BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*)

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Individu dengan beragam potensi yang dimilikinya melakukan berbagai

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2015

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana


KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2011

BPS PROVINSI JAWA BARAT

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014

Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

Boks 1. Strategi Pendidikan Berorientasi Pasar di Provinsi Jambi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2012

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh dengan

BERITA RESMI STATISTIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas ilmu

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

BAB III METODE PENELITIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,99 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu masih menjadi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan konseling merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang penting dalam. perkembangan karir individu. Kecakapan dalam mengambil keputusan,

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi Sumatera Selatan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,91 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalankan proses kehidupan di dunia pasti memiliki kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan, manusia perlu melakukan sebuah aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus demi kelangsungan hidupnya yaitu dengan bekerja. Menurut B. Renita (2006: 125) menjelaskan bahwa bekerja merupakan upaya mensejahterakan diri, keluarga dan masyarakat untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan sehingga perlu komitmen hidup yang harus dipertanggungjawabkan. Kata yang erat kaitannya dengan bekerja yaitu profesi. Mengenai profesi, Prayitno dan Erman Amti (2008: 338) mengemukakan bahwa, Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi itu tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu. Sehingga dapat dipahami bahwa bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu untuk dapat melangsungkan kehidupannya, untuk dapat bekerja setiap individu juga harus mengenyam pendidikan demi memiliki keterampilan khusus sesuai bidang yang ditekuni. Kegiatan mencari pekerjaan pada awal tahun 2000-an hingga sekarang menjadi sangat kompetitif. Berbeda dengan mencari pekerjaan di 40-50 tahun sebelumnya. Di tahun tersebut mencari pekerjaan cenderung lebih mudah, hanya dengan memiliki tekad dan keberanian serta melanjutkan pekerjaan orang tua masih bisa dilakukan. (Winkel & Hastuti, 2004: 115). Namun dewasa ini, untuk mendapatkan pekerjaan haruslah memiliki kualifikasi dengan sertifikat, inovatif, memiliki minimal standar pendidikan, pengalaman kerja, dan memiliki keterampilan khusus sehingga setiap individu memerlukan kerangka berpikir yang baik terhadap melanjutkan studi atau langsung bekerja setelah lulus SMP/ SMA. Hal itu sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia (2015: 6) tentang Kebutuhan Data Ketenagakerjaan untuk Pembangunan Berkelanjutan dijelaskan bahwa pada Agustus 2014, dari 121,9 juta angkatan kerja sekitar 7,2 juta orang diantaranya masih dalam posisi menganggur (belum tertampung oleh pasar kerja). Hasil pengolahan data Badan Pusat Statistik menyebutkan bahwa jumlah pekerjaan

2 di Indonesia pada tahun yang sama sekitar 114.628.026 pekerjaan yang terdiri dari: Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi, Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi, Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan, Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan, lainnya. (Badan Pusat Statistik Sakernas 2004-2014 Tentang Lapangan Pekerjaan Utama, 2015: 9). Mengingat bahwa sensus dilakukan setiap 10 tahun sekali sehingga data tersebut dapat dikatakan masih relevan. Berbagai faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan angkatan kerja ketika bersaing dalam dunia kerja, antara lain: kurangnya relasi dan informasi pekerjaan, pembuatan CV (curriculum vitae) yang kurang menarik, gagal interview, mudah putus asa, pribadi kurang menarik dan kurang pengalaman. Pemerintah dalam hal ini juga ikut andil, ditegaskan juga dalam laman resmi Liputan 6 bisnis, Rabu (29/5/2013) menyatakan : Kesempatan kerja di Indonesia masih terbuka namun sangat kompetitif. Oleh karena itu para sarjana harus melengkapi kemampuannya dengan kompetensi kerja sehingga bisa dengan mudah menentukan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat dan keinginannya," kata Muhaimin dalam keterangan tertulisnya. Pada sudut pandang di atas terlihat tingkat kompleksitas jika bekerja pada suatu instansi. Namun pada dasarnya setiap individu mampu mandiri dengan berwirausaha. Berikut berita yang dimuat pada SindoNews Senin (15/12/2015) menyebutkan: Bisnis kuliner yang berkembang pesat di Tanah Air membuka peluang usaha menjanjikan bagi siapapun yang ingin berwirausaha. Tak terkecuali mereka yang baru lulus dari bangku kuliah. Hal inilah yang dilakukan Adam Amrullah, pemuda asal Kota Yogyakarta. Sejak lulus kuliah Adam sudah mulai merintis usaha. Lulusan Akuntansi UGM 2013 ini membangun usaha kuliner dengan bahan dasar utama kacang merah untuk produknya. "Awalnya saya jualan es cream saat masih ramai Sunmor UGM tiap hari minggu. Dengan modal awal 50 juta dari sebuah kompetisi. Sekarang ada dua tempat, dan produk kami tetap bahan dasarnya kacang merah, tak hanya minuman, seperti aneka es cream, tapi juga makanan. Kala itu cukup banyak yang suka. Kalau omzet sebulan dari dua tempat itu sekitar Rp90-100 juta. Berdasarkan informasi di atas, dapat diketahui bahwa setiap individu memiliki pilihan untuk melanjutkan studi maupun berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) dengan berwirausaha karena keduanya menjanjikan kesuksesan jika dilakukan dengan niat, usaha keras dan doa.

