang ketika truk harus menempuh perjalanan jauh ke pool setelah menurunkan kontainer ekspor. Supir truk kosong tidak bisa menunggu di pelabuhan, karena tidak tersedia tempat menunggu. Selain itu,mereka juga harus menunggu kepastian kapan kontainer impor siap untuk dibawa. Sehingga mereka harus kembali ke pool dan menunggu panggilan untuk membawa kontainer impor. Pemborosan menjadi lebih besar ketika lokasi depo jauh dari pabrik/pelabuhan. Oleh karena itu, diperlukan upaya penghematan dalam bentuk efektivitas pergerakan angkutan barang yaitu bagaimana pola operasi diatur sedemikian rupa sehingga distance vehicle truk kosong berkurang. T-292 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
3 Skenario Gambar 3. Pergerakan eksisting dari truk kontainer Dari hasil diskusi dan wawancara dapat dihasilkan beberapa skenario yang dapat diperhitungkan. Skenario pertama adalah skenario Buffer Parking atau Parkir Sementara. Skenario ini difokuskan untuk membuat suatu Buffer Parking yang berada di sekitar wilayah pelabuhan. Untuk menunggu pergerakan barang dan efektifitias pergerakan truk maka dapat dibuat suatu Buffer atau tempat sementara sambil menunggu barang impor atau ekspor datang (lihat Gambar 4). Gambar 4. Skema pergerakan untuk skenario1 (pembangunan buffer parking) Pada skenario 1, truk yang telah membawa kontainer ekspor dapat menunggu di tempat parkir sambil menunggu giliran untuk membawa kontainer impor. Pergerakan truk kontainer eksisting dengan tujuan ekspor dimulai dengan truk mulai bergerak dari pool, menuju depo untuk mengambil kontainer kosong, lalu ke pabrik untuk mengisi kontainer, dan membawa kontainer bermuatan tersebut ke pelabuhan, kemudian truk menunggu di tempat parkir untuk menunggu giliran membawa kontainer impor. Lalu truk mulai bergerak dari tempat parkir, menuju pelabuhan untuk mengambil kontainer berisi barang impor, lalu ke pabrik untuk menurunkan muatan, dan membawa kontainer kosong ke depo, dan akhirnya truk kembali ke pool. Penghematan terjadi ketika truk yang akan mengambil kontainer impor tidak perlu kembali ke pool setelah menurunkan kontainer ekspor, tetapi dapat menunggu di tempat parkir. Skenario kedua adalah dengan mendekatkan lokasi Depo ke wilayah industri atau pemilik barang atau consignee. Pada skenario ini diharapkan pergerakan truk bisa berkurang dalam membebani jalan tol dan jalan di sekitar pelabuhan. Selain itu diharapkan terjadi penghematan BOK dari pengurangan jarak perjalanan. Skenario ketiga adalah dengan mengefektifkan pergerakan barang ekspor dan impor dalam satu pergerakan. Truk yang membawa komoditas ekspor setelah sampai pelabuhan dapat mengganti angkutannya dengan membawa komoditas impor. Hal ini diharapkan juga dapat menambah efektifitas pergerakan truk dalam mengangkut komoditas atau kontainer (lihat Gambar 5). SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-293
4 Gambar Error! No text of specified style in document.. Skema pergerakan untuk skenario 2 (penempatan lokasi depo dan pool dekat pabrik + buffer parking) dan skenario 3 (truk ekspor langsung membawa kontainer impor) Pada skenario 2, truk yang telah membawa kontainer ekspor dapat menunggu di tempat parkir sambil menunggu giliran untuk membawa kontainer impor. Akan tetapi lokasi depo berada dekat dari pabrik, sehingga waktu tempuh antara depo menuju pabrik menjadi lebih singkat. Pergerakan truk kontainer eksisting dengan tujuan ekspor : truk mulai bergerak dari pool, menuju depo untuk mengambil kontainer kosong, lalu ke pabrik untuk mengisi kontainer, dan membawa kontainer bermuatan tersebut ke pelabuhan, kemudian truk menunggu di tempat parkir untuk menunggu giliran membawa kontainer impor. Dan sebaliknya untuk pergerakan impor. Pada skenario 3, truk yang telah membawa kontainer ekspor dapat langsung membawa kontainer impor. Kondisi ini merupakan kondisi ideal dimana truk tidak perlu menunggu kontainer impor. Pergerakan truk kontainer eksisting dengan tujuan ekspor dimulai dari truk bergerak dari pool, menuju depo untuk mengambil kontainer kosong, lalu ke pabrik untuk mengisi kontainer, dan membawa kontainer bermuatan tersebut ke pelabuhan, kemudian truk langsung membawa kontainer impor menuju ke pabrik untuk menurunkan muatan, lalu membawa kontainer kosong ke depo, dan akhirnya truk kembali ke pool (lihat Gambar 6). Pemilihan strategi ini didasarkan pada perhitungan indikator BOK. Strategi terpilih merupakan strategi yang memiliki penghematan BOK terbesar dari kondisi eksisting atau skenario yang memiliki BOK yang paling rendah. Jalur pergerakan truk yang ditinjau antara lain : Gambar 7. Metodologi 1. Marunda Tj. Priok (Depo Marunda) 2. Cakung Tj. Priok (Depo Cakung) 3. Cikarang Tj Priok (Depo Cakung) 4. Kawasan Industri Tangerang Tj. Priok (Depo Tangerang) 5. Gedebage Tj. Priok (Depo Gedebage) Dua lokasi mewakili pergerakan jarak dekat yaitu dari wilayah industri Cakung-Pulo Gadung dan Marunda. Dua lokasi mewakili pergerakan jarak menengah yaitu dari wilayah industri Tangerang dan Cikarang. Sedangkan terdapat satu lokasi yang mewakili pergerakan jarak jauh yaitu Gedebage, Bandung. Asumsi Besar penghematan dapat dihitung dengan alur sebagai berikut: Data throughput tahunan dikonversi menjadi throughput harian untuk kondisi Do Nothing 1 dan Do Nothing 2, dengan asumsi pergerakan per jam yang merata. T-294 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
