Penggunaan Angka Keterkaitan untuk Penentuan Tingkat Aksesibilitas Kota/Kabupaten di Wilayah Propinsi Kalimantan Barat

dokumen-dokumen yang mirip
Djoko Sulistiono, Amalia Firdaus M, Sulchan Arifin Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS

KAJIAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG JALAN DI JAWA BARAT

4. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Tipologi Wilayah Provinsi Kalimantan Barat Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

PERKEMBANGAN KEMISKINAN KABUPATEN BENGKAYANG MARET 2014 MARET 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBYEK PENELITIAN

STUDI KELAYAKAN JALAN ALTERNATIF SIRING LAUT PERTAMINA KOTA BARU KALIMANTAN SELATAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) SEKADAU TAHUN 2014

BAB 4 POLA PEMANFAATAN RUANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Angka Kemiskinan Kabupaten Sekadau 2016

ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU BERBASIS TINGKAT PELAYANAN. Andytia Pratiwi 1)

PENENTUAN PRIORITAS PENANGANAN AKSESIBILITAS INFRASTRUKTUR KAWASAN PERBATASAN DI DESA KUMBA KECAMATAN JAGOI BABANG KABUPATEN BENGKAYANG

ANALISIS PEMILIHAN RUTE DALAM KAJIAN KEBUTUHAN PERGERAKAN PADA RENCANA PEMBANGUNAN RUAS JALAN SEMITAU NANGA BADAU KABUPATEN KAPUAS HULU

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT AGUSTUS 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) PROVINSI KALIMANTAN BARAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN

PENGGUNAAN INTERBLOCK SEBAGAI LAPISAN ULANG/OVERLAY PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA (KASUS RUAS JALAN LEGUNDI-BUNDER STA KABUPATEN GRESIK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Sekadau 2016

RINCIAN FORMASI PENERIMAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ( PNS ) DEPARTEMEN AGAMA TAHUN ANGGARAN 2009 NOMOR : B.II/1-a/KP.00.3/ 963 /2009

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I. Indonesia adalah Negara yang terdiri atas ± pulau, sehingga dapat

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PANWAS KABUPATEN KOTA SE-KALIMANTAN BARAT PEMBENTUKAN CALON ANGGOTA PANWAS KECAMATAN PENGUMUMAN PENDAFTARAN CALON ANGGOTA PANWAS KECAMATAN

BALAI BESAR POM DI PONTIANAK

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

Disampaikan Oleh : KEPALA BIDANG PERENCANAAN SOSIAL BUDAYA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. KALIMANTAN BARAT

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI TRAYEK PROBOLINGGO-MALANG

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Dinas Perkebunan KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

2/6/2017. Pertemuan Kedua JARINGAN SENTRIPETAL DAN SENTRIFUGAL. Prodi S1 Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGGUNAAN ANGKA KETERKAITAN UNTUK PENENTUAN TINGKAT AKSESIBILITAS KOTA DAN KABUPATEN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR

SURVAI VISUAL UNTUK PENILAIAN KONDISI JALAN

EVALUASI KINERJA JALAN PROPINSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETERBATASAN DANA PENANGANAN JALAN (STUDI KASUS PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR) TESIS

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JARINGAN JALAN DI KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. sewa. Bus antarkota dalam provinsi (AKDP) adalah klasifikasi perjalanan bus

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

OPTIMALISASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM (TAKSI DAN BUS) RUTE PONTIANAK-SINTANG, PONTIANAK-NANGA PINOH DAN PONTIANAK-PUTUSSIBAU

Dr. Sri Atmaja P. Rosyidi Laboratorium Teknik dan Infrastruktur Transportasi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Analisis Ekonomi Proyek Jalan Tol Penajam Samarinda

KAJIAN SISTEM JARINGAN JALAN DI WILAYAH KOTA PEKANBARU Arif Manotar Panjaitan 1 dan Zulkarnain A.Muis 2