3 Berdasarkan hasil studi pendahuluan penulis di SMP Negeri 1 Banyudono dengan instrumen angket dan wawancara kepada peserta didik dan konselor sekolah, diketahui data sebagai berikut : 1. Tingkat kebutuhan peserta didik terhadap perencanaan karier yaitu 64,75% (sangat membutuhkan), 35,24% (membutuhkan), dan 0% (tidak membutuhkan maupun sangat tidak membutuhkan); 2. Tingkat minat peserta didik terhadap alat bantu layanan yang dikembangkan oleh peneliti yaitu 26,87% (sangat berminat), 60,35% (berminat), 11,89% (tidak berminat), dan 0,88% (sangat tidak berminat); 3. Tingkat kebutuhan konselor sekolah/ guru BK terhadap media layanan tentang karier yaitu 33,33% (sangat membutuhkan), 66,66% (membutuhkan), dan 0% (tidak membuthkan maupun sangat tidak membutuhkan); 4. Tingkat minat penggunaan produk peneliti yaitu 66,66% (sangat berminat), 33,33% (berminat), dan 0% (tidak berminat maupun sangat tidak berminat). Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa peserta didik dapat dikatakan membutuhkan bahkan sangat membutuhkan perencanaan karier yang selaras dengan keberminatan peserta didik terhadap produk yang dikembangkan peneliti. Hal ini juga diperkuat lagi dengan informasi guru BK jika dibutuhkan media layanan dan berminat dengan produk yang dikembangkan peneliti. Untuk dapat memiliki standar pendidikan yang tinggi, berpengalaman, memiliki keterampilan khusus, dan memiliki relasi atau informasi tentang dunia kerja maka diperlukannya pemahaman yang mantap tentang karier dengan tujuan peserta didik memiliki gambaran dirinya di masa yang akan datang serta untuk lebih jauh dapat meminimalkan angka pengangguran. Pemahaman yang mantap tentang karier di awali dengan mengenal kemampuan maupun kepribadian diri sendiri, mengenal berbagai jenis pekerjaan kemudian merencanakan karier. Sebuah perencanaan karier pada anak dapat dilakukan jika mereka pada usia yang sudah mulai menyadari akan tanggung jawab, mandiri maupun memikirkan masa depan. Menurut Kemendikbud (2013: 12) menjelaskan bahwa tugas perkembangan peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) dianggap memasuki usia mulai mandiri dengan mengekspresikan ragam pekerjaan, pendidikan dan aktivitas dalam kaitan kemampuan diri, menyadari keragaman nilai dan persyaratan serta aktivitas yang menuntut pemenuhan kemampuan tertentu, dan mengidentifikasi ragam alternatif pekerjaan, pendidikan, dan aktivitas yang mengandung relevansi dengan kemampuan diri.