5 Throughput harian kemudian dikonversi menjadi throughput per jam. Throughput per jam dikonversi menjadi volume total truk per jam (dengan asumsi 1 truk = 1,4 TEU s). Volume total truk per jam dibagi dalam 3 arah yaitu: barat, selatan, dan timur (data dari Pelindo). Proporsi volume truk dibagi berdasarkan luas daerah industri di tiap lokasi. Dari tiap lokasi diperoleh total panjang perjalanan, sehingga diperoleh waktu tempuh dan total trip per hari. (dengan asumsi waktu tempuh maksimum 24 jam serta tambahan waktu istirahat dan lain-lain adalah 4 jam). Dengan menggunakan model BOK diperoleh nilai BOK total per jam untuk kondisi eksisting dan skenario. Kemudian diperoleh penghematan per jam, per harian, dan per tahun. Asumsi lain yang digunakan sebagai berikut: Volume truk didapat dari konversi data throughput (1 truk = 1,4 TEU s) Asumsi kecepatan berbeda-beda tiap segmen. (Segmen jalan dibagi berdasarkan jalan dalam kota (macet), jalan dalam kota (tidak macet), jalan tol (macet), jalan tol (tidak macet). Lokasi pabrik diambil 1 titik dari data kawasan industri yang didapat dari Pelindo. Lokasi tempat parkir paling jauh (untuk skenario 2 dan 3) adalah 2 km dari Tanjung Priok. Lokasi depo terjauh (untuk skenario 3) adalah 2 km dari lokasi pabrik. Asumsi demand didapatkan dari data total pergerakan kontainer per tahun yaitu sekitar TEU s. Pada tahun 2011 diprediksi total kontainer akan berkisar sekitar TEU s per tahun atau TEU s per hari. Jumlah kontainer tersebut akan didistribusikan ke beberapa lokasi di Timur dan Barat DKI-Jakarta. Besarnya kontainer diasumsikan dari besar wilayah industri yang tersebar di wilayah yang diasumsikan pada Gambar 8 sebelumnya. Tabel 1 menjelaskan pergerakan truk dari setiap lokasi di Marunda, Cakung, Cikarang, Tangerang dan Gedebage. Pergerakan truk tersebut merupakan 77% dari total pergerakan truk dari wilayah hinterland Pelabuhan Tanjung Priok. Tabel 1. Pergerakan barang dari beberapa wilayah industri Lokasi Kontainer Throughput (TEU's/hari) Marunda 1,389 2,326 3,005 3,836 Cakung 748 1,252 1,618 2,065 Cikarang 3,205 5,367 6,935 8,852 Tangerang 611 1,431 1,849 2,361 Gedebage 2,290 5,367 6,935 8,852 Hasil dari Tabel 1 tersebut dapat dikonversi kepada jumlah kebutuhan truk yang diperlukan untuk mengangkut kebutuhan barang tersebut (lihat Tabel 2). Tabel 2: Pergerakan truk dari beberapa wilayah industri Lokasi Jumlah Truk (kendaraan) Marunda 992 1,661 2,147 2,740 Cakung ,156 1,475 Cikarang 2,290 3,834 4,954 6,323 Tangerang 436 1,022 1,321 1,686 Gedebage 2,290 3,834 4,954 6,323 Jumlah kebutuhan truk terbanyak terlihat diperlukan oleh pergerakan dari Cikarang dan Gedebage. Pergerakan dari Gedebage mempunyai jumlah angkutan barang yang lebih sedikit dibandingkan dengan Cikarang, tetapi mempunyai jumlah kebutuhan truk yang sama. Ini disebabkan dengan jarak pergerakan yang jauh ini maka truk pada pergerakan Gedebage ini mempunyai ritase pergerakan yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Cikarang. Dengan demikian kebutuhan truk untuk pergerakan Gedebage cenderung banyak dan ternyata sama dengan Cikarang. 3. ANALISIS PERGERAKAN TRUK Untuk kasus yang pertama yaitu pergerakan Marunda - Tj. Priok, yang dilakukan adalah dengan memperhatikan pergerakan truk yang berubah apabila pergerakan truk dari Depo di Marunda menuju Pelabuhan Tanjung Priok (lihat Gambar 9) dan asumsi kecepatan per segmen jalan juga dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil perhitungan jarak didapatkan bahwa total jarak pergerakan eksisting mencapai 35,94 km dengan kecepatan rata-rata eksisting 26,65 km/jam (lihat Tabel 3). SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-295
6 Pada Tabel 4-5 telah diperlihatkan ternyata untuk melaksanakan Skenario Penutupan 16 jam dan Buffer Parkir (Skenario 1) ternyata terjadi pengurangan jarak tempuh hingga lebih dari 10 km. Pergerakan truk hanya mencapai 25,3 km. Selanjutnya dengan Pemindahan Depo ke wilayah Industri (Skenario 2) maka terdapat pengurangan jarak tempuh juga di atas 10 km. Dengan Skenario 2 ini pergerakan truk hanya mencapai 25,3 km. Dengan Skenario 3 (efektifitas perangkutan truk ekspor dan impor) didapatkan pengurangan jarak hingga lebih dari 14 km. Gambar 9. Jalur Pergerakan Truk Marunda Tanjung Priok Tabel 3. Asumsi kecepatan per segmen jalan yang dilewati antara Marunda Tanjung Priok Dari perhitungan trip, seluruh skenario memiliki jumlah trip yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi eksisting. Dengan jumlah trip yang lebih tinggi maka dimungkinkan adanya pengurangan jumlah truk atau meningkatkan efisiensi dari pergerakan truk ini. Skenario 3 memberikan jumlah trip yang lebih banyak dibandingkan dengan Skenario 1 dan 2. Oleh karena itu penggunaan Skenario 3 akan mengefektifkan dan memungkinkan truk untuk mengangkut kontainer lebih banyak. Analisis tersebut dilakukan juga untuk 4 lokasi tinjauan lainnya untuk mendapatkan besar penghematan total panjang perjalanan per vehicle-km/hari dari pengimplementasian tiap-tiap skenario. Tabel 6 merupakan rekapitulasi dari besarnya penghematan tersebut, dan skenario terpilih yang memberikan penghematan terbesar. Tabel 4. Jumlah perjalanan truk kontainer antara Marunda Tanjung Priok (Eksisting + Skenario 1) T-296 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
7 Transport Tabel 5. Jumlah perjalanan truk kontainer antara Marunda Tanjung Priok (Skenario 2 dan 3) Tabel 6. Pengurangan total panjang perjalanan (vehicle-km/hari) Dengan adanya penghematan total panjang perjalanan, maka ritase dari tiap truk dapat bertambah. Dengan bertambahnya ritase dari tiap truk, maka banyaknya truk yang dibutuhkan untuk memfasilitasi demand distribusi barang per harinya dapat berkurang. Tiap kasus mempunyai skenario yang berbeda-beda. Kasus Marunda, Tangerang, dan Gedebage ternyata menghasilkan Skenario 3 sebagai skenario terbaik. Sedangkan kasus Cakung dan Cikarang menghasilkan Skenario 2 sebagai skenario terbaik. Dari hasil simulasi atau perhitungan dapat disimpulkan ternyata kasus dengan jumlah demand yang besar seperti Cakung dan Cikarang akan mengusulkan mendekatkan Depo ke wilayah Industri (Skenario 2). Sedangkan dengan demand yang relatif tidak terlalu besar akan menghasilkan usulan mengefektifkan pergerakan truk dengan membawa kontainer ekspor dan impor dalam 1 trip. Tabel 7. Pengurangan kebutuhan truk Ternyata efisiensi yang terjadi tidak hanya dari pengurangan waku tempuh, jarak tempuh serta peningkatan trip/hari, tetapi juga pengurangan kebutuhan truk. Pengurangan truk untuk setiap skenario terpilih dapat mencapai hampir 50%. Pengurangan truk terbesar terjadi pada Kasus Tangerang hingga mencapai 48,57%. Sedangkan pengurangan terkecil terjadi pada Kasus Cakung hanya 39,02%. Dengan menggunakan berbagai strategi terutama Skenario 3 Efektifitas Truk dan Skenario 2 Penempatan Depo dan Pool di dekat pabrik atau pemilik barang ternyata juga SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-297
8 mengakibatkan penghematan investasi truk. Terdapat pengurangan kebutuhan truk pada setiap skenario terbaik tiap pergerakan. Tentunya pergerakan yang mempunyai pengurangan jumlah kebutuhan truk terbesar akan mengakibatkan penghematan investasi terbesar (lihat Tabel 16). Tabel 8. Penghematan investasi truk Lokasi Cikarang Marunda Cakung Tangerang Gedebage Alternatif Total Penghematan (RpMilyar) Eksisting Alternatif Alternatif , , , Alternatif Eksisting Alternatif Alternatif Alternatif Eksisting Alternatif Alternatif Alternatif Eksisting Alternatif Alternatif Alternatif Eksisting Alternatif 1 1, , , , Alternatif 2 1, , , , Alternatif 3 1, , , , PENGHEMATAN BIAYA OPERASI KENDARAAN Penghematan BOK merupakan fungsi dari pengurangan jarak operasi yang juga mempengaruhi waktu tempuh. Dari perhitungan pengurangan jarak operasi ternyata menghasilkan penghematan BOK yang cukup tinggi. Penghematan BOK cukup tinggi terjadi pada kasus Gedebage disusul dengan Cikarang. Gambar 10. Penghematan BOK per tahun Hampir 90% penghematan BOK berasal dari kedua kasus ini. Untuk implementasi jarak dekat ternyata tidak memberikan penghematan yang terlalu besar. Penghematan terbesar terjadi bila diimplementasikan Skenario 3 pada kasus Gedebage. Dalam setiap tahun penghematan yang terjadi pada implementasi ini di kasus Gedebage mencapai 75% dari total penghematan pada tahun tersebut. Total Penghematan pada tahun 2011 mencapai Rp 2,5 Trilyun/tahun. Pada tahun 2014 terdapat peningkatan penghematan baik BOK maupun investasi truk mencapai Rp 4,3 Trilyun/tahun. Pada tahun 2016 terdapat penghematan yang lebih tinggi lagi yaitu Rp 5,8 Trilyun/tahun. Sedangkan pada tahun 2019 penghematan mencapai Rp 7,4 Trilun/tahun, sebagaimana terlihat pada Gambar KEBUTUHAN LUAS BUFFER PARKING Ternyata beberapa skenario selain memberikan penghematan juga membutuhkan investasi. Skenario 2 yang menjadi skenario terbaik untuk pergerakan Cikarang dan Cakung membutuhkan investasi pembangunan Buffer Parking. Berdasarkan perhitungan terdapat kebutuhan Buffer Parking sebesar: Kebutuhan luas tahun 2011 = 408 x 12,5 x 3,5 x 1,3 = 2,32 hektar Kebutuhan luas tahun 2014 = 684 x 12,5 x 3,5 x 1,3 = 3,89 hektar Kebutuhan luas tahun 2016 = 884 x 12,5 x 3,5 x 1,3 = 5,03 hektar Kebutuhan luas tahun 2019 = 1128 x 12,5 x 3,5 x 1,3 = 6,42 hektar T-298 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
