7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

dokumen-dokumen yang mirip
7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

G. TALANG, SUMATERA BARAT

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

Telepon: , , Faksimili: ,

7.3. G. GAMALAMA, P. Ternate, Maluku Utara

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

4.6 G. ANAK RANAKAH, Nusa Tenggara Timur

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur

ERUPSI G. KARANGETANG 2007 DAN PERKIRAAN KEDALAMAN SUMBER TEKANAN BERDASARKAN DATA ELECTRONIC DISTANCE MEASUREMENT (EDM)

G. KERINCI, SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

G. SEULAWAH AGAM, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

MITIGASI BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI KARANGETANG, KABUPATEN SITARO, SULAWESI UTARA

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

.4. G. LOKON, Sulawesi Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

Pemahaman Masyarakat Pada Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Ijen, Jawa Timur (Imam Santosa)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

BADAN GEOLOGI - ESDM

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

G. GUNTUR, JAWA BARAT

DAFTAR ISI. BAB III. DASAR TEORI 3.1. Seismisitas Gelombang Seismik Gelombang Badan... 16

TUGAS MITIGASI BENCANA LETUSAN GUNUNG API. Virgian Rahmanda

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

4.3. G. RINJANI, P. Lombok, Nusatenggara Barat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

4.19. G. ILI WERUNG, Nusa Tenggara Timur

Beda antara lava dan lahar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

G. MARAPI, SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

G. ARJUNO-WELIRANG, JAWA TIMUR. Gunungapi Arjuno - Welirang

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Kelud merupakan salah satu gunung api aktif yang ada di

II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gamkunora, Gammacanore Nama Kawah : Kawah A, B, C, dan D. Lokasi a. Geografi b. Administrasi : : 1º 22 30" LU dan 127º 3' 00" Kab. Halmahera Barat,, Prop. Maluku Utara. Ketinggian : a. 1635 dml b. 1600 m dari kota terdekat Kota Terdekat Tipe Gunungapi Pos Pengamatan : Ibu (ibu kota kecamatan) : Strato : Kampung Gamsungi, Kec. Ibu Kabupaten Halmahera Barat,. Maluku Utara. Posisi Geografi : 1º 24 45,36" LU dan 127º 21' 72" BT PENDAHULUAN Pencapaian Puncak Pendakian ke puncak atau kawah G. Gamkonora dimulai dai kampung Gamsungi, waktu yang dibutuhkan hingga mencapai kawah selama 4 jam. Bagi para pengunjung yang akan tinggal atau bekerja lebih dari satu hari, tempat perkemahan yang baik adalah di Paseba yang lokasinya berada dalam hutan Glagah (Kaso) pada ketinggian +/- 1100 m dml., atau bisa juga berkemah di atas puncak yaitu di dalam kawah paling utara. Pada

