manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lembaga terkecil namun memberikan pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam


BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu media yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. Masa peralihan atau masa transisi di mana para remaja belum bisa sungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan musik di dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

PENDAHULUAN. I.1. Batasan Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. dan olahraga; (9) Keterampilan/kejuruan dan; (10) Muatan lokal.

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga permasalahan yang sering muncul dalam suatu perusahaan atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB III TINJAUAN KHUSUS

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja praktik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama adalah hal yang penting sehingga harus tertanam kuat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik individu maupun kelompok. Setiap saat manusia berpikir, bertindak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010

D.03 PERAN RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG SOSIALISASI ANAK DALAM MEMBENTUK KARAKTER BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG

15. Lampiran I : Surat Keterangan Bukti Penelitian BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. Ruang publik sebagai sarana umum menjadi kebutuhan yang cukup vital

FASILITAS PENDIDIKAN ANAK USIA DINI & SEKOLAH DASAR TERPADU!!"#$%&'(&)#*+'#%,"()-* * * * * BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Ditinjau dari sudut perkembangan manusia, kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah bidang bangunan. Pembangunan gedung-gedung saat ini

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

TINJAUAN PUSTAKA Estetika

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terganggu akibat aktivitas yang tidak seimbang. Pola makan yang salah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK PRASEKOLAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Pengertian dan Ciri-Ciri Masalah. B. Jenis-Jenis Masalah Siswa Sekolah Lanjutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

Transkripsi:

17 BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1. Latar Belakang Tema Beberapa dekade belakangan ini, hubungan antara perilaku manusia dan lingkungan fisik telah menarik perhatian para peneliti dari ilmu sosial ataupun para professional di bidang perancangan arsitektur, perencaan kota, ragional, dan lanskap. MANUSIA MAHLUK SOSIAL Kata prilaku menunjukkan manusia dalam aksinya, berkaitan dengan semua aktivitas manusia secara fisik; berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya. Di sisi lain, desain arsitektur akan menghasilkan suatu bentuk fisik yang bisa dilihat dan bisa di pegang karena itu, hasil desain arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya prilaku. Kebiasaan mental dan sikap prilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Drucker (1969) mengindikasikan bahwa sebagian besar yang kita lihat adalah sesuatu yang ingin kita lihat. Sementara Von Foerster (1973) menulis bahwa apa yang kita bentuk dalam pikiran, itulah realitas yang kita bentuk dalam pikiran, itulah realitas yang kita perhitungkan. Namun, realitas itu tidak selalu seperti yang di inginkan. Apa yang dibayangkan dalam imajinasi arsitek pada proses perencanaan mungkin akan menghasilkan akibat berbeda pada saat atau setelah proses penghunian. 1 III.2. Definisi Istilah 1 Joyce Marcella Laurens, Arsitektur dan Prilaku manusia 2004

18 Arsitektur perilaku secara harifah memiliki arti : Arsitektur Adalah ilmu dan seni dalam merancang bagunan, kumpulan bangunan dan stuktur-struktur lain yang fungsional terkonstruksi dengan baik, memiliki nilai ekonomi serta nilai estetika. Perilaku adalah kelakuan, tingkah laku seseorang dapat menunjukkan derajat keturunan. 2 Jadi, kesimpulan dari arsitektur perilaku adalah ilmu dan seni yang diterapkan di dalam bangunan baik bentuk, fungsi maupun struktur dari bangunan tersebut dengan memperhatikan tingkah laku manusia yang menggunakan bangunan tersebut. Dalam kasus ini pula perlu pemahaman tentang perilaku-perilaku yang terjadi pada Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA yang harus diperhatikan adalah : 1. Perilaku masyarakat sekitar dengan adanya keberadaan bangunan. 2. Perilaku pengguna bangunan (masyarakat penguna, guru, siswa, dan wali murid). Bagaimanapun pengguna dan masyarakat sekitar itu harus merasakan kenyamanan dengan adanya sebuah bangunan yang akan di rancang nanti. III.3. Dasar- Dasar 2 Badudu, J.S. Prof.Dr Kamus Bahas Indonesia, 1994.