9 Setelah dikonversi dengan perkiraan harga tanah, maka dibutuhkan prediksi investasi kebutuhan Buffer Parking. Kebutuhan investasi Buffer Parking untuk pergerakan Cikarang dan Cakung antara lain: Tahun 2011 = 2,32 hektar x = Rp ,- Tahun 2014 = 3,89 hektar x = Rp ,- Tahun 2016 = 5,03 hektar x = Rp ,- Tahun 2019 = 6,42 hektar x = Rp ,- 6. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Bahwa kebijakan untuk menyediakan buffer parking di sekitar Tanjung Priok dan memindahkan depo ke dekat lokasi pabrik sangat penting karena dapat memberikan nilai manfaat yang sangat besar dari sisi penghematan BOK dan biaya investasi truk. 2. Dengan adanya buffer parking tersebut, ternyata efisiensi yang terjadi tidak hanya dari pengurangan waku tempuh, jarak tempuh, serta peningkatan trip/hari, tetapi juga pengurangan kebutuhan truk. Pengurangan truk untuk setiap skenario terpilih dapat mencapai hampir 50%. 3. Total penghematan BOK dan investasi jumlah armada truk pada 5 lokasi kawasan industri mencapai Rp 2,5 trilyun (2011), Rp 4,3 trilyun (2014), Rp 5,8 trilyun (2016), dan Rp 7,4 trilun (2019). Sudah barang tentu, semua hal ini bisa didapatkan dengan menyediakan lahan buat Buffer Parking dimana biaya dibutuhkan untuk pengadaannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan total penghematan BOK dan biaya investasi truk yang dibutuhkan. Tabel berikut memperlihat besarnya total penghematan BOK dan biaya investasi truk serta luas kebutuhan buffer parking serta biaya pengadaannya. Tahun Total Penghematan BOK dan Kebutuhan Biaya Pengadaan Biaya Investrasi Truk (Milyar Rp) Lahan (Ha) Lahan (Milyar Rp) ,32 127,6 5, ,89 213,95 4, ,03 276,65 4, ,43 353,1 4,74 %Biaya Pengadaan Lahan 4. Terlihat dari tabel diatas bahwa akan didapatkan penghematan yang sangat besar pada Biaya Operasi Kendaraan dan biaya investasi truk yang dapat mencapai sebesar 7,4 triliun rupiah pada tahun 2019, di mana penghematan sebesar itu bisa didapatkan dengan melakukan skenario yang dijelaskan di atas dan membuat buffer parking dengan biaya pengadaannya hanya sebesar 353,1 milyar rupiah (4,74%) pada tahun DAFTAR PUSTAKA Japan International Cooperation Agency. (2010). Interim Report for The Project of Master Plan Study on Port Development and Logistics in Greater Jakarta Metropolitan Area in The Republic of Indonesia. Direktorat Jenderal Transportasi Laut, Kementerian Perhubungan. Prayudyanto, M.N. (2009). Analisis Optimasi Strategi Manajemen Kebutuhan Transportasi (MKT) Dalam Mengatasi Persoalan Transportasi Perkotaan (Kasus Kota Jakarta). Disertasi, Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Tamin, O.Z. (2000). Konsep Manajemen Kebutuhan Transportasi (MKT) Sebagai Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan di Kota Bandung. Seminar Transportasi Taksi Kota Bandung (Suatu Kajian Atas Pelayanan Taksi di Kota Bandung), Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Daerah Jawa Barat, Bandung. Tamin, O.Z. dkk. (2010). Studi Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Nasional/Provinsi di Wilayah Sumatera Barat. Transport Research Group ITB, Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Propinsi Sumatera Barat. Tamin, O.Z. dkk. (2011). Penyusunan Kajian Dampak Penerapan Kebijakan Pembatasan Waktu Operasional Kendaraan Berat oleh Pemda DKI Bagi Sektor Pelabuhan. Transport Research Group, Institut Teknologi Bandung. Tamin, O.Z. dkk. (2009). Perencanaan Teknis Transit Oriented Development (TOD) di Kawasan Pemukiman. Transport Research Group ITB, Departemen Perhubungan. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-299
10 T-300 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5
Penyusunan Rencana Umum Jaringan Lintas Angkutan Barang di Wilayah Jabodetabek
Focus Group Discussion Penyusunan Rencana Umum Jaringan Lintas Angkutan Barang di Wilayah Jabodetabek Jakarta, 15 Juni 2016 Outline Dasar Hukum Konsep Umum Tujuan Kondisi Eksisting dan Permasalahan Konsep
Lebih terperinciEVALUASI PERFORMANSI ANGKUTAN BARANG PETI KEMAS RUTE BANDUNG-JAKARTA
EVALUASI PERFORMANSI ANGKUTAN BARANG PETI KEMAS RUTE BANDUNG-JAKARTA TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh AGUNG GINANJAR
Lebih terperinciMODEL PENGEMBANGAN TERMINAL KHUSUS CPO DARI TERMINAL MULTIPURPOSE PADA PELABUHAN EKSISTING
20 Desember 2011, ISSN 2086-3051 MODEL PENGEMBANGAN TERMINAL KHUSUS CPO DARI TERMINAL MULTIPURPOSE PADA PELABUHAN EKSISTING Anwarudin 1, Ofyar Z. Tamin 2, Gatot Yudoko 3 dan Muhammad Sutarno 4 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai
Lebih terperinciBAB I 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat adalah Provinsi di Indonesia yang memiliki komoditas cukup besar. Terutama di bidang tekstil dan garment. Sehingga diperlukan suatu system transportasi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PERILAKU HUBUNGAN ANTARA SISTEM TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI DI WILAYAH PERKOTAAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SYSTEM DYNAMIC