musim hujan selalu ada genangan air yang terkumpul didasar kawah atau di celah-celah bebatuan. SEJARAH ERUPSI Sejarah erupsi G. Gamkonora adalah sebagai berikut: TAHUN KEJADIAN 1564/1565 Terjadi letusan di kawah puncak yang menimbulkan hujan abu dan aliran lava. Suara dentuman terdengar hingga jarak kurang lebih 200 km, sedangkan aliran lavanya mencapai laut. Akibat letusan ini menyebabkan kerusakan pada hutan dan tanah garapan, juga menimbulkan korban manusia. 1673 Tanggal 20-21 Mei, terjadi letusan yang banyak mengeluarkan abu, hingga kota Ternate menjadi gelap gulita. Awan abu luar biasa besarnya, hingga pada jarak +/- 350 km abu masih mengendap cukup tebal. Bersamaan dengan letusan ini juga terasa gempa bumi. Akibat letusan ini menyebabkan pula kerusakan hutan dan tanah garapan serta menimbulkan korban manusia. 1917 Tanggal 18 Oktober terjadi peningkatan kegiatan, kadang-kadang kilat api tampak di samping kepulan berupa tiang asap tebal. 1926 Terjadi peningkatan kegiatan tanggal 1 dan 2 Juni, diduga terjadi letusan eksplosif dari kawah pusat. Beberapa hari kemudian de Kroon melakukan pendakian ke puncak, pada malam hari dilihatnya api pijar di lima buah tempat lapangan solfatara. 1949 Terjadi peningkatan kegiatan, diduga telah terjadi letusan eksplosif dari kawah pusat. 1950 Bulan Oktober terjadi letusan eksplosif. Akibat letusan ini tumbuh-tumbuhan di pinggir kawah sebelah selatan-baratdaya hangus terbakar, abu cukup tebal. 1951 Tanggal 12 April keluar asap hitam dari kawahnya. Kepulan asap ini terlihat dari kampung Gamsungi. Tanggal 2 Mei terdengar 2 kali suara gemuruh dari lobang kawahnya. Tanggal 16 Juli terjadi letusan kecil. Tahun ini pula suhu kawah memperlihatkan suhu yang relatif tinggin yaitu berkisar antara 400-500 0 C. 1983 Tanggal 16 dan 17 Pebruari terjadi letusan abu. Keterangan lebih lanjut tidak ada. 1987 Tanggal 13, 24, 25 dan 26 April terjadi letusan abu, tinggi asap sekitar 1000 m, bergerak ke arah selatan. Material letusan dilontarkan dan jatuh kembali di sekitar kawah. Sebagian penduduk pantai mengungsi, setelah petugas Vulkanologi datang untuk melakukan pemeriksaan, baru mereka kembali. 1997 10 Januari terjadi letusan abu setinggi 200 m di atas puncak 2007 Tanggal 1 Juni 7 Juli Seismograf di Pos PGA G. Gamkonora merekam 1 kali gempa vulkanik dalam (VA), 7 kali gempa tektonik lokal dan 57 kali gempa tektonik jauh. Pukul 19:05 WIT terekam getaran (tremor) vulkanik tidak menerus dengan amplitude 2 4 mm. Tanggal 8 Juli 2007 (pukul 17:30 WIT) Terjadi hembusan asap dan abu (letusan freatik) berwarna putih kelabu tebal dengan ketinggian 200 m di atas puncak G. Gamkonora. 8 Juli pukul 19:30 WIT Status kegiatan G. Gamkonora dinaikan dari AKTIF NORMAL (Level 1) menjadi WASPADA (Level II) Tanggal 9 Juli Pukul 06:00 9:30 WIT Seismograf merekam getaran (tremor) menerus dengan amplitude 6 8 mm dan diiringi dengan gempa gempa letusan dengan amplitude mencapai 30 mm. Asap hembusan mencapai ketinggian 1000 m di atas puncak G. Gamkonora. Pukul. 10:00 WIT Status kegiatan G. Gamkonora dinaikan dari WASPADA (Level II) menjadi SIAGA (Level III). Masyarakat yang bermukim dan beraktivitas dalam radius 5 km dari puncak G. Gamkonora diungsikan ke Kecamatan Ibu Tengah. Pukul 16:30 WIT,

