PEDOMAN TEKNIS ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERADILAN TATA USAHA NEGARA EDISI 2008



dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA HUKUM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

Alamat : Jenderal A.Yani No.67 Palembang Website : http : // dan

STANDARD OPERATION PROCEDURE (S.O.P) DI JAJARAN PENGADILAN TINGGI DAN PENGADILAN NEGERI SE-KALIMANTAN TENGAH

TATA CARA PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERSIDANGAN

I. TEKNIS ADMINISTRASI A. PENGADILAN AGAMA 1. Penerimaan Perkara a. Pendaftaran Perkara Tingkat Pertama 1) Petugas Meja I menerima gugatan,

STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP) PROSES PENDAFTARAN DAN PEMERIKSAAN PERKARA DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

Praktek Beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) PENGADILAN NEGERI HAM, PHI, PERIKANAN DAN NIAGA MEDAN

STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA

STANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN

STANDAR PELAYANAN PERADILAN PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA JAKARTA

PROSEDUR BERPERKARA TATA CARA PENGAJUAN PERKARA (VIA BANK)

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat Telp./Fax. (021) sd. 95

TATA CARA PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERKARA

4. SOP KEPANITERAAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI SEMARANG

STANDAR.OPERASIONAL.PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA NO. URAIAN KEGIATAN WAKTU PENYELESAIAN KETERANGAN

Pelayanan Perkara Perdata

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG

ADMINISTRASI PERKARA KEPANITERAAN PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SIBOLGA

STANDAR PELAYANAN PERADILAN PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA KUPANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PENDAFTARAN GUGATAN TERHADAP KEPUTUSAN TATA USAHA NEGARA DAN TINDAKAN KONKRIT/FAKTUAL (GUGATAN UMUM) DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN

Pelayanan Perkara Pidana

STANDAR PELAYANAN PERADILAN DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA DENPASAR

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Mahkamah Agung tentang Pedoman Beracar

PENETAPAN KETUA PENGADILAN NEGERI BIAK TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS

BAB VII PERADILAN PAJAK

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BIAYA PERKARA UNDANG-UNDANG NO. 50 TAHUN 2009

PENGADILAN NEGERI JAKARTA BARAT SOP PENYELESAIAN BERKAS PERKARA GUGATAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN NEGERI TANAH GROGOT. No AKTIVITAS PROSEDUR WAKTU

Berkas Perkara Buku Register Induk Perkara Gugatan Perangkat Komputer Alat Tulis Pencatatan dan Pendataan:

I. TEKNIS ADMINISTRASI A. PENGADILAN AGAMA/MAHKAMAH SYAR IYAH 1. Penerimaan Perkara a. Pendaftaran Perkara Tingkat Pertama 1) Sistem pelayanan

KETUA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA BENGKULU

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 9 Juli 1991

MATRIK PERBANDINGAN UNDANG-UNDANG RI NO. 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG SEBAGAIMANA YANG TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NO

PENGADILAN AGAMA NGANJUK K E P A N I T E R A A N JL. Gatot Subroto, Nganjuk

Tahapan Berperkara TAHAPAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA. {tab=pendaftaran Tingkat Pertama} PENDAFTARAN PERKARA TINGKAT PERTAMA

PENGGUGAT/ KUASANYA. Ketua Pengadilan Negeri menunjuk Majelis Hakim, dan Panitera menunjuk Panitera Pengganti. Kepaniteraan

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PENDAFTAAN KASASI

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

Redesign Drs. SAHERUDIN Ke daftar isi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN NEGERI RUTENG

STANDAR PELAYANAN PERADILAN PENGADILAN NEGERI TANAH GROGOT

URAIAN TUGAS (JOB DISKRIPTION) DI KEPANITERAAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI BANDUNG MEJA PERTAMA

LAPORAN TAHUNAN 2014 i PENGADILAN NEGERI PASURUAN

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA SE - WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA MEDAN

Petugas / Penanggung Jawab. Waktu Penyelesaian. No Uraian Kegiatan Uraian Pelayanan. Ket

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

BAGAN ALUR PROSEDUR PENDAFTARAN PERKARA GUGATAN

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PASCA SIDANG

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

Pengadilan Agama Krui Jl.Mawar No. 10 Way Mengaku

1. S O P KEPANITERAAN PIDANA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PIDANA

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

A. PELAYANAN MASYARAKAT

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI KALIANDA. NOMOR : W9.U4/Kp.01.1/156/XI/2016 T E N T A N G STANDART PELAYANAN PERADILAN

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

KEPUTUSAN KETUA P~NGADILAN NEGERI BOGOR NOMOR Jo TAHUN 2016 TENTANG LAVANAN PEMBEBASAN BIAVA PERKARA BAGI MASVARAKAT TIDAK MAMPU

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Adapun dari sisi materi, perubahan materi buku II Edisi Revisi 2009, dibandingkan dengan Buku II Edisi 2009, adalah sebagai berikut :

W11-A15/45/HK.05.01/I/2014 Tanggal Pembuatan Tanggal Revisi Tanggal Efektif Disahkan oleh