MODEL PERILAKU HUBUNGAN ANTARA SISTEM TATA RUANG DAN SISTEM TRANSPORTASI DI WILAYAH PERKOTAAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SYSTEM DYNAMIC Dimas B.E Dharmowijoyo Mahasiswa Program S3 Program Studi Teknik Sipil
Lebih terperinciAnalisis Biaya dan Pengembalian Modal Investasi Pembelian Truck Trailer Studi Kasus di PT Iron Bird Pool Cikarang Tahun 2015
Analisis Biaya dan Pengembalian Modal Investasi Pembelian Truck Trailer Studi Kasus di PT Iron Bird Pool Cikarang Tahun 2015 Made Irma Dwiputranti Politeknik Pos Indonesia, Jl. Sariasih No. 54 Bandung
Lebih terperinciEVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA
EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA Kristub Subur, Agustina Wilujeng, Harmin Sulistiyaning Titah Program Studi Magister Teknik Prasarana Lingkungan Pemukiman
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dan kepulauan yang sangat luas. Sebagai negara maritim luas wilayah laut yang mencakup wilayah pesisir dan lautannya memiliki luas 5,8
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN DERMAGA DI PELABUHAN GILIMANUK, PROVINSI BALI
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN DERMAGA DI PELABUHAN GILIMANUK, PROVINSI BALI Putu Alit Suthanaya Jurusan Teknik Sipil, Fakultas
Lebih terperinciPRESENTASI TUGAS AKHIR ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh:
2010 PRESENTASI TUGAS AKHIR COMPANY (MN 091482) NAME ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) Disusun oleh: M. Imam Wahyudi N.R.P. 4105 100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang
Lebih terperinci[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG
[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG Tim Peneliti : 1. Rosita Sinaga, S.H., M.M. 2. Akhmad Rizal Arifudin,
Lebih terperinciKAJIAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN MATARAM
KAJIAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN MATARAM Astrin Muziarni *) dan Yulinah Trihadiningrum Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya
Lebih terperinciYukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA
FGD PERAN DAN FUNGSI PELABUHAN PATIMBAN DALAM KONSEP HUB AND SPOKE Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI Jakarta, 24 NOPEMBER 2016 INDONESIAN LOGISTICS AND FORWARDERS
Lebih terperinciANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN
Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN Misliah
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE
EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh ANDY FERDIAN NIM : 15098105 PEMBIMBING Dr.Ir.Ade
Lebih terperinciUPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
UPAYA MENGURANGI PENGGUNAAN KENDARAAN PRIBADI MELALUI PENYEDIAAN ASRAMA MAHASISWA STUDI KASUS UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Rudy Setiawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Universitas
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Temuan Studi Temuan studi ini merupakan beberapa hal yang ditemukan saat melakukan studi, terlepas dari dari sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Temuan studi tersebut
Lebih terperinciPERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU
PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU Octareza Siahaan dan Prof. Hang Tuah Salim Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Najid 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara,
Lebih terperinciSumber: Automology.com. Ir. BAMBANG PRIHARTONO,MSCE JAKARTA, 10 JANUARI 2018
Sumber: Automology.com Ir. BAMBANG PRIHARTONO,MSCE JAKARTA, 10 JANUARI 2018 OUTLINE O1 LATAR BELAKANG O2 DASAR HUKUM & LESSON LEARNED O3 KERANGKA KEBIJAKAN O4 O5 POTENSI LOKASI PENGATURAN SEPEDA MOTOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh kota-kota besar di Indonesia khususnya. Urbanisasi tersebut terjadi karena belum meratanya pertumbuhan wilayah terutama
Lebih terperinciEVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH
EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH Ajeng Rudita Nareswari 1 dan Nieke Karnaningroem 2 1 Program Magister Teknik Prasarana
Lebih terperinciSEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011
SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 ANALISIS KAPASITAS PELAYANAN TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Bambang Triatmodjo 1 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil dan
Lebih terperinciKementerian Perhubungan
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Kementerian Perhubungan Idwan Santoso Institut Teknologi Bandung Focus Group Discussion Penyusunan Rencana Umum Jaringan Trayek Angkutan Umum Jalan Jabodetabek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Dengan berkembangnya kehidupan masyarakat, maka semakin banyak pergerakan yang dilakukan oleh masyarakat.