4 Selain itu, perencanaan karier pada anak dapat dilakukan oleh tenaga kependidikan dalam lingkup sekolah yaitu konselor sekolah. Konselor sekolah memiliki kompetensi beberapa diantaranya yaitu membantu peserta didik mencapai tugas-tugas perkembangannya secara optimal termasuk aspek karier. Konselor sekolah juga berperan penting dalam membantu menyalurkan bakat, minat dan potensi peserta didik sesuai dengan profesi yang akan dipilih. Sejalan dengan uraian di atas, Syamsu Yusuf (2009: 38) menjelaskan bahwa konselor sekolah bertugas membantu peserta didik memahami diri dan lingkungan, mampu mengembangkan dirinya secara optimal, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Hal senada pada Peraturan Pemerintah No 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Menengah semakin memantapkan posisi Bimbingan dan Konseling pada jenjang pendidikan serta diterapkannya Pola Bimbingan dan Konseling Komprehensif sebagaimana diisyaratkan pada pasal 6 ayat 1 yang menyebutkan bahwa: Komponen layanan Bimbingan dan Konseling memiliki 4 (empat) program yang mencakup: (a) layanan dasar; (b) layanan peminatan dan perencanaan individual; (c) layanan responsif; dan (d) layanan dukungan sistem. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa tepat jika tugas dan peran konselor sekolah untuk membantu peserta didik berkembang secara optimal dengan memiliki kompetensi dan keterampilan khusus pada aspek perencanaan karier yang tidak dimiliki oleh tenaga pendidik lain. Aktivitas yang dapat dilakukan oleh konselor sekolah dengan memberikan layanan perencanaan karier sesuai dengan bakat, minat, dan potensi peserta didik terhadap kariernya sebagai langkah pencegahan. Konten dari perencanaan karier antara lain: alur pemilihan karier, pemilihan studi lanjut dan bekerja, tingkatan yang harus ditempuh, dan kualifikasi profesi yang harus dimiliki. Selain itu, konselor sekolah dapat menggabungkan metode penyampaian layanan, seperti gabungan antara tanya jawab, ceramah, dan diskusi. Jenis layanan yang dirasa tepat dengan perpaduan metode penyampaian di atas yaitu bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dianggap mampu meningkatkan kesadaran peserta didik untuk merencanakan karier dengan dinamika-dinamika kelompok yang terjadi. Apabila ada peserta didik yang kebingungan bisa dibantu oleh temannya yang lebih paham atau bisa juga bertanya melalui koordinator tiap kelompok yang memberikan arahan. Teknik bimbingan kelompok yang digunakan yaitu teknik permainan simulasi. Permainan tentunya menjadi kegemaran dan dapat diterima di segala usia. Jenis permainan yang dipilih pun sebaiknya dapat dimainkan di segala usia pula seperti

5 monopoli. Selanjutnya konsep permainan simulasi digabungkan dengan kebutuhan karier pada peserta didik sehingga menjadi media layanan dengan judul monopoli karier. Produk permainan simulasi dibuat untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dalam merencanakan karier mereka dengan jalan simulasi. Konten pada media layanan ini terdiri dari papan permainan simulasi yang dikemas dalam bentuk koper, tantangan dari setiap profesi dengan pilihan tantangan bicara (secara kognitif) dan tantangan gaya (secara afektif dan psikomotor) agar memberi pengetahuan akan profesi tersebut, sertifikat profesi yang memberikan gambaran alur jenjang yang perlu ditempuh dan gaji yang diterima, dana umum dan kesempatan sebagai wujud ketidak tentuan dalam hidup, dadu dan pengocok, bidak-bidak serta buku petunjuk permainan simulasi. Melalui layanan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi diharapkan dapat meningkatkan perencanaan karier pada peserta didik dan tentunya akan berimbas pada kejelasan gambaran dirinya di masa yang akan datang dan lebih jauh dapat menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia. Penggunaan variabel perencanaan karier dan layanan bimbingan kelompok teknik simulai sebenarnya sudah ada peneliti yang menggunakan. Berdasarkan hasil penelusuran pada laman digilib.uns.ac.id, terdapat dua peneliti yang sudah menggunakan variabel perencanaan karier dan lima peneliti yang sudah menggunakan variabel permainan simulasi. Namun dari semua peneliti tersebut tidak ada yang menggunakan metode penelitian dan pengembangan sehingga tidak adanya produk yang dihasilkan dari penelitian sebelumnya. Selain itu, sebagai penguat data, konselor sekolah di SMP Negeri 1 Banyudono ketika diwawancarai oleh penulis tentang penggunaan media layanan untuk karier dan program-program yang berkaitan dengan bidang karier, beliau menuturkan bahwa sekolah sudah memberikan layanan karier berdasarkan buku LKS BK saja. Maka dari itu, penulis melakukan sebuah inovasi yang belum pernah dilakukan yaitu melakukan penelitian yang menggunakan perencanaan karier sebagai variabel terikat dan teknik permainan simulasi melalui monopoli sebagai variabel bebas dengan metode penelitian dan pengembangan (Research & Development). Produk yang dihasilkan berupa satu set permainan simulasi beserta buku petunjuk permainan simulasi, dipilih buku petunjuk karena memang belum ada yang sama dengan yang dibuat penulis. Buku petunjuk tersebut berisikan kata pengantar, dasar pemikiran, tahap-tahap permainan simulasi, aturan bermain, cara bermain dan keterangan pada komponen-komponen permainan simulasi yang disertai gambar.

