BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

BAB III METODE PENELITIAN. kemudian menelaah dua variabel pada suatu situasi atau. sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN SIKAP KOPERATIF ANAK USIA PRA SEKOLAH SELAMA PROSEDUR INJEKSI INTRAVENA DI RSUD PROF. DR.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat,

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

Angket untuk Riset Partisipan Perawat

BAB 1 PENDAHULUAN. anak (Morbidity Rate) di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasiolnal

BAB I PENDAHULUAN. baik secara ukuran (pertumbuhan) maupun secara perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS PADA ANAK USIA BALITA (1-5 TAHUN) DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. masa bayi ini sangat rawan karena memerlukan penyesuian fisiologi agar diluar

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

1. Bab II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. suatu unit terkecil dalam masyarakat yaitu keluarga. Dalam keluarga, manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil uji validitas angket dengan riset partisipan perawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak. hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Umpan balik langsung disampaikan komunikan secara verbal, yaitu dengan kalimat yang ucapkan langsung dan non verbal melalui ekspresi wajah atau gerakan tubuh (Supartini, 2004). Merupakan suatu reaksi terhadap obyek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan dari obyek (Notoatmodjo, 2008). Dalam beberapa hal respon merupakan penentu yang penting bagi perilaku anak. Sebagai reaksi maka selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu menerima atau menolak, senang atau tidak senang menurut atau memberontak, menjauhi atau mendekati (Azwar S, 1998). 2. Bentuk Respon Anak Usia Pra Sekolah Masa prasekolah (3-6 tahun) sing kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman, sehingga menimbulkan reaksi agresif. Bentuk respon tersebut adalah menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. 3. Karakteristik Anak Usia Pra Sekolah Banyak ahli memberikan batasan tentang anak. Dalam penelitian ini, batasan tentang anak usia pra sekolah didasarkan pada teori psikososial menurut Erikson. Menurut Erikson, anak usia pra sekolah berada pada kurun usia 4-6 tahun dengan karakteristik sebagai berikut : a. Tugas perkembangan anak usia pra sekolah Erikson mengertikan perkembangan manusia secara bertahap dan dapat diamati melalui perubahan psikososial. Perubahan tersebut secara normal harus dilewati melalui kemampuan menyelesaikan tugas perkembangan tahap sebelumnya yang akan sangat mendukung 6

7 keberhasilan tahap berikutnya. Anak usia pra sekolah menurut Erikson mempunyai perkembangan inisiatif versus merasa bersalah. Ciri-ciri yang paling menonjol pada usia ini yaitu inisiatif yang dibangun melalui rasa ingin tahu begitu tinggi. Mereka bertanya tentang apa saja yang dipantau melalui sistem penginderaannya, meskipun kemampuan interpretasinya masih sederhana. Kelompok usia ini juga berespon terhadap inisiatifnya melakukan aktivitas dan sosialisasi. Sebagai contoh, anak begitu agresif membantu mengambilkan sesuatu jika diminta, meskipun tanpa mempertimbangkan hasil akhir yang baik dan benar menurut orang dewasa. Hal ini membutuhkan pemahaman yang sungguh-sungguh dari orang dewasa agar dapat berespon sesuai kebutuhan anak. Jika inisiatif anak dihambat oleh sikap orang dewasa yang kurang sabar, kurang pengertian dan kurang bersahabat atau cenderung keras, menyebabkan anak merasa dirinya bersalah. Jika perasaan seperti ini telah dibangun oleh anak sebagai suatu keyakinan maka anak gagal meraih tugas perkembangan selanjutnya. b. Bentuk-bentuk hambatan anak usia pra sekolah Sebagaimana halnya anak usia pra sekolah yang mengalami hambatan perkembangan oleh karena hal-hal yang telah disebutkan di atas, akan menimbulkan gejala seperti : 1) Regresi Gejala regresi yaitu : respon kemunduran perkembangan anak ke stadium sebelumnya, dan yang paling menonjol adalah hilangnya kemampuan mengendalikan otot sphincter sehingga anak kembali menjadi ngompol dan buang air besar yang tidak terkontrol. Selain itu anak mengalami kehilangan kemampuan berbicara dan keinginan untuk digendong secara berlebihan. Kondisi seperti ini dapat berlangsung beberapa jam, beberapa hari dan bervariasi tingkat keparahannya.