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii vi vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan dan Sasaran... 5 1.3.1 Tujuan...
Lebih terperinciMATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN
MATRIKS PENJABARAN PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN No ( Kinerja RPJMD) Program Dedicated 2 Pembangunan Perhubungan dan Transportasi 14.c Program pembangunan Terminal Bus Pulogebang
Lebih terperinciDAMPAK PENGATURAN JADWAL KEGIATAN AKADEMIK TERHADAP MOBILITAS KENDARAAN MAHASISWA DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
DAMPAK PENGATURAN JADWAL KEGIATAN AKADEMIK TERHADAP MOBILITAS KENDARAAN MAHASISWA DI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Rudy Setiawan Jurusan Teknik Sipil,Universitas Kristen Petra, Jl. Siwalankerto 121-131 Surabaya
Lebih terperinciANALISA BIAYA KEMACETAN DI BANDAR LAMPUNG
Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 ANALISA BIAYA KEMACETAN DI BANDAR LAMPUNG Rahayu Sulistyorini 1, Ofyar Z. Tamin 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi penilaian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah 2.2 Angkutan Undang undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Lebih terperinciBAB VI 6 ANALISIS KEBIJAKAN
BAB VI 6 ANALISIS KEBIJAKAN 6.1 Umum Pada bab analisis dapat diketahui bahwa sebetulnya dari segi harga angkutan barang yang melalui TPKB Gedebage membutuhkan biaya lebih kecil daripada melalui jalan raya.
Lebih terperinciKAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)
KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG) Tilaka Wasanta Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Dari hasil analisis, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dengan mempertimbangkan pelabuhan-pelabuhan terluar pada setiap pintu akses keluar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Troughput. Gambar 1.1. Troughput di TPKS (TPKS,2013)
Troughput BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) merupakan tempat berlabuhnya kapal yang akan melakukan kegiatan bongkar muat peti kemas. Aktivitas bongkar muat yang
Lebih terperinciC I N I A. Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta
C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Analisis Perbandingan antar Moda Distribusi Sapi : Studi Kasus Nusa Tenggara Timur - Jakarta Tri Achmadi, Silvia Dewi
Lebih terperinciKAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG
KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG Fikhry Prasetiyo, Rahmat Hidayat H., Harnen Sulistio, M. Zainul Arifin Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Lebih terperinciSTUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)
STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) Fajar Prasetya Rizkikurniadi, Murdjito Program Studi Transportasi Laut Jurusan Teknik
Lebih terperinciPENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT
ISSN 2355-4721 Penilaian Kapasitas Terminal Peti Kemas Pelabuhan Teluk Bayur PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT Ratna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di sembarang tempat. Selain itu sumber bahan baku tersebut harus melalui
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangkutan diperlukan karena sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat. Selain itu sumber bahan baku tersebut harus melalui tahapan produksi yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...
Lebih terperinciGambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan transportasi laut dengan peti kemas dalam dua dekade belakangan ini mencapai sekitar 7-9% per tahun dengan perbandingan jenis angkutan laut lain hanya mengalami
Lebih terperinciModel Pengangkutan Crude Palm Oil
TUGAS AKHIR Model Pengangkutan Crude Palm Oil (CPO) Untuk Domestik Oleh : Wahyu Aryawan 4105 100 013 Dosen Pembimbing : Ir. Setijoprajudo, M.SE. Bidang Studi Transportasi Laut dan Logistik Jurusan Teknik
Lebih terperinciEFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO
EFEKTIVITAS JALUR SEPEDA MOTOR PADA JALAN PERKOTAAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI-MIKRO Febri Zukhruf Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 Telp: +62-22-2502350
Lebih terperinciSTUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh : IMMANUEL A. SIRINGORINGO NPM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. transportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas kota.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sejarah perkembangan manusia terhadap perkembangan kota dapat kita lihat bahwa manusia selalu berhasrat untuk bepergian dari satu tempat ke tempat lain guna mendapatkan
Lebih terperinciAnalisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-17 Analisis Pemindahan Moda Angkutan Barang di Jalan Raya Pantura Pulau Jawa (Studi kasus: Koridor Surabaya Jakarta) Ardyah
Lebih terperinciKAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Abstrak
61 KAJIAN DAMPAK PEMBANGUNAN SPBU TERHADAP DAMPAK LALU LINTAS (Studi Kasus : SPBU Pejompongan Jakarta) Juanita Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik JL. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202 Purwokerto 53182
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosialbudaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannya dalam ketahanan nasional.sistem
Lebih terperinciMODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA
MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN MOBIL PRIBADI DI JAKARTA Yumen Kristian Wau 1 dan Najid 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta
Lebih terperinciANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN
ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN Jenis : Tugas Akhir Tahun : 2007 Penulis : Beri Titania Pembimbing : Ir. Denny Zulkaidi, MUP Diringkas oleh : Rezky John
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kata Kunci Jalan Ahmad Yani, frontage road, Jalan layang tol,kinerja, travel time.