KETUA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA BENGKULU

BAGAN ALUR PROSEDUR PENDAFTARAN PERKARA GUGATAN

SOP PENYELESAIAN PERKARA PERDATA GUGATAN

FORMULIR ADMINISTRASI KEPANITERAAN PENGADILAN AGAMA

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

STANDART OPERASIONAL KEPANITERAAN

PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

W11-A15/45/HK.05.01/I/2014 Tanggal Pembuatan Tanggal Revisi Tanggal Efektif Disahkan oleh

Memperhatikan : I. PERSIDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOP PENERIMAAN PERKARA PENINJAUAN KEMBALI

V. STANDARD OPERATING PROCEDURES ( SOP ) KEPANITERAAN PERDATA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nomor SOP Tanggal Pembuatan 03 Januari 2017 Tanggal Revisi - Tanggal Efektif 03 Januari Buku Register

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1999 TENTANG ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KODE ETIK P O S B A K U M A D I N

REKAPITULASI TEMUAN PELAKSANAAN KEGIATAN BIMBINGAN TEKNIS POLA BINDALMIN DAN HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TAHUN 2009 TEMUAN - TEMUAN

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Penerimaan Perkara Peninjauan Kembali

1. Menerima surat permohonan / pernyataan banding dari Pemohon banding dilampiri salinan putusan yang diperoleh dari meja III

2 untuk mendapatkan Keputusan dan/atau Tindakan Badan atau Pejabat Pemerintahan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PIDANA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAPORAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN AGAMA SINJAI Jl. Jenderal Sudirman No. 5, Telp. (0482) 21054, Fax SINJAI 92651

Transkripsi:

PEDOMAN TEKNIS ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERADILAN TATA USAHA NEGARA EDISI 2008 MAHKAMAH AGUNG RI 2008 1

DAFTAR ISI Kata Pengantar... iii Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : KMA/032/SK/IV/2007 Tentang : Memberlakukan Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan... v Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 012/KMA/SK/II/2007 Tentang : Pembentukan Tim Penyempurnaan Buku I, Buku II, Buku III dan Buku Tentang Pengawasan (Buku IV)... vii Daftar Isi... xvii I. TEKNIS ADMINISTRASI... 1 A. PENGADILAN TUN... 1 1. PENERIMAAN PERKARA... 1 a. Pendaftaran Perkara Tingkat Pertama... 1 b. Pendaftaran Perkara Banding... 4 c. Pendaftaran Perkara Kasasi... 7 d. Pendaftaran Perkara Peninjauan Kembali... 10 e. Administrasi Biaya Perkara... 13 2. PERSIAPAN PERSIDANGAN... 16 a. Penunjukan Majelis Hakim... 16 b. Penetapan Hari Sidang... 17 c. Panggilan Para Pihak... 18 3. PERSIDANGAN... 19 a. Berita Acara Sidang... 20 b. Rapat Permusyawaratan... 21 c. Putusan... 22 d. Minutasi Perkara... 22 4. BERKAS... 22 a. Bundel A... 22 b. Bundel B Untuk Banding... 23 c. Bundel B Untuk Kasasi... 24 d. Bundel B Untuk Peninjauan Kembali... 25 2

5. REGISTER, LAPORAN, DAN PENGARSIPAN.. 25 a. Register Perkara... 25 b. Laporan... 27 c. Arsip Perkara... 30 B. PENGADILAN TINGGI TUN... 32 1. PENERIMAAN PERKARA... 32 a. Pendaftaran... 32 b. Administrasi Biaya Perkara... 33 2. PERSIAPAN PERSIDANGAN... 35 3. PERSIDANGAN... 36 4. BERKAS... 36 5. REGISTER, LAPORAN, DAN PENGARSIPAN.. 37 a. Register Perkara... 37 b. Laporan... 37 c. Arsip Perkara... 37 II. TEKNIS PERADILAN... 39 A. GUGATAN... 39 B. PERKARA PRODEO... 40 C. OBYEK GUGATAN... 40 D. SUBYEK GUGATAN... 44 1. PENGGUGAT... 44 2. TERGUGAT... 44 E. SURAT KUASA... 45 F. KOMPETENSI... 46 1. KOMPETENSI ABSOLUT... 46 2. KOMPETENSI RELATIF... 47 G. PROSES DISMISSAL... 48 H. PENETAPAN PENUNDAAN... 49 I. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA SINGKAT... 52 3

J. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA CEPAT... 53 K. PEMERIKSAAN DENGAN ACARA BIASA... 53 1. PEMERIKSAAN PERSIAPAN... 53 2. PERSIDANGAN... 55 3. PENGUNDURAN SIDANG... 55 L. PERKARA GUGUR... 55 M. TERGUGAT TIDAK HADIR... 56 N. PENCABUTAN GUGATAN... 57 O. INTERVENSI... 57 P. PERDAMAIAN... 59 Q. EKSEPSI... 60 R. PEMBUKTIAN... 60 S. SAKSI... 60 T. DASAR PENGUJIAN DAN DASAR PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN... 61 U. PEMBACAAN, ISI, DAN AMAR PUTUSAN... 63 V. UPAYA HUKUM... 65 W. EKSEKUSI... 65 X. GANTI RUGI DAN REHABILITASI... 68 Y. PEMBAYARAN UANG PAKSA, SANKSI ADMINISTRASI, DAN PENGUMUMAN PEJABAT... 68 1. PEMBAYARAN UANG PAKSA... 68 2. SANKSI ADMINISTRASI... 70 3. PENGUMUMAN PEJABAT (TERGUGAT)... 74 Z. PEMBATASAN UPAYA HUKUM KASASI... 76 AA. TITIK SINGGUNG WEWENANG PERADILAN... 78 4

1. TITIK SINGGUNG ANTARA PENGADILAN TUN DENGAN PENGADILAN NEGERI... 78 2. TITIK SINGGUNG ANTARA PENGADILAN TUN DENGAN PENGADILAN NIAGA... 79 AB. ASAS-ASAS UMUM PERADILAN YANG BAIK... 80 AC. KARAKTERISTIK HUKUM ACARA PERADILAN TUN... 81 FORMULIR-FORMULIR... 84 5

I. TEKNIS ADMINISTRASI A. PENGADILAN TUN PEDOMAN TEKNIS ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERADILAN TATA USAHA NEGARA 1. PENERIMAAN PERKARA a. Pendaftaran Perkara Tingkat Pertama 1) Petugas pada meja pertama/loket pertama bertanggungjawab untuk menerima gugatan dan gugatan perlawanan terhadap penetapan dismissal. 2) Dokumen yang perlu disertakan dalam pendaftaran perkara sekurang-kurangnya adalah : a) Surat gugatan atau surat gugatan perlawanan. b) Surat kuasa khusus dari Penggugat kepada kuasa hukumnya (bila Penggugat menguasakan kepada kuasa hukum). c) Fotocopy kartu advokat kuasa hukum yang bersangkutan. d) Fotocopy surat Keputusan TUN yang menjadi obyek sengketa, kecuali apabila obyek sengketa berupa Keputusan fiktif-negatif atau apabila obyek sengketa tidak dikuasai oleh Penggugat. 3) Petugas penerima berkas memeriksa kelengkapan dengan menggunakan daftar periksa (check list) dan meneruskan berkas yang telah selesai diperiksa kelengkapannya kepada Panitera Muda Perkara untuk menyatakan berkas telah lengkap/tidak lengkap. 4) Panitera Muda Perkara mengembalikan berkas yang belum lengkap dengan melampirkan daftar periksa supaya Pemohon/Penggugat atau kuasanya dapat melengkapi kekurangannya. 6

5) Panjar biaya perkara yang telah ditetapkan dituangkan dalam SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar), dengan ketentuan : a) Dalam menentukan besarnya panjar biaya perkara harus mempertimbangkan jarak dan kondisi daerah tempat tinggal para pihak, agar proses persidangan yang berhubungan dengan panggilan dan pemberitahuan dapat terselenggara dengan lancar. b) Biaya pemeriksaan lebih dari 5 orang saksi ditanggung oleh pihak yang meminta. c) Biaya panjar perkara wajib ditambah dalam hal panjar biaya perkara sudah tidak mencukupi. 6) Pada berkas perkara yang telah lengkap, dibuatkan SKUM rangkap tiga : a) Lembar pertama untuk Penggugat ; b) Lembar kedua untuk Kasir ; c) Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas gugatan. 7) Berkas perkara yang telah dilengkapi dengan SKUM diserahkan kepada Penggugat atau kuasanya agar membayar jumlah uang panjar yang tercantum dalam SKUM kepada kasir Pengadilan TUN. 8) Kasir menandatangani dan membubuhkan stempel lunas pada SKUM setelah menerima pembayaran, serta mencatat ke dalam Buku Jurnal Keuangan Perkara. 9) Dalam hal gugatan, banding, kasasi, dan peninjauan kembali yang diterima melalui pos, maka harus diperhatikan : a) Tenggang waktu pembayaran panjar biaya perkara paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal dikirimkannya surat pemberitahuan tentang pembayaran panjar biaya perkara kepada Penggugat. 7

b) Setelah panjar biaya perkara diterima, surat gugatan yang telah dilengkapi SKUM diserahkan kepada kasir untuk dicatat dalam buku jurnal yang bersangkutan. c) Petugas pada meja kedua/loket kedua mencatatnya dalam Register Induk Perkara dan Register Perkara Gugatan. d) Gugatan Penggugat tidak akan didaftar apabila setelah lewat 6 (enam) bulan sejak dikirimkan surat pemberitahuan tentang pembayaran panjar biaya perkara kepada Penggugat, ternyata panjar biaya perkara belum diterima di kepaniteraan. 10) Dalam hal tempat tinggal Penggugat jauh dari Pengadilan TUN yang berwenang memeriksa perkaranya, maka pembayaran panjar biaya perkara dapat dilakukan dengan dua cara : a) Dibayarkan melalui Pengadilan TUN atau Pengadilan Negeri terdekat, selanjutnya oleh Pengadilan yang bersangkutan dikirimkan ke Pengadilan TUN yang berwenang tersebut. Ongkos kirim ditanggung Penggugat di luar panjar biaya perkara. b) Dikirimkan langsung ke Pengadilan TUN yang berwenang memeriksa perkaranya. 11) Kasir kemudian membukukan uang panjar biaya perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM pada buku jurnal keuangan perkara. 12) Petugas pada meja kedua/loket kedua mencatat perkara yang masuk ke dalam Register Induk Perkara. Terhadap perkara gugatan perlawanan terhadap penetapan dismissal, diberi tambahan kode PLW (perlawanan) pada nomor perkaranya. 13) Panitera setelah menerima berkas perkara dari petugas meja kedua/loket kedua membuat resume gugatan, sekurang-kurangnya berisi : 8

a) Apakah gugatan diajukan sendiri oleh Penggugat atau diwakili oleh kuasa hukumnya. b) Apakah gugatan masih dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari sesuai pasal 55 UU PERATUN. c) Apakah alasan gugatan sesuai Pasal 53 ayat (2) UU PERATUN. d) Apakah gugatan telah memuat hal-hal yang ditentukan Pasal 56 UU PERATUN. e) Klasifikasi perkara TUN nya. 14) Pengisian kolom-kolom buku register harus dilaksanakan dengan tertib dan cermat berdasarkan jalannya penyelesaian perkara. b. Pendaftaran Perkara Tingkat Banding 1) Berkas perkara diserahkan kepada Panitera Muda Perkara sebagai petugas pada meja pertama/loket pertama yang menerima pendaftaran terhadap permohonan banding. 2) Permohonan banding dapat diajukan di kepaniteraan Pengadilan TUN dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender terhitung keesokan harinya setelah putusan diucapkan atau setelah diberitahukan kepada pihak yang tidak hadir dalam pembacaan putusan. Apabila hari ke empat belas jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka penentuan hari ke empat belas jatuh pada hari kerja berikutnya. 3) Terhadap permohonan banding yang diajukan melampaui tenggang waktu tersebut di atas tetap diterima dan dicatat dengan membuat surat keterangan Panitera bahwa permohonan banding telah lewat waktu; 4) Panjar biaya banding dituangkan dalam SKUM dengan peruntukan : 9

a) Biaya pencatatan pernyataan banding; b) Biaya banding yang ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Tinggi TUN; c) Biaya pengiriman uang melalui Bank yang telah ditentukan atau Kantor Pos ; d) Ongkos pengiriman berkas; e) Biaya Pemberitahuan (BP) : (1) BP akta banding. (2) BP memori banding. (3) BP kontra memori banding. (4) BP untuk mempelajari berkas bagi pembanding. (5) BP untuk mempelajari berkas bagi terbanding. (6) BP putusan bagi Pembanding. (7) BP putusan bagi Terbanding. (8) BP panggilan para pihak apabila ada pemeriksaan tambahan. 5) SKUM dibuat dalam rangkap tiga : a) Lembar pertama untuk pemohon. b) Lembar kedua untuk kasir. c) Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas permohonan. 6) Menyerahkan berkas permohonan banding yang telah dilengkapi SKUM kepada pihak yang bersangkutan agar membayar panjar yang tercantum dalam SKUM kepada kasir Pengadilan TUN. 7) Kasir setelah menerima pembayaran menandatangani dan membubuhkan cap stempel lunas pada SKUM. 8) Kasir kemudian membukukan panjar biaya perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM pada buku jurnal keuangan banding dan buku kas bantu. 10

9) Pernyataan banding dapat diterima apabila panjar biaya perkara banding yang ditentukan dalam SKUM telah dibayar lunas. 10) Apabila panjar biaya banding telah dibayar lunas, maka Pengadilan wajib membuat akta pernyataan banding dan mencatat permohonan banding tersebut dalam Register Induk Perkara dan Register Banding. 11) Permohonan banding dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari kalender harus telah disampaikan kepada lawannya, tanpa perlu menunggu diterimanya memori banding. 12) Tanggal penerimaan memori dan kontra memori banding harus dicatat dalam Buku Register Induk Perkara dan Buku Register Permohonan Banding, kemudian salinannya disampaikan kepada masingmasing lawannya dengan membuat relaas pemberitahuan/penyerahannya. 13) Sebelum berkas perkara dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN, selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan banding dicatat, harus diberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk mempelajari/memeriksa berkas perkara (inzage) dan dituangkan dalam relaas. 14) Dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak permohonan banding diajukan, berkas banding berupa bundel A dan B harus sudah dikirim ke Pengadilan Tinggi TUN. 15) Biaya perkara banding untuk Pengadilan Tinggi TUN harus disampaikan melalui bank Pemerintah yang telah ditentukan atau kantor pos, dan tanda bukti pengiriman uang harus dikirim bersamaan dengan pengiriman berkas yang bersangkutan. 16) Pencabutan permohonan banding diajukan kepada Ketua Pengadilan TUN dan ditandatangani oleh Pembanding (harus diketahui oleh prinsipal apabila permohonan banding diajukan oleh kuasanya, dengan menyertakan akta Panitera. 11

17) Pencabutan permohonan banding harus segera dikirim oleh Panitera ke Pengadilan Tinggi TUN disertai akta pencabutan yang ditandatangani oleh Panitera. c. Pendaftaran Perkara Kasasi 1) Berkas perkara diserahkan kepada Panitera Muda Perkara sebagai petugas pada meja/loket pertama yang menerima pendaftaran terhadap permohonan kasasi. 2) Permohonan kasasi dapat diajukan di kepaniteraan Pengadilan TUN dalam waktu 14 (empat belas) hari kalender keesokan harinya setelah putusan Pengadilan Tinggi TUN diberitahukan kepada para pihak. Apabila hari ke 14 jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka penentuan hari ke 14 jatuh pada hari kerja berikutnya. 3) Permohonan kasasi yang tidak memenuhi syaratsyarat formal atau permohonan kasasi terhadap perkara TUN yang objek gugatannya berupa keputusan pejabat daerah yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan, dinyatakan tidak dapat diterima dengan Surat Keterangan Ketua Pengadilan TUN atau Ketua Pengadilan Tinggi TUN sebagai Pengadilan Tk I, dan berkas perkaranya tidak dikirimkan ke Mahkamah Agung. Namun permohonan tersebut tetap dicatat oleh Petugas yang bertanggung jawab untuk menerima pendaftaran permohonan kasasi ke dalam Register Perkara Kasasi (Pasal 45A Undang-undang tentang PERATUN). 4) Ketua Pengadilan TUN menetapkan panjar biaya perkara kasasi yang dituangkan dalam SKUM, yang diperuntukkan : a) Biaya pencatatan pernyataan kasasi. 12

b) Besarnya biaya kasasi yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung RI ditambah biaya pengiriman melalui bank ke rekening Mahkamah Agung. c) Biaya pengiriman berkas perkara ke Mahkamah Agung. d) Biaya Pemberitahuan (BP) : (1) BP pernyataan kasasi. (2) BP memori kasasi. (3) BP kontra memori kasasi. (4) BP amar putusan kasasi kepada pemohon. (5) BP amar putusan kasasi kepada termohon. 5) SKUM dibuat dalam rangkap tiga : a) Lembar pertama untuk pemohon. b) Lembar kedua untuk Kasir. c) Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas perkara. 6) Menyerahkan SKUM kepada pihak yang bersangkutan agar membayar uang panjar yang tercantum dalam SKUM kepada kasir Pengadilan TUN. 7) Kasir setelah menerima pembayaran menandatangani dan membubuhkan stempel lunas pada SKUM. 8) Pernyataan kasasi dapat diterima apabila panjar biaya perkara kasasi yang ditentukan dalam SKUM telah dibayar lunas. 9) Kasir kemudian membukukan uang panjar biaya perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM pada buku jurnal keuangan perkara. 10) Apabila panjar biaya kasasi telah dibayar lunas, maka Pengadilan pada hari itu juga wajib membuat akta pernyataan kasasi yang dilampirkan pada berkas perkara dan mencatat permohonan kasasi tersebut dalam Register Induk Perkara TUN dan Register Permohonan Kasasi. 13

11) Permohonan kasasi dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender harus telah disampaikan kepada pihak lawan. 12) Memori kasasi, harus telah diterima di kepaniteraan Pengadilan TUN selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak keesokan hari setelah pernyataan kasasi. Apabila hari ke 14 jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka penentuan hari ke 14 jatuh pada hari kerja berikutnya. 13) Panitera wajib memberikan tanda terima atas penerimaan memori kasasi, dan dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender salinan memori kasasi tersebut disampaikan kepada pihak lawan. 14) Kontra memori kasasi harus sudah diterima di kepaniteraan Pengadilan TUN selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender sesudah disampaikannya memori kasasi. 15) Terhadap permohonan kasasi yang diajukan melampaui tenggang waktu tersebut di atas tetap dicatat dan Panitera membuat surat keterangan bahwa permohonan kasasi telah lewat waktu. 16) Dalam waktu 65 hari sejak permohonan kasasi diajukan, berkas kasasi berupa bundel A dan B harus sudah dikirim ke Mahkamah Agung. 17) Biaya permohonan kasasi untuk Mahkamah Agung harus dikirim oleh kasir melalui bank BRI Cabang Veteran, Jl. Veteran Raya No.8 Jakarta Pusat ; Rekening Nomor 31.46.0370.0 dan bukti pengirimannya dilampirkan dalam berkas perkara yang bersangkutan. 18) Tanggal penerimaan memori dan kontra memori kasasi harus dicatat dalam Buku Register Induk Perkara TUN dan Register Permohonan Kasasi. 19) Fotocopy relaas pemberitahuan putusan Mahkamah Agung wajib dikirim ke Mahkamah Agung. 14

20) Pencabutan permohonan kasasi diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan TUN yang ditandatangani oleh Pemohon kasasi. Apabila pencabutan permohonan kasasi diajukan oleh kuasanya, maka harus diketahui oleh prinsipal. 21) Pencabutan permohonan kasasi harus segera dikirim oleh Panitera ke Mahkamah Agung disertai akta pencabutan permohonan kasasi yang ditandatangani oleh Panitera. d. Pendaftaran Perkara Peninjauan Kembali 1) Berkas perkara diserahkan kepada Panitera Muda Perkara sebagai petugas pada meja pertama/loket pertama yang menerima pendaftaran terhadap permohonan peninjauan kembali. 2) Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan dalam waktu 180 (seratus delapan puluh) hari kalender, dalam hal : a) Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh Hakim pidana dinyatakan palsu adalah sejak diketahui kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan Hakim pidana memperoleh kekuatan hukum tetap, dan tetap diberitahukan kepada pihak yang berperkara. b) Apabila setelah perkara diputus ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan adalah sejak ditemukan surat-surat bukti, yang hari serta tanggal ditemukannya harus dinyatakan dibawah sumpah dan disahkan oleh pejabat yang berwenang. c) Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan 15