6 Berdasarkan latar belakang dan fenomena yang ada, maka penulis akan melaksanakan penelitian dengan judul PENGEMBANGAN PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN PERENCANAAN KARIER PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 1 BANYUDONO B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Kurangnya kesadaran bagi peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk merencanakan karier berdasarkan wawancara dengan guru BK 2. Tingginya presentase peserta didik yang berminat dan membutuhkan sebuah media layanan yang membantu dirinya memperjelas gambaran masa depan berdasarkan angket analisis kebutuhan 3. Kurangnya pemahaman terhadap profesi yang akan dipilih oleh peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) berdasarkan wawancara dengan guru BK 4. Tingginya angka pengangguran akibat kesenjangan antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah peluang kerja berdasarkan data Badan Pusat Statistik 5. Masih sedikitnya penggunaan media layanan yang mengakibatkan menurunnya minat peserta didik dengan layanan konselor sekolah berdasarkan wawancara dengan guru BK 6. Belum ada produk dari konselor sekolah tentang pendidikan karier bagi peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) 7. Belum ada peneliti yang menggunakan metode penelitian dan pengembangan pada variabel perencanaan karier dengan variabel permainan simulasi sehingga berdampak pula pada tidak adanya produk yang dihasilkan berdasarkan hasil pencarian pada alamat website digilib.un.ac.id C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan dapat dikaji dan dijawab secara mendalam dan dapat membatasi kemungkinan timbulnya kesalahan dalam mengambil simpulan, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Pengembangan permainan simulasi untuk meningkatkan perencanaan karier peserta didik SMP merupakan layanan bimbingan kelompok yang mensimulasikan sebuah perencanaan

7 karier melalui permainan monopoli yang digunakan untuk menghilangkan hambatan peserta didik dalam merencanakan karier dan lebih memahami berbagai macam profesi beserta kualifikasinya 2. Belum ada penelitian dengan perencanaan karier sebagai variabel terikat dan permainan simulasi sebagai variabel bebas, yang menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research & Development) serta menghasilkan sebuah produk 3. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Banyudono Tahun Akademik 2015/2016 D. Rumusan Masalah Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa produk pengembangan permainan simulasi yang layak untuk meningkatkan 2015/2016? 2. Bagaimanakah kelayakan produk pengembangan permainan simulasi untuk meningkatkan 2015/2016? 3. Apakah produk pengembangan permainan simulasi dapat meningkatkan perencanaan karier pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 1 Banyudono Tahun Akademik 2015/2016? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Menghasilkan produk pengembangan permainan simulasi yang layak untuk meningkatkan 2015/2016 2. Mengetahui kelayakan produk pengembangan permainan simulasi untuk meningkatkan 2015/2016?

8 3. Mengetahui keefektifan produk pengembangan permainan simulasi untuk meningkatkan 2015/2016? F. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penilitian di atas, dikemukakan manfaat penelitian sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memperkaya khazanah ilmu Bimbingan dan Konseling bahwa pengembangan permainan simulasi merupakan salah satu alternatif untuk bisa meningkatkan perencanaan pada peserta didik kelas VII Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2. Manfaat Praktis a. Bagi Kepala Sekolah, Dapat menjadikan pertimbangan dalam memberikan kebijakan kepada konselor sekolah dalam pemberian bantuan b. Bagi Konselor Sekolah, Memperkaya pengetahuan tentang aplikasi layanan Bimbingan dan Konseling khususnya produk pengembangan permainan simulasi (monopoli karier) yang dapat meningkatkan perencanaan karier pada peserta didik c. Bagi Peserta Didik, Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang berbagai macam profesi beserta kualifikasinya dan dapat mengetahui cara merencanakan karier bagi masa depan yang lebih baik d. Bagi Peneliti Lain, Memberikan pengetahuan, pengalaman, dan referensi dalam penelitian pengembangan permainan simulasi (monopoli karier) yang dapat meningkatkan perencanaan karier pada peserta didik.