Hembusan abu semakin tinggi hingga mencapai 4000 m dari puncak G. Gamkonora. Pukul 16:30 WIT Status kegiatan G. Gamkonora dinaikan dari SIAGA (Level III) menjadi AWAS (Level IV). Pemerintah Daerah Setempat dan Pengamat G. Gamkonora telah memutuskan bagi masyarakat yang bermukim di Kawasan Rawan Bencana II dan III atau yang bermukim dalam radius 8 Km dari pusat letusan (Kp. Baru, Kp. Adu, Kp. Nanas, Kp. Ngawet, Kp. Jere, Kp. Gamsungi, Kp. Bataka, Kp. Talaga, Kp. Tobelos, Kp. Gamkonora dan Kp. Sarau), untuk menghindari lontaran material pijar dan hujan abu lebat direkomendasikan mengungsi ke arah utara (Kec. Ibu Tengah). 10 Juli (dini hari) Sinar api teramati pada ketinggian 10-20 m di atas puncak, disertai lontaran material pijar. Letusan disertai dentuman masih terjadi dengan ketinggian asap 2000-4000 m 11 Juli Masih terjadi letusan dengan tekanan semakin lemah dan ketinggian asap sekitar 100-2500 m 12 dan 13 Juli Masih terjadi letusan-letusan kecil. Karakter Letusan Dilihat dari sejarahnya, maka jenis letusan gunungapi ini umumnya bersifat eksplosif, yang mengeluarkan bahan-bahan piroklastik seperti bongkahan batuan, lapilli dan abu vulkanik, serta kadang-kadang mengeluarkan aliran lava. Periode Letusan Letusan dan peningkatan kegiatan vulkanik dalam sejarahnya sejak tahun 1564/1565 sampai saat ini telah tercatat sebanyak 11 kali dan semua terjadi di kawah puncak. Letusan terakhir terjadi pada bulan Juli tahun 2007. GEOLOGI Letusan G. Gamkonora 11 Juli 2007

G. Gamkonora berdasarkan bentuk bentang alamnya dibagi kedalam 5 satuan morfologi yaitu; morfologi kawah, morfologi kerucut puncak, morfologi lereng, morfologi kaki dan morfologi dataran (Mulyana, 1995). Di daerah puncak terdapat 3 buah kawah utama, urutan pemunculannya diawali oleh pembentukan kawah 1 yang berdimensi paling besar yang berlokadsi paling utara puncak G. Gamkonora, diikuti oleh pembentukan kawah 2 dan 3 yang berdimensi lebih kecil secara berturut-turut ke arah selatan. Pada kawah 3 aktifitas hembusan solfatara/fumarola masih terus berlangsung sampai sekarang.. Ketiga buah kawah utama yang terdapat di puncak G. Gamkonora itu memperlihatkan bentuk rift volcano. Berdasarkan sumber, jenis dan proses pembentukannya maka batuan penyusun G. Gamkonora dibagi menjadi: Produk Kawah 1, Produk Kawah 2 dan Produk Kawah 3 (Mulyana, 1995). Komposisi lava-lava G. Gamkonora berkisar antara basaltik andesit sampai andesit. Secara umum lava-lava bertekstur porfiritik, fenokris terdiri dari plagioklas, klinopiroksen, mineral hitam seperti magnetit, kadang-kadang ditemui hornblende. Masssa dasar mikrolit plagioklas, glas vulkanik, mineral hitam dan sedikit piroksen. Ciri-ciri petrografi dari lava-lava G. Gamkonora banyak kemiripan dengan lava-lava gunungapi di busur tunjaman Halmahera yakni bertipe calk alkaline (Irianto dkk., 1993). Struktur geologi yang berkembang di G. Gamkonora dan sekitarnya adalah berupa kelurusan (kelurusan vulkanik dan topografi), struktur sesar dan kawah serta depresi (Mulyana, 1995). Kesemua struktur lokal ini sangat dipengaruhi oleh struktur regional dan terutama karena adanya pengaruh dari zona depresi Sahu yang terdapat di Pulau Halmahera. DEFORMASI Perbandingan hasil survey GPS tahun 2005 dengan survey 2007 menunjukkan terjadinya inflasi (kenaikan muka tanah) pada tubuh G. Gamkonora. Hal ini ditunjukkan dengan arah vektor pergeseran yang menjauhi pusat kawah (Hidayati, 2007). Hal ini dapat dipahami karena pada saat dilakukan survey GPS ini, G. Gamkonora berada pada masa erupsi sehingga tekanan magma pada tubuh gunungapi berada pada tingkat yang cukup tinggi dibanding pada kondisi normal, sehingga tingkat kenaikan muka tanah pada tubuh gunungapi pada saat erupsi ini akan lebih tinggi dibanding kondisi tahun 2005 yang masih berada pada aktivitas normal. Vektor pergeseran titik pantau survey GPS G. Gamkonora (satuan : cm) Nama de dn dh D Arah Vektor