19 III.3.1. Fenomena lingkungan prilaku Masing-masing dari fenomena ini merupakan aspek prilaku manusia yang berbeda sehubungan dengan lingkungan fisik tiap hari. Contoh umum adalah proxemic dan privacy. Proxemic adalah jarak yang berbeda antar manusia yang dianggap menyenangkan untuk melakukan interaksi sosial. Privacy adalah suatu mekanisme pengendalian antar pribadi yang mengukur dan mengatur interaksi dengan orang orang lain. Gaktor faktor rancangan fisik mempengaruhi sejauh mana kita dapat mengendalikan interaksi antarpribadi dan mempertahankan keseimbangan antara keluasan pribadi ( privacy ) dan masyarakat ( komunitas ). Contoh - contoh lain tentang fenomena lingkungan prilaku meliputi makna simbolisme lingkungan dan cara cara manusia menggunakan lingkungan dalam menyajikan diri. Beberapa fenomena ini, seperti proxemic dan privacy yang menunjuk pada pola pola prilaku pribadi, menghadapi pola-pola dan ketentuan-ketentuan sosial. Semua fenomena prilaku lingkungan ini penting bagi para perancang karena mereka saling berkaitan dan dengan demikian muncul lagi sebagai kelompok pemakai. 3 III.3.2. Kelompok pemakai Kelompok pemakai yang berbeda mempunyai kebutuhan yang berbeda dan di pengaruhi dalam berbagai cara oleh sifat lingkungan. Banyak sekali informasi kini dapat mengenai anak-anak dan lingkungan kelompok etnis yang berbeda- beda. Dan kelompok- kelompok pemakai khusu seperti mereka yang tak mampu belajar dan cacat jasmaniah. Ialah bahwa ia member kepada arsitek perbendaharaan poengalaman yang dapat diterapkan dalam setiap proyek perancangan yang melibatkan para pemakai tersebut. 3 Moore dalam Snyder & catanese (1994), diolah.

20 III.3.3. Seting Komponen terakhir dari model meliputi semua skala setting, mulai dari skala kamar sampai kepada agama, bangsa, dan dunia. Skala kamar terhadap bangunan dan terdapat kelompok bangunan penting sekali bagi arsitk. Skala bangunan terhadap kota adalah urusan perancang kota. Kelompok bangunan sehubung dengan daerah dan seterusnya. Perkembangan akhir-akhir ini dalam prilaku dan criteria untuk tipe berbagai bangunan; umpamanya, tua, dan daerah daerah kediaman dan ketetanggaan bagi berbagai kelompok sosial budaya. Cirri yang unik tentang orientasi ini terhadap perhatian perhatian sosial dan budaya yang harus diperhatikan dalam merancang tipe bangunan yang berbeda beda. 4 III.3.4. Gambaran ruang lingkup informasi lingkungan prilaku. Anak anak Remaja Dewasa Usia lanjud Orang cacat Penderita penyakit Setting Dunia Bangsa-bangsa Wilayah pedesaan Wilayah perkotaan Permukiman Kompleks bangunan Berbagai tipe bangunan Elemen elemen bangunan Ruangan Perabot Pelengkapan interior. Kelompok Pemakai Konsep fenomena Lingkungan - prilaku Proxemics Privacy Teritorialitas Persepsi Kognisi Citra III.4. Analisa Prilaku III.4.1. Karakteristik anak usia 12-14 tahun (SMP) 4 Moore dalam Snyder & catanese ( 1994 ), diolah

21 Adapun dari ciri khas secara mental yaitu : 1. Inilah usia dimana seorang anak memiliki kepekaan intelektual yang tinggi, suka mengadakan eksplorasi, diliputi perasaan ingin tahu, dan amat berminat terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekelilingnya. Penting bagi guru untuk merancang berbagai program/aktivitas menarik yang mampu merangsang daya pikir serta kreativitas mereka. 2. Pada usia ini, seorang anak senang berdebat dan mengkritik. Mungkin kalimat yang diucapkannya kedengaran kurang sopan, namun demikianlah caranya mencari tahu mengenai dunia sekitarnya. Guru sebaiknya tidak mudah tersinggung dan marah, melainkan belajar untuk memahami dan mengenali maksud pertanyaan di balik kalimat mereka yang mungkin kedengaran sangat tidak sopan atau kasar tsb. 3. Menuntut segala sesuatu yang logis dan bisa diajak berpikir secara serius. Tapi, daya pengertian mereka masih terbatas oleh kurangnya pengalaman hidup. Diskusi terpimpin merupakan aktivitas yang disukai anak-anak usia pra-remaja. Bila memungkinkan, guru dapat menghadirkan tokoh jemaat dalam diskusi tsb. (misalnya pendeta, dokter, dosen, pengacara, dsb). 4. Anak pra-remaja cenderung terlalu mudah mengambil kesimpulan terhadap suatu hal, juga dalam pengambilan keputusan. Mengingat pengalaman hidup yang masih sangat terbatas, mereka masih memerlukan bimbingan dalam banyak hal. Oleh karena itu, kedekatannya dengan guru/pembimbing Rohani di gereja memainkan peranan yang sangat penting, khususnya bagi mereka yang sedang mengalami masa remaja yang penuh konflik dengan orangtua. 5. Suka berimajinasi, tapi kali ini pikiran dan imajinasinya mendasari berbagai pengharapan dan tujuan yang ada di dalam hatinya Seringkali

22 mereka menjalani hidupnya menurut teladan orang-orang yang dikaguminya, kadang mereka membayangkan diri mereka menjadi seperti tokoh idolanya tersebut. Usahakan agar anak-anak usia praremaja ini dapat bertemu dengan orang- orang yang dapat menantangnya pada kehidupan kristen mereka yang menarik. Adapun ciri khas secara emosi yaitu : 1. Emosinya tidak stabil, sebentar naik, sebentar turun. Suatu saat mereka merasa sangat senang, tapi tidak lama kemudian mereka dapat menjadi marah atau sedih. Seringkali mereka tidak dapat mengendalikan perasaan-perasaannya tersebut. Guru sebaiknya bertindak sabar dan penuh pengertian dalam membimbing mereka. Penjelasan dari sudut pandang ilmu psikologi mungkin diperlukan untuk memberikan alasan logis pada mereka mengenai apa yang tengah terjadi di dalam diri mereka pada usia pra-remaja ini, tapi pastikan bahwa materi yang disampaikan tidak bertentangan dengan Firman Tuhan. 2. Sering berubah dan tak menentu. Ada kalanya mereka bersukaria dan lincah, tapi ada kalanya juga bermuram durja, bahkan ingin melarikan diri dari kenyataan hidup yang tidak bisa diterimanya. Hal ini wajar terjadi dalam diri anak pra-remaja, asal tidak berlangsung terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang. Dalam hidupnya, memang anak-anak usia pra-remaja sering mengalami keresahan, kebimbangan, bahkan tekanan. Mereka memerlukan bimbingan dari orang dewasa yang dapat mengerti dan memahami mereka sebagaimana adanya. Mereka membutuhkan kehadiran guru yang dapat menjadi teman baik mereka dalam menghadapi berbagai. Adapun ciri khas secara sosial

23 1. Boleh dikatakan seorang anak pra-remaja akan melakukan apa saja untuk memperoleh atau mempertahankan statusnya di dalam sebuah kelompok. Bilamana seorang anak diombang-ambingkan oleh tekanan dari teman sebaya, ia perlu sekali mengetahui apa standar Allah mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Ia perlu diyakinkan bahwa seluruh kuasa Allah tersedia baginya untuk menolongnya mengatasi konflik pribadi tsb. 2. Hubungan antara laki dan perempuan dapat menjurus pada hal-hal yang kurang sehat, apalagi dengan pengaruh media yang ada saat ini. Akan lebih ideal bila laki-laki dibimbing oleh guru/ pembimbing pria dan anak wanita dengan guru/pembimbing wanita. 5 III.4.2. Karakteristik anak usia 15-17 tahun (SMA) Menurut Hunkins (1980), anak siswa SMA cenderung berkarakteristik sebagai berikut : a. Secara fisik : 1. Umumnya individu telah mempunyai kematangan yang lengkap 2. Individu individu ini kian menyerupai orang dewasa ; tulang tulang tumbuh kian lengkap, dan sosoknya kian tinggi; serta 3. Meningkatkan energi gerak pada setiap individu. b. Secara mental: 1. individu dilanda kerisauan untuk menemukan jati diri dan tujuan hidup mereka; 2. keadaan mental remaja itu terus berlanjut dan untuk berusaha keras untuk menjadi mandiri; 5 http://whitepegasus96.blogdetik.com/71/mengenal-anak-pra-remaja-umur-12-14-tahun.html.

24 3. dalam melepaskan ketergantungan dari orang dewasa, pelbagai individu ini kerap memperlihatkan perubahan mood yang ekstrem, dari yang kooperatif hingga yang suka memberontak; 4. kendali untuk dapat diterima lingkungan masih kuat, dan individuindividu itu sangat memperhatikan popularitas, terutama bagi kalangan yang berbeda kelamin; serta 5. berbagai individu kerap mengalami beberapa masalah dengan membuat penilaian sendiri. c. Secara kebutuhan : 1. Pengetahun tentang diri sendiri. 2. Pengetahuan dan pemahaman tentang sikap dan hubungan seksual. 3. Ketersediaan pelbagai peluang yang memungkinkan individu untuk terlibat dalam tanggung jawab pengambilan keputusan dan memperoleh penerimaan dari lingkungan-nya. Peluang yang disediakan dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hubungan antar individu dengan orang dewasa lain, termasuk keluarga. 4. Perhatian yang berkelanjutan untuk memberikan peluang bagi individu berkembang sesuai dengan minat dan keterampilannya. Perhatian juga diberikan untuk mengembang-kan bakat dan keterampilan khusus siswa. 5. Pelbagai peluang itu di samping menyertai peluang-peluang itu untuk memahami diri mereka sendiri, juga untuk memahami perasaan, perilaku, dan pengetahuan orang lain. 6 6 http://zaifbio.wordpress.com/2010/04/29/karakteristik-model-dan-implementasi-kurikulum-pendidikanmenengah-umum.html

25 III.5. Aspek Adapun aspek yang menjelaskan tentang arsitektur prilaku yang diantaranya : a. Ruang Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. b. Ukuran dan bentuk Merupakan variable tetap atau fleksible sebagai pembentuk ruang. Variable tetap jika ukuran dan bentuknya tidak dapat di ubah dan variablenya fleksible jika ukuran dan bentuknya tidak dapat di ubah dan variablenya fleksible jika ukuran dan bentuknya dapat di ubah. Pada perancangan ruang ukuran dan bentuk disesuaikan dengan fungsi yang akan diwadahi sehingga prilaku pemakai yang terjadi adalah seperti yang di harapkan. c. Perabot dan penataanya Sebagai variable yang tergantung dan ruang dapat mempengaruhi persepsi dan penilaian orang terhadap ukuran ruang. Seperti juga ruang atau bangunan, perabot di buat untuk memenuhi tujuan fungsional dan mempengaruhi prilaku pemakaiannya. Bentuk bentuk penataan perabot akan di pilih sesuai sifat dan kegiatan yang ada di ruang tersebut. d. Warna ruang Warna ruang memiliki peranan penting dalam mewujudkan suasana dan mendukung terwujudnya prilaku prilaku tertentu. Pengaruh warna pada prilaku tidak sama antara orang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, latar belakang, budaya atau tradisional mental. e. Suasana, temperatur, dan pencahayaan Unsur lingkungan ini juga mempengaruhi kondisi ruang dan prilaku pemakainya. Temperatur berkaitan dengan kenyamanan pemakai ruang. Pemcahayaan dapat

26 mempengaruhi kondisi psikologis seseorang dan untuk segi estetika. Sementara kualitas cahaya dalam suatu ruang akan berakibat tidak berjalannya kegiatan dalam ruang tersebut dengan baik. III.6. Keterkaitan Tema dan Judul Tema yang dipilih untuk proyek Sekolah Pembelajaran Terpadu SMP-SMA ini adalah arsitektur prilaku. Arsitektur prilaku di pilih di dasarkan pada perancangan sekolah untuk anak yang tidak hanya sebagai sarana untuk pembelajaran tetapi juga sarana kreatifitas anak. Kenyamanan seseorang anak sangat berpengaruh pada unsur psikologisnya. Maka untuk memberikan rasa nyaman pada anak sarana pendidikan perlu dirancang sedemikian rupa dengan lingkungan anak dengan cara menganalisa ciri ciri prilaku ataupun karakteristik anak serta menata ruangan dan ekspresi anak kedalam bangunan maupun luar bangunan.