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan Propinsi Kalimantan Barat baik dalam jumlah

Evaluasi Operasional Angkutan Umum Kota Pariaman

Evaluasi Kinerja Pelayanan Pada Simpang Empat Juanda Kabupaten Sidoarjo

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT DI KOTA PONTIANAK DAN KABUPATEN KAPUAS HULU, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 15 FEBRUARI 2017

ANALISIS KEJADIAN HUJAN DISERTAI ANGIN KENCANG DI WILAYAH KOTA PONTIANAK DAN SEKITARNYA KALIMANTAN BARAT TANGGAL 04 DESEMBER 2017

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PERBATASAN

Rancang Bangun Aplikasi Pemilihan Alat Transportasi Umum Kota Surabaya Menggunakan Metode Spanning Tree Pada Smartphone Android.

BAB I PENDAHULUAN. jurang, lembah, jalanan, rel, sungai, badan air, atau hambatan lainnya. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Dinas KUKM Provinsi Kalimantan Barat Jl. Sutan Syahrir No. 5 Pontianak

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SANGAT LEBAT TERKAIT KEJADIAN BANJIR DI KAB. KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT TANGGAL 11 NOVEMBER 2017

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kupang merupakan bagian dari wilayah negara Indonesia, terletak di

KAJIAN KEBUTUHAN PENANGANAN JARINGAN JALAN UNTUK MENUNJANG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN SUMBA TIMUR

SKENARIO PENANGANAN JALAN LINTAS TIMUR SUMATRA PROPINSI SUMATRA SELATAN DAN DAMPAKNYA PADA KONDISI JALAN TUGAS AKHIR.

EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG

PERBANDINGAN BIAYA ANGKUTAN BARANG ANTARA SISTEM TRANSPORTASI SINGLE-MODA DAN MULTIMODA (STUDI KASUS : TRAYEK PONTIANAK-SINTANG)

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang ada, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN KONSEP DAN STRATEGI PENGELOLAAN JALAN NASIONAL DAN PROPINSI DALAM ERA OTONOMI DAERAH TESIS MAGISTER. Oleh : LUSIANA

NOMOR 10 TAHUN 1999 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BENGKAYANG

STUDI POLA PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN KOTA NANGA PINOH DI KABUPATEN MELAWI. Abstrak

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 PROVINSI KALIMANTAN BARAT (ANGKA SEMENTARA)

Kata kunci: GO-JEK, angkutan umum, perlindungan hukum

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Eksplorium ISSN Volume 35 No. 1, Mei 2014: 57-68

METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI FAKTOR PENGARUH TINGKAT PELAYANAN JALAN SUNGAI RAYA DALAM KOTA PONTIANAK

KAJIAN PENGARUH JEMBATAN KAPUAS TERHADAP LALU LINTAS AIR MAUPUN DARAT DI KOTA SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan karakteristik alam, ekonomi, sosial dan budaya. Wilayah-wilayah dengan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan pendidikan. menunjang kelancaran pergerakan manusia, pemerintah berkewajiban

ANALISIS KEJADIAN HUJAN SEDANG - SANGAT LEBAT YANG MENGAKIBATKAN BANJIR DI KABUPATEN KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT TANGGAL MEI 2018

Transkripsi:

Jurnal APLIKASI Volume 13, Nomor 1, Pebruari 2015 Penggunaan Angka Keterkaitan untuk Penentuan Tingkat Aksesibilitas Kota/Kabupaten di Wilayah Propinsi Kalimantan Barat Djoko Sulistiono, Amalia Firdaus Mawardi, Ami Asparini, Endang Kasiati Program Studi Diploma Teknik Sipil FTSP ITS, Surabaya Email: djoko_sulistiono@ce.its.ac.id Abstract The road network has an important function in the transport system because it generate movement of goods and people. The performance of the road network should be measurable to support this important function. Performance of road network measured through the accessibility index and Mobility Index in accordance with the Minimum Service Standards (MSS) of the Department of Public Works. The problems that should be adressed includes what is the accessibility level of the city in the province of West Kalimantan and what is the priority of road network development in respect of the conditions of accessibility. The objective of this research was to determine the level of accessibility of the city in the province of West Kalimantan and the priority roads to improve accessibility in that city. Network analysis in the form of matrix table of shortest distance between cities/districts is presented. From this analysis the linkages number of the entire road network can then be determined. This study found that the priority handling to solve the accessibility issues are Putus Sibau (681 km), Ketapang (681 km), Sambas (594 km), Singkawang (568 km), Sukadana (563 km) and Mempawah (556 km). Keywords: Accessibility Index, Mobility Index, accessibility level, number linkages. Abstrak Jaringan jalan mempunyai fungsi yang cukup penting dalam sistem transportasi, karena mampu menghasilkan pergerakan barang/orang, sehingga jaringan jalan tersebut harus bisa diukur kinerjanya untuk mendukung pergerakan orang/barang. Pengukuran kinerja jaringan jalan dapat dilakukan melalui Indeks Aksesibilitas dan Indeks Mobilitas yang sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM) Departemen PU. Permasalahan yang mungkin terjadi antara lain adalah bagaimana tingkat aksesibilitas kota/kabupaten di wilayah Propinsi Kalimantan Barat dan bagaimana prioritas pembangunan jaringan jalan sehubungan kondisi aksesibilitas tersebut. Tujuan penelitian adalah mengetahui tingkat aksesibilitas kota/kabupaten di wilayah provinsi Kalimantan Barat dan prioritas pembangunan jalan untuk meningkatkan aksesibilitas di kota/kabupaten wilayah tersebut. Hasil analisa jaringan yang berupa matrix jarak tempuh terpendek antar kota/kabupaten, kemudian ditentukan angka keterkaitan seluruh jaringan jalan. Angka keterkaitan setiap kota/kabupaten dicari rataratanya, kemudian dinilai tingkat aksesibilitas masing-masing kota/kabupaten, apabila angka keterkaitan kota/kabupaten diatas rata-ratanya, maka tingkat aksesibilitasnya rata-rata rendah, demikian sebaliknya. Hasil analisa angka keterkaitan didapatkan angka keterkaitan rata-rata 531 km, sehingga bila angka keterkaitan/kabupaten yang lebih besar dari rataratanya, maka kota/kabupaten tersebut mempunyai aksesibilitas rendah. Urutan prioritas pananganan untuk mengatasi masalah aksesibilitas ini adalah Putus Sibau (681 km), Ketapang (681 km), Sambas (594 km), Singkawang (568 km), Sukadana (563 km), dan Mempawah (556 km). Kata kunci: Indeks Aksesibilitas, Indeks Mobilitas, tingkat aksesibilitas, angka keterkaitan. 1. Pendahuluan Kalimantan Barat merupakan provinsi yang cukup besar, karena provinsi dengan luas 146.807 km 2 tersebut mempunyai urutan terbesar ke empat dari provinsi yang ada di Indonesia. Panjang jalan di Provinsi Kalimantan Barat adalah 10.494 km, yang menghubungkan ibu kota Provinsi (Pontianak), Kota pantai (Singkawang) dan 12 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 1

Volume 12, Nomor 2, Agsutus 2014 Jurnal APLIKASI ibu kota kabupaten lainnya. Kotamadya/Kabupaten sebagai pusat zona, ruas jalan sebagai link dan pertemuan ruas jalan sebagai node. Provinsi ini dilalui sungai besar Kapuas sepanjang 1.143 km dan termasuk sungai terpanjang di Indonesia. Jumlah penduduk sesuai data sensus tahun 2004 sebanyak 4.073.304 jiwa dan pada tahun 2005 mencapai 4.734.373 jiwa. Potensi wilayah yang merupakan unggulan Kalimantan Barat adalah karet, kelapa sawit, dan kayu lapis, yang mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan wilayah dan PDB Pulau Kalimantan. Menurut Mawardi (2013), Provinsi Kalimantan Barat mempunyai Indeks Aksesbilitas jaringan sebesar 0,071 > 0,05 (persyaratan), Indeks Mobilitas sebesar 0,0022 < 0,005 (persyaratan), sehingga masih mempunyai persoalan dengan mobilitas. Kemudian dengan metode pohon bangunan, kota yang mempunyai aksesibilitas paling baik adalah Kota Ngabang (2763 km), sedang kota kabupaten dengan aksesibilitas kabupaten dengan paling jelek adalah Kota Putus Sibau (6092 km). Potensi wilayah yang cukup besar dan kondisi jaringan jalan yang kurang baik memerlukan penyelesaian dalam bentuk pembangunan/peningkatan jalan. Permasalahan, bagaimana tingkat aksesibilitas kota/kabupaten di wilayah Provinsi Kalimantan Barat? Bagaimana prioritas pembangunan jaringan jalan sehubungan kondisi aksesibilitas tersebut? Tujuan penelitian adalah mengetahui tingkat aksesibilitas kota/kabupaten di wilayah provinsi Kalimantan Barat dan prioritas pembangunan jalan untuk meningkatkan aksesibilitas di kota/kabupaten wilayah tersebut. 2. Metodologi Tingkat aksesibilitas suatu wilayah kota/kabupaten dapat ditentukan berdasarkan matrix jarak tempuh terpendek antar kota/kabupaten pada wilayah propinsi tersebut. Menurut ketentuan Ditjen Perhubungan Darat, Departemen Perhubungan (1995), melalui matrix tersebut dapat ditentukan angka keterkaitan setiap wilayah kota/kabupaten, yang kemudian dicari rata-ratanya. Angka keterkaitan suatu kota/kabupaten yang lebih besar dari angka keterkaitan rata-rata, maka dapat dikatakan kota/- kabupaten tersebut mempunyai aksesibilitas yang rendah. Kota/kabupaten yang rendah aksesibilitasnya, perlu ditingkatkan aksesibilitasnya melalui pembangunan jalan ke lokasi tersebut. Urutan prioritas pembangunan jalan didasarkan pada angka keterkaitan setiap kota/kabupaten, nilai angka keterkaitan yang besar akan mendapat prioritas pertama, demikian untuk prioritas selanjutnya. 3. Hasil dan Pembahasan Data jaringan jalan di wilayah Kalimantan Barat, terutama data panjang ruas jalan (km), Lihat Gambar 1. Data tentang kondisi perkerasan jalan belum dapat diperoleh pada saat ini, sehingga karakteristik ruas jalan menggunakan panjang jalan (km), bukan waktu tempuh (jam) pada ruas jalan tersebut. Hasil analisa jaringan jalan menurut Mawardi Halaman 2 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Jurnal APLIKASI Volume 13, Nomor 1, Pebruari 2015 (2013), sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Departemen PU diperoleh Indeks Aksesibilitas sebesar 0,071 > 0,05 (memenuhi persyaratan) dan Indeks Mobilitas sebesar 0,0022 < 0,005 (belum memenuhi persyaratan), sehingga kondisi jaringan jalan di Propinsi Kalimantan Barat masih bermasalah dari sisi mobilitas. Perhitungan jarak dari pusat zona ibukota provinsi/kabupaten ke pusat zona ibu kota kabupaten lainnya, dengan menggunakan metode lintasan terpendek (km) atau metode pohon bangunan (tree building). Hasi perhitungan menurut Mawardi (2013), lihat Tabel 1. Gambar 1. Jaringan Jalan di Wilayah Kalimantan Barat (Mawardi, 2013) Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 3

Volume 12, Nomor 2, Agsutus 2014 Jurnal APLIKASI Tabel 1. Lintasan terpendek (km) antar kota/kabupaten di wilayah Provinsi Kalimantan Barat N o Nama Kota 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 Pontianak - 54 137 218 222 289 347 505 369 392 122 194 99 20 2968 2 Memdawah 54-119 238 273 340 398 556 423 446 68 140 81 74 3210 3 Ngabang 137 119-119 154 221 279 437 360 383 131 203 63 157 2763 4 Sanggau 218 238 119-35 102 160 318 410 433 250 322 182 238 3025 5 Sekadau 222 273 154 35-67 125 283 375 398 285 357 217 242 3033 6 Sintang 289 340 221 102 67-58 216 442 465 352 424 284 309 3569 7 Nangapinoh 347 398 279 160 125 58-274 500 523 410 482 342 367 4265 8 PutusSibau 505 556 437 318 283 216 274-658 681 568 594 477 525 6092 9 Sukadana 369 423 360 410 375 442 500 658-77 491 563 468 389 5525 10 Katapang 392 446 383 433 398 465 523 681 77-514 586 509 412 5819 11 Singkanang 122 68 131 250 285 352 410 568 491 514-72 68 142 3473 12 Sambas 194 140 203 322 357 424 482 594 563 586 72-140 214 4291 14 Bengkayang 99 81 63 182 217 284 342 477 468 509 68 140-119 3049 14 Sungai Raya 20 74 157 238 242 309 367 525 389 412 142 214 119-3208 Total (km) 2968 3210 2763 3025 3033 3569 4265 6092 5525 5819 3473 4291 3049 3208 - Sumber: Mawardi, 2013. Sesuai Tabel 1, dapat ditentukan angka keterkaitan kota/kabupaten di wilayah Propinsi Kalimantan Barat dengan hasil sebagaimana Tabel 2. Kemudian angka keterkaitan masingmasing kota/kabupaten sesuai Tabel 2 dicari rata-ratanya, diperoleh angka keterkaitan rata-rata sebesar 531 km. Kota/kabupaten yang mempunyai angka keterkaitan diatas angka keterkaitan rata-rata, dapat dikatakan mempunyai aksesibilitas yang rendah. Secara prioritas dan sesuai angka keterkaitannya diperoleh urutan prioritas untuk peningkatan aksesibilitasnya sebagaimana Tabel 3. Total (km) Tabel 2. Angka keterkaitan kota/kabupaten di wilayah Provinsi Kalimantan Barat No. Nama Kota/Kabupaten Angka Keterkaitan terbesar (km) Keterangan 1 Pontianak 505 < rata-rata 2 Memdawah 556 > rata-rata 3 Ngabang 437 < rata-rata 4 Sanggau 433 < rata-rata 5 Sekadau 398 < rata-rata 6 Sintang 465 < rata-rata 7 Nangapinoh 523 < rata-rata 8 PutusSibau 681 > rata-rata 9 Sukadana 563 > rata-rata 10 Katapang 681 > rata-rata 11 Singkanang 568 > rata-rata 12 Sambas 594 > rata-rata 13 Bengkayang 509 < rata-rata 14 Sungai Raya 525 > rata-rata 7438 Sumber: Mawardi, 2013. Halaman 4 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini

Jurnal APLIKASI Volume 13, Nomor 1, Pebruari 2015 Tabel 3. Prioritas Pembangunan Jalan ke Kota/Kabupaten No. Nama Kota/Kabupaten Angka Keterkaitan terbesar (km) Prioritas Keterangan 1 Putus Sibau 681 1 Aksesbilitas rendah 2 Ketapang 681 2 Aksesbilitas rendah 3 Sambas 594 3 Aksesbilitas rendah 4 Singkawang 568 4 Aksesbilitas rendah 5 Sukadana 563 5 Aksesbilitas rendah 6 Mempawah 556 6 Aksesbilitas rendah 7 Sungai Raya 525 7 Aksesbilitas tinggi 8 Nangapinoh 523 8 Aksesbilitas tinggi 9 Bengkayang 509 9 Aksesbilitas tinggi 10 Pontianak 505 10 Aksesbilitas tinggi 11 Sintang 465 11 Aksesbilitas tinggi 12 Ngabang 437 12 Aksesbilitas tinggi 13 Sanggau 433 13 Aksesbilitas tinggi Sekadau 14 Sumber: hasil analisa 398 14 Aksesbilitas tinggi Kota/kabupaten tingkat aksesibilitas yang rendah ini memerlukan tambahan akses berupa jalan baru yang mampu memperpendek lintasan yang telah ada. Konstruksi perkerasan jalan yang cocok untuk wilayah pedalaman menurut Sulistiono (2013) cukup setingkat JAPAT, atau Jalan Agregat Padat Tahan Cuaca sesuai standar Departemen PU. Perkerasan Japat merupakan perkerasan yang optimum pada biaya yang minimum, sehingga panjang jangkauan (km) bisa lebih luas, lihat Gambar 2 dan 3. Gambar 2. Potongan melintang JAPAT (Sulistiono, 2013). B i a y a Biaya masyarakat Biaya Transportasi Total JAPAT Spesifikasi Teknis Biaya Pemerintah Gambar 3. Hubungan Spesifikasi Teknis dengan Biaya Total (Sulistiono, 2013). 4. Simpulan Sesuai hasil pembahasan diperoleh Indeks Aksesbilitas jaringan sebesar 0,071 > 0,05 (memenuhi persyaratan) dan Indeks Mobilitas sebesar 0,0022 < 0,005 (belum memenuhi persyaratan), yang artinya masih diperlukan tambahan ruas jalan untuk meningkatkan Indeks Mobilitas agar memenuhi persyaratan. Kemudian sesuai dengan hasil perhitungan lintasan terpendek sebagaimana pada matrix, maka Kota kabu- Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini Halaman 5

Volume 12, Nomor 2, Agsutus 2014 Jurnal APLIKASI paten dengan aksesbilitas yang baik adalah kota Ngabang (2.763 km), sedang kota Kabupaten dengan aksesbilitas paling jelek adalah kota Putus Sibau (6.092 km atau total aksesbilitas ke 13 kota kabupaten lainnya adalah 6.092 km). Hasil ini diperkuat dengan penggunaan angka keterkaitan dalam penentuan tingkat aksesbilitas dan prioritas pembangunan jalan, dimana Putus Sibau (681 km) mendapat prioritas pertama pembangunan jalan ke lokasi tersebut, disusul kota lainnya seperti Ketapang (681 km), Sambas (594 km), Singkawang (568 km), Sukadana (563 km) dan Mempawah (556 km) dan seterusnya. Pembangunan jalan baru cukup dengan konstruksi JAPAT (jalan Agregate Padat Tahan Cuaca) sesuai standar Departemen PU. Sulistiono, Djoko dan Amalia FM, Ami Asparini. (2013). Perawatan Jalan Agregate Padat Tahan Cuaca (JAPAT) untuk menunjang aksesibilitas di wilayah pedalaman. Prosiding Seminar Nasional ATPW- 2013 Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS. Daftar Pustaka Abubakar, Iskandar, A. Yani, dan Edi S., (1993). Manuju Lalu Lintas adan Angkutan Jalan yang Tertib. Dirjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan. Departemen Pekerjaan umum. (1983). Petunjuk Pelaksanaan Jalan Agregate Padat Tahan Cuac (JAPAT). Mawardi A., Djoko Sulistiono, Ami Asparini. (2013). Kinerja jaringan jalan dalam upaya mendukung pergerakan orang/barang di wilayah propinsi Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Nasional ATPW 2013 Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS. Morlok, Edward K., (1978). Introduction to transportation engineering. Prentice Hall International Inc. Halaman 6 Jurnal APLIKASI: Media Informasi & Komunikasi Aplikasi Teknik Sipil Terkini