Titik (derajat) GAM02-0.94 1.44 1.29 1.71 326 GAM03-0.38 0.66 0.69 0.76 330 GAM04-1.28-0.56 51.34 1.39 246 GAM05-2.47 4.27 1.72 4.93 329 Besar pergeseran yang terjadi ditentukan dalam nilai vektor pergeseran yang merupakan selisih koordinat titik ukur yang diperoleh dari dua survey yang berturutan. Rincian vektor pergeseran hasil survey GPS ini tertera pada tabel 2 yang diukur berkisar pada komponen horisontal berkisar antara 0.3 4.2 cm sedangkan pada komponen vertikal berkisar antara 0.69-51.34 cm. GEOKIMIA Analisa Batuan Data kimia batuan G. Gamkonora hanya berupa mayor elemen dengan kisaran kandungan SiO 2 antara 53,62-56,91 % berat. Kandungan K 2 O berkisar antara 0,99-1,65 % berat. Berdasarkan plot K 2 O terhadap SiO 2 menurut klasifikasi Peccerillo dan Taylor (1976) termasuk basaltik andesit seri calk alkaline (Irianto, 1993). Bila dilihat dari kandungan MgO pada basaltik andesitik G. Gamkonora merupakan basaltik andestik yang rendah kandungan MgOnya. Thomson (1973) mengemukakan bahwa batas kandungan MgO dalam lava-lava G. Gamkonora hanya 4,99 % berat, merupakan kandungan MgO yang biasa dimiliki oleh andesit. Kandungan MgO pada lavalava G. Gamkonora berkisar antara 2,42-4,99% berat, dan Mg number berkisar antara 51,93-64,44% berat. Berdasarkan diagram Harker untuk SiO 2 VS MgO; SiO 2 VS FeO; SiO 2 VS CaO menunjukkan hubungan negatif. Penurunan kandungan MgO, FeO dan CaO dengan naiknya kandungan SiO 2 menunjukkan unsur tersebut sangat diperlukan dalam pembentukan mineral klinopiroksen dan magnetit dalam fraksinasi kristalisasi magma seri calc alkaline G. Gamkonora. Hal tersebut dibarengi dengan penurunan Al 2 O 3 yang berkisar antara 18,28-20,31% berat, maka kandungan Al 2 O 3 tersebut masuk dalam kisaran yang dimiliki andesit Oregon (Gill, 1981). Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa lava-lava calc alkaline tersebut dihasilkan oleh fraksinasi kristalisasi mineral klinopiroksen, plagioklas dan magnetit dari magma Gunungapi Gamkonora. Daftar Conto Batuan G. Gamkonora No. No.Conto Jenis SiO 2 Batuan