8 2) Agresi Perilaku agresi merupakan respon ilmiah terhadap frustasi dan perasaan tersinggung. Selama di rumah sakit anak merasa tidak mungkin untuk menyatakan agresinya. Oleh karena itu anak menimbun perasaan ini dan melepaskannya di rumah. 3) Mimpi buruk dan gangguan tidur Hal ini juga merupakan respon terhadap stress. Anak merasa takut akan terulang pengalaman yang sama atas tindakan keperawatan di rumah sakit. Tindakan tersebut yang menimbulkan rasa sakit, perlukaan dan tindakan lainnya yang terasa asing bagi anak. 4) Reaksi penolakan dan rasa takut Anak cenderung menunjukkan reaksi penolakan dan rasa takut yang berlebihan bila didekati perawat, apalagi dengan melihat peralatan yang asing baginya. Pada anak tertentu dapat menunjukkan reaksi bermusuhan, menangis dan berteriak. c. Bentuk-bentuk komunikasi anak usia pra sekolah Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, rasa ingin tahu anak usia pra sekolah begitu tinggi. Mereka sering bertanya dan sering memakai kata mengapa sebagai ciri utamanya. Mereka telah mengenal hubungan waktu dengan pengetahuan masa lampau, masa kini dan masa depan yang tercermin dalam pemilihan kata-kata. Dengan kata lain, anak sangat kritis membangun rasa ingin tahu dengan segala sesuatu. Walaupun demikian, kemampuan interprestasinya masih terbatas sehingga perlu diperhatikan teknik komunikasi untuk membangun tingkat pengertian/pemahaman dan kerja sama dengan cara sebagai berikut : 1) Dengarkan dengan seksama pernyataan anak Anak biasanya menggunakan komunikasi bilingual (dual bahasa) yaitu, kata-kata yang diucapkannya menurut kebiasaannya sesuai dengan usianya dan kata-kata yang lazim digunakan orang lain. Respon afektif sangat dibutuhkan dari lawan bicaranya. Klarifikasi

9 untuk pengertian bersama sangat diperlukan. Jangan mengalihkan pembicaraan jika pernyataannya kurang jelas. Gunakan komunikasi lambat dan sistematis. Anak sulit mengerti pembicaraan yang terlalu cepat dan terpotong-potong/tidak tuntas. Untuk itu dianjurkan berbicaralah dengan irama lambat. Uraikan secara bertahap setiap isi pembicaraan. 2) Gunakan kata-kata yang mudah dimengerti Anak masih sulit mengerti istilah asing dan jarang didengarkannya. Untuk itu, anak lebih mudah memahami istilah sehari-hari yang sering diucapkan anak-anak lain di sekitarnya. 3) Manfaatkan audiovisual Usia pra sekolah sangat baik perhatiannya terhadap penglihatan dan daya dengarnya melalui televisi dan radio. Untuk itu dianjurkan informasi yang diberikan sebaiknya menggunakan alat bantu seperti video dan lain sebagainya. 4) Penjelasan harus disertai ilustrasi yang cocok. Dianjurkan untuk setiap penjelasan harus selalu disertai ilustrasi dan contoh-contoh nyata sesuai apa yang dapat dialami anak dari lingkungan sekitarnya. 5) Penekanan berulang Untuk pembicaraan yang penting, perlu ditekankan berulang-ulang kali. 6) Gunakan alat peraga Anak akan menjadi lebih mengerti jika ditunjukkan dengan menggunakan alat peraga. Kalau perlu dicoba oleh anak sendiri untuk hal-hal yang tidak berbahaya. 7) Hindari kejenuhan Usia pra sekolah sangat aktif dalam aktivitas bermain. Bimbingan dan penyampaian informasi padanya tidak sama dengan anak yang lebih besar atau orang dewasa yang tekun dan serius

10 memperhatikan. Dianjurkan informasi disampaikan di sela-sela anak bermain dan jangan dipaksakan. B. Pendampingan Orang Tua Anak mulai berinteraksi lebih banyak setelah anak agak besar dan dapat bermain serta bergurau. Interaksi orang tua-anak merupakan suatu proses kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu kepribadian orang tua, sifat bawaan anak, kelahiran anak yang lain, tingkah laku setiap anggota keluarga dan pengaruh luar (Supartini, 2004). Anak adalah individu yang unik dan bukan orang dewasa mini. Anak juga bukan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial ekonomi, melainkan masa depan bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara individual. Anak adalah individu yang masih bergantung pada orang dewasa dan lingkungannya, artinya membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan belajar mandiri. Lingkungan yang dimaksud berupa keluarga, pengurus panti (bila anak di panti asuhan), atau bahkan tanpa orang tua bagi mereka yang hidupnya menggelandang. Semua individu tersebut menjadi klien dari keperawatan anak (Supartini, 2004). Anak usia 4-6 tahun peka terhadap stimulus yang dirasakannya akan mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila perawat akan melakukan suatu tindakan, ia akan bertanya mengapa dilakukan, untuk apa, dan bagaimana cara dilakukan? Anak membutuhkan penjelasan atas pertanyaannya. Perawat perlu menggunakan bahasa yang dapat dimengerti anak dan memberikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan kognitifnya (Supartini, 2004) Suatu hal yang mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam komunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap perawat dan orang tuanya. Perawat juga harus konsisten dalam berkomunikasi secara verbal dan non verbal. Perawat jangan tertawa atau tersenyum saat dilakukan tindakan yang

11 menimbulkan nyeri pada anak, misalnya diambil darah, dipasang infus dll (Supartini, 2004). Fokus utama dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan adalah peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit, dengan falsafah yang utama yaitu asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga dan perawatan terapeutik. Selama proses asuhan keperawatan dijalankan, keluarga dianggap sebagai mitra bagi perawat dalam rangka mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak (Supartini, 2004). Terjadinya perpisahan orang tua dan anak karena harus dirawat di rumah sakit dapat menimbulkan dampak psikologis pada anak. Apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit, orang tua menjadi stres. Selanjutnya apabila orang tua stress, anak pun menjadi semakin stress (Carpenito, 2009). Peran keluarga terutama orang tua begitu penting dalam perawatan anak di rumah sakit karena pada dasarnya setiap asuhan pada anak yang dirawat di rumah sakit memerlukan keterlibatan orang tua. Waktu kunjungan bagi orang tua terhadap anaknya harus terbuka selama 24 jam, tersedia aktivitas bermain dan layanan pendidikan kesehatan pada orang tua yang terpogram secara reguler. Anak membutuhkan orang tua selama proses hospitalisasi (Supartini, 2004). Kehadiran orang tua yaitu ayah dan ibu sangatlah besar artinya bagi perkembangan kepribadian seorang anak. Orang tua cenderung bersikap lebih melindungi pada anaknya yang terkena penyakit (Gunarsa, 2008). Anak usia pra sekolah sudah terbiasa untuk tidak bersama orang tua mereka, namun masih membutuhkan kehadiran orang tua jika berada di lingkungan yang tidak familiar. Umumnya mereka bersikap kooperatif. Mereka dapat menikmati pemeriksaan neurologis dan senang mendengarkan detak jantung melalui stetoskop. Anak yang merasa takut dapat dialihkan dengan mengajak mereka mengobrol (Meadow & Newell, 2005). Dukungan dan upaya meningkatkan transisi peran bagi orang tua yang anaknya sakit paling baik dilakukan dalam tatanan yang diarahkan oleh prinsip keperawatan yang berpusat pada keluarga dan oleh proses keperawatan

12 yang juga diarahkan oleh filosofi yang berfokus pada keluarga (Carpenito, 2009). Empat elemen pokok asuhan yang berpusat pada keluarga yaitu 1. Hubungan anak dan orang tua adalah unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan berespon terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit secara berbeda pula. Demikian pula orang tua mempunyai latar belakang individu yang berbeda dalam berespon terhadap kondisi anak dan perawatan di rumah sakit. 2. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi anaknya. Telah terbukti dalam beberapa penelitian bahwa anak akan merasa aman apabila berada di samping orang tuanya, terlebih lagi pada saat menghadapi situasi yang menakutkan seperti dilakukan prosedur invasif. Dengan demikian, tujuan asuhan akan tercapai dengan baik apabila ada kerja sama yang baik antara perawat dengan orang tua. 3. Kerja sama dalam model asuhan yang fleksibel dan menggunakan konsep dasar asuhan keperawatan anak. Saat tertentu perawatan dapat melakukan asuhan keluarga dan keluarga dapat melakukan asuhan keperawatan. Pada kondisi tertentu ketika orang tua harus meninggalkan anak sesaat (misalnya membeli obat, pergi ke kamar kecil), perawat harus siap menggantikannya (misalnya bila bayi menangis, perawat perlu menggendong, meninabobokan). Sebaliknya orang tua harus belajar melakukan tindakan keperawatan, seperti memberikan kompres, mengukur suhu, atau mengobservasi gejala panas pada anak, melalui proses pendidikan kesehatan yang diberikan perawat. 4. Keberhasilan dari pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim kesehatan untuk mendukung kerja sama yang aktif dari orang tua. Kesepakatan untuk menggunakan pendekatan family centered, tidak cukup hanya dari perawat tetapi juga seluruh petugas kesehatan yang ada. (Supartini, 2004).

13 C. Kerangka Teori Anak sakit Anak mengalami tindakan keperawatan Dirawat di Rumah Sakit Pemasangan infus Terpisah dengan orang tua Dampak psikologis Respon anak terhadap tindakan invasif pemasangan infus Diberikan dukungan orang tua dalam family centered care yaitu pendampingan Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : Supartini (2004) & Carpenito (2009). D. Kerangka Konsep Pendampingan orang tua Respon penerimaan anak usia pra sekolah pada tindakan invasif pemasangan infus Gambar 2.1 Kerangka Konsep

14 E. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel bebas: pendampingan orang tua 2. Variabel terikat: respon penerimaan anak usia pra sekolah pada tindakan invasif pemasangan infus F. Hipotesis Ada hubungan pendampingan orang tua terhadap respon penerimaan anak usia pra sekolah pada tindakan invasif pemasangan infus di RSUD Kraton Pekalongan.