Analisis Trip Assignment Iterative All or Nothing Untuk Alternatif Relokasi Ruang Jalan Ahmad Yani Surabaya Reza Arfany, Wahju Herijanto. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Lebih terperinciMODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA
MODEL PENENTUAN UKURAN KAPAL OPTIMUM KORIDOR PENDULUM NUSANTARA Hasan Iqbal Nur 1) dan Tri Achmadi 2) 1) Program Studi Teknik Transportasi Kelautan Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciStudi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan
3. Perspektif Wilayah dan Permintaan Perjalanan Masa Mendatang 3.1 Perspektif Wilayah Jabodetabek Masa Mendatang Jabodetabekpunjur 2018 merupakan konsolidasi rencana pengembangan tata ruang yang memberikan
Lebih terperinciAnalisis Finansial Fasilitas Park and Ride Sebagai Pelayanan Infrastruktur Kota Bandung (Studi Kasus: Gedebage)
Analisis Finansial Fasilitas Park and Ride Sebagai Pelayanan Infrastruktur Kota Bandung (Studi Kasus: Gedebage) Rindu Evelina 1, Herman 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciBAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan jasa pelayanan bongkar dan muat peti kemas yang terletak di wilayah Pelabuhan Tanjung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga semakin banyak tantangan yang dihadapi dalam dunia usaha, antara lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era perdagangan bebas saat ini dimana setiap negara saling berlombalomba untuk meproduksi dan mendistribusikan produk negaranya ke negara lain, sehingga semakin
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut
BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dari analisa tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Performance Pelabuhan Bitung ditinjau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Seiring perkembangan kegiatan perekonomian di wilayah Propinsi Jawa Tengah yang cukup pesat, maka Semarang sebagai Ibukota Propinsi memiliki peran besar dalam mendorong
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY STUDI KELAYAKAN TERMINAL TERPADU INTERMODA DAN ANTARMODA DI KETAPANG BANYUWANGI
EXECUTIVE SUMMARY STUDI KELAYAKAN TERMINAL TERPADU INTERMODA DAN ANTARMODA DI KETAPANG BANYUWANGI A. LATAR BELAKANG Sektor transportasi merupakan sektor yang memegang peranan pentingdalam upaya pengembangan
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA PENGOPERASIAN ANGKUTAN PENGUMPAN (FEEDER) TRANS SARBAGITA TP 02 KOTA DENPASAR
1 EVALUASI KINERJA PENGOPERASIAN ANGKUTAN PENGUMPAN (FEEDER) TRANS SARBAGITA TP 02 KOTA DENPASAR Dewa Ayu Nyoman Sriastuti 1), Ni Komang Armaeni 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA)
ANALISIS KONDISI HAULAGE PETI KEMAS DI AREA PELABUHAN (STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA) *Muhammad Imam Wahyudi,**Setyo Nugroho. *Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan *Staf Pengajar Jurusan
Lebih terperinciANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN
ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN TUGAS AKHIR Oleh : Beri Titania 15403053 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN DAN
Lebih terperinciKAJIAN JUMLAH ARMADA DAN JAM OPERASI ARMADA ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DAMRI -STUDI KASUS PADA JURUSAN KORPRI TANJUNG KARANG, BADAR LAMPUNG.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 KAJIAN JUMLAH ARMADA DAN JAM OPERASI ARMADA ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DAMRI -STUDI KASUS PADA JURUSAN KORPRI TANJUNG KARANG, BADAR
Lebih terperinciPenerapan Sistem Parkir Progresif (On Street) dalam Mempengaruhi Efektivitas Transport Demand Management Studi Kasus: Pusat Kota Bandung
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil No.1 Vol. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2017 Penerapan Sistem Parkir Progresif (On Street) dalam Mempengaruhi Efektivitas Transport Demand Management
Lebih terperinciMODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA
MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA Febri Bernadus Santosa 1 dan Najid 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Let. Jend S. Parman No.1 Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kota menimbulkan permasalahan perkotaan, baik menyangkut penataan ruang penyediaan fasilitas pelayanan kota maupun manajemen perkotaan. Pesatnya pertumbuhan
Lebih terperinciSinergi pengembangan kawasan industri dan pergudangan dengan pelabuhan peti kemas di kawasan khusus Madura
Sinergi pengembangan kawasan industri dan pergudangan dengan pelabuhan peti kemas di kawasan khusus Madura Dr. Saut Gurning Fakultas Teknologi Kelautan ITS Jalan Arif Rahman Hakim, Keputih-Sukolilo, Surabaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perhubungan nasional pada hakekatnya adalah pencerminan dari sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan sebagai penunjang utama
Lebih terperinciSTUDI RENCANA INDUK TRANSPORTASI TERPADU JABODETABEK (TAHAP 2)
Japan International Cooperation Agency (JICA) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Republik Indonesia No. STUDI RENCANA INDUK TRANSPORTASI TERPADU JABODETABEK (TAHAP 2) (The Study on Integrated
Lebih terperinciCost Benefit Analysis Penerapan Short Sea Shipping di Pantura Jawa dalam Rangka Pengurangan Beban Jalan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Cost Benefit Analysis Penerapan Short Sea Shipping di Pantura Jawa dalam Rangka Pengurangan Beban Jalan Pratiwi Wuryaningrum,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai
Lebih terperinciPenentuan Umur Ekonomis Truk Trailer Berdasarkan Biaya Tahunan Rata-rata di PT Richie Persada Logistindo
Penentuan Umur Ekonomis Truk Trailer Berdasarkan Biaya Tahunan Rata-rata di PT Richie Persada Logistindo Syafrianita Program Studi Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Manajemen Logistik Indonesia Jl.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Menurut Drs. Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. 2.2 Kinerja Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Lebih terperinciStudi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi BAB VIII PENUTUP
BAB VIII PENUTUP A. Kesimpulan 1) Dari hasil kajian dan analisis terhadap berbagai literatur dapat ditarik satu kesimpulan sebagai berikut : a) Ada beberapa definisi tentang angkutan massal namun salah
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kriteria Kinerja Angkutan Umum Angkutan umum dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
163 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Menjawab Pertanyaan Penelitian dan Sasaran Penelitian Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dihasilkan pengetahuan yang dapat menjawab
Lebih terperinciPELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT
PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT Ilustrasi LRT Kota Medan merupakan salah satu dari 5 kota di Indonesia dengan jumlah penduduk diatas 2 juta jiwa (BPS, 2015). Dengan luas 26.510 Hektar (265,10
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Belawan International Container Terminal (BICT) sebagai unit usaha PT.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalur transportasi air/laut merupakan salah satu jalur transportasi yang paling sering digunakan untuk pengiriman barang dalam skala kecil sampai dengan skala besar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Sedangkan
Lebih terperinciANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG
ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG Abu Khusyairi Email : abu_khusyairi@yahoo.co.id Endang Setyawati Hisyam Email : hisyam.endang@gmail.com Jurusan
Lebih terperinciMAKALAH SEMINAR DAN MUSYAWARAH NASIONAL MODEL PERSAMAAN MATEMATIS ALOKASI KENDARAAN ANGKUTAN SAMPAH BERDASARKAN METODE PENGGABUNGAN BERURUT OLEH :
MAKALAH SEMINAR DAN MUSYAWARAH NASIONAL MODEL PERSAMAAN MATEMATIS ALOKASI KENDARAAN ANGKUTAN SAMPAH BERDASARKAN METODE PENGGABUNGAN BERURUT OLEH : HORAS SAUT MARINGAN M Fakultas Teknik Universitas Riau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lalu lintas kendaraan bermotor di suatu kawasan perkotaan dan kawasan lalu lintas padat lainnya seperti di kawasan pelabuhan barang akan memberikan pengaruh dan dampak
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Transportasi melalui laut memainkan peran penting dalam sistem perdagangan. Berbagai jenis barang di seluruh dunia bergerak dari tempat satu ke tempat lainnya melalui laut.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Angkutan Umum Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam serta guna mendapatkan alternatif pemecahan masalah transportasi perkotaan yang baik, maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN
63 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV ini akan disajikan secara berturut-turut mengenai analisa dan hasil penelitian meliputi : 4.1. Perekonomian Pulau Jawa saat ini 4.2. Pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemacetan di kota-kota besar sudah semakin sulit untuk dihindari dengan solusi-solusi konvensional seperti: pelebaran jalan,pengaturan lampu lalu lintas dan perubahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Terminal Terminal dapat dianggap sebagai alat pemroses, dimana suatu urutan kegiatan tertentu harus dilakukan untuk memungkinkan suatu lalu lintas (kendaraan, barang,
Lebih terperinciDAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...
Lebih terperinciAnalisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung
Rekaracana Teknik Sipil Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015 Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung TAUPIK HIDAYAT¹,
Lebih terperinciMANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR
MANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR Sutardi, Hera Widyastuti, dan Budi Rahardjo Pasca Sarjana Bidang Manajemen dan Rekayasa Transportasi FTSP, ITS. Email
Lebih terperinciOPTIMASI JUMLAH ARMADA ANGKUTAN UMUM DENGAN METODA PERTUKARAN TRAYEK: STUDI KASUS DI WILAYAH DKI-JAKARTA 1
OPTIMASI JUMLAH ARMADA ANGKUTAN UMUM DENGAN METODA PERTUKARAN TRAYEK: STUDI KASUS DI WILAYAH DKI-JAKARTA 1 Ofyar Z. Tamin Departemen Teknik Sipil ITB Jalan Ganesha 10, Bandung 40132 Phone/Facs: 022-2502350
Lebih terperinciBAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum
BAB III Landasan Teori 3.1. Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum Untuk mengetahui apakah angkutan umum itu sudah berjalan dengan baik atau belum dapat dievaluasi dengan memakai indikator kendaraan angkutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi di berbagai kota. Permasalahan transportasi yang sering terjadi di kota-kota besar adalah
Lebih terperinciIbnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
EVALUASI PENYEDIAAN ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERDASARKAN SEGMEN TERPADAT, RATA-RATA FAKTOR MUAT DAN BREAK EVEN POINT (Studi Kasus: Trayek Terminal Taman-Terminal Sukodono) Ibnu
Lebih terperinci