1 Gam.01 Komponen magnetis dalam piroklastika 54,99 Andesit flow 2 Gam.02 Komponen bom piroklastika jatuhan 53,93 Andesit 3 Gam.03 Lava pucak 53.62 Andesit 4 Gam.04 Lava puncak 53,81 Andesit 5 Gam.05 Lava puncak 54,33 Andesit 6 Gam.06 Lava puncak 54,45 Andesit 7 Gam.07 Lava puncak 54,64 Andesit 8 Gam.08 Lava puncak 55,94 Andesit 9 Gam.09 Lava puncak 54,96 Andesit 10 Gam.10 Lava puncak 56,46 Andesit 11 Gam.11 Kubah lava 56,91 Andesit 12 Gam.12 Lava puncak 55,45 Andesit 13 Gam.13 Lava puncak 53,77 andesit Analisa Kimia Mayor Elemen G. Gamkonora Unsur 01 02 03 04 05 06 07 SiO 2 54,99 53,99 53,62 53,81 54,33 54,45 54,64 Al 2 O 3 20,31 19,65 19,89 19,32 18,90 19,51 19,84 Fe 2 O 3 3,55 3,89 5,02 5,14 3,79 4,26 3,39 FeO 4,08 4,74 4,58 3,43 4,79 4,03 4,39 CaO 6,88 7,88 6,84 6,91 7,63 6,99 6,73 MgO 2,63 3,95 4,21 3,49 3,39 3,56 3,38 Na 2 O 3,67 3,06 3,05 3,03 3,68 3,31 3,64 K 2 O 1,37 0,99 1,00 1,14 1,16 1,35 1,24 MnO 0,18 0,17 0,17 0,16 0,17 0,18 0,16 TiO 2 0,75 0,69 0,74 0,76 0,77 0.77 0.79 P 2 O 5 0,44 0,43 0,31 0,36 0,38 0,44 0,43 H 2 O 0,15 0,16 0,16 0,82 0,14 0,17 0,18 HD 0,58 0,35 0,31 1,59 0,76 0,80 0,52 Jumlah 99,88 99,92 99,90 99,96 99,89 99,97 99,88 Hasil analisa Conto abu pada letusan tanggal 13 Juli 2007 terlihat pada tabel di bawah, memperlihatkan komposisi SiO 2 mencapai 54.28 % berat yang mengindikasikan jenis kandungan magma bersifat andesit-basaltis. Hasil Analisa Kimia Abu Letusan G. Gamkonora 13 Juli 2007 Unsur 3 Dalam Satuan % berat SiO 2 54.28 Al 2 O 3 18.51 Fe 2 O 8.07 CaO 6.68 MgO 2.48 Na 2 O 1.64 K 2 O 0.75 MnO 0.10 TiO 2 0.79 P 2 O 5 0.27 H 2 O 2.70 HD 3.45 MITIGASI BENCANA GEOLOGI

Sistem pemantauan Pemantauan aktivitas G. Gamkonora dilakukan secara menerus dari Pos Pengamatan Gunungapi di Desa Gamsungi yang terletak di sebelah barat G. Gamkonora. Visual Pengamatan visual dilakukan melalui pengamatan warna, tinggi dan tekanan asap yang keluar dari kawah serta pengamatan cuacanya. Seismik Peralatan yang digunakan adalah seismograf jenis Kinemetrik tipe PS-2 yang dioperasikan dengan sistim radio pancar. Secara garis besar unit seismograf ini dibagi menjadi dua bagian yaitu; unit lapangan dan unit penerima (pencatat) di Pos PGA di desa Gamsungi. Peralatan di lapangan yang digunakan adalah 2 unit seismometer vertikal tipe L4C. Masing-masing unit lapangan tersebut dipasang di lereng timur (1º 24 45,36" LU dan 127º 21' 72" BT), lebih kurang 4 km dari kawah, dan di puncak G. Gamkonora (1º 24 45,2" LU dan 127º 30' 21.9" BT). Data seismik di stasiun puncak, juga dikirim ke Pos PGA Gamalama kemudian ditransmisikan Pos Regional Center G. Gamalama di Ternate dan selanjutnya dikirim ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung melalui satelit (VSAT). Deformasi Pemantauan deformasi dilakukan dengan metoda GPS dan EDM. Metoda GPS menggunakan 5 titik benchmark yang tersebar di sebelah utara, selatan, dan barat dari puncak G. Gamkonora dengan titik kontrol menggunakan titik GAM01. Posisi Koordinat Geodetik Titik Pengukuran Survey GPS Nama Titik LU BT Ketinggian Lokasi GAM01 01 o 24'45.2" 127 o 30'21.9" 73 m Kp. Gamsungi, Depan Pos PGA. G. Gamkonora GAM02 01 o 24'47.5" 127 o 32'09.0" 290 m Kp. Tobelos GAM03 01 o 23'59.3" 127 o 30'51.8" 347 m Kp. Gamsungi GAM04 01 o 23'01.6" 127 o 29'54.6" 158 m Kp. Ngawet GAM05 01 o 21'08.6" 127 o 31'00.9" 306 m Kp. Baru Pengukuran deformasi, selain metode GPS, dilakukan juga pengukuran dengan menggunakan metode EDM (Electronic Distance Measurement). Titik referensi dibangun di depan Pos PGA G.Gamkonora. Lokasi reflektor terletak di daerah lereng barat dekat