belum diputus tanpa dipertimbangkan sebabsebabnya, dan apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas dasar yang sama oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatannya telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain adalah sejak putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada para pihak yang berperkara. d) Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan yang nyata adalah sejak putusan yang terakhir dan bertentangan itu memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada pihak yang berperkara. 3) Permohonan peninjauan kembali yang diajukan melampaui tenggang waktu, tidak dapat diterima dan berkas perkara tidak perlu dikirimkan ke Mahkamah Agung dengan Penetapan Ketua Pengadilan TUN. Apabila hari ke 14 jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka penentuan hari ke 14 jatuh pada hari kerja berikutnya. 4) Panjar biaya perkara peninjauan kembali dituangkan dalam SKUM, terdiri dari : a) Biaya perkara peninjauan kembali yang telah ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung. b) Biaya pengiriman uang. c) Biaya pengiriman berkas. d) Biaya Pemberitahuan (BP) berupa : (1) BP pernyataan penijauan kembali dan alasan peninjauan kembali. (2) BP penyampaian salinan putusan kepada Pemohon peninjauan kembali. (3) BP penyampaian amar putusan kepada Termohon peninjauan kembali. 5) SKUM dibuat dalam rangkap tiga: a) Lembar pertama untuk pemohon. 16

b) Lembar kedua untuk kasir. c) Lembar ketiga untuk dilampirkan dalam berkas permohonan. 6) Menyerahkan SKUM kepada pihak yang bersangkutan agar membayar uang panjar yang tercantum dalam SKUM kepada kasir Pengadilan TUN. 7) Kasir setelah menerima pembayaran menandatangani dan membubuhkan stempel lunas pada SKUM. 8) Permohonan peninjauan kembali dapat diterima apabila panjar yang ditentukan dalam SKUM oleh meja pertama telah dibayar lunas. 9) Kasir kemudian membukukan uang panjar biaya perkara sebagaimana tercantum dalam SKUM pada buku jurnal keuangan perkara. 10) Apabila panjar biaya peninjauan kembali telah dibayar lunas, maka Pengadilan pada hari itu juga wajib membuat akta pernyataan peninjauan kembali yang dilampirkan pada berkas perkara dan mencatat permohonan peninjauan kembali tersebut dalam Register Induk Perkara TUN dan Register Peninjauan Kembali. 11) Selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari, Panitera Pengadilan wajib memberitahukan tentang permohonan peninjauan kembali kepada pihak lawannya, dengan memberikan/mengirimkan salinan permohonan peninjauan kembali beserta alasanalasannya kepada pihak lawan. 12) Jawaban/tanggapan atas alasan peninjauan kembali harus telah diterima di kepaniteraan Pengadilan TUN selambat-lambatnya 30 hari sejak alasan peninjauan kembali disampaikan kepadanya. 13) Jawaban/tanggapan atas alasan peninjauan kembali yang diterima di kepaniteraan Pengadilan TUN harus dibubuhi hari dan tanggal penerimaan yang dinyatakan di atas surat jawaban tersebut. 17

14) Dalam waktu 30 hari setelah menerima jawaban tersebut, berkas peninjauan kembali berupa bundel A dan B harus dikirim ke Mahkamah Agung. 15) Fotocopy relaas pemberitahuan putusan Mahkamah Agung, agar dikirim ke Mahkamah Agung. 16) Pencabutan permohonan peninjauan kembali diajukan kepada Ketua Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan TUN yang ditandatangani oleh Pemohon peninjauan kembali. Apabila diajukan oleh kuasanya harus diketahui oleh prinsipal. 17) Pencabutan permohonan peninjauan kembali harus segera dikirim oleh Panitera ke Mahkamah Agung disertai akta pencabutan yang ditandatangani oleh Panitera. e. Administrasi Biaya Perkara 1) Biaya perkara terdiri dari : a) Biaya proses perkara. b) Hak-hak kepaniteraan. 2) Biaya proses perkara terdiri dari pengeluaran yang diperlukan untuk penyelenggaraan peradilan yang meliputi biaya-biaya panggilan, pemberitahuan, pemeriksaan setempat, sumpah, saksi, ahli, penerjemah, eksekusi dan lain-lain harus dicatat dengan tertib dalam masing-masing buku jurnal. 3) Hak-hak kepaniteraan terdiri dari biaya materai, redaksi, leges, pencatatan banding, pencatatan kasasi, pencatatan peninjauan kembali, dan lain-lain yang akan ditetapkan dalam peraturan Mahkamah Agung, adalah pendapatan negara. 4) Kasir melaksanakan tugas-tugas administrasi biaya perkara. 5) Biaya pencatatan permohonan banding, kasasi, dan peninjauan kembali dikeluarkan pada saat setelah diterimanya panjar biaya perkara. 18

6) Biaya materai dan redaksi dikeluarkan pada saat perkara diputus. 7) Pengeluaran uang perkara untuk keperluan lainnya di dalam ruang lingkup hak-hak kepaniteraan dilakukan menurut ketentuan yang berlaku. 8) Satu minggu sekali kasir harus menyerahkan uang hak-hak kepaniteraan kepada bendaharawan penerima untuk disetorkan kepada kas negara. Setiap penyerahan besarnya uang agar dicatat dalam kolom 13 KI-T6, dengan dibubuhi tanggal dan tandatangan serta nama bendaharawan penerima. 9) Biaya-biaya perkara dikeluarkan berdasarkan keperluan sesuai dengan jenis kegiatan. 10) Kasir mencatat penerimaan dan pengeluaran uang setiap hari, dalam buku jurnal yang bersangkutan dan mencatat dalam Buku Kas Bantu yang dibuat rangkap dua, lembar pertama disimpan di kasir, sedangkan lembar kedua diserahkan kepada Panitera sebagai laporan. 11) Panitera atau staf Panitera yang ditunjuk dengan surat keputusan Ketua Pengadilan TUN mencatat dalam buku induk keuangan yang bersangkutan. 12) Buku Keuangan perkara terdiri dari : a) Jurnal Perkara Gugatan. b) Jurnal Permohonan Banding. c) Jurnal Permohonan Kasasi. d) Jurnal Permohonan Peninjauan Kembali. e) Jurnal Permohonan Eksekusi. f) Buku Induk Keuangan Perkara TUN. g) Buku Induk Keuangan Eksekusi. h) Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan. 13) Buku Jurnal Keuangan Perkara dipergunakan untuk mencatat semua kegiatan penerimaan dan pengeluaran biaya untuk setiap perkara. 19

14) Buku jurnal diberi nomor halaman, dan setiap nomor halaman digunakan 2 halaman muka, halaman pertama dan terakhir ditandatangani Ketua Pengadilan TUN, dan halaman lainnya di paraf. 15) Banyaknya halaman pada setiap buku jurnal, dan adanya tandatangan serta paraf Ketua Pengadilan TUN tersebut diterangkan dengan jelas oleh Ketua Pengadilan TUN dan keterangan tersebut ditandatangani Ketua Pengadilan TUN. 16) Buku Induk Keuangan Perkara, digunakan untuk mencatat kegiatan penerimaan dan pengeluran dari seluruh perkara (kecuali perkara permohonan eksekusi), dan dicatat menurut urutan tanggal penerimaan dan pengeluaran dalam buku jurnal yang terkait, dimulai setiap awal bulan dan ditutup pada akhir bulan. 17) Penerimaan dan pengeluaran biaya eksekusi yang dicatat dalam buku jurnal eksekusi menurut urutan tanggal penerimaan dan pengeluaran dimasukkan ke dalam Buku Induk Keuangan Eksekusi. 18) Banyaknya halaman Buku induk keuangan perkara harus diterangkan dengan jelas, sedangkan setiap halaman pertama dan halaman terakhir harus dibubuhi tanda tangan Ketua pengadilan TUN, dan halaman lainnya cukup dibubuhi paraf. 19) Penutupan Buku Induk Keuangan Perkara dilakukan oleh Panitera dan diketahui Ketua Pengadilan TUN. 20) Pada setiap penutupan buku induk keuangan tersebut, harus dijelaskan keadaan uang menurut buku kas, keadaan uang yang ada dalam brankas maupun yang disimpan dalam bank serta uraian secara terperinci. 21) Apabila terdapat selisih antara jumlah uang menurut buku kas dengan uang kas sesungguhnya, maka harus dijelaskan alasan terjadinya selisih tersebut. 20

22) Ketua Pengadilan TUN sebelum menandatangani Buku Induk Keuangan, harus meneliti kebenaran keadaan uang menurut buku kas dan menurut keadaan yang nyata, baik dalam brankas maupun yang disimpan di bank, dengan disertai bukti penyimpanan uang di bank. 23) Ketua Pengadilan TUN setiap saat dapat memerintahkan Panitera untuk menutup Buku Induk Keuangan, dan meneliti kebenaran setiap penerimaan dan pengeluaran uang perkara, sesuai dengan buku jurnal yang berkaitan, dan meneliti keadaan uang menurut buku kas dan uang nyata yang ada dalam brankas maupun yang disimpan di bank disertai buktinya. 24) Penutupan Buku Induk Keuangan Perkara atas dasar perintah Ketua Pengadilan TUN, sebagaimana tersebut di atas, hendaknya dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali yang dilakukan secara mendadak, dengan dibuatkan berita acara pemeriksaan. 25) Buku penerimaan Uang Hak-Hak Kepaniteraan, digunakan untuk mencatat penerimaan uang hakhak kepaniteraan dan dalam kolom keterangan diisi dengan tanggal, jumlah uang yang disetor, serta tanda tangan dan nama bendaharawan penerima. 26) Buku jurnal dan Buku Induk Keuangan setiap tahun harus diganti, tidak boleh digabung dengan tahun sebelumnya. 2. PERSIAPAN PERSIDANGAN a. Penunjukan Majelis Hakim 1) Berkas perkara yang sudah dicatat dalam register perkara, selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari Ketua Pengadilan TUN menetapkan Majelis Hakim untuk mengadili perkaranya. 21

2) Majelis Hakim harus terdiri dari 3 orang Hakim atau lebih dengan jumlah ganjil (kecuali undangundang menentukan lain), dengan ketentuan : a) Ketua Pengadilan TUN dan Wakil Ketua Pengadilan TUN menjadi Ketua Majelis dalam suatu perkara. b) Ketua Majelis adalah Hakim senior dan mempunyai kemampuan menurut penilaian Ketua Pengadilan TUN. c) Susunan Majelis Hakim hendaknya ditetapkan secara tetap untuk jangka waktu tertentu. d) Untuk memeriksa perkara-perkara tertentu, Ketua Pengadilan TUN dapat membentuk majelis khusus. e) Majelis Hakim dibantu oleh seorang Panitera Pengganti. 3) Petugas meja kedua/loket kedua mencatat penunjukan Majelis Hakim dalam register perkara. 4) Apabila telah ditunjuk Majelis dan Panitera Penggantinya, petugas meja kedua/loket kedua mencatat penunjukan tersebut dalam kolom register induk. 5) Berkas perkara yang sudah ditetapkan Majelis Hakimnya, segera diserahkan kepada Majelis Hakim yang ditunjuk, setelah dilengkapi dengan formulir Penetapan Hari Sidang. b. Penetapan Hari Sidang 1) Panitera Muda Perkara dalam waktu 3 hari kerja wajib menyerahkan berkas perkara yang sudah dilampiri penetapan hari sidang kepada Ketua Majelis/Hakim yang telah ditunjuk. 2) Hakim/Majelis Hakim mempelajari berkas, dan dalam waktu selambat-lambatnya 7 hari kalender sudah harus menetapkan hari sidang pertama. 22

3) Penetapan hari sidang pertama, penundaan persidangan beserta alasan penundaan berdasarkan laporan Panitera Pengganti setelah persidangan, harus dicatat dalam buku register perkara dengan tertib. 4) Setiap Hakim/Majelis harus mempunyai jadwal persidangan yang lengkap. 5) Penetapan hari sidang selalu dimusyawarahkan dengan sesama anggota Majelis Hakim dan dicatat dalam buku agenda masing-masing. 6) Ketua Majelis dalam menentukan hari sidang harus mempertimbangkan jauh dekatnya tempat tinggal kedua belah pihak dari tempat persidangan. Jangka waktu antara pemanggilan dan hari sidang tidak boleh kurang dari 6 hari (Pasal 64 Undang-undang tentag PERATUN). 7) Hakim dalam pemeriksaan acara cepat, dalam menentukan hari sidang harus memperhatikan tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian bagi kedua belah pihak, lamanya tidak boleh melebihi 14 hari (Pasal 99 ayat 3 Undang-undang tentang PERATUN). c. Panggilan Para Pihak Panggilan terhadap para pihak untuk menghadiri sidang dilakukan dengan surat tercatat yang dikirim oleh Panitera Pengadilan atau oleh Juru Sita Pengadilan dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Panggilan terhadap para pihak dianggap sah apabila masing-masing telah menerima surat panggilan yang dikirim dengan surat tercatat dan/atau menerima panggilan melalui Juru Sita Pengadilan. 2) Dalam hal salah satu pihak berkedudukan atau berada di luar wilayah Republik Indonesia, Ketua Pengadilan TUN atau Ketua Pengadilan Tinggi TUN selaku Pengadilan tingkat pertama melakukan pemanggilan dengan cara meneruskan Surat 23

Penetapan hari sidang beserta salinan gugatan kepada Departemen Luar Negeri Republik Indonesia cq. Dirjen Protokol dan Konsuler. Departemen Luar Negeri segera menyampaikan surat penetapan hari sidang beserta salinan gugatan melalui Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dalam wilayah tempat yang bersangkutan berkedudukan atau berada. Petugas Perwakilan Republik Indonesia dalam Jangka waktu 7 hari sejak dilakukan pemanggilan tersebut, wajib memberi laporan kepada Pengadilan yang bersangkutan. 3. PERSIDANGAN a) Perkara TUN harus diputus dan diminutasi dalam waktu 6 bulan. Jika melampaui jangka waktu tersebut, maka Hakim/Ketua Majelis melaporkan keterlambatan tersebut beserta alasannya kepada Ketua Pengadilan Tinggi TUN melalui Ketua Pengadilan TUN dengan tembusan kepada Ketua Mahkamah Agung. b) Sidang Pengadilan selalu harus dimulai pada jam 09.00. Kalau keadaan luar biasa, sidang dapat dimulai pada waktu yang lain, namun hal itu harus diumumkan terlebih dahulu. c) Apabila sidang yang telah ditentukan tidak dapat terlaksana karena sesuatu hal, maka sesegera mungkin hal itu harus diumumkan. d) Apabila Ketua Majelis yang ditunjuk berhalangan tetap untuk bersidang, maka Ketua Pengadilan TUN menunjuk Ketua Majelis yang baru dengan Penetapan. e) Apabila salah seorang Hakim anggota majelis berhalangan sementara, maka dapat ditunjuk Hakim lain sebagai pengganti, dan apabila berhalangan tetap, maka Ketua Pengadilan menunjuk Hakim lain sebagai pengganti dengan penetapan. 24