puncak adalah 01 o 23 14.7 LU dan 127 o 31 34.9 BT, permukaan laut. pada ketinggian 1151 m dari Geokimia Pemantauan geokimia dilakukan dengan menganalisa conto yang diperoleh dari 4 sumber yaitu 2 sumber mata air panas di Desa Tobelos yang berdekatan, 1 sumber air laut dan 1 sumber air danau kawah sebelah utara Kawah G. Gamkonora. KAWASAN RAWAN BENCANA Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Gamkonora dapat dibagi kedalam tiga tingkatan (Hadisantono, 2006) yaitu Kawasan Rawan Bencana I, Kawasan Rawan Bencana II, dan Kawasan Rawan Bencana III. Kawasan Rawan Bencana I Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Kawasan ini dibedakan menjadi dua yaitu: a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lahar, dan kemungkinan perluasan awan panas atau aliran lava. Kawasan ini terletak di sepanjang sungai/di dekat lembah sungai atau di bagian hilir sungai yang berhulu di daerah puncak. Kawasan ini diperlihatkan dalam peta berupa daerah berwarna kuning. b. Kawasan rawan bencana terhadap jatuhan berupa hujan abu tanpa memperhatikan arah tiupan angin dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu (pijar). Daerah ini diperlihatkan pada peta dalam bentuk lingkaran putus-putus diarsir berwarna kuning. Kawasan Rawan Bencana II Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, lahar dan gas beracun. Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa awan panas, aliran lava, aliran lahar dan gas beracun. Kawasan ini diperlihatkan dalam peta berupa daerah berwarna merah muda. b. Kawasan rawan bencana terhadap material lontaran dan jatuhan seperti lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Kawasan ini diperlihatkan pada peta dalam bentuk lingkaran putus-putus diarsir berwarna merah

Kawasan Rawan Bencana III Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang letaknya dekat dengan sumber bahaya seperti kawah dan daerah sekitar puncak. Kawasan ini sering terlanda awan panas, aliran lava, lontaran.batu (pijar), dan kemungkinan gas beracun. Kawasannya terdiri atas dua jenis yaitu kawasan yang berpotensi terlanda : a. Aliran massa seperti awan panas, aliran lava, dan gas racun. Kawasan ini diperlihatkan pada peta berupa daerah berwarna merah tua b. Lontaran batu (pijar) seperti bom gunungapi, dan hujan abu lebat (jatuhan piroklastik). Kawasan ini diperlihatkan pada peta berupa lingkaran bergaris putus diarsir berwarna merah. Kawasan rawan bencana III yang berpotensi dilanda lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat terutama adalah daerah puncak dan sekitarnya hingga radius 3.0 km dari pusat erupsi.

Peta Kawasan Rawan Bencana G. Gamkonora

DAFTAR PUSTAKA Agus Solihin dkk., Laporan Pemasangan Alat Dan Pemeriksaan Kawah G. Dukono Dan G. Gamkonora, P. Halmahera, Maluku Utara, Direktorat Vulkanogi, Tahun 1994 Hadisantono, dkk, 2006, Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Gamkonora, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung Irianto dkk., 1991, Petrokimia Batuan Gunungapi Gamkonora, Direktorat Vulkanologi, Bandung, Kusumadinata., K, 1979. Data Dasar Gunungapi. Direktorat Vulkanologi, Bandung, hal. 743 751. Mulyana, AR dkk., Pemetaan Geologi Gunungapi Gamkonora, Direktorat Vulkanologi, Kabupaten Maluku Utara, Tahun 1995 Sri Hidayati, Agus Solihin, Ahmad Basuki., 2007, Kegiatan Tanggap Darurat Letusan G. Gamkonora, Laporan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung